S
umatera itu tidakbiasa dan
tidak terlalu mahal.
Itu menjadi nilai
le-bih mengapa
Sumatera layak
menjadi target
jika ingin melakukan perjalanan ala backpacker. Sepuluh
provinsi di dalamnya punya keseruan yang berbeda,
meski-pun ada dua yang terbaik: Sumatera Utara dan Sumatera
Barat. Dua provinsi itu punya budaya yang paling kuat dan
tempat wisata yang paling banyak.
Tidak semua daerah wisata di Sumatera dapat diakses
dengan mudah. Bahkan sebaliknya, kebanyakan sulit diakses.
Misalnya untuk menuju Pulau Galang di Kepulauan Riau. Bis
tidak dapat mengaksesnya sampai tempat wisata bekas
tem-pat pengungsian Vietnam itu. Yang ada hanya taksi, yang itu
jelas mahal.
Atau ketika ingin menuju Abai, sebuah daerah di Solok
Selatan, Sumatera Barat. Di sana terdapat rumah bagonjong
(rumah adat minangkabau) terpanjang sedunia. Tapi untuk
menuju ke sana, tidak ada ojeg dan tidak ada angkutan umum.
Tapi di situ serunya. Semakin sulit digapai semakin
seru, semakin berkesan, dan semakin bernilai cerita. Sumatera
punya banyak yang semacam itu.
Kali ini, Backpackin menghadirkan edisi khusus foto
Sumatera yang foto dan datanya banyak bercermin dari buku
“Keliling Sumatera Luar Dalam” terbitan Grasindo yang ditulis
oleh Muhammad Iqbal. Perjalanan Iqbal selama 108 hari
berkeliling Sumatera ditulis dalam catatan-catatan perjalanan
singkat yang tersegmentasi berdasarkan provinsi.
Selamat menikmati
R
umah-Dari banyak suku yang ada di Sumatera, rumah adat yang
pa-ling terkeal adalah rumah adat suku minangkabau, namanya
rumah bagonjong. Bagonjong adalah sebutan untuk bentuk
atap yang seperti tanduk kerbau.
Rumah bagonjong paling mudah ditemui di Solok
Selatan. Di sana, tepatnya di Abai, terdapat rumah bagonjong
terpanjang dengan jumlah pintu 21 buah. Sayangnya akses
jalan menuju Abai cukup sulit. Tidak ada angkutan umum.
Mencari pangkalan ojeg pun setengah mati.
Kalau mau melihat bangunan bagonjong dengan
akses jalan mudah, lebih baik menuju istana pagaruyung.
Meskipun sudah tidak asli lagi, tapi bangunan istana bisa
mencerminkan bagaimana suku minangkabau membuat
bangunan kebesarannya.
Itu di Sumatera Barat. Beda dengan Aceh. Di Aceh,
bangunan yang mudah sekali ditemui adalah masjid. Sebutan
“masjid” hanya berlaku untuk masjid yang betul-betul besar.
Kalau kecil, biasanya disebut meunasah atau langgar, yaitu
semacam mushola yang menjadi sentra kegiatan keagamaan
di Aceh. Biasanya satu kampung/desa memiliki satu buah
meunasah.
Sumatera juga memiliki jembatan-jembatan megah
yang seringkali menjadi icon wilayah setempat. Misalnya
Jembatan Ampera di Palembang dan Jembatan Barelang di
Batam. Jembatan Barelang bukan hanya menghubungkan dua
daratan yang terputus oleh sungai, tetapi menghubungkan
dua buah pulau yang terputus oleh laut, yaitu Pulau Batam
dengan pulau di Selatan-nya.
BANGUNAN
Meulaboh, NAD
Masjid termegah di tengah kota Meulaboh.
Masjid Baiturrahman, icon Kota Banda Aceh
Banda Aceh, NAD
Bintan,
Kepulauan Riau
Pagaruyung, Sumatera Barat
Istana Pagaruyung menjadi lambang kerajaan Pagaruyung yang tersisa, meskipun bukan bangunan yang sebenarnya.
