• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN SUMBER D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN SUMBER D"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENENGAH MARITIM (Studi Kasus di Sekolah Pelayaran Menengah Nasional Purwokerto)

Oleh : Sitti Hartinah DS 1 Rahmad Agung Nugraha 2 Asseline wahyu Tri Ardyanti3 1Universitas Pancasakti Tegal 2Universitas Pancasakti Tegal

3 Universitas Kristen Cipta Wacana Malang

Abstract

Tujuan dalam Penelitian ini adalah mendapatkan model strategis pengembangan SDM kepelautan berkompetitif (Studi Kasus di Sekolah Pelayaran Menengah Nasional Purwokerto) dan didapatkan model upaya penyelesaian masalah dalam pengelolaan sumberdaya manusia kepelautan yang kompetitif.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif naturalistik dan metode fenomenologis, atau metode impresionistik dan metode etnografis. Dalam Penelitian ini didapatkan bahwa manajemen strategis Sumber Daya Manusia dapat memberi motivasi sesuai perencanaan, sedangkan mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan upaya integritas pengajar, kesiapan sekolah menyediakan fasilitas laboratorium, pembinaan tenaga pengajar dengan etos kerja untuk mendapatkan produk kerja berkualitas. Pada pengembangan mutu SDM dengan berbagai keterampilan keterampilan komputer, menjahit, akuntansi, dan sebaginya. Penyediaan tenaga, bakat, kemampuan kreativitas dan semangat etos kerja bagi dunia pekerjaan di organisasi wajib dalam seleksi/rekrutmen, penempatan, pelatihan, dan pengembangan SDM. Impelementasi manajemen strategis SDM membutuhkan biaya mahal yang menjadi beban para siswa/siswi sebagai simulator lembaga pendidikan maritim swasta yang harus di hadapi.

Elemen dalam peningkatan pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi maka harus memiliki tenaga kependidikan, sarana prasarana pendukung pendidikan, dana pendukung dan kualitas tenaga terdidik. Perbaikan mutu dilakukan untuk melaksanakan MMT (Manajemen mutu terpadu) menggunakan pihak top management secara komprehensif berdasarkan semangat kekeluargaan dan kebersamaan, tanggungjawab dan kesadaran, keikhlasan dan kecintaan, kebenaran dan keterbukaan terhadap nilai kepribadian keluarga.

(2)

A. Pendahuluan

Indonesia memiliki lautan 2/3 dari luas daratan dan sebagai negara kepulauan terbesar di seluruh negara yang ada di dunia, dimana masih banyak yang belum dikembangkan dalam bagian pilar kemaritiman terdapat tiga aspek yaitu kekayaan laut, industri pengembangan perkapalan dan SDM dari bagian kelautan. Berdasarkan dari hasil survey Badan Koordinasi Survei Pemetaan Laut (Bakosurtanal) (2003) menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia sebanyak 18.108 pulau, dan pemerintah akan membangun 24 pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah saat ini membuat terobosan baru dalam sektor kemaritiman baik dalam urusan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam sector kemaritiman meliputi kekayaan laut, industry galangan kapal dan pendidikan bagi perkembangan ilmu kelautan demi meningkatkan kemakmuran bangsa. Dewan Maritim Indonesia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki prospek yang cukup besar di bidang kemaritiman yaitu memiliki industri perikanan laut terbesar di Asia, menjadikan wisata bahari yang di kenal seAsia Tenggara dan memilki daerah pelayaran yang berbasis teknologi modern maupun tradisional terbesar di dunia (Marina, 2002).

Fungsi dari pelayaran memiliki estetika sebagai pemersatu bangsa dalam kaitannya dari pelayaran niaga dengan mempertahankan komunikasi dan transportasi, pengembangan ekonomi mandiri berbasis pelaku usaha dalam distribusi bahan-bahan komoditas ataupun sebagai penghubung antardaerah atau antarpulau sehingga dapat mendatangkan penambahan devisa Negara dalam menciptakan kesempatan kerja, sector pendidikan yang menghasilkan output berupa lulusan lembaga pendidikan pelayaran/ilmu kemaritiman yang memiliki kapasitas internasional, sector pertahanan-keamanan dan berkedaulatan di laut (Sea power) sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya konflik internal strata social dan politik daerah dan mencegah terjadinya instabilitas bangsa.

