• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor faktor yang Menentukan K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis faktor faktor yang Menentukan K"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis faktor-faktor yang Menentukan Kinerja

Karyawan pada New bar and dinner restoran

ABSTRAK

Peran manusia di dalam organisasi merupakan modal besar dalam menentukan tercapai tidaknya tujuan organisasi, untuk itu sudah seharusnya kinerja karyawan diperhatikan secara layak dan adil, sehingga mereka dapat melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Kinerja terjemahan dari “perfomance” berarti hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi. Kinerja seseorang karyawan berperan penting bagi suatu organisasi, karena kinerja setiap karyawan merupakan sumbangan bagi tercapainya kinerja setiap fungsi organisasi dan pada gilirannya kinerja fungsi-fungsi organisasi memberi sumbangan terhadap pencapaian kinerja organisasi. New York sport bar and dinner restoran adalah perusahaan yang bergerak dibidang pariwisata, dimana karyawan dituntut untuk profesional, berwawasan global, berkemampuan tinggi, bercorak kerja yang tinggi dan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan.

Dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Menentukan Kinerja Karyawan pada New York sport bar and dinner restoran” ini, dimaksudkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan kinerja karyawan pada New York sport bar and dinner restoran dan menentukan variabel yang mewakili setiap faktor yang menentukan kinerja karyawan pada New York sport bar and dinner restoran. Dalam penelitian ini digunakan 19 (sembilan belas) variabel dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada New York sport bar and dinner restoran. Banyaknya responden yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 56 orang dan dilakukan dengan metode probability sampling.

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha khususnya dibidang akomodasi pariwisata

seperti restoran dibali ini dirasakan semakin maju dan semakin pesat yang

membawa dampak pada persaingan yang semakin kompetitif. Situasi seperti ini

menyebabkan pimpinan dan karyawan perusahaan, khususnya restoran dituntut

untuk selalu bertindak secara professional dan terorganisir dalam mencapai tujuan

perusahaan. Setiap perusahaan yang didirikan umumnya mempunyai tujuan untuk

memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemiliknya agar mendapatkan tingkat

keuntungan yang maksimal dalam mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan. Tujuan ini akan tercapai dengan perkembangan kinerja sumber daya

manusia yang lebih terampil melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan yang baik sehingga perusahaan akan dapat berjalan sesuai

dengan apa yang telah direncanakan.

Salah satu faktor produksi yan paling utama dari sebuah perusahaan

didalam menunjang semua kegiatan tersebut adalah faktor sumber daya manusia

(SDM) selain faktor modal, pasar, metode, mesin, dan material. Dalam

melaksanakan aktifitas sehari-hari peranan sumber daya manusia sangat penting,

karena SDM merupakan salah satu faktor pendukung yang paling utama dari

sebuah perusahaan untuk menunjang semua kegiatan perusahaan. Peran manusia

didalam perusahaan merupakan modal besar dalam menentukan tercapai tidaknya

(3)

menentukan maju mundurnya suatu organisasi. Sehingga diperlukan pembinaan

dan pengembangan mengenai kinerja karyawan secara efektif demi kelancaran

proses kegiatan dalam suatu perusahaan yang akan datang. Sumber daya manusia

sangat penting didalam menunjang kemajuan perusahaan. Untuk itu sudah

seharusnya kinerja karyawan diperhatikan secara layak dan adil, sehingga mereka

dapat melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan tanggung

jawab.

Kinerja terjemahan dari “performance” berarti hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral etika (Sedarmayanti, 2007 : 21). Kinerja seorang karyawan

berperan penting bagi suatu perusahaan, karena kinerja setiap karyawan

merupakan sumbangan bagi tercapainya kinerja setiap fungsi perusahaan dan pada

gilirannya kinerja fungsi-fungsi perusahaan memberi sumbangan terhadap

pencapaian kinerja perusahaan. Rendahnya kinerja karyawan dalam suatu

perusahaan dapat menyebabkan terhambatnya suatu perusahaan dalam mencapai

tujuannya. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi

berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh

keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu.

Menurut Rivai dan Basri ( 2005 : 16 ) kinerja pada dasarnya ditentukan

oleh tiga hal, yaitu: 1) kemampuan, 2) keinginan, 3) lingkungan. Oleh karena itu,

(4)

tinggi, kemampuan atau skill individu, serta lingkungan yang baik untuk

mengerjakan pekerjaannya. Setiap pencapaian kinerja selalu diikuti perolehan

yang mempunyai nilai bagi karyawan yang bersangkutan, baik berupa upah,

promosi, teguran maupun pekerjaan yang lebih baik. Untuk dapat meningkatkan

kinerja karyawan, maka pihak manajemen perlu memperhatikan faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan Menurut Simamora

(2005 : 15) bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor individual

(kemampuan dan keahlian, latar belakang, demografi), faktor psikologi (persepsi,

attitude, personality, pembelanjaan, motivasi) dan faktor organisasi (sumber daya,

kepemimpinan, penghargaan), struktur, dan desain pekerjaan. Sedangkan menurut

Sariyathi (Studi Ekonomi, 2006), meliputi: motivasi, kepuasan kerja, kondisi fisik

kerja, system kompensasi, tingkat stres, aspek-aspek ekonomis, aspek-aspek

teknis, dan perilaku-perilaku lainnya. Berbeda dengan pendapat Achmad Gani

( 2008 ) dalam penelitiannya bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

adalah profesionalisme, disiplin, dan motifasi kerja. Kinerja yang rendah juga

disebabkan oleh masalah kepemimpinan seperti ketidakmampuan memotivasi

bawahan dan membangun kerjasama serta tidak mampu memberikan keteladanan

kepada bawahan. Disamping itu juga dapat menimbulkan masalah pada

lingkungan kerja. Simanjuntak (2005 : 22) menyatakan bahwa kinerja setiap

orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapa digolongkan menjadi tiga

kelompok, yaiut: 1) kompetensi individu orang yang bersangkutan 2) dukungan

(5)

dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan

kemungkinan peningkatan kerja. Menurut Alex S. Nitisemito (2000 : 190)

lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerjaan yang dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan,

misalnya pewarnaan, kebersihan, ruang gerak, cahaya ventilasi atau sirkulasi

udara, alat penjaga keselamatan dan kesehatan kerja. Faktor-faktor tersebut dapat

menimbulkan resiko kerja berupa kecelakaan,dan atau penyakit tugas yang

berhubungan dengan jabatannya. Dengan kata lain, lingkungan keja

mempengaruhi tingkat kinerja seseorang.

New York sport bar and dinner restoran adalah salah satu restoran yang

mempunyai khusus untuk masakan eropa. Perusahaan ini memiliki visi menjadi

restoran eropa yang terbaik dan terdepan dalam dunia pariwisata. Sedangkan

misinya ingin lebih meningkatkan produktivitas, efesiensi dan efektif dalam

bidangnya. Untuk dapat mengantisipasi persaingan, perusahaan hendaknya

memberikan pelayanan yang baik yang ditawarkan perusahaan. Dalam

penyelesaian pekerjaannya memerlukan ketelitian kerja dari para karyawan, maka

haruslah didukung dengan memiliki karyawan yang mempunyai kinerja yang baik

dan tingkat disiplin yang tinggi dalam mengerjakan segala tugas-tugasnya

sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Karyawan yang bekerja pada New York sport bar and dinner restoran

yang berlokasi di Jalan Kartika Plaza, discovery shopping mall Kuta-Bali ini

berjumlah sebanyak 56 orang karyawan. Adapun jumlah karyawan pada New

(6)

Tabel 1.1 Jumlah Karyawan pada New York sport bar and dinner restoran,

5 Food and beverage service 8

6 Food Product/ Kitchen 9

7 Food and Produktion service 4

8 Waiter 8

Sumber : New York sport bar and dinner restoran,2011

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah karyawan pada New York sport

bar and dinner restoran sebanyak 56 orang. New York sport bar and dinner

restoran memiliki jumlah karyawan yang cukup banyak sehingga mengharuskan

perusahaan menjalankan pengelolaan karyawan dengan baik agar tercapainya

tingkat kinerja karyawan yang akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Karyawan terbanyak terdapat pada bagian waiter sebanyak 10 orang dan jumlah

karyawan terkecil pada operational Manager sebanyak 2 orang.

