K
ru back-packinmagazine,
Ambar Arum dapat
kesempatan
men-elusuri Desa Bayan,
Lombok Utara,
Nusa Tenggara
Barat, beberapa waktu lalu. Perjalanan ini terwujud berkat
inisiasi British Council dan Bank Mandiri dalam program
Mandiri Bersama Mandiri: Familiarization Tour
Kemashyuran Gunung Rinjani, kebanyakan orang
lebih mengenal Desa Senaru, yang letaknya
bersebela-han dengan Desa Bayan. Padahal diam-diam, Desa Bayan
memiliki kecantikan kultur dan alam yang luar biasa. Sebut
saja air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep, atau masjid
Bayan Beleq, konon masjid tertua di Pulau Lombok.
Desa Bayan memiliki hutan adat dengan mata air
yang dikelola sangat baik yakni Mata Air Mandala. Ada
juga Teras Genit berupa hamparan sawah terbentang
hingga menyentuh panorama laut lepas. Cantik.
Mengunjungi Desa Bayan berarti mempelajari
bu-daya setempat. Tersebutlah Wetu Telu, filosofi hidup yang
dianut oleh penduduk Desa Bayan, sebuah nasehat agar
selalu mengingat dari mana kita berasal dan ke mana kita
akan kembali. Kita juga dapat menyaksikan pentas drama
tradisional Cupak Gurantang,
Kuliner Desa Bayan pun tidak kalah menarik. Pepes
daun sawe, sate ikan laut, sayur jejeruk, serta olah-olah
rembong dicampur komak yang rasanya luar biasa nikmat.
Untuk apa berwisata kalau tidak dibagi, Backpackin
akan berbagi tulisan-tulisan pendek mengenai Desa Bayan
yang akan hadir di www.backpackinmagazine.com. Selain
itu, kami juga menyajikan ulasan spesial mengenai Desa
Bayan dalam e-magazine edisi khusus yang kamu baca saat
ini.
Selamat Ransel!
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
1 2
Setengah berlari saya menghampiri meja check-in di bandara Soekarno Hatta.
15
PAKET WISATA BUDAYADARI BEGAWE BELEQ HINGGA MASJID BAYAN KUNO
Salah satu pemandangan yang menjadi lazim adalah terdapatnya lumbung padi disebut geleng
23
HUKUM ADAT MANDALAKESEMPATAN BERINTERAKSI DENGAN PENDUDUK LOKAL
Desa Bayan, Lombok, memiliki beberapa hutan adat.
S
etengahsang burung besi
masih menunggu
saya dengan manisnya. Fiuh…
Dua jam berselang, saya berada di bandara Praya,
Lombok. Lalu bertemu beberapa wartawan dan blogger dari
Jakarta yang bersama-sama kami menuju Desa Bayan,
tem-pat di mana sebuah kisah seru akan dimulai.
Kami dikumpulkan oleh sebuah program Mandiri
Ber-sama Mandiri, program yang diselenggarakan British Council
bekerja sama dengan Bank Mandiri. Tujuannya
mengembang-kan kemandirian ekonomi sebuah kelompok atau komunitas.
Salah satunya mengembangkan potensi pariwisata di Desa
Bayan.
Pemandangan indah di kanan kiri jalan membuat
perjalanan kami selama tiga jam jadi tidak membosankan.
Sebagian jalan yang kami lewati adalah pinggir pantai.
Ham-paran sawah sebetulnya sudah cukup membuat saya gembira,
apalagi ini ditambah indahnya pantai pasir putih. Seru!!
Sore pun datang dan sampailah kami di penginapan
Senaru, sebuah penginapan di Desa Senaru yang bertetangga
dengan Desa Bayan. Desa Senaru telah lebih dulu populer
sebagai pintu masuk sekaligus pintu keluar bagi para pendaki
Gunung Rinjani, gunung ketiga tertinggi di Indonesia setelah
Jaya Wijaya dan Kerinci.
CATPER
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
Kesempatan Berinteraksi dengan
Penduduk Lokal
WISATA ADAT DAN BUDAYA
Setelah sarapan pagi, pukul delapan tepat kami semua
berangkat menuju visitor centre Desa Bayan. Penjelasan
singkat mengenai budaya Bayan dijelaskan di sini. Dari sinilah
saya mendengar mengenai istilah wetu telu dan awik-awik,
istilah yang terus-menerus saya coba pahami sepanjang
per-jalanan ini.