Pengembangan pelayaran di Indonesia berdasarkan Dewan Maritim Indonesia tidak berjalan dengan sesuai keinginan baik secara vertical ataupun secara horizontal yang berdasarkan kepada data Dewan Maritim Indonesia (2000) menjelaskan bahwa kegiatan sector eksport dan import cukup tinggi sebesar 95,38% dan kegiatan pelayaran domestic (interinsuler) berdasarkan kapal-kapal berbendeera asing mencapai 46,99%.

Indonesia yang merupakan Negara maritime terbesar di Dunia seharusnya memiliki pelayaran domestic dengan metode “cabotage”, dimana pelayaran domestic seharusnya memiliki badan hukum yang kuat dalam melakukan pelayaran dan di awaki sendiri (WNI) oleh kapal-kapal berbendera Indonesia dan dalam sektor eksport dan import dalam kegiatan industry pelayaran Indonesia menerapkan kebijakan fair share dengan sebagai pemasok SDM secara mandiri untuk pelayaran internasional.(Marina, 2003)

(3)

Permasalahan yang timbul lainnya adalah jumlah dan mahalnya biaya sertifikasi untuk dapat bekerja di pelayaran Internasional, dimana rata-rata Kadet Indonesia harus memiliki minimal sebanyak 15 sertifikat dengan kisaran biaya antara dua puluh juta rupiah hingga dua puluh lima juta rupiah dibandingkan dengan Negara-negara pencipta pekerja maritime. Biaya sertifikasi tersebut relatif lebih mahal dibandingkan dengan biaya pendidikan di Lemdikmar AMC sekitar sepuluh juta rupiah selama enam semester. Selain itu kekurangan dari tenga kerja maritime di Indonesia adalah adanya rasa kerinduan terhadap tanah kelahiran (home sick).

Kebutuhan tenaga pelaut sesuai data dari kementrian perhubungan, saat ini masih kekurangan 15.000 hingga 20.000 tenaga pelaut tiap tahun untuk dalam negeri dan 89.600 orang pelaut untuk dunia,” hasil wawancara dengan kepala sekolah dalam pengumpulan data. Pemenuhan Pemerintah Indonesia baik Pusat dan Daerah belum mengaktualisasi berbagai kebijakan dalam potensi geografis Indoensia sebagai wilayah archipelago terbesar di Dunia. Selain langka dan sulitnya mendapatkan SDM berupa tenaga pengajar yang berkualifikasi, khususnya di lembaga pendidikan kemaritiman swasta terdapat pula kelangkaan dan mahalnya peralatan simulator yang dimiliki penyelenggaraan sesuai dengan syarat International Maritime

Organization sehingga menyebabkan kurang berminatnya generasi muda dalam karir kepelautan

masih relatif rendah. Selain itu banyak berbagai ragam sertifikat dan biaya pelaksanaan profesi Kepelautan.

Permasalahan tersebut merupakan sebagai dasar dalam latar belakang sebagai upaya dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan model konseptual yang dirancang dalam pemberdayaan dan pengembangan pendidikan kemaritiman yang harus memiliki kualifikasi pasar kerja pelayaran internasional.

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan yaitu “Pengembangan SDM Melalui Pendidikan dan Latihan” yang bisa Promovendus (Cut Zahri Harun, 2000) dengan judul “Pendidikan dan Pelatihan sebagai Sarana Pengembangan SDM di PT. Pos Indonesia (Persero) (Analisis Sistem Penyelenggaraan pendidikan dan Pelatihan di Pusditlat PT.Pos Indonesia di Bandung” menjelaskan bahwa ”Diklat merupakan sarana yang tepat untuk mendapatkan tenaga-tenaga ahli yang handal dan profesional. Dengan demikian, diklat sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM yang komprehensif dan kompetitif”. Menurut Supriadi (1997) menjelaskan sebagai berikut: ”Agar pendidikan dapat memainkan peran sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Namun dengan pendidikan dapat memberikan kontribusi terhadap ekonomi”. Dalam kaitan ini, Sarah Tang dalam Supriadi (1997) menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-negara Asia dan perubahan progesif dalam produksi menuju industri dan jasa berteknologi tinggi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan dunia usaha terhadap tenaga kerja yang terampil dan terdidik.

(4)

struktural yang menetapkan pola perilaku kepemimpinan yang cenderung seragam (politis– birokratis–paternalistik).