Rumah adat Mentawai. Terdapat tempat untuk duduk-duduk di sekeliling rumah yang digunakan untuk keluarga berkumpul, biasanya sore hari.
Siberut, Sumatera Utara
Ranah Pantai Cermin,
Sumatera Barat
Rumah bagonjong terpanjang di RPC atau kedua terpanjang se-Sumatera Barat.
Bandar Lampung, Lampung
Bangunan Pizza Hut menggunakan “siger” lambang khas Lampung di atas bengunannya. Hampir seluruh toko juga memasang lambang serupa.
Belinyu, Bangka Belitung
Tempat ibadah yang banyak ditemukan di Belinyu.
Gunung Tujuh, Jambi
Rumah sederhana ini banya terlihat di sekitar Gunung Tujuh. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dengan bertani.
Gantong, Bangka Belitung
Batam,
Kepulauan Riau
Jembatan Barelang sebagai icon Batam, penyambung dua pulau.
Gapuy, NAD
Meunasah yang dimiliki setiap desa di Aceh sebagai sentra kegiatan keagamaan desa.
Pulau Balai, NAD
Keramba jaring apung (KJA). Masyarakat pulau Balai menggantungkan hidupnya kepada laut, sebagian melaut, sebagian membuat KJA.
B
eberapa hewancukup
khas di Sumatera,
misalnya harimau
sumatera atau gajah
sumatera. Yang
pa-ling terkenal
se-bagai sumbernya gajah adalah Way Kambas. Di dalam taman
nasional tersebut, terdapat Pusat Latihan Gajah (PLG) yang
mempunyai kandang berisi 63 ekor gajah. Semua mempunyai
nama, meskipun tidak ada yang bisa mengejanya.
Taman nasional lain yang khas adalah Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL). TNGL ini begitu luas dan mempunyai
beberapa titik masuk, salah satu yang terkenal adalah Bukit
Lawang. Yang menarik di Bukit Lawang adalah adanya feeding
Orang Utan setiap pagi dan sore. Wisatawan boleh ikut
meli-hat aktivitas yang mencekam tersebut. Dikatakan mencekam
karena bukan tidak mungkin tiba-tiba Orang Utan tersebut
mendatangi pengunjung dan menggaruknya. Percayalah,
digaruk Orang Utan itu tidak enak dan tidak perlu dicoba.
Selain gajah dan orang utan, sebetulnya tidak
ba-nyak yang bisa diceritakan tentang satwa endemic Sumatera.
Hanya saja ada beberapa yang punya perilaku unik. Misalnya
sapi-sapi yang berkeliaran di Aceh. Ada yang bilang, Aceh
adalah kandang sapi terbesar di dunia. Di mana-mana ada
sapi, di pantai ada sapi, di kampung-kampung ada sapi,
bah-kan di jalan raya juga banyak sapi yang berkeliaran.
Aceh juga punya kekhasan unik pada
kambing-kamb-ingnya. Di sebagian tempat, ditemui kambing-kambing yang
lehernya dikalungi kayu segitiga pengaman. Kayu pengaman
itu bertujuan membatasi kambing tersebut masuk ke
peka-rangan tetangga. Karena kalau sudah masuk, kambing itu bisa
merusak mood pemilik pekarangan. Terhadap pekarangan, si
kambing bisa melakukan tiga hal: memakannya,
menginjak-injaknya, atau memakan sembari menginjak-injaknya.
Way Jepara, Lampung
Kandang gajah di Pusat Latihan Gajah yang terisi 63 ekor gajah jinak berasal dari Taman Nasional Way Kambas
Sapi-sapi berkeliaran di jalur lintas barat Sumatera itu sudah pemadangan biasa.
Calang, NAD
Blang Pidie, NAD
Palang kayu ditempelkan ke leher kambing agar tidak bisa masuk dan merusak pekarangan tetangga.
Geurugok, NAD
Pasar hewan selalu ada di hari Selasa. Ketika pembeli dan penjual sudah deal harga, maka mereka akan mengucapkan akad.