Pagi sampai siang ini kami akan mencoba paket wisata
budaya serta paket wisata hutan adat Mandala. Semua
peser-ta semangat, tidak terkecuali saya. Kami dibagi menjadi tiga
kelompok dan saya kebagian kelompok paling akhir. Untuk
melakukan perjalanan wisata budaya, setiap orang dari kami
dipinjamkan kain sarung dan sabuk untuk wanita. Sementara
untuk pria dipinjamkan kain, sabuk, dan sapuk (penutup
ke-pala). Semua ini wajib dikenakan untuk dapat masuk ke dalam
begawe beleq, yaitu area tempat tinggal pemangku adat
seka-ligus tempat melakukan ritual-ritual penting.
Paket wisata budaya ini menjadi sangat menarik
kare-na banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk
lokal, mulai dari pemandu wisata kami, pemangku adat,
hingga masyarakat biasa. Mereka semua menyambut kami
dengan sangat hangat. Lebih lengkap mengenai perjalanan ini
saya sajikan dalam tulisan terpisah.
Jelang tengah hari, kami kembali ke visitor centre
untuk makan siang. Kemudian perjalanan kedua pun
dimu-lai, yaitu mencoba paket wisata hutan adat Mandala. Semua
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
5
GELENG-Tempat Menyimpan Beras
MENENUN di depan rumah
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto Sumatera peserta masih semangat, apa lagi saya.
Sebelum memasuki hutan adat, terlebih dulu kami
me-nyusuri sawah. Entah mengapa, sawah selalu memiliki daya
magis tersendiri bagi saya, terutama saat sedang menghijau
seperti saat itu. Yah, barangkali saya bisa senorak ini karena
saya berasal dari sebuah kota besar, ibu kota yang tidak terlalu
keibuan. Pemandangan hamparan sawah, dengan gubuk kecil
di tengah-tengahnya serta kerbau lengkap dengan bapak
dan ibu tani, semua itu selalu berhasil menenangkan hati ini.
Karena hamparan sawah itulah saya tertinggal rombongan.
Beruntung ada pemandu wisata yang selalu setia menemani
kami dan menunjukkan kami ke jalan yang benar.
Tak lama kemudian kami pun memasuki rumah
pen-duduk dan kami disuguhi pemandangan anak-anak sedang
bermain beledog, yaitu permainan tembak-tembakan
tradis-ional menggunakan bambu kecil. Mereka tidak menolak saat
kami ajak berfoto.
Perjalanan kami lanjutkan memasuki hutan adat
Man-dala, lebih lengkapnya saya ceritakan dalam tulisan terpisah
lagi ya…. :)
Setelah puas masuk hutan, kami diajak bersantai
sejenak di Teras Genit, yaitu salah satu tempat di Desa Bayan
dengan pemandangan sangat cantik. Kembali mata saya
dimanjakan dengan hamparan sawah. Sekitar setengah jam
kami di sini, lalu kami dibawa kembali ke penginapan untuk
bersih-bersih dan istirahat sejenak.
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan 8
RUMAH ADAT
Edisi Foto Sumatera
CUPAK GURANTANG
Malam harinya kami digiring kembali ke visitor centre
untuk menyaksikan pentas kesenian tari dan drama.
Tari-tari-an dibawakTari-tari-an oleh Tari-tari-anak-Tari-tari-anak Desa BayTari-tari-an yTari-tari-ang
menggemas-kan. Setelah acara tari-tarian usai, lalu diumumkan pemenang
penghargaan desa terbersih. Persoalan kebersihan sepertinya
pantas untuk menjadi sorotan, karena sepanjang perjalanan
saya kesulitan menemukan tempat sampah. Penghargaan
tersebut adalah salah satu cara untuk mendorong penduduk
agar lebih menjaga kebersihan.