Tabel 1.2 Tingkat Absensi Kerja Karyawan pada New York sport bar and dinner restoran Periode Januari – Desember Tahun 2010

(7)

A B C D=BxC E F=D-E G=E:Dx100%

Januari 56 26 1456 40 1435 3,6

Februari 56 24 1344 38 1324 3,5

Maret 56 24 1344 51 1330 2,6

April 56 26 1456 41 1438 3,5

Mei 56 23 1288 32 1273 4,6

Juni 56 26 1456 48 1437 3,8

Juli 56 26 1456 47 1436 3,5

Agustus 56 25 1400 43 1378 3,2

September 56 24 1344 40 1326 3,3

Oktober 56 26 1456 41 1446 3,5

November 56 24 1344 37 1331 3,6

Desember 56 26 1456 38 1441 3,8

Jumlah 300 16800 496 16595 42,5

Rata-rata 3,5

Sumber : New York sport bar and dinner restoran,2011

Berdasarkan pada Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa absensi karyawan

New York sport bar and dinner restoran periode Januari–Desember 2010

cenderung berfluktuasi dimana rata-rata tingkat absensi karyawan sebesar 3,5

persen. Apabila dilihat dari jumlah karyawan, maka tingkat absensi tergolong

tinggi karena jumlah karyawan pada New York sport bar and dinner restoran

adalah sebanyak 56 orang. Menurut Mudiartha, dkk (2001 : 93) mengemukakan

bahwa rata-rata tingkat absensi 2-3 persen per bulan masih dianggap baik, absensi

3 persen ke atas menunjukan disiplin kerja yang buruk didalam suatu perusahaan.

Dengan tingkat absensi diatas 3 persen ini merupakan salah satu indikasi adanya

masalah dalam kinerja karyawan pada New York sport bar and dinner restoran.

Hal tersebut sangat perlu mendapat perhatian yang serius dari pimpinan agar dapat

dicari penyebab dan alternatif pemecahannya.

Selain tingkat absensi yang tergolong tinggi, namun masih ada karyawan

(8)

tidak sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan pada perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa kinerja karyawan pada New York sport bar and dinner

restoran masih rendah, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3 Tingkat Ketidakhadiran Karyawan pada New York sport bar and dinner restoran, Tahun 2010

(Orang) Terlambat (Orang) Istirahat Sebelum Waktunya

Sumber : New York sport bar and dinner restoran,2011

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketidakhadiran

karyawan, meliputi: karyawan yang terlambat, istirahat sebelum waktunya, pulang

lebih awal dan alasan lain-lain, misalnya ada urusan keluarga atau sakit, pergi

keluar kantor, merokok diluar ruangan kerja dan mengobrol saat jam kerja.

Terlihat ketidakhadiran yang banyak dilakukan oleh karyawan adalah pulang

mendahului batas jam kerja dan keterlambatan yang masih sering dilakukan oleh

karyawan New York sport bar and dinner restoran.

Latar belakang pendidikan belum sepenuhnya sesuai dengan pekerjaan

atau beban kerja yang diharapkan. Hal tersebut tentunya dapat menyebabkan

(9)

ditempatkan pada masing-masing bagian kerja yang sesuai dengan kemampuan

dan keahliannya memiliki kinerja yang tinggi karena merasa cocok dengan tugas

yang dibebaninya. Data tingkat pendidikanpada karyawan dapat dilihat dari Tabel

1.4

Tabel 1.4 Tingkat Pendidikan Karyawan New York sport bar and dinner restoran 2011

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SLTP 7 12,5

Sumber : New York sport bar and dinner restoran,2011

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan

karyawan New York sport bar and dinner restoran yang tertinggi adalah Sarjana

(S1), dimana sebagian besar karyawannya didominasi berpendidikan SLTA

sebesar 53,57 persen, dan pendidikan terendahnya adalah Diploma 2 sebesar 3,57

persen, ini menunjukan belum sepenuhnya sesuai antar pendidikan dengan beban

kerja yang dibebaninya. Adapun syarat tingkat pendidikan karyawan untuk

menduduki jabatan tertentu pada New York sport bar and dinner restoran ini

terlihat pada Tabel 1.5

Tabel 1.5 Syarat Tingkat Pendidikan Karyawan pada New York sport bar and dinner restoran

No Jabatan/ Staff Syarat Kenyataan

1 Owner S1 S1

2 Manager Min. S1 S1

3 Operational Manager Min. S1 S1

(10)

5 Food and beverage service Min. D2 SLTA, D1

6 Food Product/ Kitchen Min. S1 S1

7 Food and Produktion service Min. D2 SLTA

8 Waiter Min. D2 SLTA

9 Purchasing Min. D3 D1,D2

10 Cleaning service Min. SLTA SLTP

11 Security Min. D1 SLTA

12 Driver Min. SLTA SLTA

Sumber : New York sport bar and dinner restoran,2011

Berdasarkan Tabel 1.5 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan dengan

jabatan yang diemban belum sesuai sepenuhnya. Minimal tingkat pendidikan bagi

sale and marketing adalah D3 tetapi pada kenyataanya masih berpendidikan SLTA

dan D1. Pada staff Food and beverage service minimal pendidikannya adalah D2

tetapi pada kenyataannya ada yang berpendidikan SLTA dan D1. Pada staff Food

and Produktion service minimal pendidikannya adalah D2 tetapi pada

kenyataannya berpendidikan SLTA. Pada staff Waiter minimal pendidikannya

adalah D2 tetapi pada kenyataannya berpendidikan SLTA. Pada staff Purchasing

minimal pendidikannya adalah D3 tetapi pada kenyataannya berpendidikan D1

dan D2. Pada staff Cleaning service minimal pendidikannya adalah SLTA tetapi

pada kenyataannya berpendidikan SLTP. Pada Security minimal pendidikannya

adalah D1 tetapi pada kenyataannya berpendidikan SLTA.

Menurut (Wungsu & Brotoharsojo, 2003) bila prestasi kerjanya tergolong

baik, maka karyawan tersebut akan diberikan penghargaan berupa naikya

penghasilan dan/ karir jabatan. Karena penghargaan berupa naiknya penghasilan

dan/ karir jabatan itu senantiasa bermakna positif, enak dan menyenangkan, maka

reaksi normalnya pada sikap dan perilaku kerja karyawan tersebut adalah berupa

(11)

Bila prestasi kerja tergolong buruk maka yang bersangkutan akan menerima

sanksi hukuman berupa penurunan penghasilan dan karir jabatan. Bila seorang

karyawan mendapatkan saksi penurunan penghasilan dan/ karir jabatan yang

bermakna negatif, tidak enak dan menyedihkan, maka karyawan akan bereaksi

untuk meninggalkan atau tidak lagi mengurangi prestasi kerjanya yang buruk.

Begitu pula halnya kondisi yang ada pada New York sport bar and dinner

restoran kinerja karyawan masih rendah, karena masih tingginya tingkat absensi

karyawan, tidak mengikuti peraturan yang telah ditetapkan perusahaan, datang

terlambat dan pulang lebih awal dari jam kerja, yang mana hal ini dapat

menyebabkan mutu pelayanan perusahaan menjadi berkurang. Berdasarkan

kenyataan ini perlu adanya langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja

karyawan pada New York sport bar and dinner restoran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi pokok

permasalahan pada penelitian ini adalah.

1) Faktor-faktor apakah yang menentukan kinerja karyawan pada New York

sport bar and dinner restoran?