Seekor Orang Utan di Bukit Lawang sedang menikmati makanan yang diberikan pengelola. Feeding Orang Utan terbuka untuk wisatawan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Jarai, Sumatera Selatan
Rimo, NAD
Tiga ekor bebek sebagai peliharaan transmigran asal Jawa. Masih ada puluhan lagi di kandang.
Bukittinggi, Sumatera Barat
Kuda-kuda wisata di Bukit Ambacang. Dahulu tempat ini menjadi arena wisata orang-orang Belanda ketika masa kolonial.
Pulau Bunta, NAD
Umang-umang di Pulau Bunta ber-jalan dengan bebas. Banyak sekali corak dan motif umang-umang yang terhampar di pulau cantik ini.
Pulau Nasi, NAD
Seekor kepiting sedang berkeliaran di pantai. Ia dan kawan-kawannya akan berpura-pura menjadi batu ketika ada getaran mencurigakan.
Senagan, NAD
Sapi laut. Hidup, makan, dan tidur di pinggir pantai. Pemiliknya melepasliarkan begitu saja.
Kalianda, Lampung
Seorang warga sedang memisahkan daging bekicot dari cangkangnya, untuk digulai lauk makan siang.
Singkarak, Sumatera Barat
G
eografis-nya yangdikelilingi
laut, diselipi
ber-macam sungai, dan
juga permukaannya
yang naik turun,
membuat Sumatera
punya banyak sekali jenis kendaraan. Jenis kendaraan dari
tiap-tiap kota pun bisa jadi begitu berbeda. Belum lagi kalau
bicara kendaraan tradisionalnya.
Becak bisa mempunyai definisi yang banyak sekali.
Ada yang pengemudinya di belakang, ada yang di samping.
Ada yang bermesin ada yang tidak. Dan bentuk tempat duduk
bagi penumpangnya, ada yang permanen tertutup, ada yang
bisa ditutup-buka.
Kita akan mudah menemukan pompong alias perahu
tradisional di pesisir pantai atau sungai. Kalau si pemilik
pu-nya uang agak berlebih, biasapu-nya dia menambahkan mesin di
belakang pompongnya.
Kendaraan tradisional tidak kalah banyaknya. Misalnya
sapi sebagai alat angkut orang dan barang yang mudah
dite-mukan di Kayu Aro, Jambi. Atau seperti gerobak di Hinako,
sebuah pulau kecil di sebelah Barat Nias.
Taksi yang berada di Batam punya cara unik dalam
pembayaran. Bukan menggunakan argo, tetapi ongkosnya
dibebankan per kepala. jadi dalam satu taksi bia berisi empat
orang yang tidak saling kenal. Kurang lebih seperti angkot
yang ber-AC dan berkursi empuk.
KENDARAAN
Blang Pidie, NAD
Angkutan umum di Blang Pidie disebut “labi-labi”.
Angkot Kota Padang penuh dengan stiker di sekujur bodi.
Padang, Sumatera Barat
Brastagi, Sumatera Utara
Kayu Aro, Jambi
Sapi penarik gerobak sebagai salah satu alat transportasi masyarakat, terutama petani.
Membelah Sungai Bahorok untuk menye-berangkan wisatawan yang ingin melihat
pemberian makan orang utan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Toba, Sumatera Utara
Kapal-kapal penumpang menuju Tomok, Pulau Samosir.
Subulussalam, NAD
Becak dengan kursi penumpang berpenutup adalah pemandangan yang lazim di Subulussalam.
Merek, Sumatera Utara
Seorang pemuda sedang menaiki kerbaunya yang terkadang berlari dan mengguncang-guncangkan si pemuda.
Belawan, Sumatera Utara
Becak-becak yang menggunakan sepeda ontel sebagai penggeraknya menjadi ciri khas Belawan.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Medan,
Sumatera Utaea
Kereta api ekonomi tujuan Binjai.
Bengkalis, Riau
Odong-odong menjadi hiburan anak-anak ketika berkunjung ke pinggir pantai Bengkalis.
Batam, Kepulauan Riau
Taksi-taksi menor di Pelabuhan Sekupang. Tarif yang dipakai adalah tarif per kepala, bukan per taksi.
K
ulinerbu tajam. Terutama
Sumatera Barat.