Selanjutnya panggung diisi dengan pentas drama
teat-erikal Cupak Gurantang. Pentas drama ini sudah saya tunggu
sejak tadi. Saya sangat menyukai seni pementasan, apalagi
kalau lakonnya mengangkat kisah tradisional yang belum saya
ketahui sebelumnya. Dan benar saja, saya sangat terhibur
dengan pementasan Cupak Gurantang yang berkisah tentang
kakak beradik dengan dua kepribadian bertolak belakang.
Yang satu berperangai baik, sementara yang lain buruk.
Sa-yangnya tidak mudah memahami percakapan dalam drama
ini, karena pemainnya banyak menggunakan bahasa daerah.
Satu hari penuh kami sudah mencicipi paket wisata
adat, budaya, dan kesenian di Desa Bayan. Selain tiga hal
tersebut, ada satu hal lagi yang juga menarik, yaitu potensi
kuliner di sini yang tinggi. Sepanjang kami di sini, semua
suguhan makanan sangat unik dan membuat kami ketagihan,
beberapa di antaranya adalah pepes daun sawe, sate ikan
laut, dan sayur jejeruk.
Ibu Wiwin, perwakilan dari British Council,
mencerita-kan rahasianya. Ternyata seorang chef handal secara khusus
didatangkan ke sini untuk mengajari para ibu-ibu memasak
menggunakan bahan-bahan yang dapat diambil dari kebun
warga sendiri, seperti daun sawe. Hasilnya sungguh nikmat
dan hanya dapat kita temui di Bayan!
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
9
Edisi Foto Sumatera
MENYAPA PAGI DI SENDANG GILE
Tidak jauh dari tempat kami menginap, terlihat pintu
masuk menuju air terjun Sendang Gile yang seakan
memang-gil kami semua untuk masuk ke dalamnya. Seharian waktu
kami sudah habis blusukan di Desa Bayan. Maka sebagian
dari kami secara sukarela berkomitmen bangun lebih awal
keesokan harinya untuk menyempatkan diri ke Sendang Gile.
Tidak ada waktu lain, karena kami harus mengejar pesawat
kembali ke kota kami masing-masing.
Pagi pun datang dan saat saya bangun, semua peserta
lain masih terlelap. Sambil menunggu, saya manfaatkan
waktu untuk mengambil gambar di beberapa sudut, termasuk
mengabadikan matahari terbit yang indah saat itu. Beberapa
menit kemudian, beberapa orang mulai bermunculan dan
berangkatlah kami ke Sendang Gile.
Tidak perlu waktu lama untuk mencapai Sendang Gile
dari pintu masuk, sebab medannya menurun dan sudah
diper-mudah dengan dibuatnya tangga. Sekitar lima menit kami
sudah menghirup kesegaran air terjun Sendang Gile yang
me-nyejukkan. Percikan embun dari Sendang Gile berhasil
mem-buat wajah saya segar seketika. Sebenarnya saya sangat ingin
terjun ke kaki air terjun, tetapi udara saat itu begitu dingin,
selain juga kami tidak punya banyak waktu. Jadi niat pun saya
urungkan.
Tak lama berselang, kami kembali ke penginapan.
Per-Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
11
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto Sumatera jalanan kembali merupakan tugas tersendiri bagi kami karena
jalannya menanjak. Meski mudah karena sudah dibangun
tangga, namun tentu cukup menguras keringat. Baru sekitar
sepuluh hingga lima belas menit kemudian kami sampai ke
penginapan.
Tanpa dikomando, kami bersiap menuju bandara.
Kembali kami melewati tiga jam perjalanan ke bandara Praya.
Siang menjelang, sang burung besi sudah siap membawa
saya dan beberapa sahabat baru kembali ke Jakarta. Terima
kasih Bayan, terima kasih British Council, terima kasih Bank
Mandiri. Semoga tulisan kecil dari kami ini dapat
memperke-nalkan Bayan ke masyarakat luas dan menarik minat banyak
wisatawan mengunjungi Desa Bayan tercinta. Menurut saya,
belum ke Lombok kalau belum ke Bayan!
PAKET
WISATA BUDAYA
Edisi Khusus Desa BayanD
alam perjalananmenuju
begawe beleq
(tempat tinggal
pemangku adat dan
tempat beberapa
ritual penting) di
Desa Bayan, salah satu pemandangan yang menjadi lazim
adalah terdapatnya lumbung padi di depan rumah penduduk.
