• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-Book Majalah Traveling Backpacking Edisi 16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "E-Book Majalah Traveling Backpacking Edisi 16"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

F

u

n

|

R

e

l

a

x

|

L

o

w

B

u

d

g

e

t

J

u

n

i-J

u

li

2

0

1

2

Wakatobi akronim nama dari empat pulau utama,

yakni WA untuk Wangi-wangi, KA untuk Kaledupa,

TO untuk Tomia, dan BI untuk Binongko.

MENYELAMI

PESONA

WAKATOBI

BULOK

KEHIDUPAN SUKU BAJO

KOMUNITAS

INDONESIA BERKEBUN

PROFIL

IWAN SUNTER

ED

ISI

16

Free M agazi

(2)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

1

CATPER

15 SAMPAI JUMPA LAGI WAKATOBI

GALERI

33 INDONESIA BERKEBUN

PROFIL

Wakatobi akronim dari nama empat pulau yakni WA untuk Wangi-wangi, KA untuk Kaledupa, TO untuk Tomia, dan BI untuk Binongko.selatannya.

11

PANDU

MENUJU WAKATOBI

Dari Makasar. Naik Pesawat Ekspress Air menuju Bandara Ma-tahora (Wanci).

WAKATOBI MENJADI BOOMING beberapa tahun

terakhir. Orang-orang penasaran dengan alam bawah lautnya. Sahabat di Pulau Wangi-Wangi berkomentar: itu karena Bupati-nya yang hebat, Wakatobi menjadi ramai.

Ini mirip ketika Belitong booming akibat meledaknya novel Laskar Pelangi, lebih-lebih novel tersebut difilmkan. Pantai-pantai di Belitong sontak menjadi ramai.

Maka muncul pertanyaan, apakah itu karena Bupati dan Andrea Hirata yang hebat? Atau jangan-jangan banyak tempat di Indonesia punya alam indah yang belum terekspos?

Selamat berpetualang!

Redaksi menerima saran, kritik,

dan artikel dari BM Readers

yang bisa dikirim melalui

(3)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

MENYELAMI

P E S O N A W A K A T O B I

ORDINAT

WAKATOBI AKRONIM NAMA empat pulau utamanya, yakni WA

untuk Wangi-wangi, KA untuk Kaledupa, TO untuk Tomia, dan BI untuk Binongko. Identitasnya tercermin lewat sebuah visi: Surga nyata bawah laut di jantung segitiga karang dunia.

Oleh: Arozak Salam| Foto: Arozak Salam dan Muis Bhojest

J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N 4

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2

(4)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

5 6

Bukan tanpa alasan, Wakatobi memi-liki 942 spesies ikan dan 750 jenis terumbu karang, melebihi jumlah terumbu karang yang ada di Laut Karibia yang tercatat hanya 50 jenis, dan Laut Merah yang tercatat han-ya 300 jenis. Kawasan ini tak hanhan-ya indah pada rupa alamnya, melainkan juga agung akan nilai budayanya.

WANGI-WANGI: DESA WAHA

Desa Waha merupakan desa wi-sata yang terletak 20 menit dari pusat kota. Desa ini merupakan hasil kerjasama dari Coremap, lembaga internasional yang bekerjasama dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam upaya pembinaan pelestarian terumbu karang. Patokan lokasi

pondok wisatanya terletak di sebelah mes-jid di Desa Waha.

Tempat ini menerapkan konsep Eco-tourism, sehingga segala pemasukan ditu-jukan untuk pengembangan desanya. Ter-dapat pondok berisikan informasi kehidupan bawah laut. Pantainya bersih dan terkelola

dengan baik. Pengunjung dapat melakukan kegiatan snorkeling atau diving yang dileng-kapi fasilitas penyewaan alat selam, fotografi bawah laut, dan juga pemandu.

PANTAI MOLI SAHATU

DAN PATUNO

Letak keduanya berdekatan, hanya terpisah oleh bongkahan karang yang men-jorok ke lautan. Pengunjung bisa menyusuri Pantai Moli Sahatu untuk menggapai Pantai Patuno dalam sekali waktu.

Ada “Mata Air Seribu” di Pantai Moli Sahatu yang katanya berkhasiat untuk obat awet muda. Uniknya, mata air tersebut keluar dari pasir pantai di dekat karang sehingga tercampur dengan air

laut, namun dengan temperatur airnya lebih dingin.

Sedangkan Pantai Patuno sendiri be-rada di lokasi Patuno Resort yang dimiliki oleh Bupati Wakatobi, Ir. Hugua. Kawasan ini hadir dengan konsep yang lebih eksklusif. Selain dilengkapi dengan fasilitas rekreasi laut dan selam, terdapat restaurant yang menghadap ke dermaga, convention hall, dan bungalow. Tidak ada tiket masuk untuk wisatawan, namun ada pos keamaanan di samping pintu masuknya.

DESA WISATA LIYA

Kawasan ini terletak di ujung selatan Pulau Wangi-Wangi dengan jarak perjalanan sekitar satu jam dari pusat kota. Mendekati lokasi objek wisata, akses jalannya akan san-gat terbatas dengan lebar sekitar satu meter.

Terdapat situs bersejarah yaitu Ben-teng Liya dan juga Mesjid Tua Liya. Terdapat juga Goa Lobu dan juga hutan mangrove tak jauh dari situ. Di desa ini terdapat atraksi seni yaitu Tari Posepa (adu kaki) dan Tari Tamburu (penyambutan tamu).

KALEDUPA: MESJID AGUNG BENTE

Mesjid Agung Bente dibangun pada tahun kura-kura dengan merujuk kepada ana-tomi hewan kura - kura yang terdiri dari satu kepala, empat tangan, badan yang berbentuk lingkaran, dan memiliki satu ekor, maka tahun

ADA “MATA AIR SERIBU”

(5)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N 8

yang dimaksudkan adalah 1401. Pendirinya adalah Syekh Abdul Wahid yang memilih lokasi di puncak bukit sekaligus juga dikelilingi oleh benteng, dengan sembilan gerbang yang mengarah ke desa-desa yang ada di sekitarnya.

(6)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

PULAU HOGA

Pulau Hoga merupakan tempat peneli-tian dari Operation Wallacea yang berbasis di Inggris. Semenjak tahun 1995 sekitar 400 ma-hasiswa dan relawan berkumpul di Pulau Hoga untuk melakukan penelitian biota bawah laut, khususnya pada bulan Juni hingga September. Pemerintah Wakatobi pun melibat-kan masyarakat setempat untuk memban-gun 200 homestay berupa rumah pang-gung sederhana di pulau tersebut. Karena lokasinya yang terpencil, maka akses listrik pun terbatas pada pukul 18:00 - 23:00 yang bersumber pada generator.

Selain terdapat ratusan homestay, ada juga aula bertingkat sebagai tempat makan, tempat pertemuan dan lainnya.

Op-erator selam pun berada tak jauh dari situ. Kawasan Pulau Hoga masih sangat alami, maka tak heran binatang-binatang melata pun kadang hadir di sekitar homestay.