Sentra masakan padang di Sumatera Barat adalah di
Bukit-tinggi. Jangan harap menemukan label “masakan padang”
di sini, karena memang semuanya masakan padang. Sama
seperti, jangan harap menemukan “mie aceh” di Aceh.
Pempek tidak kalah terkenalnya dengan masakan
padang. Mudah sekali menemukan pempek di Sumatera
Selatan dan Bangka Belitung. Tinggal pilih, mau yang seribuan
atau yang empat ribuan?
Beda sekali dengan kawan-kawan di Kepulauan
Men-tawai. Kalau mayoritas masyarakat Indonesia makannya
be-ras, penduduk Mentawai mayoritas makan sagu. Pohon sagu
terhapar di mana-mana. Masyarakat tidak perlu menanam
untuk bisa mendapatkan pohon sagu. Sama halnya dengan
pisang, masyarakat tidak perlu menanam pisang untuk bisa
mendapatkan pisang gratis.
Bicara buah, jangan lupakan Brastagi. Kalau kita sering
makan jeruk medan, maka sebetulnya itu adalah jeruk
bras-tagi. Tapi mungkin karena Medan lebih terkenal dari Brastagi,
dan mungkin secara branding dirasa lebih oke, maka
dise-butlah jeruk medan. Brastagi punya banyak sekali jenis buah
tropis selain jeruk.
Brastagi, Sumatera Utara
Beragam buah yang dijual di pasar Brastagi.
Lemang di pasar Kuala Simpang.
Kuala Simpang, NAD
Sungailiat, Bangka Belitung
Laksa untuk sarapan, dimakan dengan kuah kuning.
Sungailiat, Bangka Belitung
Pantiaw banyak dijual di pagi hari, dimakan dengan kuah bening.
Kue-kue kecil yang dijual di dalam gerobak oleh seorang yang berkeliling Kota Pagaralam.
Pagaralam, Sumatera Selatan
Pagaralam, Sumatera Selatan
Pagaruyung, Sumatera Barat
Durian dijual dengan hitungan potong. Satu potong sekitar seribu rupiah.
Bengkalis, Riau
Lempuk durian yang sangat khas Bengkalis.
Belawan, Sumatera Utara
Telur dijual per butir dengan harga berbeda, tergantung ukuran.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Tuak mudah ditemui di dalam warung-warung makan. Satu botol empat ribu rupiah.
Bukittinggi,
Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Utara
Sagu sebagai makanan utama masyarakat Kepulauan Mentawai.
Padang, Sumatera Barat
Teh telor, minuman berenergi dari tanah Minang.
D
ibanding-kanbebe-rapa pulau
besar di Indonesia,
Sumatera punya
gunung-gunung
yang lebih tinggi,
danau-danau yang
lebih luas, pantai-pantai yang lebih bagus, air-air terjun yang
lebih tinggi, bahasa yang lebih beragam, dan suku yang lebih
banyak. Meskipun untuk mencapainya juga lebih sulit, karena
akses jalan dan kendaraan yang kurang.
Ujung-ujungnya, wisatawan perlu mengeluarkan
ongkos yang lebih banyak untuk transportasi, akomodasi, dan
konsumsi. Tapi coba perhatikan apa yang bisa didapat. Sebut
saja Kota Padang. Di dalam satu kota, Padang mempunyai
pantai sekaligus gunung. Pantai Padang membentang di Barat
kota dan menjadi tempat santai bagi penduduknya.
Hanya selang dua jam dari Kota Padang, kita sudah
sampai ke Bukittinggi yang disebut-sebut sebagai Kota
Wi-sata. Bagaimana tidak, dalam Bukittinggi terdapat Ngarai
Sianok, Benteng Fort de Kock, kebun binatang, Lobang Jepang
sebagai peninggalan sejarah, dan tak lupa icon Jam Gadang
yang melegenda.
Jangan lupakan wisata alam. Gunung tertinggi di
Sumatera adalah Gunung Kerinci di Jambi. Di sebelahnya,
terdapat Gunung Tujuh yang di atasnya memiliki danau indah.