2) Variabel apakah yang mewakili setiap faktor yang menentukan kinerja

karyawan pada New York sport bar and dinner restoran?

1.2 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan pada CV. Petir Denpasar Bali

ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan kinerja karyawan pada New

(12)

2) Untuk mengetahui Variabel yang mewakili setiap faktor yang menentukan

kinerja karyawan pada New York sport bar and dinner restoran.

1.3 Kegunaan penelitian

1) Kegunaan teoritis, dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

tambahan dalam bidang ilmu manajemen sumber daya manusia,

khususnya dalam aspek kinerja karyawan serta untuk

membuktikan teori mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kinerja karyawan.

2) Kegunaan praktis, dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam merumuskan kebijakan

pada New York sport bar and dinner restoran.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai skripsi ini maka

penulisannya disusun berdasarkan atas beberapa bab sistematis sehingga antar bab

mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Secara ringkas diuraikan pokok permasalahan yang dibahas

dalam skripsi ini meliputi latar belakang masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan objek

(13)

Aspek-aspek penilaian kinerja, penyebab rendahnya kinerja,

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, dan penelitian

sebelumnya.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat identifikasi variabel, definisi operasional

variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel, teknik

pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini membahas gambaran umum Perusahaan dan pembahasan

hasil penelitian.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil

(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kinerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), kinerja berarti kemampuan

kerja. Kinerja terjemahan dari “performance” berarti hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

(15)

Hariandjha (2002 : 24) kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh

karyawan sesuai dengan peranannya dalam organisasi. Kinerja merupakan sesuatu

yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga

sebagian usaha harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya. Dari beberapa

pengertian tersebut dapat dikemukakan Kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisai, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing, dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Ruky (2001 : 41) menyatakan bahwa apa yang tejadi dalam sebuah

pekerjaan atau jabatan adalah sebuah proses yang mengubah input menjadi output

(hasil kerja). Pembahasan system penilaian kerja ini melalui pendekatan

input-proses. Yaitu:

1) Kinerja yang berorientasi pada input

Metoda ini merupakan cara tradisional yang menentukan pada pengukuran

atau penilaian ciri-ciri pribadi karyawan dari pada hasil atau prestsi kerja.

Ciri-ciri kepribadian yang banyak dijadikan obyek pengukuran adalah

kejujuran, ketaatan, disiplin, loyalitas, kreatifitas, dan lain-lain. Tentu saja

dalam kelompok input ini juga masih harus masuk faktor kemampuan yang

terdiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

(16)

Dalam metode ini prestasi karyawan diukur dengan menilai sikap dan perilaku

seseorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Dengan kata lain penilaian masih tetap tidak difokuskan langsug pada kuantitas

dan kualitas hasil yang dicapainya, yang dilakukan adalah meneliti bagaimana

tugas-tugas dilakukan dengan membandingkan perilaku dan sikap yang

diperhatikan dengan standar yang telah ditetapkan. Cara ini adalah penjabaran

dari pergeseran focus penilaian dari input ke proses, yaitu bagaimana proses itu

dilakukan.

3) Kinerja yang berorientasi pada output

System kerja ini sering kali disebut sebagai system manajemen kinerja yang

berbasiskan pencapai sasaran kerja individu (SKI). System ini menuntut agar

setiap karyawan sebagai perseorangan menetapkan sasaran kerja sendiri dan

berusaha mencapainya sendiri. System ini memfokuskan pada hasil yang

dicapai seseorang atau sekelompok orang dari tindakan., kegiatan, atau usaha

yang dilakukannya.

Kinerja dapat diartikan sebagai hasil pencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam perusahaan, factor kritis yang berkaitan dengan keberhasilan

jangka panjang organisasi adalah kemampuannya untuk mengukur seberapa baik

karyawan-karyawannyadalam berkarya dan menggunakan informasi trsebut untuk

memastikan bahwa pelaksanaan memenuhi standar-standar sekarang dan

meningkat sepanjang waktu.

(17)

(Mudiartha, dkk. 2001) menyebutkan bahwa penilaian kinerja adalah

proses melalui organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan penilaian kinerja

menurut (William dan Davis, 2002 : 195) adalah sebagai berikut.

1) Perbaikan kinerja

Penilaian kinerja akan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui

umpan balik yang diberikan oleh organisasi.

2) Penyesuaian gaji

Penilaian kinerja dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi

karyawan secara layak sehingga dapat memotivasi kayawan. Keputusan untuk

penempatan,yaitu menempatkan karyawan sesuai dengan keahliannya.

3) Pendidikan dan pelatihan

Melalui penilaian kerja akan diketahui kelemahan-kelemahan dari karyawan

sehingga dapat dilakukan program pendidikan dan pelatihan.karyawan.

4) Perencanaan karir

Penilaian kinerja dapat dilakkan sebagai pedoman dalam perencanaan karir

karyawan.

5) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses.

Penilaian kinerja dapat memberikan gambaran bagi perusahaan untuk

(18)

perbaikan. Dapat mengidentifikasi adanya kekuatan dalam desain pekerjaan,

nilai kinerja yang kurang akan menunjukan adanya kekurangan dalam

peencanaan jabatan.

6) Perlakuan kesempatan yang sama kepada semua karyawan.

Penilaian kinerja yang obyektif menunjukan adanya perlakuan yang adil bagi

seluruh karyawan.

7) Dapat membantu karyawan dalam mengatasi masalah yang bersifat eksternal.

Penilaian kinerja akan memberikan informasi kepada atasannya tentang

hal-hal yang menyebabkan turunnya kinerja, sehingga manajemen dapat

membantu menyelesaikannya.

8) Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen Sumbr Daya Manusia

penilaian kinerja secara keseluruhan akan memberikan gambaran sejauh mana

fungsi sumber daya manusia dapat berjalan baik atau tidak.

2.1.3 Aspek-aspek Penilaian Kinerja

Menurut (Rivai, 2005:214) aspek-aspek kinerja karyawan yang dinilai

dikelompokkan menjadi 2 yaitu.

1) Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan metode,

teknik, dan peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan tugas serta

pengalaman dan pelatihan.

2) Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas

perusahaan dan penyesuaian bidang gerak di unit masing-masing ke dalam

bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, pada intinya individual

(19)

2.1.4 Penyebab Rendahnya Kinerja

Disamping mengukur dan mencatat kinerja setiap unit organisasi dan

kinerja setiap orang, evaluasi kerja juga harus menganalisis penyebab kinerja

rendah. Penyebabnya dapat bersifat internal dan eksternal, menyangkut orang atau

individu. Adapun faktor penyebab kinerja rendah adalah (Simanjuntak, 2005:127)

adalah sebagai berikut .

1) keterbatasan dana

2) peralatan dan teknologi

3) manajemen kurang efektif

4) kepemimpinan kurang efektif

5) supervisi dan pengawasan yang tidak efektif

6) lingkungan kerja

7) kebijakan pemegang saham

8) disiplin dan etos kerja

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

(Simamora, Anwar : 2005) menyatakan factor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: 1) Faktor individual meliputi: kemampuan (ability) dan keahlian,

latar belakang dan geografi 2) Faktor psikologis meliputi: persepsi, attitude,

personality, pembelajaran, dan motivasi 3) Faktor perusahaan meliputi: sumber

daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job desain.

Menurut (Anwar, 2005) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah

(20)

1) Faktor internal, yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

Misalnya seorang memiliki kemampuan yang tinggi menyebabkan kinerja

seseorang baik dan seorang tersebut tipe pekerja keras. Sedangkan seorang

punya kinerja rendah menyebabkan kinerja buruk dan seorang tersebut tidak

memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki upayanya.

2) Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang yang

berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan

sekerja, pimpinan atau bawahan, fasilitas-fasilitas kerja dan iklim perusahaan.