TOMIA: PUNCAK KAHIANGA

Padang rumput hijau segar terham-par menutup permukaan bukit dari auratnya. Sementara beberapa pohon tumbuh me-misahkan diri satu sama lain, menjadikan sebuah motif magis nan romantis.

Terdapat fosil-fosil hewan laut dan kerang-kerang yang telah membatu di antara padang rerumputannya, menandakan bahwa tempat tersebut dulunya adalah lautan. Kawasan ini merupakan puncak tertinggi di Tomia yang terletak di Desa Kahianga.

Berada di puncaknya, pengunjung seolah dibawa terbang ke negeri kayangan oleh angin yang berhembus kencang. Puncak Kahianga hadir langsung menghadap ke Pu-lau Lentea, sehingga menjadikan kolaborasi agung antara daratan dengan lautan.

MARI MABUK

Kawasan penyelaman ini berada pada kedalaman 15 kaki hingga 80 kaki. Sesuai namanya, banyak penyelam yang

dibuai oleh pemandangan ajaib bawah lautnya, seperti kehadiran sea fans dan coral heads yang banyak dihiasi oleh soft corals berwarna cerah. Pesona lainnya hadir lewat penghuni laut seperti ribbon eels, leaf fish, crocodile fish, scorpion fish, nudibranchs dan banyak lainnya.

BINONGKO: DESA WALI

Desa Wali merupakan desa wisata yang dijadikan sebagai sasaran program Model Desa Konservasi (MDK) Balai Taman Nasional Wakatobi 2010. Potensi yang ada di Desa Wali ini sangatlah beragam.

Melalui wisata bahari, desa ini me-miliki banyak pantai berpasir putih seperti yang terdapat di Pantai Mbara-mbara, Pantai Fengka-fengka, Pantai Ooro, Pantai Buku, dan Pantai Sampua Buaya. Kegiatan laut seperti snorkeling dan diving di hamparan karang tepinya bisa dilakukan untuk meli-hat keanekaragaman jenis karang lunak dan karang keras yang tinggi.

Banyak juga situs sejarah yang ada di Desa Wali sebagai bukti peninggalan cerita tentang asal muasal keberadaan masyara-kat Wali di Pulau Binongko, salah satunya adalah Makam Wa Ode Goa. Dari atas Ben-teng Koncu Patua Wali, pengunjung dapat menyaksikan panorama pesisir Binongko. Terdapat juga Topa Mata dengan ratusan kelelawar yang bergelantungan di sana dan jangan lupakan Gua La Sikori yang terletak di sekitar Hutan Sara Lapungga.

PENYELAM DIBUAI SEA FANS

DAN CORAL HEADS YANG

DIHIASI SOFT CORALS CERAH

(7)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

PANDU

12

11 B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

Dari Makasar

Naik Pesawat Ekspress Air (pesawat kecil jenis Dornier, kapasitas 30 orang) menuju Bandara Matahora (Wanci).

Dari Kendari

1. Naik pesawat Ekspress Air (khusus Kendari-Wanci dapat harga subsidi).

2. Naik KM Aksar Saputra (Ekonomi Rp 130 ribu; Bisnis Rp 180 ribu; 10 jam; Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu; berangkat pkl 10 WITA). Jadwal sama untuk rute Wanci-Kendari.

MENUJU WANGI-WANGI

Dari Pelabuhan Wanci, terdapat kapal kayu atau speedboat ke Pelabuhan Ambeua di Kaledupa. Setiap hari; pk 10 WITA; Rp 50 ribu; 1-2 jam. Sementara dari Kaledupa ke Wanci, setiap hari pkl 6 WITA.

Dari Pelabuhan Waha dan Usuku di Tomia ke Pelabuhan Ambeua. Kapal kayu Rp 50 ribu; Speedboat Rp 70 ribu; 1-2 jam.

MENUJU KALEDUPA

Tomia ada 2 pelabuhan: Usuku dan Waha. Dari Wanci, ada kapal tiap hari menuju 2 pelabuhan tersebut; pkl 10 WITA; Rp 100 ribu; 3-4 jam. Dari Tomia ke Wanci, setiap hari; Rp 100 ribu.

Dari Binongko ada kapal setiap Rabu, Ju-mat, Minggu; Rp 50 ribu; 1-2 jam. Dari Tomia ke Binongko; setiap hari; pkl 11 WITA; Rp 30 ribu.

(8)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

13

1. Di Wangi-Wangi, survey harga taksi dulu, karena tidak ada tarif yang tercantum. Pato-kannya: sewa taksi seharian Rp 250 ribu. 2. Harus diingat, gak boleh nyelam sebelum li-censed.

3. Pakai Telkomsel! Indosat lemah, yang lain mati.

4. Perempuan dilarang merokok, bisa ditegur penduduk lokal.

5. Bikini tidak diperkenankan di pantai-pantai umum.

6. Hindari tang top dan celana pendek. Adat dan agama masih kental di Wakatobi, teruta-ma Binongko.

7. Kalau berencana lama di Kaledupa, mengi-naplah di Pulau Hoga.

8. Hubungi Muiz Bhojest untuk info up date. Dia anak Jakarta yang lama di Wakatobi.

TIPS

1. Muiz Bhojest 085298806769

2. Ekspress Air Jakarta 021-65865656

3. Ekspress Air Kendari

0401-3131883/081341862495

4. Ekspress Air Makasar 0411-442021

Ekspress Air Wanci 082193071592

5. Pak Haris (Lan Sali Homestay) 085254954833

6. Pak Hamid (homestay Kaledupa)

081341030950

7. Pak Jufri (all about Hoga) 081524126271

CONTACT PERSON

PANDU

14

1. Penginapan Nita Sari

(Wanci, dekat pasar; Rp 50 ribu)

2. Lan Sali Homestay

(Wanci, 300 m dari kantor Kelurahan)

3. Pak Hamid Homestay

(Kaledupa, tidak jauh dari Pelabuhan Ambeua)

4. Pulau Hoga (tersedia 200 homestay)

PENGINAPAN

Dari Wanci ke Pelabuhan Bente di Binon-gko; Selasa, Rabu, Minggu; pkl 10 WITA; Rp 100 ribu; 5-6 jam. Sebaliknya, dari Binongko ke Wanci setiap Senin, Selasa, Jumat; Rp 100 ribu.

MENUJU BINONGKO

EKSPRESS AIR MENUJU WANGI-WANGI

NO KEBERANGKATAN HARI PUKUL HARGA

(RP)

1 Jakarta Setiap hari 05:00 WIB 2 juta

2 Makasar Setiap hari 10:00 WITA

2 juta

3 Bau-Bau Setiap hari 11:00 WITA

1-2 juta

4 Kendari Setiap hari, kecuali Selasa

& Sabtu

12:30 WITA

300 ribu

5 Yogyakarta Setiap hari 06:00 WIB 2 juta

6 Surabaya Setiap hari 06:00 WIB 2 juta

EKSPRESS AIR DARI WANGI-WANGI

NO TUJUAN HARI PUKUL HARGA

(RP)

1 Jakarta Setiap Sabtu 10:30 WITA 2 juta

2 Makasar Setiap hari 13:00 WITA 1,4-1,6 juta

3 Bau-Bau Setiap hari 13:00 WITA 500-850 ribu

4 Kendari Setiap hari, kecuali Se-lasa & Sabtu

11:30 WITA 300 ribu

5 Yogyakarta Setiap Sabtu 10:30 WITA 2 juta

6 Surabaya Setiap Sabtu 10:30 WITA 2 juta

September hingga November atau Maret hingga Mei, karena laut lebih tenang.