Meskipun Danau Tujuh adalah yang danau tertinggi
di Sumatera, tetapi bukan yang terluas. Beberapa danau yang
terluas di Sumatera –dan ternyata juga terluas di Indonesia-
adalah Danau Toba, Danau Singkarak, dan Danau Maninjau.
Pantai-pantai Bangka Belitung melejit terkenal setelah
Andrea Hirata menceritakannya dalam novel Laskar Pelangi.
Tapi sebetulnya bukan karena Andre Hirata. Dari dulu
pantai-pantai di Bangka Belitung memang sudah bagus, hanya saja
baru terekspos.
Selain penuh dengan tempat wisata, Sumatera juga
memiliki corak budaya yang tinggi. Ini wajar karena memang
setiap provinsi memiliki latar suku dan bahasa yang berbeda.
Terkadang malah di sebuah provinsi terdapat beberapa suku.
WISATA DAN
BUDAYA
Sungailiat, Bangka Belitung
Pantai Parai Tenggiri yang dikelola swasta. Pengunjung
Penggilingan kopi tradisional dengan kayu sebagai bahan dasar pembuat api untuk “memasak” kopi.
Sungei Penuh, Jambi
Padang, Sumatera Barat
Calang, NAD
Geurute menjadi peristirahatan bagi pejalan dari Calang ke Banda Aceh, atau sebaliknya. Dari bukit Geurute, terlihat beberapa pulau kecil berpasir putih.
Ayunan tradisional untuk menidurkan anak
Babahrot, NAD
Merek, Sumatera Utara
Air terjun sipiso-piso, tertinggi di Sumatera.
Danau Kerinci, Jambi
Danau Kerinci yang ternyata tidak dekat dari Gunung Kerinci.
Kayu Aro, Jambi
amparan perkebunan teh Kayu Aro menjadi halaman Gunung Kerinci.
Tanjung Tinggi, Bangka Belitung
Pantai Tanjung Tinggi, tempat shooting Laskar Pelangi. Penuh dengan batu-batu besar, ada be-berapa batu yang sebesar rumah.
Banda Aceh, NAD
Sidikalang,
Sumatera Utara
Taman Wisata Iman di Kabupaten Dairi, Sidikalang
Halau, Sumatera Barat
Lembah Halau semakin memesona dengan adanya sawah-sawah yang menghampar di sekelilingnya.
Padang, Sumatera Barat
Tempat bagi pejalan kaki di Jembatan Siti Nurbaya. Di bawah jembatan tersebut, banyak perahu-perahu tradisional yang sedang parkir.
K
etika berkelilingSumatera,
tampak beberapa
hal di luar dugaan.
Misalnya Pertamini
di Bukittinggi. Dari
namanya yang mirip,
bisa ditebak bahwa ini ada kaitannya dengan Pertamina.
Kesamaannya adalah bahwa keduanya sama-sama menjual
minyak premium. Bedanya, di Pertamina punya alat-alat besar
dan tanki yang besar di bawah tanah, sementara di Pertamini
alat-alatnya kecil dan tanki minyaknya juga kecil. Meskipun
tidak mempunyai legalitas, tapi toh masih banyak ditemukan
Pertamini di Bukittinggi.
Di Pulau Balai-NAD dan Pulau Sebesi-Lampung,
kita akan dengan mudah menemukan tumpukan batu
karang. Masyarakat membangun rumahnya dengan
batu-batu karang ini. “Mana kuat beli bahan-bahan material dari
seberang,” kata seorang warga Pulau Balai. Memang akan
jauh lebih murah membeli batu karang ketimbang
mem-beli bahan material bangunan. Beberapa nelayan memang
mempunyai mata pencarian mencari batu karang lalu
men-jualnya kepada warga pulau.
Intrik kepulauan lain misalnya di Pulau Siberut,
Ke-pulauan Mentawai. Mayoritas masyarakat di pulau ini belum
terakses listrik. Mereka menggunakan lampu petromak ketika
malam hari. Sebagian di antaranya memiliki genset berbahan
bakar solar yang harganya melejit Rp 10.000/liter. Padahal itu
solar bersubsidi yang seharusnya Rp 4.500/liter.
