• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjual Agama Bentuk bentuk dan Modusnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menjual Agama Bentuk bentuk dan Modusnya"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Menjual Agama: Bentuk-bentuk dan Modusnya

Agama merupakan dagangan yang paling laris untuk dijual. Pembelinya tidak saja para penganutnya, tapi juga di luar penganut, baik yang duduk sebagai musuh maupun pemerintah. Itulah sebabnya, sedari awal Allah telah memberi petunjuk adanya kegiatan menjual agama ini. “Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidak beruntung perdagangan mereka itu. Dan mereka tiada mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 16)

Dewasa ini, bentuk-bentuk kegiatan menjual agama semakin variatif dan canggih. Ada yang vulgar, dan ada yang terselubung. Tapi tetap tercium baunya kegiatan menjual agama. Para pelaku atau penjualnya pun beragam. Tidak harus seorang ulama atau kyai, masyarakat awam pun dapat menjual agama. Kadangkala perdagangan itu menghasilkan duit yang melimpah atau seringkali ditukar dengan suatu jabatan atau bantuan fisik atau aset.

Satu contoh kasus yang menarik dalam perkara jual beli agama ini ialah bukan seperti kasus sebungkus indomie yang ditukar dengan konversi agama. Tapi jauh lebih canggih dari itu. Misalnya dalam perkara isu radikalisasi yang kini merepotkan para status quo. Tokoh-tokoh agama banyak yang memanfaatkan ini sebagai suatu bisnis. Bagaimana bentuknya, mari kita uraikan.

Isu radikalisasi melibatkan banyak pihak dan sifat strategisnya tentu besar. Maka anggaran untuk hal ini pun pasti besar. Maka beberapa ulama dapat memainkan peranan yang tidak gratis itu untuk menjadi pengecer sekaligus agen pemerintah untuk menjangkau umat di bawah. Tentulah pekerjaan semacam itu tidak gratis. Nah yang lucu adalah soal isu Syiah. Bagi negara-negara Arab, menguatnya pengaruh Syiah di dunia Islam, sebagai suatu ancaman atas hegemoni mereka terhadap dunia Islam. Suatu ketika, (ini cerita) seorang tokoh agama dari Indonesia bertemu seseorang di Arab Saudi. Spontan pikiran dagangnya muncul. Ia pun menjual ancaman syiah ini kepada seseorang tersebut. Singkat kata, keluarlah bantuan uang dari orang Arab tersebut untuk proyek pembendungan pengaruh syiah.

Hal yang sama pun bisa terjadi dalam isu radikalisasi. Si Kyai dapat menjual pengaruhnya maupun programnya untuk umat, baik kepada pemerintah maupun kepada lembaga-lembaga donor seperti Ford Foundatian atau AUSAID dsb untuk urusan acara-acara deradikalisasi. Cuma, lembaga-lembaga donor itu sangat lihai untuk memastikan setiap bantuannya benar-benar terinstalasi dengan baik. Mereka biasanya melalukan monitoring secara ketat, hingga akhirnya kontrol atas ruh dan tujuan Islam dalam pesantren maupun jamaah tokoh agama tersebut jatuh ke dalam tangan lembaga donor asing tersebut. Saat seperti itu terjadi, hancurlah dari dalam institusi maupun jamaah tersebut.

(2)

Bentuk dan Modusnya

Saat ini, untuk Indonesia saja, ada 200 juta lebih kurang yang menganut agama Islam. Tentulah dari sudut pembahasan kita, 200 juta kepala ini merupakan potensi dagang. Marilah kita tinjau lebih jauh bentuk dan modus kegiatan menjual agama ini.

Kita akan membagi kepada dua. Pertama, vulgar dan terang-terangan. Yang kedua, halus dan terselubung.

Yang pertama, di antara bentuknya ialah:

1. Menjual umat

Menjual umat ini biasa dilakukan oleh pemimpin-pemimpin agama. Misalnya, dalam ajang pemilu atau pilkada maupun bantuan dari swasta maupun pemerintah, populasi umat dijual begitu saja dan ditukar dengan rupiah. Misalnya, per kepala seharga Rp.50 ribu. Si tokoh agama yang menjual umat itu, dapat menggadaikan umatnya secara gelondongan, yang kemudian duit hasil menjual jiwa dan kepala umat itu seringkali tidak diserahkan kepada umat yang sudah terjual itu, tapi dinikmati sendiri oleh yang bersangkutan.

Dalam segi lain, bisa juga umat itu secara nominal dibeli oleh suatu perusahaan. Yang melakukan hal ini, di antaranya perusahaan telekomunikasi, pembiayaan (keuangan) atau perusahaan consumer goods. Mereka berkongsi dengan sang tokoh umat menempatkan umat sebagai pasar dan konsumen atas dagangan perusahaan itu. Dari bisnis ini, biasanya sang tokoh mendapatkan komisi atau pun hadiah yang tidak kecil jumlahnya. Dan umat seringkali tidak tahu menahu dengan hal itu atau bungkam saja dengan praktik kotor tersebut.

2. Menjual aset

Yang paling sering dijual adalah aset-aset seperti menara mesjid untuk tempat pemancar/BTS atau pun sekolah-sekolah seperti madrasah dan pesantren. Saat ini di Jabodetabek, banyak menara mesjid dialih fungsikan menjadi BTS. Tentu saja hal itu dibayar. Berapa harga dan siapa yang menikmati, hanya pengurus mesjid dan tokoh-tokoh agama yang mengetahuinya.