Menurut (Simanjuntak, 2005) bahwa kinerja setiap orang dapat

digolongkan menjadi 3 kelompok :

1) Kelompok individu

Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.

Kompetensi setip orang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu dapat

dikelompokan dalam 2 golongan yaitu :

(1) kemampuan dan keterampilan kerja

(2) motivasi dan semangat kerja

Kemampuan dan keterampilan kerja seiap orang dipengaruhi oleh kebugaran

fisik dan kesehatan jiwa individu yang bersangkutan, pendidikan , akumulasi

pelatihan, dan pengalaman kerjanya

2) Dukungan organisasi

Kinerja seseorang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk

pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihah

(21)

3) Dukungan manajemen

Kinerja perusahaan dan lingkungan setiap orang juga sangat tergantung pada

kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan

membangun system kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis,

maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan

menumbuhkan motivasi seluruh karyawan untuk bekerja optimal

Dalam membahas penelitian ini perlu ditetapkan secara jelas

variabel-variabel yang diduga menentukan kinerja berdasarkan teori dan

pengamatan penelitian terdapat 6 variabel, yaitu kepemimpinan, kemampuan,

penghargaan (reward), kompensasi, lingkungan kerja fisik,dan komunikasi.

1) Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang

menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi. Kepemimpinan yang

dilakukan saat ini didalam perusahaan kurang berjalan dengan baik dimana masih

terdapatnya kesalah pahaman antara atasan dengan bawahan didalam

pekerjaannya, seperti halnya:

(1) Kurangnya ketegasan atasan didalam mengatasi masalah-masalah yang

ditimbulkan oleh sertiap karyawannya.

(2) Keadilan yang diberikan atasan masih sering menimbulkan masalah dalam

pembagian tugas kepada setiap karyawan.

(3) Atasan masih lemah didalam menerapkan kedisiplinan dan pegawasan

(22)

(4) Kesempatan yang kurang diberikan oleh atasan kpada bawahan dalam

mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

Kepemimpinan yang sukses, meunjukan pengelolaan suatu organisasi

berhasil dilaksanakan dengan sukses pula. Ini berarti bahwa seorang pemimpin

berhasil dengan tiga hal yaitu : (1) mampu mengatasi perubahan yang tiba-tiba

dalam proses pengelolaan organisasi (2) mampu mengoreksi

kelemahan-kelemahan yang muncul (3) sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam

jangka waktu yang telah ditetapkan. Menurut Hasibuan (2002 : 169) bahwa

pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang kepemimpinannya,

mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam

mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara seseorang

mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara

produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Pendapat lain dari Martoyono (2000 :

176) mengenai pengertian kepemimpinan adalah keseluruhan aktifitas dalam

rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu

tujuan yang memang diinginkan bersama. Dari beberapa pengertian tersebut dapat

dikemukakan, bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi

perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada

situasi tertentu

Adapun tanggung jawab para pemimpin menurut Martoyono (2000 : 180)

adalah sebagai berikut : (1) Menentukan tujuan pelaksanaan kerja realities (dalam

(23)

dengan sumber dana yang diperlukan untuk menjalani tugasnya (3)

Mengkomunikasikan para karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka (4)

Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi (5)

Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengandung partisipasi

apabila memungkinkan (6) Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan

pekerjaan yang efektif (7) Menilai pelaksanaan dan mengkomunikasikan hasilnya

(8) Menunjukan perhatian kepada karyawan. Yang penting dalam hal ini adalah

tanggung jawab dalam memadukan seluruh kegiatan dalam mencapai tujuan

organisasi tersebut seharmonis mungkin, sehingga tercapainya tujuan organisasi

tersebut efektif dan efisien.Seirama dengan perlu dan pentingnya “Human

Relation” dalam kepemimpinan suatu organisasi, maka beberapa ahli berusaha

mengemukakan beberapa sifat pemimpin yang diperlukan sekali dalam hubungan

ini. Adapun sifat-sifat tersebut menurut Martoyono (2000 : 182) adalah sebagai

berikut : (1) Penuh energy adalah untuk tercapainya kepemimpinan yang baik

memang diperlukan energy yang baik pula, jasmani maupun rohani. Seorang

pemimpin harus sanggup bekerja dalam jangka waktu panjang dan dalam waktu

yang tidak tertentu. Sewaktu-waktu dibutuhkan tenaganya, ia harus sanggup

melaksanakannya, mengingat kedudukan dan fungsinya. Karena itu kesehatah

fisik dan mental benar-benar diperlukan bagi seorang pemimpin. (2) Memiliki

stabilitas emosi adalah seorang pemimpin harus melepaskan diri dari prasangka,

kecurigaan berapriori jelek terhadap bawahan-bawahan dan tidak boleh cepat nik

pitam. Sebaliknya ia harus tegas, konsekuen dan konsisten dalam

(24)

Memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia (Human Relation) adalah

Mengingat tugas yang penting dari seorang pemimpin adalah memimpin dan

meajukan bawahannya, maka seorang pemimpin harus mengetahui dengan benar

tentang hal-ikhwal manusia dan hubungan antara manusia tersebut. Ia harus

mengetahui banyak tentang sifat-sifat orang, bagaiman mereka mengadakan reaksi

terhadap suatu tindakan atau situasi yang bemacam-macam, apa dan bagaimana

kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas yang

dibebankan dan sebagainya. (4) Motivasi pribadi adalah keinginan untuk dapat

memimpin harus datang dari dorongan batin pribadinya sendiri bukan paksaan

dari luar hanya bersifat menstimulir saja terhadap keinginan-keinginan menjadi

pemimpin. Hal semacam itu tercermin dalam keteguhan pendiriannya, kemauan

yang keras dalam bekerja dan penerapan sifat-sifat pribadi yang baik dalam

pekerjaannya. (5) Kemahiran mengadakan komunikasi adalah seorang pemimpin

harus mampu dan cakap dalam mengutarakan gagasan baik secara lisan maupun

tulisan. Hal ini sangat peting bagi pemimpin untuk mendorong maju bawahan,

memberi ataupun menerima informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan

bersama. Menurut Martoyono (2000 : 184), terdapat enam tipe kepemimpianan

sebagai berikut:

(1) Tipe pribadi Pemimpin tipe ini kepemimpinannya didasarkan pada kontak

pribadi secara langsung dengan bawahannya. Tipe ini sifatnya umum, sangat

efektif dan secara relative sederhana pelaksanaannya.

(2) Tipe nonpribadi pada tipe ini hubungan pemimpin dengan bawahannya hanya

(25)

sumpah-sumpah, janji-janji, dan sebagainya. Sehingga dengan demikian

hubungan tesbut bersifat tidak langsung dan biasanya hubungan yang

demikian tidak dinamis.

(3) Tipe otoriter pemimpin tipe ini menganggap kepemimpinannya merupakan

hak pribadinya dan berpendapat bahwa dapat menentukan apa saja dalam

organisasinya, tanpa mengadakan konsultasi dengan bawahan sebelumnya.

(4) Tipe demokratis pemimpin tipe ini menitik beratkan pada partisipasi

kelompok dengan memanfaatkan pandangan-pandangan atau

pendapat-pendapat kelompok. Inisiatif dari kelompok sangat diperlukan dan dianjurkan

oleh pemimpin dari tipe ini. Kegagalan dari pemimpin tipe ini adalah apabila

anggota kelompok tidak cakap dan kurang bergerak untuk bekerja.

(5) Tipe partenalitis tipe ini cenderung sangat memikirkan keinginan dan

kesejahteraan bawahannya serta selalu membimbing dan melindungi. Karena

itu kepercayaan diri dan kebebasan kelompok tidak berimbang.

(6) Tipe indigenous pemimpin tipe ini timbul dalam orrganisasi kemasyarakatan

yang bersifat informal dimana antar perorangan dalam organisasi tersebut

ditentukan oleh keaslian dan pembawa pimpinan.