Dengan lampu minyak, anak-anak sekolah belajar
seadanya. Tapi tidak terlihat satupun anak seusia SD dan SMP
yang menggunakan kacamata, meskipun setiap malam belajar
dengan lampu yang intesnsitas cahayanya naik turun itu.
Selain tidak teraliri listrik, Siberut juga tidak kedapatan
sinyal HP yang memadai. Percuma saja punya HP dan punya
banyak sinyal, wong terima SMS saja sulit. Masyarakat di
Saibi –salah satu daerah di Siberut- harus berjalan ke bukit
untuk mencari sinyal. Terkadang sudah menunggu
berjam-jam di bukit tersebut, tetap saja tidak kebagian sinyal.
Siberut, Sumatera Barat
Seorang siswi SD sedang belajar dengan bantuan lampu minyak, karena listrik belum masuk ke daerahnya.
Tumpukan batu karang berada di depan sebuah rumah warga untuk kemudian menjadi bahan mendirikan rumah.
Sebesi, Lampung
Bukittinggi, Sumatera Barat
Pertamini, pom bensin mini. Meski ilegal, tapi banyak ditemukan.
Pulau Hinako, Sumatera Utara
Masyarakat menggunakan kelambu untuk tidur agar terhindar dari demam berdarah.
Di pasar Belimbing, dua jam setelah Lahat ke arah Pagaralam, terdapat plang Mandiri dengan penunjuk arah dan keterangan: 28 km lagi. Tampaknya itu adalah bank terdekat.
Belimbing, Sumatera Selatan
Way Jepara, Lampung
Siberut, Sumatera Barat
Dua kakak beradik keturunan Siberut sedang duduk-duduk di teras rumahnya.
Siberut, Sumatera Barat
Anak panah beracun yang digunakan warga Siberut untuk berburu.
Siberut, Sumatera Barat
Wajah anak-anak Siberut.
Siberut, Sumatera Barat
Seorang warga sedang menunggu sinyal datang ke telepon selularnya.
Gunung Tujuh, Jambi
Pendakian Gunung Tujuh akan melewati hamparan hutan yang sudah dite-bang dan ditanami warga dengan komoditi pertanian.
Pulau Balai, NAD
Seorang nelayan sedang memindahkan batu karang yang diambilnya dari laut, untuk kemudian dijual kepada warga pulau yang
“
Keliling Sumatera Luar Dalam” menjadi buku travelling per-tama Muhammad Iqbal. Pria keturunan Aceh ini lahir 4 May 1986. Sejak duduk di bangku kuliah, Iqbal, sapaan akrabnya, sudah berkecimpung di dunia jurnalistik dengan bergabung di Koran Kampus Institut Pertanian Bogor.Lepas kuliah, Iqbal tetap menekuni dunia jurnalistik dengan ber-gabung di beberapa media. Dari liputan keluar kota hingga keluar provinsi inilah timbul hobi jalan-jalannya.
Iqbal lebih memilih jalan-jalan “ala kadar”-nya atau sekarang ini sedang tren dengan sebutan backpacker-an. Ini cara dia “menikmati” perjalanannya, keluar dari zona nyaman yang selama ini dia dapat.
Dari hobi backpacker-an, iqbal bersua banyak kawan. Belum banyak orang Indonesia yang tahu keindahan alam Indonesia, Iqbal bersama teman-teman kemudian mendirikan ma-jalah online Backpackin Magazine. Tujuannya sederhana : meyakinkan dan menunjukkan kepada orang Indonesia bahwa Indonesia itu Indah.
Tak cukup itu, dengan memberanikan diri keluar dari tempat dia bekerja, iqbal mengem-bara selama tiga bulan untuk mengeksplor Pulau Sumatera. Tujuannya sama : menunjuk-kan keindahan Pulau Sumatera, karena belum banyak yang tahu keindahan wisata dan alam pulau tersebut. Dan akhirnya melalui penerbit Grasindo, pengembaraannya dibuku-kan di dalam buku “Keliling Sumatera Luar Dalam”.