PENGEMBANGAN WILAYAH:
Suatu Pengantar
MATERI KULIAH
Oleh:
Oswar Mungkasa
Manajemen Perkotaan Universitas Negeri Jakarta
Pengertian Dasar
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional (UU No. 26 Tahun 2007).
Wilayah adalah unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu di
Pengertian Dasar
Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam
Rustiadi et al., 2011) mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu:
(1) wilayah homogen (uniform/homogenous region); (2) wilayah nodal (nodal region); dan
Pengertian Dasar
Glason, 1974 berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan
region/wilayah menjadi:
fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan
keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik.
fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi
dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau
polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.
fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi
Pengertian Dasar
Wilayah dapat dibedakan berdasar kategori sebagai berikut :
Berdasar wilayah administrasi pemerintahan, seperti Kabupaten/Kota,
Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan.
Berdasarkan kesamaan kondisi, yang paling umum adalah kesamaan
kondisi fisik.
Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi. Perlu ditetapkan terlebih
dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besarnya, kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari setiap pusat pertumbuhan.
Berdasarkan wilayah perencanaan/program. Dalam hal ini, ditetapkan
Pengertian Dasar
Pengembangan wilayah (Regional Development) adalah upaya
Untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup
Zen dalam Alkadri (2001) menggambarkan tentang
pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis antara sumber daya alam, manusia, dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan dalam memberdayakan masyarakat
Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan
Pengertian Dasar
Pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen- komponen
tertentu seperti (Friedman and Allonso, 2008):
Sumber daya lokal.
Pasar.
Tenaga kerja.
Investasi
Kemampuan pemerintah.
Transportasi dan Komunikasi.
Teknologi.
Perencanaan wilayah adalah penetapan langkah yang digunakan untuk
Pengertian Dasar
Menurut Chaprin, perencanaan wilayah (regional planning) adalah upaya
intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah memiliki tiga tujuan pokok yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan sektoral dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan.
Perencanaan Wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan
yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003).
Perencanaan wilayah adalah perencanaan daerah geografis yang melewati
Tujuan
Tujuan pembangunan wilayah dapat dirangkum sebagai berikut.
Memanfaatkan sumberdaya secara optimal sehingga dapat mewujudkan potensi
pembangunan wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu dengan dampak minimum dalam mencapai kesetaraan ekonomi
Menjamin perencanaan dan distribusi penduduk dan sumberdaya ekonomi yang
setara dari sebuah daerah.
Mengatur lahan yang tersedia dalam pola ruang yang paling menguntungkan dan
produksif bagi wilayah dan negeri dalam skala luas.
Aloksi sumberdaya tertentu untuk menghasilkan kegiatan ekonomi di wilayah
terbelakang untuk menstabilkan ekonominya melalui perencanaan sejumlah kota menengah yang memadai dan untuk menyediakan layanan, pekerjaan, dan
fasilitas sosial dan budaya.
Teori Pengembangan Wilayah
Teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak
dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan. Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara merata, tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan sektor lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading sektor.
Hoover dan Giarratani (dalam Nugroho dan Dahuri, 2004), menyimpulkan
tiga pilar penting dalam proses pembangunan wilayah, yaitu:
Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan
dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah.
Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena
eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan ekonomi secara spasial.
Biaya transpor (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah yang
Teori Pengembangan Wilayah
Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwaberkembangnya wilayah, atau perekonomian nasional, dihubungan dengan transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni sektor primer (pertanian, kehutanan dan perikanan), serta sektor tertier (perdagangan, transportasi, keuangan dan jasa). Perkembangan ini ditandai oleh
penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di sektor primer, meningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di sektor sekunder.
Teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow,
Fisher, Hoover, Thompson dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih mengadopsi unsur spasial dan sekaligus menjembatani kelemahanan teori sektor.
Teori Pengembangan Wilayah
Teori Tahapan Perkembangan, melalui lima tahapan Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah
sangat bergantung pada produk hasil oleh industri tertentu,
Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah
mampu mengekpsor selain komoditas dominan juga komoditas kaitannya.
Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa
aktivitas ekonomi wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri yang memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah
Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini
memperlihatkan bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi/melayani kebutuhan baran/jasa wilayah pinggiran.
Tahapan kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity).