WAKTU TERBAIK

1. Snorkeling dan diving di mana-mana.

2. Menikmati atraksi lumba-lumba dengan Dolphin Watching atau melihat sunrise dan sunset di Hoga.

3. Berkenalan dengan Kampung Bajo di Wanci dan Kaledupa.

4. Masuk Gua Tee Kasopi dan Gua Kontamale di Wanci.

5. Hunting kerajinan tenun Wakatobi.

6. Makan Kasuami, Luluta (Nasi Bambu), terangi (sashimi-nya Wakatobi).

AKTIVITAS TERBAIK

J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

(9)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

S a m p a i J u m p a L a g i

W A K A T O B I

EE MOORI. KANAE kalumangkemo. Huu kami teiri leyama, huu kami te luha. Huu kami

terajakii, huu kami tesalama. Mina kowila sampe apa kamaliyako.

Oleh: Arozak Salam| Foto: Arozak Salam dan Muis Bhojest

CATPER

(10)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

“Ya Tuhan. Kini kami akan berlayar. Berilah kami angin yang bagus, berilah kami keteduhan. Berilah kami rezeki, berilah kami keselamatan. Sejak kami berangkat, hingga kami kembali.”

Kalimat tersebut mengawali kesiapan hati saya dalam menyeberangi Laut Banda, dari Kendari menuju Wakatobi, sepuluh jam den-gan perahu kayu. Penumpang berbaring dialasi matras beratapkan papan, kenyamanan pun terbatasi. Sebuah nilai tukar yang harus ditebus atas tiket seharga Rp 130 ribu. Di luar, gel-ombang laut di penghujung Bulan Desember mendominasi. Laut tengah berpesta,

khusus-18

nya setelah lepasnya senja. Saya pun terdiam, berdoa dan memejamkan mata.

Kami tiba di pelabuhan Wanci, Pulau Wangi-Wangi, dengan disambut pemerintah setempat lewat pengalungan kain tenun khas Wakatobi. Kedatangan saya adalah dalam rangkaian Pertukaran Pemuda Indonesia Australia. Sebuah program kenegaraan, namun bukan be-rarti kami dimanja. Menpora memberikan uang Rp 20 juta kepada peserta PPIA yang digunakan untuk program pengembangan masyarakat. Jadi, akan banyak pekerjaan yang harus kami selesaikan.

Kami dejemput untuk menuju Hotel Wakatobi bertemu Kontingen Australia yang sudah tiba sebelumnya karena mereka naik pesawat. Serasa sudah berpisah lama, begitu bertemu dengan mereka, kami langsung sal-ing peluk, seperti merayakan pejuang yang telah selamat dari medan perang.

“Bagaimana perjalanan tadi? Apa kamu baik-baik saja? Ini saya belikan minuman untukmu,” kata Ian, counterpart saya, sembari menghampiri. “Oh ya, se-lamat datang di Wakatobi,” dia tersenyum.

Selama 1 bulan saya tinggal di rumah penduduk, di rumah keluarga La Bauna.

(11)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

19 20

ama divisi pariwisata dalam kegiatan pem-berdayaan masyarakat, saya bereksplorasi di kehidupan daratan dan lautannya.

Wangi seperti harumnya cengkeh, maka orang menyebutnya Pulau Wangi-Wangi. Pulau tersebut merupakan ibukota Kabupaten Wakatobi. Di pulau ini saya ting-gal, di Desa Patuno. Letaknya hanya beber-apa ratus meter dengan Pantai Moli Sahatu dan Patuno Resort.

Sore hari biasanya saya pergi ke Pantai Moli Sahatu. Airnya tenang, lautnya dangkal dan dikelilingi tebing yang berpepohonan. Tem-pat yang cocok untuk merentangankan badan, terapung menatap lembayung. Jika haus, saya minum di mata air seribu, dan jika lelah saya ber-baring di satu-satunya bilik kayu yang ada di situ.

Kadang ketika saya bosan, saya pergi ke dermaga di Patuno Resort. Teman-teman saya pasti tahu, bahwa secangkir coklat panas adalah yang saya selalu pesan. Dalam hitungan sekejap juga, saya bisa tenggelam untuk kemudian bernapas setelah loncat dari dermaga. Kadang saya pun menghilang.

Tidak banyak orang tahu bahwa tepat di belakang rumah yang saya

tinggali, terdapat bangkai kapal laut yang dalam sejarahnya sudah berlayar hingga Papua. Nasibnya memang hanya rong-sok, kecuali jika saya beserta adik angkat dan kawan dari Australia berada di sana. Tempat menatap langit dan tempat berpijak ketika kami akan loncat seting-gi-tingginya dari puncak kapal menuju rengkuhan lautan.

Di lain desa, terdapat sebuah pulau bernama Matahora, jaraknya hanya 20 menit dari Desa Patuno. Saya singgah di Pantai Sousu yang kini telah dilengkapi pa-pan nama objek wisata. Nuansanya teduh di bawah kanopi pepohonan kelapa. Den-gan dua ribu rupiah, seorang bocah bisa menawarkan kelapa muda sebagai peleng-kap suasana.

Hingga tiba di Desa Matahora, sapalah kepala desanya. Beliau akan menyewakan perahu mesin seharga seratus ribu rupiah dengan kapasitas empat penumpang. Pulau Matahora hanya terpisah lautan 15 menit dari tempat tersebut.

Bergerak pulalah ke Desa Waha (ma-sih di Wangi-Wangi), yaitu lokasi yang selalu dinanti terutama jika ingin melarikan diri dari terik matahari. Bibir pantainya sedemikian rupa ditanami bebatuan raksasa sehingga tercipta kolam renang alam. Lautnya yang membiru selalu menghasut saya untuk mengintip apa yang dirahasiakannya.

Mudah bagi saya menemukan gemilang terumbu karang, namun hanya sekali dalam perun-tungan saya melihat penyu berenang di kedalaman untuk menjauh malu. Walau lelah, biasanya saya tetap terapung ditopang ban udara.

Jika lapar, ketika perut serasa sedang membangkang, maka saya pergi ke Restaurant Wisata. Dengan konsep rumah makan terapung, saya bisa menikmati hidangan sekaligus juga sentuhan alam. Seringkali saya lebih tergoda untuk loncat ke laut dari meja makan, daripada menunggu kapan datangnya sajian yang sudah saya pesan. Dan sesudah itulah biasanya saya kedinginan saat naik motor pulang karena tak ada pakaian cadangan.