Lumbung padi di sini disebut geleng atau sambi, bentuknya
seperti rumah panggung kecil dengan kaki tinggi hingga
seki-tar dua meter untuk menghindari gangguan binatang.
Seperti kebanyakan rumah di sini, geleng dibentuk dari
kayu panjang sebagai rangka, anyaman bambu sebagai
din-ding, dan jerami sebagai atapnya. Dengan adanya geleng ini,
penduduk Desa Bayan dapat meminimalisir potensi
kekuran-gan pankekuran-gan, terutama di masa-masa sulit panen.
Keliling Desa Bayan semacam ini termasuk dalam
wi-sata budaya yang ada dalam pilihan paket wiwi-sata Desa Bayan.
Sebelum memulai perjalanan wisata budaya Desa Bayan, kita
akan diberi penjelasan ringkas seputar Desa Bayan. Selain itu,
setiap pengunjung juga akan dipinjamkan kain dan sabuk bagi
para wanita, serta kain, sabuk dan sapuk (penutup kepala)
bagi para pria. Semua ini wajib dikenakan untuk dapat masuk
dan bertemu dengan pemangku adat Desa Bayan.
Melangkah lebih maju lagi, kita akan menemukan
makam leluhur pemangku adat di Bayan Timur, hanya
bang-sawan yang boleh dimakamkan di sini. Kemudian berbelok ke
kiri, sampailah kita di begawe beleq.
Dari Begawe Beleq Hingga
Masjid Bayan Kuno
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto Sumatera Bagian depan begawe beleq terdiri dari empat
beru-gak. Berugak adalah istilah suku Sasak untuk sebuah
bangun-an terbuka dengbangun-an empat atau enam tibangun-ang. Di rumah
pen-duduk biasa, berugak umumnya digunakan untuk bersantai
atau menerima tamu.
Berugak di begawe beleq ini memiliki fungsinya
masing-masing. Di ujung kiri sebelah belakang ada Berugak
Agung, yaitu berugak utama, tempat para kyai melakukan
musyawarah dan memutuskan perkara. Kemudian di kiri
depan adalah berugak untuk tempat mengolah daging atau
sayur. Juga ada Berugak Senaru dan satu lagi adalah Berugak
Malang.
Kemudian masuk ke dalam, dapat kita temui beberapa
bangunan rumah serta satu berugak di tengahnya. Setiap
rumah diisi oleh keluarga pemangku adat dan beberapa
saudara yang membantu pemangku adat dalam menjalankan
tugas-tugasnya. Di sini pemangku adat beserta beberapa
saudara-saudaranya menyambut anda dan siap bercerita
banyak mengenai budaya di Desa Bayan.
Selepas dari begawe beleq, kita akan diajak
menyam-bangi bangunan termasyhur di desa ini, yaitu masjid kuno
Bayan Beleq. Masjid ini begitu istimewa karena telah berusia
ratusan tahun dan merupakan masjid pertama yang berdiri di
Pulau Lombok.
Bangunannya amat sederhana, seperti layaknya
ban-gunan lain di Desa Bayan. Masjid ini memiliki ukuran sekitar
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
17
GELENG-Tempat Menyimpan Beras
AKTIVITAS DI BEGAWE BELEQ-
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto Sumatera 9 x 9 meter persegi, serta berdinding rendah dari anyaman
bambu. Dinding yang rendah ini memiliki filosofi bahwa
siapa-pun yang masuk harus terlebih dulu menundukkan badannya.
Artinya, dalam hidup kita harus selalu rendah hati dan saling
menghormati. Di dalamnya terdapat sebuah bedug dari kayu.
Masjid ini tidak lagi digunakan untuk sembahyang sholat
sehari-hari, tetapi masih tetap digunakan dalam upacara
ke-agamaan besar seperti Maulid Nabi Muhammad.
Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Bayan Barat.
Di sana juga terdapat begawe beleq yang serupa dengan
begawe di Bayan Timur. Kita juga akan diajak mampir ke
kam-pung Karang Salah, tepatnya ke rumah Raden Gedarip, salah
satu saudara dari pemuka adat Desa Bayan. Karena sudah
melalui setengah perjalanan, di sini kami disuguhi kue khas
Lombok yang dibuat dari tangan para ibu-ibu Lombok.