Sedangkan dari pihak tenaga pengajar menunjukkan bahwa perlu diperbaiki dan ditingkatkan kemampuan profesionalnya dalam membimbing, mengelola sumber belajar untuk pencapaian tujuan perkuliahan. Namun demikian, penelitian mengenai Strategi Pengembangan Manajemen Sumberdaya Manusia Kepelautan yang yang berkualitas dan berdaya saing tinggi (Studi Kasus di Sekolah Pelayaran Menengah Nasional Purwokerto) masih jarang dilakukan. B. Metode Penelitian

Tujuan Penelitian dalam penelitian ini adalah mencari model langkah strategis pengembangan manajemen sumberdaya manusia kepelautan yang kompetitif (Studi Kasus di Sekolah Pelayaran Menengah Nasional Purwokerto). Dan Model upaya penyelesaian masalah dalam pengelolaan manajemen sumberdaya manusia kepelautan yang kompetitif. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif naturalistik dan metode fenomenologis, atau metode impresionistik dan metode etnografis.

Aspek-aspek yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah: (1) SDM tenaga pengajar yang memiliki kualifikasi; (2) teknologi dalam sarana Sekolah Pelayaran Menengah Nasional Purwokerto ; (3) Laboratorium teknologi pendukung dalam Sekolah Pelayaran Menengah Nasional Purwokerto; (4) Biaya sertifikasi pelayaran yang relatif mahal ; (5) Berbagai macam jenis sertifikasi pelayaran sedangkan Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi dan telaah Teoritik. Sedangkam -teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk memeriksa validitas data yang diperoleh dari hasil penelitian kualitatif (Lincoln & Guba, 1985), menggunakan kriteria truth value, applicability, consistency,

dan netrality yang sering juga disebut dengan istilah-istilah credibilitas, transferability, kemandirian dan konfirmasi.

C. Hasil Penelitian

Dalam Penelitian ini ditemukan temuan-temuan bahwa model pengembangan manajemen strategis dijadikan kerangka untuk mengkaji dan menguraikan rancangan oleh para perencana strategis secara cermat dalam mengintegrasikan antarkomponen dalam lembaga pendidikan kemaritiman. Strategi yang perlu dikembangkan pihak sekolah dalam rangka menghasilkan tenaga pelaut internasional yang berkualitas dan kompetitif adalah dengan mengimplementasikan secara sinergis daya dukung antar faktor peningkatan mutu pendidikan kemaritiman, yakni melalui upaya-upaya peningkatan mutu tenaga pengajar (khususnya guru/instruktur), manajemen lembaga, sarana dan prasarana lembaga serta dana. Untuk menerapkan strategi peningkatan mutu ini, maka pihak administrasi dituntut untuk melakukan kebijakan stratejik yang mendorong terbentuknya kerjasama antara pihak pemerintah dengan BUMN strategis yang ada untuk memproduksi peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran taruna (peserta didik) di lembaga pendidikan maritim, khususnya yang diselenggarakan oleh badan-badan swasta. Pihak sekolah perlu mengusahakan iklim berusaha di sektor pelayaran domestik yang kondusip untuk berkembangnya perusahaan pelayaran domestik yang optimal, sehingga bisa secara signifikan program prola para taruna lemdikmar. Sedangkan pendidikan kemaritiman diharapkan memperluas jaringan kerja sama dengan berbagai perusahaan pelayaran samudera maupun inter insuler yang memberikan kesempatan lebih luas untuk menampung para taruna dalam program prola.

(5)

yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan maritim dalam rangka menghasilkan outputs yang berkualitas, yakni calon-calon tenaga pelaut internasional yang berkualitas dan kompetitif, misalnya dengan kebijakan dari pihak administrasi yang mampu merangsang para ANT III dan II serta para ATT A/B mengikuti pendidikan jenjang yang lebih tinggi