ADA BANGKAI KAPAL LAUT

YANG DALAM SEJARAHNYA

(12)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

CATPER

21 22

KAU RANGKA, SEBUAH POHON

YANG SUDAH MATI, TAPI KOKOH

DAN DIANGGAP KERAMAT

Saya pun pernah beradu ombak selama 4 jam dalam kapal dari Wangi-Wangi menuju pulau terujung di Wakatobi, yaitu Pulau Binon-gko. Tempat ini adalah alasan kenapa dahulu Wakatobi dikenal sebagai Pulau Tukang Besi, karena sebagian besar penduduknya memeras butiran peluh sebagai pandai besi.

Hasil produksi berupa pisau, parang dan perkakas lainnya pun biasa dikirimkan ke Maluku, Papua, dan Jawa. Suara hantaman besi terdengar menggema. Bunyinya

meng-gaung di sela-sela tebing tinggi yang masih mendominasi rupa Pulau Binongko. Dikemas pula oleh hutan mangrove yang letaknya tak jauh dari jalanan bebatuan di sana sini.

Pulau Binongko itu unik, seperti keha-diran vegetasi tumbuhan yang hidup di sela bebatuan tepi jalan. Tersebutlah Kau Rangka, sebuah pohon yang sudah mati namun ke-beradaannya tetap kokoh dan dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Namun sayang, seseorang telah menebangnya walau

sudah mendapat peringatan terlebih dahulu dari tetua adat di sana.Dari rumor yang beredar, seminggu kemudian, si penebang pohon Kua Rangka itu pun meninggal dan kini pengunjung tidak bisa lagi melihat pohon tersebut.

(13)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

CATPER

23 24

Begitulah tiga puluh lima hari kami lalui. Dengan harapan, sedikit pekerjaan kami bisa menjadikan Wakatobi lebih baik. Saatnya untuk meninggalkan Wakatobi, walau itu bukan yang saya inginkan. Saya harus berpisah dengan keluarga La Bauna yang selama ini kami hidup bersama mer-eka. Di ruang makan, Ibu memeluk saya tanpa kata, hanya terdengar isak tangisnya saja. Sebisanya beliau memberikan makan-an terakhir sebagai bekal kami menuju Kendari. Begitu pun Bapak yang terus berucap, “Jangan lupakan kami di sini.”

Untuk beberapa menit, saya kembali ke kamar. Seorang diri. Saya terisak melihat

ke-nangan tiap harinya di ruangan tersebut. Saya bersandar di dinding untuk sejenak pasrah bahwa semuanya telah usai, bahwa semuanya takkan pernah terulang. Berat sekali langkah untuk me-ninggalkan rumah La Bauna, yang di depannya sudah terpasang: La Bauna Homestay, yang ke depannya akan banyak dihampiri turis.

Di bandara Matahora, ternyata semua orang tua angkat berkumpul untuk melepas de-tik-detik terakhir. Saya dan seorang kawan berdiri di tengah ruang tunggu untuk menyanyikan lagu Baramo Mulangke, sebuah lagu perpisahan yang mengharukan. “Baramo nulangke molengo ia. Baramo nulang….” Suara saya terpatahkan tangis.

(14)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

BERPOSE

FOTO : MUIS BHOJEST

KUDA LAUT

FOTO : MUIS BHOJEST

SNORKLING

FOTO : MUIS BHOJEST

25 26

Kirimkan foto koleksi kamu ke redaksi Backpackin Magazine melalui email kami redaksiezinebi@yahoo.com

GALERI

NYIUR DI P

ANT

AI

FOTO :

(15)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

BULOK

K E H I D U P A N Y A N G T E R A P U N G

PERTEMUAN LAUT BANDA dan Flores di

Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, mampu menjadikan kehidupan masyarakat bahari ini terapung. Dalam tenang, laut menopang petak bilik rumah penduduknya, namun dalam sibuk, mereka beraktivitas bertaruh asa di atas lipatan lautan.

Oleh: Arozak Salam| Foto: Arozak Salam dan Muis Bhojest

(16)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

29 30

BULOK

Tersebutlah Suku Bajo, se-buah masyarakat yang sebagian besar hidupnya dibesarkan lewat asuhan laut. Tak hanya di Indonesia, keberadaannya juga tersebar di sudut-sudut perairan du-nia seperti di Australia, Filipina, Jepang, Madagaskar, dan Hongkong. Mengacu pada spirit bahari yang ada, mereka pun dikenal dengan reputasi sebagai pelaut ulung yang mampu berkelana dalam jangka waktu berbulan-bulan, untuk bertahan di sela-sela dramatisnya ombak lautan saat mencari tangkapan ikan.

Ketika melaut, mereka hanya men-genal tiga arah mata angin, yaitu Utara, Bara (Barat) dan Selatang (Selatan). Masing-masing arahnya mencakup 120 derajat dan membentuk formasi segi-tiga, lebih luas dibanding cakupan empat

penjuru mata angin yang masing-masing mencakup 90 derajat.

Selain pengetahuan navigasi, mer-eka juga dilengkapi perahu kayu, jaring, dan panah tradisional. “Bahkan sebelum James Cook menemukan Benua Aus-tralia, Suku Bajo sudah terlebih dahulu menaklukkannya,” ucap Kepala Desa Mola Samaturu bangga.

Suku Bajo berada di Pulau Wangi-Wangi dan Kaledupa. Ada yang sudah terbawa arus zaman, ada pula yang masih tertahan oleh jangkar kebudayaan. Dapat dikatakan, Suku Bajo yang berada di Desa Mola Samaturu, Pulau Wangi-Wangi. seba-gian besarnya sudah hidup di daratan. Corak

SAAT MELAUT, MEREKA HANYA

KENAL TIGA ARAH : UTARA,

BARA (BARAT), SELATANG (SELATAN)

masa kini dapat terlihat dari beberapa rumah berstruktur beton yang menjadi kontras karena lokasinya dikelilingi rumah berbilik kayu. Namun pada tepian desa yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, ketika jalan beton terganti dengan jembatan kayu, maka di situlah masih tersisa rumah terapung. Wujudnya seperti merdeka dari desakan, karena menghadap lepas ke lautan.

(17)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

BULOK

31

Samaturu berujar. Maka tak heran, ramai orang terasa ketika memasuki daerah pemu-kiman Suku Bajo tersebut.

Lain halnya dengan Suku Bajo di Desa Sampela dan Mantingola yang terdapat di Pulau Kaledupa yang kediaman pen-duduknya masih berada di atas laut. Untuk akses ke Desa Sampela hanya bisa ditempuh dengan koli-koli (perahu kecil). Sementara untuk menuju Desa Mantingola, terdapat jembatan kayu yang menyambungkan ke-hidupan dengan daratan.