Sambil mencemil kue, Raden Gedarip mengajak kita
masuk ke dalam rumahnya yang telah ada dari zaman nenek
moyangnya. Bagian dalam rumah terbagi menjadi beberapa
bagian dengan fungsinya masing-masing. Di ujung belakang
adalah dapur, sementara di dekat pintu masuk terdapat
Edisi Khusus Desa Bayan 20
MASJID KUNO
-Masjid Kuno Bayan Beleq, masjid tertua di Lombok
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto Sumatera pijakan tempat menaruh beberapa barang dan di atasnya
ada ruangan yang disebut inan bale. Ruangan itu tidak terlalu
besar dan berfungsi menyimpan barang-barang antik seperti
keris atau dokumen penting.
Selanjutnya kita masih diajak berkeliling Desa Bayan
sambil berbincang dengan para tokoh adat yang kesemuanya
ramah dan tidak bosan menceritakan tradisi di Desa Bayan.
Misalnya mengenai awik-awik. Awik-awik adalah kesepakatan
bersama atau hukum adat yang berlaku. Misalnya agar dapat
menjaga keberlangsungan mata air di dalam hutan adat,
dis-epakati untuk tidak boleh ada yang menebang pohon dalam
areal hutan adat, apabila ada yang melanggar maka harus
membayar denda.
Tidak terasa 2 jam telah terlewati, kita pun akan
diba-wa kembali ke visitor centre dan usailah wisata budaya Desa
Bayan yang sarat dengan pengalaman dan wawasan menarik.
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
21
Edisi Foto Sumatera
D
esa Bayan, Lombok,memiliki
beberapa hutan
adat. Salah satu
yang paling popular
adalah hutan adat
Mandala. Hutan
adat ini menjadi populer karena di dalamnya terdapat mata air
yang menjadi sumber kehidupan bagi penghuni Desa Bayan.
Mata air ini bukan mata air biasa karena pernah
memenangkan lomba pengelolaan mata air terbaik se-pulau
Lombok. Tidak heran, sebab Bayan memegang teguh
awik-awik atau hukum adat yang sangat ketat mengatur
pengelo-laan hutan adat agar kekayaan alamnya tetap terjaga.
Terdapat beberapa aturan dalam awik awik, seperti
dilarang menggembala ternak di kawasan hutan maupun
pinggiran hutan, dilarang mencabut pohon, dilarang
menang-kap satwa yang ada di dalam hutan, dan dilarang mencemari
sumber-sumber mata air dalam hutan adat Mandala.
Turan-aturan tersebut dibuat oleh masyarakat untuk
masyarakat. Jika ada yang melanggar, hukumannya
tergan-tung seberapa berat pelanggarannya. Biasanya berkisar pada
denda satu ekor kerbau, denda beras 1 kuintal, atau hasil bumi
lainnya. Jika pelanggarannya sangat berat, maka bisa jadi
sanksi yang diberikan ada pengasingan.
Perjalanan menjelajahi hutan adat Mandala dimulai
dari visitor centre kemudian berjalan menyusuri sawah hingga
masuk ke dalam pemukiman penduduk. Kenakanlah pakaian
paling santai dan sepatu kets atau sandal gunung agar
nya-man sepanjang perjalanan.
Ditemani pemandu lokal, perjalanan jadi terasa
me-Sumber Kehidupan Desa Bayan
HUTAN ADAT
MANDALA
Edisi Foto Sumatera ngasyikkan karena banyak hal yang dapat diceritakan dari
setiap langkah perjalanan ini. Mulai dari tumbuhan apa saja
yang tumbuh subur di sana, bagaimana kondisi panen, dan
pastinya tentang mata air Mandala yang masyhur itu.
Tidak sampai setengah jam berjalan kaki, kita
su-dah sampai di pintu masuk hutan adat. Tidaklah begitu sulit
melakukan trekking di dalam hutan adat, hanya saja perlu
eks-tra hati-hati dalam berpijak apabila habis hujan karena sangat
licin.
Sekitar sepuluh menit memasuki hutan, terdapat area
yang disebut Lokok Jawa. Titik ini konon dipercaya sebagai
tempat beristirahatnya para muballigh murid sunan Wali
Songo. Masuk lebih dalam lagi, kita dapat menemui mata air
Mandala yang tidak pernah berhenti memberi kehidupan bagi
warga Desa Bayan.
