• Tidak ada hasil yang ditemukan

COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN. docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

COOPERATIVE LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Model Pengajaran Kemahiran Berbahasa Arab Dosen Pengampu: Sigit Purnama, M.Pd., S.Pd.I

Disusun Oleh :

M. Dwi Toriyono

(11421008)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Cooperative Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab”.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, shahabat yang telah menuntun dan membawa kita umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh cahaya penerangan disekarang ini.

Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan sampai penyelesaian makalah kami, baik berupa moril maupun materiil, khususnya kepada Bpk. Sigit Purnama, M.Pd., S.Pd.I, selaku dosen Mata Kuliah Model Pengajaran Kemahiran Bahasa Arab yang telah memberikan bimbingan dan kerja kerasnya tanpa rasa bosan mendampingi kami saat memberikan pengajaran.

Dengan selesainya makalah kami, semoga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan dapat sedikit membantu orang lain yang akan mendalami serta akan memberikan pengajaran bahasa, khususnya Bahasa Arab.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar

information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.

(4)

royong dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, melalui makalah sederhana ini kami akan mencoba menghidupkan kembali tentang bagaimana penerapan saling membantu satu sama lainnya melalui pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :

1. Apa pengertian dari Cooperatif Learning?

2. Apa saja karakteristik dari Cooperatif Learning?

3. Bagaimana strategi dan kebiasaan yang mendukung Cooperatif Learning?

C. Tujuan Penulisan

Dari beberapa rumusan masalah diatas maka memiliki tujuan :

1. Mengetahui pengertian dari Cooperatif Learning.

2. Mengetahui karakteristik dari Cooperatif Learning.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Cooperatif Learning

Telah dikembangkan dan diteliti berbagai macam pendekatan pembelajaran kooperatif yang amat berbeda satu dengan yang lain. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda. Khas Cooperative Learning yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif. Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal:

a. Bagaimana menjadi pendengar yang baik b. Bagaimana memberi penjelasan yang baik

c. Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lainnya.

(6)

Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda yakni kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggungjawab terhadap tugas individu tetapi juga membantu proses belajar teman sekelompoknya. Model Cooperative Learning dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa yang dapat dilakukan dengan mengadakan suatu penelitian dan penyelidikan oleh siswa secara berkelompok, kemudian hasil penelitian dan penyelidikan tersebut harus dilaporkan kepada seluruh kelas.

Model Cooperative Learning memberikan dampak yang positif bagi siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan belajar secara individual. Pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning dilandasi dengan Teori Kontruktivisme. Teori Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Siswa harus mampu membangun pengetahuan dan memberikan makna melalui pengalaman yang nyata. Oleh karena itu teori kontruktivisme lebih menekankan bagaimana siswa memproses informasi dan kognitivisme yang menyatakan interaksi bisa mendukung

c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

(7)

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Contoh teknik Cooperatif Learning :

Mencari Pasangan

o Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep.

o Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

o Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

Bertukar Pasangan

o Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.

o Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya

o Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.

o Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban.

(8)

C. Strategi dan Kebiasaan yang Mendukung Cooperatif Learning

Beberapa strategi dan kebiasaan yang mendukung terlaksananya Cooperatif Learning diantaranya :

1. Pengaturan Ruangan

Jika akan menggunakan kelompok dalam waktu yang lama, aturlah secara langsung pembagian kelompok tersebut tanpa meminta siswa berpindah tempat. Ruang kelas dilengkapi dengan meja yang diatur sedemikian rupa agar dapat bergerak bebas untuk memudahkan pengawasan oleh guru. Perlu juga diingat bahwa semua anggota kelompok akan saling berbicara saat menyelesaikan tugasnya.

Selain itu, boleh juga disediakan tempat untuk meletakkan alat-alat personal maupun kelompok agar tidak terjadi peminjaman oleh kelompok lainnya sehingga proses pembelajaran tidak terganggu karena mengurangi keharusan berkeliling ke tempat kelompok lain.

2. Prosedur Bicara dan Pergerakan

Para guru sering dibuat pusing oleh keributan muridnya ketika dalam pembelajaran kelompok, baik oleh siswa yang melakukan kegiatan maupun siswa yang hanya membuat kegaduhan tanpa melakukan kegiatan. Maka, aktivitas mereka untuk memberikan arahan ataupun tambahan pemeblajaran, maka perlu menghemat waktu agar tidak termakan oleh pengkondisian maupun kegaduhan siswa.

Salah satu cara yang efisien adalah menggunakan tanda-tanda. Contohnya :

(9)

Guru berkata : “Jempol keatas jika kalian dapat mendengarku,” Lipat tangan jika kalian jika dapat mendengarku” atau “Bertepuk tanganlah jika kalian dapat mendengarku.”

Setiap tanda yang digunakan sebaiknya mudah untuk mengalihkan perhatian siswa dan mengharuskan mereka mengubah perilaku, sehingga efektif menghentikan aktivitas sebelumnya.

4. Mendorong Interdependensi dalam Kelompok

Interdependensi yang positif akan terjadi ketika produk dalam kelompok dilakukan oleh tindakan para anggota kelompok. Selain untuk meningkatkan kinerja, interdependensi juga dapat membangun kesatuan kelompok dan membantu menciptakan aturan kelompok yang mendukung proses pembelajaran. Para siswa pun merasa bertanggung jawab untuk menyumbangkan ide dan pemikirannya kedalam kelompok .

5. Pertanggungjawaban Individual

(10)

BAB III PENUTUP DAN KESIMPULAN

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cooperative Learning adalah penting dan layak untuk diterapkan dalam pembelajaran karena teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka.

Cooperative Learning sendiri mempunyai beberapa unsur diantaranya: siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri, siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya, siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok cooperative.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

E. Slavin, Robert.Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktik).2009. Cet. III. Bandung : Nusa Media

Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. 2011. Ed. 8 Cet.I. Jakarta : Kencana

(12)

Pertanyaan

1. Apakah ada kelemahan dari cooperatif dan TGT? Agus 2. Maksud tahapan TGT?? Manan

3. Permainan dan Pertandingan, mengapa dibedakan? Sulaiman

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, penelitian ini membahas mengenai bagaimana kita menerapkan sebuah algoritme yang secara umum dapat dipakai dengan mudah yaitu Particle swarm optimization(PSO)

Sebagai wujud dari rasa tanggung jawab kaum Muslimin terhadap rumah besarnya yang bernama Indonesia, dan panggilan dakwah yang menjadi rahmat bagi semesta alam,

dengan konsep video campaign, sehingga video campaign mudah dipahami namun tidak melupakan tujuan awal yang ingin mensosialisasiakan tentang adanya program makan

Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan berbagai dosis kotoran sapi dengan taraf pupuk nitrogen yang paling efektif yaitu 200 kg N/ha, sehingga dapat

Sistem Operasi berikut yang tidak dapat digunakan pada teknologi jaringan adalah ....E.

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah memperkenalkan kembali cerita rakyat Putri Mandalika kepada remaja sehingga anak dapat mengenal sosok Putri Mandalika

Penelitian ini akan menguji apakah faktor – faktor demografi yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan, latar belakang ekonomi, dan ethnic background berpengaruh terhadap persepsi

Tujuan dari penulisan Tugas Sarjana ini adalah untuk memenuhi syarat akademis dalam menyelesaikan program studi strata satu (S1) di Departemen Teknik Industri, Fakultas