Antar rumah ke rumahnya terdapat jalan setapak dari kayu yang di beberapa bagian telah lapuk. Melintasinya, pengunjung seperti diminta untuk mengatur langkah supaya tidak terjerembab ke dalam lubang yang menganga. Di beberapa sudut persimpangan jalan, bisa ditemu-kan pemandangan wanita Suku Bajo ketika se-dang menjaja bergalon-galon air dengan perahu.

Masih di Desa Sampela, tak jauh dari rumah kepala desa, terdapat pengrajin

cindera-mata yang produksinya dilakukan di rumahnya sendiri. Cinderamata yang ada adalah berupa cincin dan gelang dengan bahan utamanya adalah kulit penyu. Bapak tersebut memberi-kan penjelasan bahwa dia biasa menangkap penyu untuk mengambil lapisan kulit teratas-nya. Setelah itu, penyu akan dibiarkan lepas bebas. “Kulit penyu kan bisa tumbuh lagi,” ucapnya dengan nada datar.

Gelang dan cincin tersebut diganjar dengan kisaran harga Rp 6.000 - Rp 30.000 tergantung ukurannya. Pembuatannya sendiri terbilang mudah dengan proses awal adalah pengguntingan untuk akhirnya dilakukan teknik pengasapan dengan hanya menggunakan rokok atau lilin, untuk membentuk gelang dan cincin.

KEPERCAYAAN MASYARAKAT,

CINCIN TERSEBUT DIJADIKAN

SEBAGAI ALAT TOLAK BALA

Menurut kepercayaan masyarakat, cincin tersebut bisa dijadikan sebagai alat tolak bala. “Jika ada seseorang yang ingin meracuni lewat minuman, maka ketika memegang gelas, cincin ini akan pecah sebagai penanda firasat buruk,” bapak tersebut menuturkan pada saya.

Dari pemaparan Kepala Desa Sampela, banyak peneliti yang sering singgah ke tem-patnya. Biasanya peneliti berdatangan di bulan Juli hingga September, ketika Operasi Wallacea diadakan tiap tahun. “Ada orang Australia yang akhirnya menikah dengan orang sini, karena dia sering melakukan kunjungan penelitian,” dia tertawa dalam kalimatnya sambil menunjuk-kan rumah orang yang dimaksud, tak jauh dari rumah si kepala desa.

Terdapat bangunan kayu yang terlihat bersahaja dengan corak dinding

32

segar hijau, bertuliskan madrasah ibtidai-yah. Masih satu kawasan, di seberangnya berdiri gagah pula bangunan pendidikan tingkat SD dan SMP. “Jika pagi hari, anak-anak sering memarkirkan perahu kecilnya di depan pintu kelas ini,” Pak Hamid Kepala Sekolah SD Bajo Sampela menjelaskan.

(18)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

PENGANAN

Papeda,

Kuliner

Khas Timur

Cobalah googling picture dengan keyword ‘papeda’. Dengan melihat gam-barnya saja, sudah terbayang seperti apa papeda itu, bagaimana cara makannya, dan biasanya dimakan bareng apa. Dilihat sekilas, papeda seperti lem atau bubur sumsum, tapi sejatinya papeda adalah tepung sagu yang dicampur dengan air panas sambil diaduk.

Cara makan papeda adalah dengan sumpit. Sepasang sumpit ditusukkan ke

DILIHAT SEKILAS SEPERTI LEM

TAPI SEJATINYA PAPEDA

ADALAH TEPUNG SAGU

A P R I L - M E I 2 0 1 2 I BA C K P A C K I N 34

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2

33

SERING SEKALI MASYARAKAT daerah

meman-faatkan sumber alam di daerahnya sebagai sum-ber pangan. Banyak padi, ya makan sum-beras. Banyak keladi, ya makan keladi. Begitu juga ketika banyak sagu, ya jadinya makan sagu. Itu yang terjadi di banyak daerah di Indonesia Timur. Salah satu yang khas adalah papeda.

Oleh : Muhammad Iqbal| Foto: Istimewa

sepiring papeda, lalu angkat sambil diputar membuat gulungan. Tapi sebagian orang (yang sudah biasa) memakannya dengan diseruput. Biasanya ‘bubur’ papeda dimakan dengan ikan kuah kuning dan ikan. Lazimnya, ikan kuah kuning dibuat dari ikan tongkol yang dibumbui dengan kunyit dan jahe. Segar dan sedap.

Papeda paling mudah ditemukan di Papua dan Maluku. Seorang sahabat di Makassar (kota terbesar di Sulawesi) mengaku kesulitan menemukan papeda. “Kalau kapurung banyak,” katanya.

(19)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

IPROFIL

36

IWAN SUNTER

B E R T U A L A N G U N T U K

R E N O V A S I H A T I

Jadilah saya ke Sunter dan menemukan Iwan sedang bantu-bantu mengangkut barang dari truk ke pasar. Hidup Iwan terbilang seder-hana, tapi tidak dengan pengalaman hidupnya.

Bang, abang kan tiap tahun ada aja rencana

jalan, anak istri gak ngomel bang?

Enggak, biasa aja. Ditinggal kan juga gak ditinggal gitu aja, udah disiapin lah. Kita punya siasat. Kalau lagi gak jalan, ada tabun-gan mati, uang itu yang saya tinggalin buat anak. Itu udah dari saya masih bujangan. Dia (istri) sudah tahu.

Kalau lagi jalan yang biasanya sampai

berbulan-bulan, isi tas abang apa aja sih?

Kalo kayak pas jalan kaki Jakarta-Semeru (2011), Itu pake daypack. Gak bisa isi banyak. Bukannya saya belagu. Minim banget. Saya gak bawa jaket, gak bawa sleeping bag, gak bawa tenda. Jadi modalnya cuma sarung, kaos kaki, sama fly sheet, kain lebar yang bisa jadi bivak. Kalo orang yang gak ngerti gunung, bilang belagu banget Iwan. Tim SAR juga bilang, nyusahin. Tapi kan saya sudah pelajari karakter Semeru. Kalo jalan kaki itu kan bagus-nya enteng, jadi gak perlu bawa babagus-nyak.

Kalo yang sepedaan dari Ho Chi Minh (Vietnam) ke Jakarta (2012) itu pake pamier, yang kayak tukang pos, ada di kanan kiri. Isinya ya pasti baju, perlengkapan masak, perlengkapan mandi, sama logistik.

PERTAMA KALI SAYA kenal Iwan Sunter setelah

mem-baca sebuah majalah di tahun 2007. Dari tulisan itu, Iwan pernah bersepeda sampai Sabang PP. Saya pikir,

Sunter gak jauh-jauh amat, sambang lah sebentar. Dia pasti punya banyak cerita seru.

(20)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N 38

Pengalaman pertama itu kapan ke mana?

2005 naik sepeda ke Rinjani, Lombok. Sepeda bawa ke puncak Rinjani. Sepeda di-goes terus, gak boleh naik truk. Waktu itu niat utamanya Rinjani, tapi dapat bonus: Gunung Agung, Argopuro, Lamongan, sama Gunung Sumbing. Di empat bonus itu sepeda taro di kaki gunung, terus mendaki pake kaki.

Nginap dan makan biasanya gimana?