Sementara gedung-gedung sekolah-sekolah dijual sebagai papan reklame. Belum lagi kerjasama pemasaran suatu produk tertentu yang diujicobakan kepada para santri pada suatu pesantren.

3. Menjual dukungan dan legitimasi

Modus yang ketiga ini tergolong klasik. Tokoh agama memanfaatkan pengaruhnya untuk dijual pada para pembeli dukungan politik. Si tokoh agama cukup menukarkannya dengan suatu suatu ceramah yang berisi dukungan atau pose mendukung dan penyelenggaraan forum untuk pentas seorang pembeli politik. Menjual dukungan politik ini sangat mahal. Seringkali ditukar dengan suatu gedung yang dibangun oleh pembeli dukungan politik itu, di samping uang cash yang lumayan besar.

4. Menjual fatwa atau pendapat

(3)

Adapun fatwa, tidak saja menyangkut halal haram. Tapi juga suatu pendapat yang mendukung atau menolak atas suatu perkara. Misalnya, katakanlah suatu kyai tertentu, diminta untuk mengeluarkan fatwa yang mendukung program KB atau SDSB di masa lalu, tentulah tidak gratis begitu saja. Saat ini diperkirakan, pendapat ulama atau kyai, baik berupa ijma’ maupun sendiri-sendiri, akan dibeli oleh pemerintah dalam menyikapi maraknya isu radikalisasi di tengah-tengah umat yang sudah merepotkan pemerintah. Dari pada keluar lebih banyak dana untuk masalah ini, akan lebih baik digalang juga dukungan dari tokoh-tokoh agama untuk meredam radikaliasi ini. Amplop dan fasilitas akan bertebaran. Para broker politik pun mendapatkan lahan usahanya.

5. Menjual nasehat

Nasehat dari tokoh agama juga merupakan komoditi yang padat diperdagangkan. Nasehat ini dapat dibeli oleh orang-orang awam, baik untuk melancarkan urusan, maupun pemerintah dan perusahaan. Terutama sekali, jika umat yang di bawah kendali tokoh agama tersebut, terlibat konflik dengan perusahaan atau pemerintah. Dalam hal ini, tokoh agama, kyai atau ulama, dapat mengambil peranan sebagai perantara perdamaian, pemberi nasehat untuk meredam api konflik, maupun juga jika dia lebih canggih, meningkatkan daya tawar atas suatu resolusi konflik.

Demikianlah di beberapa medan konflik, tokoh agama dapat bertindak sebagai penjual agama yang licin dan lihai. Perdamaian seringkali diulur dan diberi harga yang mahal oleh suatu pelaku atau pendukung konflik. Bahkan dari ajang konflik ini, tidak harus selalu ditebus dengan materi, tapi juga jabatan dan konsesi ekonomi. Pengalaman resolusi konflik terhadap DI/TII diredam dengan pemberian konsesi ekonomi kepada para pemuka pelakunya.

Sedangkan yang kedua, berbentuk halus dan terselubung, yaitu antara lain, berupa menjual program-program dan kampanye besar-besaran gaya hidup Islam yang sebenarnya ujung-ujungnya memanfaatkan untuk prakondisi menjual produk gaya hidup dan afiliasi politik.

Contoh yang paling baik dalam hal ini ialah kampanye gaya hidup syar’iy. Gaya hidup syar’iy ini telah dimanfaatkan dengan aktif oleh berbagai perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Sukar untuk mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan itu semata-mata bertujuan agama. Misalnya saja, perusahaan konveksi berbasis busana Muslim maupun hotel-hotel dengan aturan syar’at, diciptakan semata-mata untuk mendorong meningkatnya kesadaran agama. Perusahaan-perusahaan itu hanya mengambil kesempatan dan peluang dari tren semata untuk suatu keuntungan material. Oleh karena itu terlihat dengan jelas, baik dari segi konsepsinya maupun advertisingnya, semata-mata membangkitkan gairah keduniawian dan kesenangan semata-mata. Padahal agama tidak bergerak ke arah tujuan duniawi, tapi kepada kesejatian dan ukhrawi.

Namun demikian, modus menumpangi suatu tren keagamaan untuk kesempatan jualan besar-besaran, sedikit lebih beradab ketimbang bentuk dan modus yang pertama yang disebut vulgar.

Referensi

Dokumen terkait

Layanan e-kelurahan dapat meningkatakan transparansi dan mengurangi korupsi dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat pada Kantor Kelurahan Sadang Serang Kecamaran

Tes ini biasanya berbentuk essay (uraian). Tes bentuk essay adalah “sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.” 39

Untuk meningkatkan efesiensi kerja dan efektifitas waktu yang digunakan untuk memproses suatu lembaran plat logam, maka rancangan ini dibuat dengan menambahkan motor

Perancangan Algoritma Distributed Color Selection adalah pembuatan program dan penerapan algoritma pada sistem RFID multi- reader dengan tujuan untuk mengatasi collision

Hubungan antara kecepatan dan volume lalulintas secara mendasar dapat dinyatakan sebagai berikut: apabila arus lalulintas pada suatu ruas jalan bertambah maka kecepatan

Untuk mendukung pertumbuhan perusahaan, kegiatan usaha PT PPA (Perseroan) ke depan tidak hanya mencakup Pengelolaan Aset Negara, Pengelolaan Aset BUMN, RR BUMN, lnvestasi,

Kegiatan bimbingan sosial dan keterampilan yang telah disebutkan diatas mulai dilakukan pada bulan Agustus dan ditargetkan selesai pada bulan Desember. Dengan adanya

Teknik analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis (menggunakan uji t). Hasil penelitian ini adalah 1) adanya pengaruh bermain drum band dari