Tidak jauh dari mata air Mandala terdapat tanah
lapang yang tidak terlalu besar dan kerap dijadikan titik untuk
melakukan ritual adat slamet olor, yaitu ritual syukuran mata
air. Biasanya diadakan setahun sekali setelah panen.
Perjalanan pun dilanjutkan dan semakin dekatlah kita ke
penghujung hutan. Di sini terdapat tempat pemandian yang
saat kami berkunjung sedang dalam proses renovasi. Apabila
sudah diperbaiki, tentu akan menjadi salah satu daya tarik
wisatawan karena tidak banyak terdapat pemandian di tengah
hutan seperti ini.
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
25
CARA MENUJU
DESA BAYAN
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa BayanEdisi Foto Sumatera 28
Edisi Foto Sumatera
Edisi Khusus Desa Bayan 30 Edisi Khusus Desa Bayan
GALERI
SNAPSHOT
DESA BAYAN
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto Sumatera
KESENIAN
DESA BAYAN
Edisi Khusus Desa Bayan
S
uatu kein-dahan tidakmelulu
berbentuk fisik yang
diam dan dapat
kita raba kapanpun.
Sebuah seni
pertun-jukan merupakan
keindahan lain yang hanya dapat kita alami saat ia tampil,
dan menorehkan kesan mendalam di ingatan siapa pun yang
menyaksikannya.
Di Bayan, sebuah desa di Lombok, selain panorama
dan kekayaan budayanya yang memukau, keindahan lain juga
terasa melalui pementasan seni teater dengan lakon Cupak
Gurantang. Judul lakon ini diambil dari kisah dua bersaudara
dengan dua kepribadian yang bertolak belakang.
Cupak sang kakak adalah seorang yang kikir, pemalas,
licik, dan pelit. Semua sifat buruk melekat di dalam dirinya,
dan ini juga terwujud melalui rupa wajahnya yang buruk.
Sebaliknya Gurantang sang adik memiliki pribadi yang sabar,
penyayang, murah hati, rajin, dan sifat baik lainnya. Wajahnya
pun rupawan. Meski memiliki sifat yang bertolak belakang,
mereka terus menghabiskan waktu bersama-sama.
Suatu saat Cupak mengajak Gurantang untuk
melaku-kan perjalanan panjang. Di tengah perjalanan, mereka
ber-temu dengan pasangan mandul yang kemudian mengangkat
mereka berdua sebagai anak. Selama tinggal bersama, Cupak
seringkali berperingai buruk.
Kisahnya berlanjut hingga mereka mendengar kabar
mengenai sang putri raja yang diculik raksasa jahat. Lantas
Cupak Gurantang: Jahat dan Baik
dalam Diri Manusia
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto Sumatera raja berikrar, siapapun yang sanggup mengembalikan putrinya
akan diberi kedudukan tinggi di kerajaan dan dinikahkan
de-ngan sang putri.
Cupak dan Gurantang menerima tantangan tersebut.
Lagi-lagi Cupak berniat jahat dengan membiarkan Gurantang
membunuh sang raksasa, namun kepada raja ia mengaku
bahwa dirinyalah yang membunuh raksasa dan
menyelamat-kan putri raja. Namun pada akhirnya semua kelicimenyelamat-kan Cupak
dapat terbongkar, maka Gurantang lah yang menikahi sang
putri dan menjadi putra mahkota.
Kisah Cupak Gurantang ini tersebar luas di Bali dan
Lombok. Sifat keduanya merupakan cerminan kepribadian
yang tinggal dalam diri manusia. Selalu ada sifat buruk dan
baik di diri kita masing-masing. Sifat buruk selalu akan
meng-hasilkan dampak yang buruk pula, sementara sifat baik akan
membawa kebahagian bagi siapa saja. Ujung dari kisah Cupak
Gurantang ini pun menggambarkan bahwa pada akhirnya
kebaikanlah yang akan menang.
Nilai-nilai kehidupan bisa dengan mudah kita adopsi
jika penyampaiannya tidak terkesan menggurui. Cupak
Gu-rantang adalah salah satu media dalam menyampaikan hal
tersebut.