Kalo naik sepeda, kalo belum masuk kota besar, nginep di kantor polis atau pom bensin. Masjid jarang. Tapi kalo udah masuk kota besar, saya masuk mapala. Tapi karena udah sering jalan kan banyak kenal, jadi ke tempat teman.

Pom bensin cari yang 24 jam, yang ramai terus. Kalo di kantor polisi banyak pertanyaan. Ditanyaain ngalor ngidul. Kadang polisi kan rese.

Makannya kadang masak sendiri kadang beli. Kalo lagi gak ada duit masak melulu, belanja jarang. Bawa nesting. Masak mie biasa aja, kadang pake masako, telor.

Dalam perjalanan, siapa yang biasanya

pal-ing abang kangenin?

Anak. Kadang naik sepeda kebawa pikiran. Lihat anak kecil di jalan, kepikiran anak lagi ngapain ya. Tapi yang pasti di jalan saya termasuk petualang yang cengeng. Denger lagu bisa nangis di jalan. Nginget tentang ke-hidupan, kesunyian, kadang tentang kematian.

Pernah dapat pemberian yang wah gak dari

orang yang gak dikenal di jalan?

Wah, gak pernah ada. Kadang kalo orang simpati ada kasih uang, tapi gak banyak. Saya anti mampir ke Bupati. Jadi gini, dalam

dunia sepeda, banyak orang yang ngakunya keliling Indonesia, bagi saya pengemis karena dia cari uang, ke kantor Bupati, kantor Wa-likota, kantor Pangdam. Kadang ada yang nekat berangkat bawa 200 ribu, tapi pulangnya bisa beli dua motor bebek.

Bohong kalau ada orang yang bilang udah sepedaan keliling Indonesia. Satu orang pun gak ada yang keliling Indonesia, karena Papua gak nyambung dari Sorong ke Merauke.

Dari sisi psikologi, apa efek positif

perjala-nan yang abang lakukan?

Setiap perjalanan yang saya lakukan adalah renovasi hati. Semua perjalanan untuk mengubah kebijakan diri kita. Kita harus bisa merubah diri kita. Terus per-baiki. Dulu saya sama orang gak peduli, sekarang mendingan.

Sampai kapan abang akan terus jalan begini?

Perjalanan bagi saya gak akan per-nah selesai, karena hidup tanpa petualangan adalah nol. Gak akan pernah pensiun.

Rencana berikutnya mau ke mana?

Enam tahun ke depan udah ada ren-cana. 2013 mau lari Jakarta-Surabaya. 2014 mau pendakian 5 gunung naik sepeda, di Jawa dulu. 2015 mau naik sepeda dari Makassar-Mamuju-Palu, terus nyeberang ke Kalimantan Timur, susur sampai Pontianak. 2016 naik sepeda dari Pontianak ke Kinabalu. 2017 main roller blade Jakarta Surabaya PP. Tapi urut-uru-tannya bisa dibalik. Dari dulu saya mau main roller blade, tapi belum mampu beli.

Cita-cita abang yang belum kesampaian?

Saya pengen ndaki gunung es di luar negeri. Minimal Kilimanjaro di Tanzania sama Mount Cook di Selandia Baru. Penasa-ran, karena pengen rasain juga gunung es.

(21)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

39 B A C K P A C K I N I M A R E T - A P R I L 2 0 1 1 F E B R U A R I - M A R E T 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N 40

Adventure

FACEBOOK.TWITTER.ISSUU

Live

Love

Adventure

J O I N U S .

(22)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

43 B A C K P A C K I N I F E B R U A R I - M A R E T 2 0 1 2 F E B R U A R I - M A R E T 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N 44

INDONESIA

BERKEBUN

KOMUNITAS

JIHAN, SEORANG MAHASISWI di Bogor,

mendapat kabar bahwa Minggu depan Bogor Berkebun, komunitas yang diikutinya, akan ‘meng-garap’ kebun kosong di daerah Cijeruk (sekitar sejam dari Kota Bogor). Bogor Berkebun adalah semacam cabang Indonesia Berkebun, sebuah komunitas yang berkeinginan kuat untuk men-ciptakan lahan hijau di tengah kota.

(23)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

KOMUNITAS

Seperti biasa, Jihan dan teman-temannya akan membersihkan ilalang, tapi yang ini banyak dilakukan ‘mamang-mamang’ bayaran. Waktu di Cijeruk, sayuran yang ditanam adalah kangkung. “Tadinya mau nanam bayam tapi gagal karena bibitnya kabur keseret hujan,” kata Jihan, “Dita-nam di mana tumbuh di mana.”

Ya begitulah. Jangan sangka semua anggota ngerti cara menanam. Sambil nanam sambil belajar. Lagipula, lebih diutamakan adalah para anggota tertular untuk senang berkebun dan matanya gatal kalau lihat lahan kosong. Jadi penekanannya bukan ke bisnis.

Namun memang ada juga yang su-dah mendulang rupiah dari kegiatan

berke-bun tersebut. Jakarta Berkeberke-bun misalnya. Ia sudah bisa menjual hasil kebunnya kepada pihak ketiga, seperti hotel dan restoran. Tapi tetap tujuan utamanya bukan mencari uang.

Kebun yang baru ditanam butuh perhatian ekstra. Makanya, setiap project ada yang namanya wali kebun. Dia yang bertang-gung jawab setelah kebun tertanam. Kalau diperlukan semacam penjaga kebun, dia yang mencarikan. Pengadaan pupuk (kalau

perlu), persiapan panen, itu menjadi tang-gung jawab wali kebun.

Setelah ditanam, dirawat, lalu yang paling ditunggu-tunggu adalah panen. Karena dalam panen biasanya ada makan-makan, termasuk makan hasil panen. Ada yang membawa kompor. Ada yang modalin nasi. Tidak sedikit juga yang hanya modal perut. Saat panen adalah saat ketika hawa komunitas begitu terasa.

AKAR IDE

Ridwan Kamil waktu itu, Oktober 2010, memulainya lewat jejaring sosial. Sekelompok orang kemudian berkumpul menyusun kon-sep urban farming untuk Kota Jakarta. Urban farming adalah berkebun atau bertani dengan memanfaatkan lahan yang menganggur.

Media dan banyak lembaga mencium ses-uatu yang baru dan unik dalam ide urban farming-nya Indonesia Berkebun. Maka dengan cepat komunitas ini ‘membuka cabang’ di banyak kota di Indonesia. Google Inc lantas memberi penghargaan kepada Indonesia Berkebun sebagai “Web Heroes”.

Walau sudah melangit, Indonesia Berkebun dan cabang-cabangnya tetap

wel-come dengan orang-orang baru yang punya semangat sama, yang suka berkebun, yang suka memulai perubahan dari diri sendiri dan dari lingkungan terdekat.

Karena sudah mengakar, maka bisa jadi kota yang ingin kita singgahi untuk jalan-jalan adalah salah satu kota yang ada dalam lingkup Indonesia Berkebun. Siapa tahu jadwalnya pas dengan kegiatan berkebun mereka. Jalan-jalan tentu bisa berasa lebih dari biasanya.