Berdasarkan data/informasi yang diperoleh dari lapangan dan hasil analisis hasil penelitian sebagaimana disajikan dalam bab sebelumnya, dapat dirumuskan berimplikasi bahwa untuk menghasilkan outputs pendidikan kemaritiman sebagai SDM kepelautan internasional yang berkualitas dan kompetitif, maka Lemdikmar dituntut untuk melaksanakan secara konsekuen dan konsisten kurikulum nasional, melaksanakan kurikulum dan silabus dari Pusdiklat Perhubungan Laut untuk program profesi kepelautan; melaksanakan ketentuan Ditjen Perla Dephub RI untuk ujian negara program profesi kepelautan; dan (4) menerapkan sistem pengelolaan mutu (quality management system) dalam pengelolaan lembaga secara konsisten dan konsekuen melalui perolehan akreditasi dari Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Implikasi berikutnya yang relevan dengan temuan-temuan penelitian ini adalah yang berkaitan dengan upaya untuk mencapai peningkatan kualitas lulusan yang diharapkan sebagaimana disebutkan dalam misi lembaga dan dalam konteks persaingan global dalam bidang kelautan, perlu menerapkan sistem management mutu standard ISO. Sertifikat ISO 9002 berhasil diraih sebagian pendidikan kemaritiman melalui audit Badan Sertifikasi Internasional "Quality Assurance Service" (QAS) Australia untuk jurusan Nautika, Tehnika dan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga. Prestasi ini merupakan bukti akan hal tersebut, ada Lemdikmar telah berhasil meraih Sertifikat ISO 9002 bidang pendidikan kemaritiman untuk jurusan Nautika, Tehnika dan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dari Badan Sertifikasi Internasional QAS Australia. Sebagaimana telah diketahui bahwa penerapan “quality management system ISO 9002” merupakan salah satu strategi lembaga untuk mencapai visi dan misi setiap Lemdikmar, termasuk pendidikan kemaritiman swasta. Oleh karena itu, dengan menerapkan standar tersebut diharapkan dapat menjadikan lulusan pendidikan kemaritiman sebagai jaminan mutu di bidang kepelautan, mampu bersaing di tingkat Nasional maupun Internasional. Tujuh belas elemen ISO 9002 yang idealnya direalisasikan pihak lembaga adalah sebagai berikut; Tanggung jawab management, meliputi: kebijakan mutu, tanggung jawab dan wewenang, sumber daya, Tinjauan Management; Sistem Mutu, terdiri dari Manual Mutu, Prosedur, Dokumen Pendukung, Rencana Mutu; Tinjauan Kontrak, meliputi Tinjauan tentang persyaratan administrasi dari customer/Taruna dan kemampuan lembaga, Amandemen kontrak, bila terdapat ketidaksesuaian terhadap yang ada dari taruna; Pengendalian Desain (tidak di terapkan); Pengendalian dokumen dan data; Pembelian; Pengendalian barang pasokan pelanggan; Identifikasi dan kemampuan telusuri produk; Pengendalian proses; Pengendalian proses pembelajaran yang dilakukan oleh bagian administrasi, Ketua Jurusan, Laboratorium dan Lembaga; Pemeriksaan dan Pengujian terhadap Taruna; Pengendalian alat-alat pemeriksaan, Pengukuran & Pengujian; Status Pemeriksaan dan Pengujian; Pengendalian produk yang tidak sesuai; Tindakan koreksi dan pencegahan; Penanganan, penyampaian, pengawasan dan pengendalian mutu ; dan Audit mutu internal.

(6)

laboratorium simulator; (2) Untuk pelatihan laboratorium fisika; dan (3) untuk praktek berlayar diatas kapal selama satu tahun (on board training) dengan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan pelayaran. Untuk Praktek Darat (Proda), misalnya, jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran NiagaBekerjasama dengan perusahaan-perusahaan pelayaran, International Freight Forwarder, dan perusahaan-perusahaan stevedoring.

Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi penelitian sebagaimana disajikan di atas dapat direkomendasikan strategi pengembangan SDM kepelautan internasional yang berkualitas dan kompetitif sebagai berikut: Implementasi secara sinergis daya dukung tiga faktor utama terhadap peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan Lemdikmar/ Akmar, yaitu: peningkatan mutu SDM (khususnya dosen/instruktur), peningkata mutu manajemen lembaga, dan peningkatan jumlah dan mutu sarana dan prasarana pembelajaran khususnya untuk praktek-praktek kemaritiman; dan Implementasi secara sinergis dan integral berdasarkan perbaikan daya dukung enam faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan, yaitu: (1) peningkatan mutu SDM (khususnya dosen/instruktur), (2) peningkatan mutu manajemen lembaga, (3) peningkatan jumlah dan mutu sarana dan prasarana lembaga, (4) peningkatan jumlah pembiayaan, (5) peningkatan mutu implementasi kurikulum, dan (6) kebijakan birokrasi dari pihak administrasi dan biaya sertifikasi.

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L. dan Windham, L. (Eds.) (1982). Education and Development: Inssues in the

Analysis and Planning of Postcolonial Societies. Toronto: LexingtonBooks.