Teori Pertumbuhan Wilayah
Teori Lokasi Terpusat (Central Place Theory) Teori ini adalah teori keruangan dalam geografi perkotaan yang berusaha
menjelaskan alasan dibalik pola distribusi, ukuran, dan jumlah kota di dunia.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Walter Christaller pada tahun 1930,
seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman, berdasar pada studi empiris di daerah sebelah Selatan Jerman.
Teori ini dirancang untuk menjelaskan ukuran kota yang terspesialisasi dalam
perdagangan barag dan jasa. Menurut teori ini, lokasi pusat adalah pusat perdagangan bagi pertukaran barang dan jasa oleh masyarakat yang berasal dari daerah sekitar. Sebagai konsekuensi namanya, lokasi terpusat, berarti tempatnya di tengahuntuk memaksimalkan aksesibilitas penduduk sekitar
Teori Pertumbuhan Wilayah
Teori Pusat Pertumbuhan Teori Pusat Pertumbuhan (growth poles) adalah salah satu teori yang dapat
menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus (Alonso dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah.
konsep pusat pertumbuhan diperkenalkan tahun 1949 oleh Francois Perroux
yang mendefinisikan pusat pertumbuhan sebagai “pusat dari pancaran gaya sentrifugal dan tarikan gaya sentripetal”. Menurut Rondinelli dan Unwin bahwa teori ini didasarkan pada keniscayaan bahwa pemerintah negara berkembang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dengan melakukan investasi besar pada industri padat modal di pusat kota.
Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan
Teori Pertumbuhan Wilayah
Teori Basis SumberDaya (Resources Endowment atau Resource
Base)
Teori ini dikemukakan Harver Perloff & Lowdon Wingo, Jr. (1961) mengemukakan
perkembangan wilayah di Amerika yang berlangsung 3 tahap, yaitu (1) tahap perkembangan pertanian ( - 1840), daerah berkembang adalah wilayah pertanian dan pelabuhan (pusat); (2) tahap perkembangan pertambangan (1840- 1950), besi dan batubara, memiliki forward linkages yang lebih luas dari sektor pertanian; (3) tahap perkembangan amenity resources atau layanan.
Pertumbuhan wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya dan
kemampuannya untuk memproduksinya, untuk keperluan ekonomi nasional dan ekspor. Dengan kata lain wilayah memiliki comparative advantages terhadap wilayah lain (spesialisasi). Kegiatan ekspor akan memperluas permintaan dan efek multiplier yang berpengaruh pada dinamika wilayah.
Sumberdaya yang baik adalah (i) mendukung produksi nasional, (ii) memiliki efek
Teori Pertumbuhan Wilayah
Teori Basis Ekspor (Export Base atau Economic Base)
Teori ini merupakan perluasan dari teori reources endowment. Teori basis ekspor
merupakan bentuk model pendapatan wilayah yang paling sederhana.
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
Teori ini mengatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam pertumbuhan
Teori Pertumbuhan Wilayah
Pengembangan Agropolitan Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan pada tahun
1974 oleh Mc.Douglass dan Friedmann sebagai strategi baru pengembangan pedesaan. Meskipun banyak makna yang terkandung di dalamnya, namun pada dasarnya pengembangan agropolitan adalah memberikan pelayanan di kawasan pedesaan atau istilah yang disebut Friedman “kota di ladang”. Dengan kata lain, masyarakat desa atau petani tidak perlu lagi pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik pelayanan yang berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran, maupun masalah yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan sehari-hari (Syahrani, 2001).
Konsep ini pada dasarnya merupakan rancangan pembangunan dari bawah
Teori Pertumbuhan Wilayah
Teori Pertumbuhan Neoklasik.
Teori ini dikembangkan dan banyak dianut oleh ekonom regional dengan
mengembangkan asumsi Neoklasik. Tokohnya adalah Harry W. Richradson (1973) dalam bukunya Regional Economic Growth. Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan wilayah tergantung tiga faktor yaitu tenaga kerja, ketersediaan modal (investasi), dan kemajuan teknologi (eksogen, terlepas dari faktor investasi dan tenaga kerja). Semakin besar kemampuan wilayah dalam penyediaan 3 faktor tersebut, semakin cepat pertumbuhan wilayah.
Selain tiga faktor di atas, teori ini menekankan pentingnya perpindahan
Teori Pertumbuhan Wilayah
Teori Baru Pertumbuhan Wilayah
Teori ini percaya pada kekuatan teknologi (sebagai faktor endogen) dan inovasi
sebagai faktor dominan pertumbuhan wilayah (untuk meningkatkan produktivitas). Kuncinya adalah investasi dalam pengembangan sumberdaya manusia dan penelitian dan pengembangan (research and development).