Indonesia Berkebun bisa dideteksi ke-giatannya lewat www.indonesiaberkebun.org atau twitternya @idberkebun. Mau langsung ke cabang-cabangnya juga boleh: Jakarta (@JktBerkebun), Universitas Indonesia (@ CampUIBerkebun), Sukabumi (@SmiBerke-bun), Batam (@BatamBerke(@SmiBerke-bun), Pekanbaru (@PkuBerkebun), Banjarmasin (@BjmBerke-bun), Kebumen (@KebumenBerke(@BjmBerke-bun), Samarinda (@SmdBerkebun), Madiun (@ MadiunBerkebun), Bekasi (@BekasiBerke-bun), Makasar (@MksrBerkebun).

Selamat berkebun...

JANGAN SANGKA SEMUA ANGGOTA

NGERTI CARA MENANAM

SAMBIL NANAM SAMBIL BELAJAR

(24)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

45 B A C K P A C K I N I A P R I L - M E I 2 0 1 2

AKSESORIS

g e l a y u t a n

d i H a m m o c k

MENIKMATI PANTAI PALING asik salah satunya

sambil tiduran. Kalau tiduran di atas pasir, pasti kotor. Mau bawa tikar, backpack ga cukup. Paling ringkas mending bawa Hammock.

Hammock adalah tempat tidur gantung yang biasanya terbuat dari kain panjang, atau jaring-jaring tali yang kedua ujungnya diikatkan ke pohon hingga menggantung dan cukup kuat untuk mena-han beban satu orang di atasnya.

Membawa hammock sama sekali tidak merepotkan karena dapat dilipat, sama halnya seperti membawa baju. Praktis dan tidak berat. Sekarang su-dah bisa kita beli dengan musu-dah secara online, baik di forum jual beli, maupun toko online. Harga hammock beragam tergantung bahan, namun umumnya tidak lebih dari Rp 200.000.

Jenis hammock berbahan kain memberikan kenyamanan lebih ketimbang hammock dengan bahan tali. Selain itu, kalau kita tertidur di hammock dengan bahan jaring-jaring tali, siap-siaplah diter-tawakan karena jaring-jaringnya akan terjiplak di wajah dan badan kita.

Setelah ada di atas hammock, aktivitas apapun yang kamu lakukan di sana akan terasa keren. Misalnya baca buku, minum es kelapa, seke-dar tiduran, atau beneran tidur. Sampai ketiduran lalu ngilerpun, tetap akan terlihat keren di atas hammock! Apalagi ditambah aksesori kacamata hitam. Lengkap sudah. Yuk, mulai selipkan hammock di ranselmu.

(25)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

47 48

TIPS & TRIK

WAKATOBI, ATAU TEMPAT wisata berbasis

bawah laut lainnya, biasanya memiliki banyak sekali dive operator yang kadang membingungkan, ter-utama bagi pemula. Kelihatannya sama-sama ba-gus, tapi ternyata mengecewakan. Mudah-mudah-an tips-tips di bawah ini bisa membMudah-mudah-antu:

1. CARI DIVE OPERATOR BERALAT LENGKAP

Alat-alatnya lengkap seperti wetsuit, alat dasar selam, compressor dan ada pemandu yang bersertifikat dive master/instruktur dive, supaya gak perlu ke beberapa dive operator.

2. PUNYA KAPAL/BOAT

Kalau bisa, pilih dive operator yang me-miliki kapal/boat khusus diving supaya kegiatan penyelaman lebih mudah.

3. CEK MASKER

Kebersihannya, kejernihannya, dan voging (berembun) atau tidak, karena mempengaruhi ke-nyamanan menikmati keindahan bawah laut.

4. CEK REGULATOR DAN BCD

Cek regulator dan BCD (Bouyancy Compensators), bocor atau tidak. Harus cari BCD yang pas atau nyaman pada tubuh kita agar nya-man saat melakukan penyelanya-man dan menjadi lebih mudah dalam menyeimbangkan tubuh.

5. CEK OKSIGEN DALAM TABUNG SELAM

Oksigen yang benar itu tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa pedas pada saat di hisap.

6. GUNAKAN PEMBERAT SESUAI

UKURAN BERAT BADAN

Kalau berat badannya di bawah 50kg, berarti cukup menggunakan dua pemberat saja. Kalau di atas 60kg, berarti harus menggunakan tiga pemberat atau lebih. Intinya sesuaikan de-ngan berat badan kita, jade-ngan terlalu kurang dan jangan terlalu banyak, harus pas.

Oleh

:

Muis Bhojest

F O T O : I S T I M E W A

Mencari

(26)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N 5050

RESENSI

TRAVEL WRITER ADALAH pahlawan

pro-mosi tempat wisata. Belitong yang tadinya sepi sekarang tiap weekend orang ramai ke sana. Andrea Hirata punya andil besar me-majukan pariwisata Belitong.

Cara begini juga dilakukan kakak beradik Cayi dan Gelbo untuk Raja Ampat dan Sorong. Mereka hanya enam hari di Sorong tapi dalam bukunya seperti tidak ada yang terlewat. Semua informasi yang diperlukan orang untuk ke Raja Ampat dan Sorong, ada di sini. Komplit, plit, plit!

Mulai dari karakteristik Raja Ampat dan Sorong, cara ke sananya gimana, waktu yang paling pas, para operator diver, spot-spot yang recommended buat diving, makanan khas, dan segala tempat penginapan lengkap dengan con-tact person-nya.

Kita dikasih tahu bahwa masuk Raja Ampat itu bayar, yaitu Rp 250 ribu untuk wi-satawan lokal dan Rp 500 ribu untuk wisa-tawan mancanegara. Nanti dikasih semacam pin pengenal yang itu berlaku setahun. Kita juga dikasih tahu bahwa malaria itu sangat

riskan di sana, jadi lebih baik minum obat anti malaria sebelum berangkat.

Raja Ampat terkenal dengan pan-orama bawah lautnya. Cayi sempat tertipu melihat koloni ikan, dia kira rumput laut, eh ternyata ikan. Gelbo, waktu di Wayag, tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk snorkeling karena melihat sirip-sirip ikan hiu. Hiii....

Cayi punya cerita sendiri di Wayag. Ia berhasil mendaki sampai puncak karang Wayag setelah mendaki, merayap, atau apa-pun namanya, semacam pulau karang yang curam dan tajam. High risk high gain.

Sampai di puncak pandangan meluas seantero Raja Ampat. Gradasi air laut yang begitu memukau dan pulau-pulau karang yang berteba-ran, seakan membuat letih dan goresan-goresan karang yang memenuhi tubuhnya tidak ada apa-apanya dibanding pemandangan dari bukit Wayag. Alhamdulillah, Cayi masih mau turun dan menulis buku ini bersama Gelbo.