Australian Maritime College (2003): Undergraduate Student Handbook 2004. Australia: AMC. Azanza, Patrick A. (2004). The State of Maritime Education in the Philippines: A Critique.

Manila: AMA Computer University.

Baker, R. L. dan Schutz, R. E. (1972). Instructional Product Research. New York: D. van Nostrand Company

Bogdan, R. C. dan Biklen S. K. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori

dan Metode. Alih Bahasa oleh Munandir. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk

Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Depdikbud.

Brannen, J. (1992). Mixing Methods: Qualitative and Quantitave Research. Adeshot, England: Avebury

Burhan, N. (1994). Perencanaan Strategik. Jakarta: LPPM dan Pustaka Binaman.

Cartin, T. J. (1999). Principles and Practices of Organizational Performance Excellence. Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press

Castetter,W.B. (1996) The Human Resource Function in Educational Administration. Englewood Cliffs, New Jersey: Merril, an imprint of Prentice-Hall.

Cwilewicz, Romuald (2004). The Center for Maritime Engineering Education (CMEE).

Australia: Global J. Of Engng. Educ., Vol. 8, No. 2, 2004.

Cwilewicz, R., Tomczak, L. dan Pudlowiski, Z. (2004). New Stimulation Techniques Developed

for Maritime Enginering Education. Australia: Global J. of Engng. Educ. Vol. 8, No. 2,

2004.

_______(2004). The Application of Interactive Computer-Based Training (CBT) Programs in

Engineering Education. Goteborg, Sweden.

(7)

Dess,G.G. dan Alex Miller.(1993). Strategic Management. New York: McGraw-Hill, Inc. Fattah, N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. ________. (2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Faulkner, D. dan Bowman, C. (1997). The Essence of Competitive Strategy (Strategi Kompetitif).

Terjemahan oleh Endang Sih Prapti, M.A. Yogyakarta: Andi.

Flippo, B. E. (1984). Personnel Management (Sixth Edition). New York: McGraw-Hill Book Company

Fullan, M. G. & Stiegelbauer, S. (1991). The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Columbia University.

Hafid (2000). Pentingnya SDM Berkualitas bagi Peningkatan Produktivitas Perusahaan. Jakarta: Prositas.

Handscombe, R. & Norman, P. (1989). Strategic Leadership: The Missing Links. New York: McGraw-Hill Book Company.

Harun, Cut Zahri (2000). Pendidikan dan Pelatihan Sebagai Sarana Pengembangan SDM di PT Pos Indonesia (Persero) (Analisis sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di

Pusditlat PT. Pos Indonesia di Bandung. Disertasi PPs UPI.

Harvey, D.F.(1982). Business Policy Strategic Management. Columbus,Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.

Hesselbein, F., Goldsmith, M. Dan Bechard, R. (Editors) (1996). The Leader of the Future: New

Visions, Strategies, and Practices for the New Era. Foreword by Peter F. Drucker. San

Francisco: Jossey-Bass Publishers.

International Maritime Organisation (IMO) (2003) available at: www.imo.org/ conventions/contents.asp?doc_id=561&topic_id=257.

International Commission on Shipping (2000). International Commission on Shipping Inquiry

into Ship Safety: Ships, Slaves and Competition. Charlestown, NSW: International

Commission on Shipping

Kartadinata, S. (1997). Pendidikan untuk Pengembangan SDM Bermutu Memasuki Abad ke-21. Makalah Konvensi Pendidikan di Purwokerto tahun 1997.

LAN RI (1998). Administrasi, Manajemen dan Organisasi. Bahan Diklat Prajabatan. Jakata: LAN.

Lewan, Barrie (2004). The Potential for the Association of Maritime Education and Training

Institutions in Asia Pacific (AMETIAP). Australia: Australian Maritime College.

___________ (2003). Flexible Learning Systems and Their Role in Meeting the Changing Needs

of Ports, 17th International Port Training Conference, Hamburg, Germany.

Luthans, F. dan Davis, K. (1996). Human Resources and Personnel Management. New York: McGraw-Hill Book Company.

MARINA (2002). The Maritime Sector in the Philippines: A Situationer Report. Available at: www.marina.gov.ph/report/.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis (Second Ed.). London: Sage Publication.