2) Kemampuan

(Wungsu, 2003: 141) menjelaskan bahwa kemampuan (ability) adalah

segenap kemampuan, pengetahuan, serta penguasaan karyawan atas teknik

pelaksanaan tugas-tugasnya. Kemampuan (ability) antara lain dapat diketahui dari

seberapa baik tingkat pengetahuan seseorang atau jenis keterampilan apa saja

(26)

York sport bar and dinner restoran masih perlu ditingkatkan, dimana masih

kurangnya kemampuan dan kesigapan karyawan didalam menjalankan tugasnnya,

seperti halnya:

(1) Pendidikan yang dimiliki karyawan masih tidak sesuai dengan pekerjaan

yang dibebankan.

(2) Masih banyak karyawan yang memiliki komunikasi yang kurang baik

dalam memberikan pelayanan.

(3) Keterampilan kurang baik yang dimiliki oleh karyawan di dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan.

(4) Minimnya pengalaman kerja yang dimiliki oleh karyawan dalam hal

pelayanan.

(Tohardi, 2002: 127) menyatakan kemampuan (ability) merupakan salah

satu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Seluruh kemampuan seorang individu pada hakikatnya tersusun dari dua

perangkat faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan

intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan

mental. Tes IQ misalnya, dirancang untuk memastikan kemampuan intelektual

umum seseorang. Demikian juga tes saring untuk masuk universitas seperti

SPMB, IQ yang tinggi tidaklah merupakan prasyarat untuk semua pekerjaan. IQ

yang tinggi bisa saja tidak ada hubungannya dengan kinerja. Sedangkan

kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan

tugas-tugas yang memerlukan stamina, kekuatan, kecekatan, dan keterampilan serupa.

(27)

yang memadai untuk suatu pekerjaan, bergabung pada prasyarat kemampuan yang

diminta dari pekerjaan itu. Kinerja karyawan ditingkatkan bila ada suatu

kecocokan yang tinggi antara kemampuan dan jabatan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dikemukakan bahwa

kemampuan adalah kapasitas yang dimiliki seseorang yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Menurut Dharma (Gibson, 1995: 89) kemampuan

dan keterampilan memainkan peranan yang utama dalam perilaku dan prestasi

individu. Kemampuan adalah sifat yang dibawa dari lahir atau yang dipelajari

yang memungkinkan seorang menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan

keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas, seperti

kecakapan dalam mengoperasikan computer. Manajer harus mencoba

mencocokan kemampuan dan keterampilan seseoarang dengan prasyarat

pekerjaan. (Simanjuntak, 2005: 103) menyebutkan bahwa kemampuan dan

keterampilan terdiri dari : 1) kebugaran fisik dan kesehatan jiwa, 2) pendidikan, 3)

pelatihan, 4) pengalaman kerja.

3) Penghargaan

(Irianto, 2001:125) meyebutkan bahwa penghargaan (reward) merupakan

segala sesuatu yang diberikan organisasi untuk memuaskan satu atau beberapa

kebutuhan individu. (Nugroho. 2008: 143) menjelaskan bahwa penghargaan

(reward) ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan untuk meningkatkan

motivasi para karyawan. Menurut (Long Irianto, 2001: 152) menjelaskan bahwa

jenis penghargaan yang selama ini dikenal dapat dapat dikelompokan menjadi dua

(28)

diberikan untuk memuaskan kebutuhan dasar, untuk keamanan, kebutuhan social

serta kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan. Penghargaan yang diterima saat

ini oleh karyawan pada New York sport bar and dinner restoran sudah cukup baik

namun tidak memungkinkan untuk ditingkatkan lagi sesuai dengan kinerja yang

dimiliki oleh karyawan. Sifat penghargaan ekstrinsik adalah dapat disarankan. 2)

penghargaan Intrinsik merupakan penghargaan yang diberikan untuk memuaskan

kebutuhan-kebutuhan yang kian kompleks dan lebih tinggi misalnya untuk

prestasi, pertumbuhan dan perkembangan. Bentuk penghargaan ini mengacu pada

factor-faktor penghargaan itu sendiri seperti misalnya pekerjaan yang memberi

tantangan dan menarik, tingkat keragaman pekerjaan, pengembangan sistem kerja

yang memberikan umpan balik dan otonomi, serta atribut-atribut pekerjaan

tantangan lainnya. (Irianto, 2001: 135) juga mengemukakan bahwa penghargaan

ekstrinsik atau intrinsic memegang peranan dalam member kepuasan individu.

Jika keduanya dapat digunakan secara efektif dan dapat menghasilkan keuntungan

yang signifikan pada organisasi.

Dari penjelasan para ahli tersebut dapat dikemukakan bahwa penghargaan

(reward) adalah ganjaran, penghargaan, hadiah, sanksi yang diterima oleh

seseorang atas tindakan yang dilakukannya.

Tujuan member imbalan menurut (Ardana dkk, 2004:145 ) pada dasarnya adalah

sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut: (1) dalam rangka memotivasi

anggota organisasi, system imbalan yang dirancang suatu organisasi harus mampu

memacu motivasi kerja agar dapat berprestasi dalam tingkat yang tinggi (2) dalam

(29)

organisasi antara lain untuk mempertahankan pekerjaan yang sudah ada, terutama

pekerjaan yang berkualitas, agar mereka kerasan bekerja (loyal) dan tidak mudah

pundah ke organisasi lain (3) dalam rangka menarik orang-orang yang berkualitas.

Kemajuan organisasi antara lain ditentukan oleh kualitas orang-orang

didalamnya. Salah satu daya tarik seseorang masuk bergabung ke dalam

organisasi adalah system imbalan yang dibentuk dan diterapkan oleh organisasi

tersebut. Untuk motivasi, imbalan haruslah bernilai dimana karyawan dan

didistribusinya mesti adil. Karyawan yang prestasinya lebih baik sebaiknya

diberikan imbalan yang lebih besar daripada karyawan yang prestasinya lebih

rendah. Organisasi sebaiknya memberikan imbalan berbasis kinerja karena lebih

adil, dan memotivasi.

4) Kompensasi

Menurut Gorda (2006:190), kompensasi adalah seluruh balas jasa baik

berupa uang, barang maupun kenikmatan yang diberikan oleh perusahaan kepada

karyawan atas kinerja yang disumbangkan kepada perusahaan. Pemberian

kompensasi yang cukup baik pada karyawan yang berprestasi baik, akan

mendorong karyawan untuk bekerja dengan lebih baik dan ke arah

pekerjaan-pekerjaan yang lebih produktif. Kompensasi dapat diberikan melalui

tunjangan-tunjangan seperti gaji, tunjangan-tunjangan transport, tunjangan-tunjangan makan dan tunjangan-tunjangan hari

raya. Kompensasi yang diterima saat ini oleh karyawan pada New York sport bar

and dinner restoran masih kurang sesuai dengan pekerjaan yang diterima, seperti

(30)

(1) Gaji yang masih rendah tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan

oleh perusahaan.

(2) Kurangnya pemberian tunjangan-tunjangan yang semestinya diterima oleh

setiap karyawan.

Hal ini diharapkan lebih ditingkatkan lagi agar dapat memuaskan

karyawan dengan sendirinya akan dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Handoko (2001:126), menyatakan bahwa kompensasi masih saja mengandung

faktor emosional yang dilihat dari segi karyawan. Sebab, apabila para karyawan

memandang kompensasi mereka tidak memadai maka prestasi kerja, motivasi

maupun kepuasan mereka dapat menurun secara drastis. Berdasarkan pendapat

tersebut yang dimaksud dengan kompensasi adalah balas jasa yang diterima oleh

karyawan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya dan dapat dinilai

dengan uang serta memiliki kecenderungan diberikan secara tetap.