Teknologi tinggi dan inovasi yang didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan riset dan pengembangan adalah syarat meningkatkan pertumbuhan wilayah. Pengalaman di negara lain (maju) menunjukkan bahwa semakin tinggi faktor di atas, maka perkembangan wilayah semakin cepat.
Termasuk dalam lingkup teori ini adalah dimasukkannya variabel-variabel non
ekonomi dalam Model Ekonomi Makro
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menjadi dua
Teori Pertumbuhan Wilayah
Teori Pertumbuhan Wilayah Perspektif
Geograf
Pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh faktor internal wilayah
(sumberdaya) dan faktor eksternal, khususnya hubungan wilayah tersebut dengan wilayah-wilayah lain.
Unsur Internal (Intraregional) in situ, terdiri dari unsur sumberdaya
Konsep Perencanaan Wilayah
Dikaitkan dengan wilayah formal dan fungsional, dikenal duapendekatan dalam perencanaan wilayah:
Pendekatan teritorial. Pendekatan perencanaan ini dikenal sebagai
pendekatan bottom up, karena tujuannya adalah meningkatkan perkembangan wilayah dengan mempertimbangkan aspirasi penduduk;
Pendekatan fungsional yang memperhitungkan lokasi dengan
Konsep Perencanaan Wilayah
Dari sisi teori perencanaan antara lain (Etzioni, 1967): Pendekatan komprehensif (rational planning model). Merupakan suatu
kerangka pendekatan logis dan teratur, mulai dari diagnotis sampai kepada tindakan berdasarkan kepada analisis fakta yang relevan, diagnosis
masalah yang dikaji melalui kerangka teori dan nilai-nilai, perumusan tujuan dan sasaran untuk memecahkan masalah, merancang alternatif cara-cara untuk mencapai tujuan, dan pengkajian efektivitas cara-cara tersebut.
Pendekatan ini memerlukan survei yang komprehensif pada semua alternatif yang ada
Pendekatan inkremental (incremental planning model). Memilih diantara
rentang alternatif yang terbatas yang berbeda sedikit dari kebijaksanaan yang ada. Pengambilan keputusan dalam pendekatan ini dibatasi pada
kapasitas yang dimiliki oleh pengambil keputusan serta mengurangi lingkup dan biaya dalam pengumpulan informasi.
Pendekatan mixed-scanning (strategic planning model). Kombinasi dari
elemen rasionalistik yang menekankan pada tugas analitik penelitian dan pengumpulan data dengan elemen inkremental yang menitikberatkan pada tugas interaksional untuk mencapai konsensus. Proses yang tercakup
dalam mixed scanning ini adalah strength, weakness, opportunity dan
Konsep Perencanaan Wilayah
Archibugi (2008) berdasarkan penerapan teori perencanaan wilayah
dapat dibagi atas empat komponen
Physical Planning (Perencanaan fisik). Perencanaan yang perlu dilakukan
untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dengan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas.
Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro). Dalam
Konsep Perencanaan Wilayah
Social Planning (Perencanaan Sosial). Perencanaan sosial membahas
tentang pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial diarahkan untuk membuat perencanaan yang menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.
Development Planning (Perencanaan Pembangunan). Perencanaan ini
berkaitan dengan perencanaan program pembangunan secara komprehensif guna mencapai pengembangan wilayah.
Tipologi perencanaan dapat dibagi dalam 4 (empat) kategori yang
didasarkan pada pemikiran teoritis
Traditional planning (perencanaan tradisional). Pada jenis perencanaan ini
Konsep Perencanaan Wilayah
User-Oriented Planning (Perencanaan yang berorientasi pada pengguna).
Konsep perencanaan ini adalah membuat perencanaan yang bertujuan untuk mengakomodasi pengguna dari produk perencaan tersebut, dalam hal ini masyarakat Kota. Masyarakat yang menentukan produk perencanaan harus dilibatkan dalam setiap proses perencanaan.
Advocacy Planning (Perencanaan Advokasi). Pada perencanaan ini berisikan
program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses pembangunan kota dalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus melalui program khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.
Incremental Planning (Perencanaan dukungan). Pada perencanaan yang