Moleong, L. J. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Narsoyo, T. (1988). Hubungan antara Prestasi Kerja dengan Kemampuan Kognitif,

Keterampilan Psikomotorik, dan Kepuasan Kerja Karyawam Lulusan STM dan SMA.

(8)

Nasution, S. (1998). Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Official Journal of the European Communities (2001). Procedures and Criteria for the

Recognition of Certificates Issued by Institute and Maritime Education and Training Programmes and Courses to in Article 18(3)(a). Annex II.

Osborne, D. dan Plastrik, P. (2000). Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan

Wirausaha. Terjemahan dari “Banishing Bureucracy: The Five Strategies for Reinventing

Government” oleh Abdul Rosyid dan Ramelan. Jakarta: PPM.

Otway, Neil (2004). Maritime Education – Beyond STCW95. Tasmania, Australia: Australian Maritime College.

__________ (1999). Lifelong Learning for Maritime Personnel. The Shipman: Institute of Shipping Management Annual Journal, 38-41.

Paterson, William B. (2001). Marine Engine Room Bluebook. Second Edition. Manila: Cornell Maritime Press.

Pearce and Robinson (2005). Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control. London: Irwin, Inc.

Pearce II, J. A. dan Robinson, Jr., R. B. (1997). Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi,

dan Pengendalian. Alih bahasa oleh Agus Maulana, MSM. Jakarta: Binarupa Aksara.

Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovation (Third Edition). New York: The Free Press dan London: Collier Macmillan Publishers.

Sallis, E. (1993). Total Quality Management in Education. Kogan Page Educational

Management Series. Philadelphia, London: Koga Page.

Sampson, Helen (2004). Romantic Rhetoric, Revisionist Reality: The Effectiveness of Regulation

in Maritime Eduction and Training. London: Journal of Vocational Education and

Training, Volume 56, No. 2, 2004.

Sudjana, D. (2000). Manajemen Program Pendidikan untuk Pengembangan SDM. Bandung: Falah Production.

Supriadi, D. (1997). Membangun Bangsa melalui Pendidikan: Beberapa Tantangan dan Agenda

Pendidikan Nasional. Bandung: PPs IKIP Bandung.

__________. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nus Tampubolon, D. P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu: Paradigma Baru Manajemen Pendidikan

Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Thompson, A. A., Jr. Dan Strickland III, A. J. (1995). Strategic Management: Concept and

Cases (Ninth Edition). Chicago: Irwin.

Tilaar, H. A. R. (1991). Futurisme dan Pengambilan Kebijakan Pendidikan Menyongsong Abad

ke-21. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar IKIP Jakarta tahun 1987.

Tuckman, B. W. (1978). Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Undap, P. P. A. (1996). Pola Kepemimpinan dan Profesionalisasi Tenaga Kependidikan, Sebuah

Studi Kasus di LPTK IKIP Manado. Disertasi PPs IKIP Bandung.

Wahab, A. A. (1992). Beberapa Hal Pokok tentang Pengelolaan Pendidikan Dasar. Makalah disajikan pada Konvensi Nasional Pendidikan II di Medan.

Walker, J. (1992). Human Resource Strategy. New York: McGraw-Hill, Inc.

Wilbur, C. T. And S. A. Wright (2003). Marine Diesel Engines. Sixth Edition. London: Butterworths.

Wright, P., Kroll, M. J., dan Parnell, J. A. (1996). Strategic Management: ConceLemdikmar and

Referensi

Dokumen terkait

[r]

POTENSI PENYU HIJAU ( Chelonia mydas L.) SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI KAWASAN PANTAI PANGUMBAHAN UJUNG GENTENG SUKABUMI JAWA BARAT (Green Turtle (Chelonia

Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantren (Azizy, 2002:42). Pesantren sebagai komunitas

Kemudian dalam lingkungan akademik, seorang siswa seyogyanya dan harus memakai bahasa sopan terhadap gurunya, pun dalam lingkungan sosial lainnya seperti di

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management Systems (ISO 9001:2008) adalah Merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek - praktek standar untuk manajemen

Dari ketiga lokasi tersebut yang lebih menarik dan lengkap untuk dikaji adalah pusat erupsi di daerah Sidrap yaitu Kaldera kota Pangkajene.Kaldera kota Pangkajene tampak sudah

Sesuai dengan penyataan Weber, yang dimaksud ‘rasionalisasi’ adalah proses yang melaluinya aturan-aturan atau prosedur yang eksplisit, abstrak, dan bisa dikalkulasi secara