5) Lingkungan Kerja Fisik

Ahyari (1999 : 122) mengatakan bahwa lingungan kerja yang memuaskan

bagi karyawan yang bersangkutan akan meningkatkan produktifitas mereka,

demikian sebaliknya lingkungan kerja yang sangat tidak memuaskan akan dapat

menurunkan gairah kerja, menurukan tingkat produktifitas karyawan. Nitisemito

(2000 : 210) mengatakan hal ini berarti menambah keletihan dan kebosanan dalam

bekerja. Lingkungan kerja pada New York sport bar and dinner restoran saat ini

masih kurang nyaman, seperti halnya :

(1) Penerangan cahaya yang kurang sehingga dapat menggangu kinerja

(31)

(2) Sistem keamanan yang kurang aman yang masih dirasakan oleh setiap

karyawan di dalam bekerja.

(3) Ruang gerak yang sempit yang masih sering dikeluhkan oleh setiap

karyawan.

Begitu pentingnya lingkungan kerja bagi karyawan maka sudah

selayaknya pihak perusahaan memperhatikan lingkungan kerja mereka yang ada

pada perusahaan tersebut dengan tetap mengusahakan agar keadaan lingkungan

kerja dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi karyawan pada

perusahaan tersebut. Keadaan lingkungan kerja yang kurang terjaga

kenyamanannya akan membawa dampak negatif bagi karyawan dan juga

perusahaan hal ini dapat berpengaruh pada menurunnya kinerja karyawan. Jadi

inti sari dari pengertian lingkungan kerja adalah lingkungan dimana karyawan

melakukan pekerjaannya sehari-hari. Perusahaan perlu memperhatikan

faktor-faktor dari lingkungan kerja yang mempunyai peranan penting bagi karyawan dan

perusahaan itu sendiri. Menerut Ahyari (1999 : 149) ada beberapa indikator yang

mempengaruhi lingkungan kerja adalah sebagai berikut:

(1) Penerangan yang baik dalam suatu pabrik akan membantu terdapatnya suatu

tempat kerja yang nyaman, membantu dalam menghemat baik penglihatan

maupun tenaga serta akan membantu dalam memberikan semangat.

Syarat-syarat penerangan yang baik adalah sebagai berikut : sinar atau cahaya yang

cukup, sinar yang tidak menyilaukan, tidak terdapat kontras yang tajam,

(32)

(2) Suhu Udara

Suhu udara ruangan karyawan merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi kondisi kerja karyawan. Suhu udara yang terlalu panas atau

lembab akan menurunkan gairah kerja sehingga kesalahan-kesalahan yang

dibuat oleh karyawan semakin besar. Pengaturan suhu udara didalam ruangan

kerja dapat dilakukan dengan memilih beberapa alternative seperti : fentilasi

yang cukup pada gedung, pemasangan kipas angin, pemasanagan Air

Conditioner (AC), dan pemasanagan humidifier. Agar dapat terjadi pertukaran

udara secara baik didalam ruangan, dalam rangka mengurangi pengotoran

udara didalam ruangan, mengurangi panas timbul maka perlu diperhatikan

lebar fentilasi dan penempatannya gedung itu sendiri agar hembusan

anginnya tidak terlalu kencang yang menyebabkan pekerja menjadi sakit

(3) Penyusunan warna

Masalah warna pengaruhnya cukup besar terhadap pekerja dalam

melaksanakan tugasnya, karena sifat dasar dapat merangsang perasaan

manusia. Masalah pewarnaan ini meliputi elemen dinding, langit-langit, lantai,

peralatan kerja, mesin-mesin. Masalah penggunaan warna harus

memperhatikan factor-faktor sebagai berikut : pemilihan warna, komposisi

warna, dan hubungan warna yang dipakai dengan masalah penyinaran.

(4) Ruang Gerak

Ruang gerak yang disediakan oleh perusahaan hendaknya jangan terlalu

sempit, tumpukan-tumpukan barang dan prakakas lainnya yang membatasi

(33)

dalam bekerja maupun dalam gerak. Jelas kiranya bahwa seseorang tidak

mungkin bekerja dengan baik jika tidak tersedianya cukup tempat untuk

bekerja dengan baik.

(5) Suara Dalam Ruang Kerja

Kebisingan merupakan gangguan. Dengan adanya kebisingan ini konsentrasi

dalam bekerja akan terganggu. Hal ni sudah tentu akan menimbulkan kerugian.

Suara bising dalam suatu pabrik dapat dikurangi dengan suatu tindakan yaitu :

a) mengurangi intensitas suara atau bunyi itu pada sumber-sumbernya

dengan mengadakan modifikasi mesin-mesin suatu mekanis,

b) mencegah penebaran atau meluasnya suara ribut dengan menutup rapat

sumber-sumber keributan,

c) menghindari adanya suara yang memantul dengan jalan menyerap suara

itu dengan peredam suara.

(6) Kebersihan

Kebersihan merupakan syarat guna menjaga kesehatan pelaksanaannya harus

dilakukan dengan teratur dan secar terus-menerus. Karena lingkungan yang

bersih akan menimbulkan rasa senang dan dapat mempengaruhi seseorang

untuk bekerja lebih bersemangat dan bergairah.

(7) Keamanan

Asalah keamanan dalam lingkungan kerja ini menyangkut keamanan terhadap

keselamatan dari setiap keryawan, keamanan harta benda karyawan, dan

konstruksi gedung. Apabila karyawan merasa aman dalam bekerja maka

(34)

6) Komunikasi

Komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan saat ini pada New

York sport bar and dinner restoran masih kurang berjalan dengan baik yang

dibuktikan dengan terjadinya kesalah pahaman antar karyawan dengan atasan,

misalkan dalam pemberitahuan pekerjaan yang ditugaskan oleh atasan.

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi, karena

komunikasi berlaku sebagai rantai koordinasi antara karyawan dengan fungsi

organisasi (Manullang, 2004 : 209). Pengertian komunikasi menurut Gorda

(2004 : 209) adalah suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada

orang lain dengan harapan timbul kesamaan pengertian dan persepsi yang

kemudian di arahkan kepada suatu tindakan tertentu untuk mencapai tujuan yang

telah ditetepkan terlebih dahulu. Menurut Handoko (2003 : 20) komunikasi adalah

proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke

orang lain. Menurut Siagian (2003 : 20) dalam menunjang proses komunikasi,

pemimpin memerlukan sarana dan prasarana yang bagus dimana pimpinan harus

mampu menjadi komunikator yang mampu mengelola suatu informasi dan

menciptakan cara penyampaian informasi tersebut. Dalam hal ini, informasi yang

dimaksud adalah informasi yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan sehingga

informasi tersebut mudah dimengerti dan diterima.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses penyampaian atau pemindahan suatu informasi

dari seseorang kepada orang lain sehingga menimbulkan adanya interaksi antara

(35)

Menurut Siagan (2003:308) empat bentuk komonikasi sebagai berikut.

(1) Komunikasi vertikal kebawah

Merupakan wahana bagi manajemen untuk menyampaikan berbagai hal

kepada bawahannya seperti perintah, instruksi, kebijakan baru,

pengarahan, pedoman kerja, nasehat dan teguran.

(2) Komunikasi vertikal keatas

Menyangkut keinginan anggota organisasi untuk mencapai berbagai hal

seperti laporan hasil pekerjaan, masalah yang dihadapi baik masalah

kedinasan maupun yang sifatnya pribadi kepada atasannya.

(3) Komunikasi horizontal

Komunikasi yang berlangsung antara orang-orang yang berada pada

tingkat yang sama hirarki organisasi, akan tetapi melaksanakan kegiatan

yang berbeda. Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif

dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi yang dapat

membantu koordinasi kegiatan-kegiatan karyawan, juga menghindari

pemecahan masalah yang lambat.

(4) Komunikasi diagonal

Merupakan komunikasi antara dua satuan kerja yang berbeda pada

jenjang hirarki organisasi yang berbeda, tetapi menyelenggarakan

kegiatan yang sejenis.