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
Edisi Foto Sumatera Edisi Foto SumateraEdisi Khusus Desa Bayan
KULINER
PEPES
DAUN SAWE
Ikan laut diberi bumbu pepes kemudian dibungkus
denga daun sawe, lalu diikat dengan daun serai dan
dikukus
SATE
IKAN LAUT
Ikan laut disate menggunakan bumbu santan
SAYUR
JEJERUK
Sayur daun belimbing, pepaya muda, kelapa muda,
serta kacang hijau, diberi bumbu kelapa tua
OLAH OLAH
REMBONG
Edisi Foto Sumatera
SI’E
Saat berjalan-jalan mengelilingi Desa Bayan,
sesekali kita akan mendengar teriakan “si’e, si’e,
si’e” datang dari truk yang berjalan pelan
men-gelilingi desa. Si’e dalam bahasa Lombok artinya
garam. Truk tersebut mengangkut garam yang
sudah dikemas dalam kantong plastik dan siap
dijual kepada penduduk desa. Siapapun yang mau
membeli tinggal berjalan mendekati truk sambil memberi kode kepada sang supir, maka
truk akan berhenti dan siap melayani pembeli. Garam yang dijual adalah garam kasar
den-gan harga Rp10 ribu per kantung.
INTERMEZZO
WETU TELU
Setiap masyarakat memiliki filosofi yang hidup dalam
komuni-tasnya. Filosofi hidup masyarakat Desa Bayan disebut dengan Wetu
Telu. Wetu Telu adalah sebuah ajaran mengenai hakikat manusia,
mengingatkan siapa saja tentang dari mana ia berasal dan ke mana
ia akan kembali.
Terdapat tiga unsur utama dalam Wetu Telu yaitu unsur Ilahiah,
unsur Adam (bapak), dan unsur Hawa (ibu). Dibutuhkan
kede-wasaan berpikir untuk dapat memahami Wetu Telu secara utuh. Apabila hanya dipahami sebagian malah
akan memunculkan persepsi yang keliru. Wetu Telu seringkali dianggap sebagai penerjemahan dari waktu
tiga, di mana penduduknya dipercaya hanya menjalankan ibadah sholat selama tiga waktu. Ini merupakan
salah satu pemahaman yang keliru mengenai Wetu Telu. Karenanya apabila belum betul paham mengenai
tra-disi dan filosofi sebuah masyarakat, sebaiknya pelajari lebih dahulu sebelum disebarluaskan agar tidak terlalu
banyak menimbulkan kesalahpahaman.
Edisi Khusus Desa Bayan Edisi Khusus Desa Bayan
41
JELASKAN WETU TELU- Seorang
TENUN
Selama berkeliling Desa Bayan, dapat kita
lihat banyak ibu-ibu yang sedang menenun. Di
beberapa rumah juga terdapat toko kecil yang
menjual kerajinan tenun dari penduduk sekitar.
Mampirlah sejenak untuk sekedar melihat-lihat
beragam kain, tas, atau selendang dari tenun hasil
karya para ibu-ibu di Desa Bayan. Jangan sungkan
untuk menawar, namun jangan menawar terlalu rendah karena bagaimanapun mengerjakan
kerajinan tenun tentu tidak mudah dan tidak sebentar.
Edisi Khusus Desa Bayan
Edisi Khusus Desa Bayan 44
SIRIH
Masyarakat Desa Bayan gemar makan sirih.
Seperangkat alat untuk mengunyah sirih dapat
dengan mudah kita temukan di beberapa
beru-gak atau di rumah penduduk. Terdapat daun sirih,
kapur sirih, buah pinang dan pisau pemotong
buah pinang.
Pertama-tama buah pinang dipotong dan
diambil daging buahnya, kemudian dibungkus menggunakan daun sirih bersamaan dengan
kapur sirih, lalu dikunyah. Hati-hati saat menaruh kapur sirih, terlalu banyak dapat membuat
mulut terasa sangat panas. Jangan hanya mencoba sekali, cobalah sampai dua atau tiga
kali, maka akan terasa nikmatnya.
Edisi Khusus Desa Bayan 45
POTONG PINANG PERLENGKAPAN MENYIRIH