ONE STOP INFORMATION

ke Raja Ampat dan Sorong

Judul:

Lost in Raja Ampat & Sorong

(27)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

BAGI MASYARAKAT DI Pulau Jawa, definisi becak adalah sepeda tak bermesin yang bagian depannya ditempel den-gan semacam tempat duduk yang bisa diisi oleh dua orang dewasa. Pengemudinya ada di belakang. Tapi becak di Jawa, berbeda dengan di Sumatera, terutama pengemudi-nya yang berada di samping.

Oleh: Muhammad Iqbal| Foto: Muhammad Iqbal

Becak punya definisi yang berbeda bagi masyarakat Sumatera Utara. Kota Medan men-genal yang namanya betor (becak motor), yaitu sepeda motor yang bagian sampingnya ditempeli dengan semacam tempat duduk seperti tempat duduk yang ada pada becak Jakarta. Ini adalah becak mainstream yang ada di Sumatera Utara.

Tapi saya menemukan varian-varian unik yang sangat asing buat saya. Waktu di pasar

Belawan, saya ketemu puluhan becak berupa sepeda ontel yang ditempeli tempat duduk. Semuanya sepeda ontel dan mayoritas dari me-reka mengecatnya dengan warna-warna meriah.

Saya temui model serupa di Gunung Sitoli (Pulau Nias). Sepeda ontel yang ditempel dengan semacam gan-dengan masih banyak ditemui, tapi lebih berfungsi sebagai angkutan barang (termasuk babi). sepuluh siswa SD naik ke atas sebuah

betor. Sadar difoto, mereka langsung tersenyum, dan melambaikan tangan.

Menanggapi “pasar” yang meng-inginkan muatan besar, betor di Samosir (pulau di tengah Danau Toba) merenovasi gandengan motornya dengan tempat duduk dua baris. Yang tadinya muat dua orang dewasa, cling... sekarang jadi muat empat orang dewasa.

Betor di Sibolga adalah yang paling khas buat saya. Mereka membuat gandengan khusus yang tertutup seperti kapsul isolasi. Seakan-akan si tukang betor membawa tamu khusus. Kalau diibaratkan taksi, ya silver bird lah, hehe.

F O T O : I S T I M E W A

F O T O : I S T I M E W A

(28)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

53

INTERAKSI

P a k P o l i s i i i

!

Bajunya coklat, celananya coklat, kulitnya coklat. Siapa lagi kalo bukan Pak Polisi.

Travelling memang kadang gak lepas dari apes, seperti teman-teman kita di bawah

ini yang harus berurusan dengan bapak berbaju coklat itu

PERNAH KETANGKEP DI penyebrangan Gilimanuk gara-gara bawa KTP expired waktu mau masuk Bali. Disuruh balik lagi ke Jawa. Akhirnya kita akalin petugasnya kabur pas pergantian shift jaga. Wkwkwkwkwkwkw.

B h a r o t o R o c h w i a r s i

JOGJA. SOK TAHU bawa peta dari toko souve-nir! Pas di sebelah Mall Galeria, PD tingkat tinggi, ambil kiri, ternyata jalan searah, udah gitu pas crowded, gerimis, diklaksonin orang sejagat, dan digiring dengan manis sama pak polisi. Pasang muka melas, cerita keadaan kalo 2 hari gak tidur nyetir dari Jakarta. Diampunin deh! Semoga polisinya panjang umur ya. Hahahaha….

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2

Kirim yuk kisah seru kamu! melalui email kami

redaksiezinebi@yahoo.com

Keep Sharing

Catatan Perjalanan Kamu!

.COM

www.backpackinmagazine.com I redaksiezinebi@yahoo.com

POR

TAL INFORMASI

TRA

VELLING

DI INDONESIA

H a r r y P o t t e r

M

A

G

A

Z

I

N

(29)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

tRAVELLING MAKE YOU

(

LOOK

)

YOUNGER

!!!

put your ads here...

Arozak Salam

Muis Bhojest

SEMUA BERAWAL DARI e-book gratisan yang Ozak sebar

di internet. Dia sangat antusias membantu Backpackin’ menyusun edisi Wakatobi. Maka jadilah seperti yang sedang teman-teman pelototin. Januari-Februari 2012 Ozak ikut membangun sektor pariwisata Wakatobi lewat program Pertukaran Pemuda Indonesia Australia (PPIA). Sekarang Ozak lagi di Perth buat jalan-jalan, kalaupun ada kuliah atau kerjaan, itu cuma sampingan. Unduh e-book Wakatobi Ozak di http://lagunatrip.com/wakatobimemanggil.html

ANAK CILINCING, JAKARTA Utara yang nyasar ke

Wakatobi, hobinya diving. Silakan ditebak sendiri warna kulitnya gimana. Sekarang jadi Pimpinan Redaksi di Reefradio 100.2 FM, satu-satunya radio pemerintah Wakatobi yang getol banget kampanye melawan illegal fishing. Bhojest kasih banyak info dan foto di edisi ini.

THANKS TO

OUR CONTRIBUTORS

Mau jadi kontributor? Kirim tulisan kamu sesuai

dengan rubrik ke redaksiezinebi@yahoo.com

(30)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N

57 58

BM

EDISI

DEP

AN!

W A E R E B O

BACKPACKIN MAGAZINE

SIMAK!

EDISI 17

(31)

B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 2

HaVE FuN

BaCKPaCKiN

MaGaZiNe

WITH

BACA BACKPACKIN

MAGAZINE SESUAI

SITUASI DAN KONDISI.

JIKA BIKIN GALAU AJAK

KELUARGA JALAN-JALAN.

JIKA GALAU BERLANJUT

SEGERA HUBUNGI TEMAN

UNTUK KAMU

AJAK BACKPACKERAN

BACA SPOT TERBARU BACKPACKIN MAGAZINE

Referensi

Dokumen terkait

Waduk Cirata merupakan waduk yang juga digunakan untuk pembangkitan listrik terletak kurang lebih 51 km di hilir Waduk Saguling. Waduk Cirata dengan luas DAS 4.119 km 2 dan

Hambatan didaktis disebabkan penggunaan strategi represen- tasi mendatar nilai tempat pada buku kurikulum 2013 kelas II kurang membantu siswa dalam memaknai bilangan dari sudut

memperoleh gelar Ahli Madya untuk progam studi Kimia Analis di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.. Karya ilmiah ini dapat disusun

Sedangkan debitur menurut ketentuan Pasal 1 angka 3undang-undang tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan debitur adalah orang yangmempunyai utang karena perjanjian

Bola yang meluncur mempunyai lintasan unik yang memenuhi persamaan fisika. Salah satu lintasan geraknya yaitu memiliki spin yang bergerak sambil

Praktikan melakukan prosedur pengolahan dengan kurang baik dan kurang lancar dengan sedikit kesalahan ketika melakukan persiapan maupun proses pengolahan dan

Riantiarno mengandung enam nilai pendidikan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu (1) nilai pendidikan religius, (2) nilai pendidikan sosial, (3)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan abu sekam padi sebagai pengganti sebagian semen ditinjau dari kuat tekan dan modulus elastisitas beton