Handoko (2006 : 89) mengemukakan bahwa jenis-jenis komunikasi dapat

(36)

1) Komunkasi informal, merupakan komunikasi yang dilaksanakan tidak

berdasarkan atas ketentuan dalam struktur organisasi atau

peraturan-peraturan di lingkungan perusahaan.

2) Komunikasi formal, yaitu komunikasi yang terjadi berdasarkan

ketentuan-ketentuan dalam suatu organisasi yang berupa komunikasi

fertikal maupun komunikasi horizontal.

Menurut Gorda (2004 :194), komunikasi mempunyai empat fungsi utama

sebagai berikut.

1) Fungsi Kendali

Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku karyawan dalam

beberapa cara misalnya, mengkomunikasikan setiap keluhan yang

berkaitan dengan pekerjaan kepada atasan langsung, sesuai dengan tugas

dan tanggung jawabnya, atau sesuai dengan kebijakan perusahaan, dan

selanjutnya atasan mengambil berbagai langkah-langkah untuk

memecahkan keluhan karyawan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi

menjalankan fungsi kendali (kontrol).

2) Fungsi Motifasi

Komunikasi membantu perusahaan untuk mengembangkan motifasi

dengan menjelaskan kepada karyawan apa yang harus dikerjakan,

bagaimana mereka bekerja dengan baik, dana apa yang dapat

dikerjakaan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar.

(37)

Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber

pertama interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi didalam kelompok

merupakan mekanisme fundamental dimana anggota-anggota

menunjukan kekecawaan dan rasa puas mereka. Oleh karena itu

komunikasi menyiarkan ungkapan-ungkapan emosional dari perasaan

dan pemenuhan kebutuhan sosial.

4) Fungsi Informasi

Komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah

pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang

diperlukan indifidu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan

meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternative.

Unsur komunikasi menurut Handoko (2006 : 91) adalah :

1) komunikator yaitu seseorang yang menyampaikan pikiran atau pesan

kepada orang lain,

2) pesan, yaitu lambang yang membawakan pikiran komunikator kepada

orang lain,

3) tahap-tahap penilaian dan mencoba.

Proses komunikasi tersebut nantinya diharapkan dapat memperluas

pandangan dan pengalaman, serta lebih memungkinkan untuk

memberikan sumbangan yang lebih banyak kepada perusahaan. Hal

tersebut dikarenakan seberapa pun bagus dan matangnya perencanaan

perusahaan tidak akan tercapai.

(38)

1) Menghubungkan semua unsur yang melakukan interaksi pada semua

lapisan sehingga menimbulkan kesetiakawanan dan legalitas antar

sesama.

2) Semua jaringan pimpinan langsung mengetahui keadaan bidang-bidang

yang membawahi sehingga berlangsung pengendalaian secara

operasional dan efisien.

3) Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota dan melibatkan

karyawan pada kepentingan perusahaan.

4) Timbul rasa saling mengetahui dan menghargai tugas masing-masing,

sedangkan tujuan komunikasi adalah mengadakan perubahan dan

mempengaruhi tindakan untuk mencapai kesejahteraan perusahaan.

Proses komunikasi sering mengalami halangan dan hambatan dalam

penerapannya. Menurut Handoko (2006 : 95) hambatan dalam komunikasi

tersebut sebagai berikut.

1) Tingkatkan hirarki, berita mengalir dari atasan ke bawahan melalui

beberapa tahapan sehingga informasi yang disampaikan bisa bertambah,

berkurang, berubah,atau berbeda sama sekali dengan berita aslinya.

2) Wewenang manajerial, tanpa wewenag untuk membuat keputusan, tidak

mungkin manajer dapat mencapai tujuan dengan efektif. Disini terjadi

kesenjangan antara manajer dengan bawahan karena pihak manajer

(39)

3) Spesialisasi adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga menciptakan

masalah-masalah komunikasi akan cenderung memisahkan orang-orang,

bahkan bila mereka saling berdekatan.

Segala halangan dan hambatan yang terjadi dalam proses penerapan

komunikasi dapat diatasi dengan cara menerapkan pedoman komunikasi yang

baik didalam perusahaan, yaitu :

1) mencari kejelasan-kejelasan gagasan terlebih dahulu sebelum

dikomunikasikan,

2) teliti tujuan sebenarnya setiap proses komunikasi,

3) pertimbangkan keadaan fisik dan manusia keseluruhan kapan saja

komunikasi akan dilakukan,

4) konsultasi dengan pihak lain saat perencanaan komunikasi.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Penelitian yang dilakukan oleh Rimawathi (2009), yang berjudul

Analisis Faktor Penentu Kinerja Karyawan Administrasi Institut Seni

Indonesia (ISI) Denpasar. Penelitian tersebut menggunakan lima

faktor yang berkontribusi terhadap kinerja yaitu ; (1) Kepemimpinan,

(2) Kemampuan, (3) Penghargaan, (4) Lingkungan kerja fisik, (5)

desain pekerjaan. Hasil penelitian menunjukan ada empat faktor yang

diidentifikasikan memberikan kontribusi terhadap kinerja. Dari

keempat faktor yang lebih dominant memberikan kontribusi terhadap

(40)

sebesar 21,31 persen. Kesamaan penelitian terdahulu dengan

penelitian sekarang adalah teknik analisis yang digunakan, yaitu

menggunakan teknik analisis faktor. Sedangkan perbedaannya adalah

faktor-faktor yang digunakan pada penelitian tersebut, tempat

penelitian, dan jumlah responden yang digunakan.

2) Penelitian yang dilakukan oleh M. Wahyuddin (2008) dengan judul

“Analisis Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan pada

Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat di Kabupaten

Wonogiri”. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedua variabel

independen, gaya kepemimpinan dan motivasi, memiliki pengaruh positif

terhadap resmi kinerja. Akumulatif, koefisien determinasi R2 = 0.900

sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang diambil dalam penelitian ini

(90,0%) dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja resmi; sisanya 10,0% dijelaskan atau dipengaruhi

oleh faktor lain. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian

sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kinerja karyawan.

Perbedaannya adalah teknik analisis data, lokasi dan waktu yang berbeda.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Putu Sunarcaya (2008) dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan

dilingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan,

komunikasi dan iklim organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan dilingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Alor. Dan satu-satunya

(41)

kerja hal itu terbukti dari P value yang sigmifikan pada α= 0,05. Adapun

persamaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah sama-sama

meneliti tentang kinerja karyawan. Perbedaannya adalah teknik analisis data,

lokasi dan waktu yang berbeda.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Gustian Afriza (2009) dengan judul

“Analisis Perbandingan Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja PNS

Commuter dan PNS Non Commuter pada Sekretariat Pemerintah Kabupaten

Lampung Barat”. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa PNS Non

Commuter mempunyai kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan

PNS Commuter di Sekretariat Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.

Adapun faktor yang paling berpengaruh pada kinerja PNS Non Commuter

adalah Faktor Kontekstual dan Faktor Kepemimpinan, dimana Faktor

Kontekstual dipengaruhi oleh faktor internal yang terjadi di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, misalnya : perubahan lingkungan

kerja, mutasi jabatan, ketersediaan fasilitas kerja dan pengaruh pola kerja

yang berjalan di organisasi. Pada Faktor Kepemimpinan sangat dipengaruhi

oleh dukungan atasan terhadap bawahan, misalnya dengan memberikan

kebebasan untuk berinisiatif dan melibatkan seluruh sumber daya manusia

dalam proses pengambilan keputusan. Adapun persamaan penelitian ini

dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kinerja

karyawan. Perbedaannya adalah teknik analisis data, lokasi dan waktu yang

(42)

5) Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Gani (2008) dengan judul “Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Kantor Pelayanan

Bajak Bumi daii Saingonan Kota Makassar”. Hasi1 temuannya variabel

profesionalisme, disiplin dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap

variabel kinerja dan variabel profesionalisme yang paling dominan

berpengaruh terhadap kinerja. Adapun persamaan penelitian ini dengan

penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kinerja karyawan.

Perbedaannya adalah teknik analisis data, lokasi dan waktu yang berbeda.

6) Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho Rahmat (2006) dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang pempengaruhi Kinerja Karyawan (Studi

Empiris pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Bandung)”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel kepemimpinan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya

organisasi telah terbukti sebagai variabel moderasi antara kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan di daerah penelitian pada PT. Bank Tabungan

Negara (Persero) (konvensional) Cabang Bandung. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kinerja

karyawan. Perbedaannya adalah teknik analisis data, lokasi dan waktu yang

berbeda.

7) Penelitian yang dilakukan oleh Zainul Dwi Handono (2008) dengan judul

“Hubungan Antara Kinerja Karyawan Tata Usaha Dengan Kepuasan Dosen

Kesehatan Politeknik Palu”. Hasil analisis menunjukan korelasi antara

(43)

korelasi r nilai 0,0809 dan p = 0,000. Nilai korelasi dari masing-masing

faktor kinerja karyawan adalah hasil dari bekerja sendiri dan ketulusan kerja

r = 0.606 (p = 0,000), bekerja kualitas dan kuantitas r = 0.556 (p = 0,000),

bekerja perencanaan r = 0.549 (p = 0,000), perilaku kerja r = 0.340 (P

=0,008), kecepatan kerja r = 0.600 (p = 0,000) dan bekerja pengetahuan r

=0.670(0,000). kesimpulan dari penelitian ini Adanya hubungan yang

signifikan positif antara karyawan Tata Usaha dengan kepuasan dosen di

Politeknik Kesehatan Palu, yang meliputi: Hasil kerja dan sincererity,

kualitas dan kuantitas kerja, perencanaan kerja, perilaku kerja, kecepatan

kerja dan pengetahuan kerja kantor administratif dengan Dosen's kepuasan

di Politeknik Kesehatan Palu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kinerja karyawan.

Perbedaannya adalah teknik analisis data, lokasi dan waktu yang berbeda.

8) Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2008) dengan judul “Analisis

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan Balai Metrologi Pada

Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan. Akumulasi

nilai koefisien determinasi melalui uji R2, diperoleh nilai 0,319 dimana nilai

ini menyatakan bahwa kedua variabel bebas yaitu kepemimpinan dan

disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan sebesar 31,9 %

sedangkan sisanya sebesar 68,1 % dipengaruhi variabel lain yang tidak

(44)

merupakan variabel dominan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kinerja karyawan.

Perbedaannya adalah teknik analisis data dan lokasi yang berbeda.

9) Penelitian yang dilakukan oleh Eni Murdianingsih (2008) dengan judul

“Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Petugas Jakarta Dewan

Investasi, Ibukota Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk

Kinerja petugas JIB baik umumnya terutama dalam kondisi untuk semua

variabel (Kemampuan, Motivasi, dan Kepemimpinan). Kinerja dan variabel

Motivasi untuk Pengusaha tidak dalam kondisi baik, tetapi variabel

Kemampuan dan Kepemimpinan dalam kondisi baik. Untuk Karyawan,

variabel yang berada dalam kondisi baik adalah Kemampuan dan Motivasi,

tetapi tidak dalam kondisi baik untuk Kinerja dan variabel Kepemimpinan.

Hasil analisis korelasi bahwa Kemampuan, Motivasi, dan variabel

Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap variabel Kinerja. Namun,

untuk Pengusaha, hanya Motivasi dan variabel Kepemimpinan berpengaruh

secara signifikan variabel Kinerja. Selain itu, untuk Karyawan, semua

variabel yang mempengaruhi variabel Kinerja signifikan. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang

kinerja karyawan. Perbedaannya adalah teknik analisis data dan lokasi yang

berbeda.

10)Penelitian yang dilakukan oleh Jauliman Purba (2004) dengan judul “

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan Kantor

(45)

kepemimpinan, motivasi, serta pendidikan dan pelatihan mempunyai

pengaruh positif terhadap kinerja karyawan kantor pelayanan pajak binjai.

Variabel motivasi memiliki pengaruh dominan dibandimgkan variabel

kepemimpinan serta pendidikan dan pelatihan. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang kinerja

karyawan. Perbedaannya adalah teknik analisis data, lokasi dan waktu yang

berbeda.

11) Penelitian yang dilakukan oleh Parwanto Wahyuddin (2008) dengan judul

“Pengaruh Faktor-faktor Kepuasan kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pusat

Pendidikan Komputer Akuntansi IMKA di Surakarta”. Dari hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa faktor kepuasan kerja yaitu: menggunakan,

kepemimpinan, dan sikap teman bekerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja karyawan. Dari persamaan regresi linier dengan metode probabilitas

model, menunjukkan bahwa variabel pengaruh terbesar terhadap kinerja

karyawan adalah variabel sikap kerja. Uji bersama-sama (F)sebesar

2.812,102, dan [R2]sebesar 0.995%. Berarti tiga variabel bebas yang

termasuk di antaranya, 95,5% dapat menjelaskan variasi variabel kinerja

karyawan, sedangkan yang 0,5% dijelaskan oleh yang lain;berbeda variabel

di luar model. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah

sama-sama meneliti tentang kinerja karyawan. Perbedaannya adalah teknik

analisis data dan waktu yang berbeda.

13) Penelitian yang dilakukan oleh Innayah Rokimah (2006) dengan judul

(46)

Pada PT. Summit Oto Finance di Cabang Lampung”. Hasil dari penelitian

ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif antara

kemampuan (X1) terhadap kinerja (Y) sebesar 0,489 dan koefisien korelasi

sebesar 0,904 pada taraf signifikansi 5%. Dan variabel yang motivasi (X2)

tidak berpengaruh terhadap kinerja (Y). Dari hasil penelitian juga dapat

diperoleh kesimpulan bahwa diantara dua variabel yang diteliti, variabel

kemampuan merupakan variabel yang paling mempengaruhi kinerja

seseorang dan motivasi tidak mempengaruhi kinerja seseorang. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang

kinerja karyawan. Perbedaannya adalah teknik analisis dan lokasi yang

berbeda.

15) Penelitian yang dilakukan oleh Ninuk Muljani (2008) dengan

judul”Kompensasi Sebagai Motivator Untuk Meningkatkan Kinerja

Karyawan” teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Kesimpuan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah

ada dua hal yang perlu diingat oleh perusahaan dalam pemberian

kompensasi. Pertama, kompensasi yang diberikan harus dapat dirasa adil

oleh karyawan dan kedua, besarnya kompensasi tidak boleh jauh berbeda

dengan yang diharapkan karyawan. Apaila dua hal ini dapat dipenuhi, maka

karyawan akan merasa puas. Kepuasan akan memicu karyawan untuk terus

meningkatkan kinerjanya, sehingga tujuan perusahaan maupun kebutuhan

karyawannya akan tercapai secara bersama. Untuk mencapai keadilan maka

Gambar

Tabel 1.1   Jumlah Karyawan pada New York sport bar and dinner restoran,
Tabel 1.3 Tingkat Ketidakhadiran Karyawan pada New York sport bar and
Gambar 4.1 Struktur Organisasi New York sport bar and dinner restoran
Tabel 4.1  Karakteristik Responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

terlibat dalam satu bentuk “perperangan”.. dalam mewujudkan visi secara efektif, tanpa strategi yang tepat sumberdaya organisasi akan terhambur konsumsinya, sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian jenis obat yang tersedia dengan DOEN : 64.70%-73.51%, ketepatan permintaan obat 2.28%-24.47%, ketepatan distribusi obat,

Perkembangan UKM khususnya UKM Konveksi juga tidak terlepas dari peranan tenaga kerja yang sebagian besar adalah perempuan baik yang sudah menikah maupun yang belum

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga