PENGARUH KERAPATAN VEGETASI DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK
TERHADAP JUMLAH JENIS BURUNG DI WANAGAMA I, GUNUNG KIDUL,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Rizky Hidayat
*Minat Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta, Indoneisa . **Laboratorium Satwa Liar, Praktikum Riset dan Manajemen Satwa Liar, Fakultas Kehutanan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ilmiah mengenai jenis-jenis burung yang terdapat di Wanagama I yang dilaksanakan pada 7 desember 2014 serta mengetahui pengaruh kerapatan vegetasi dan kondisi lingkungan fisik terhadap jumlah jenis burung di Wanagama I. Metode penelitian burung menggunakan point count radius 50 m pada tiap titik pengamatan sejumlah 105 plot yang tersebar di beberapa petak hutan Wanagama I. Untuk data vegetasi menggunakan nested sampling pada berbagai tingkatan pohon yang diletakkan sesuai plot point count. Sedangkan data lingkungan fisik meliputi suhu, kelembaban dan kelerengan juga diambil pada plot point count. Uji regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh kerapatan vegetasi dan kondisi lingkungan fisik terhadap jumlah jenis burung. Hasil pengamatan ditemukan sejumlah 34 jenis dari 21 suku/family. Jumlah tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah jenis burung di Wanagama I dalam kurun 20 tahun terakhir. Jenis yang paling banyak berasal dari anggota suku Sylviidae sebanyak 6 jenis, yaitu: prenjak jawa, ceret gunung, cinenen kelabu, cinenen belukar, prenjak cokelat dan prenjak padi dan suku Cuculidae sebanyak 5 jenis antara lain : bubut besar, wiwik kelabu, wiwik uncuing, wiwik lurik dan bubut alang-alang. Hasil uji linear berganda yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari kerapatan vegetasi dan kondisi lingkungan fisik terhadap jumlah jenis burung. Untuk kerapatan vegetasi, variabel yang paling berpengaruh adalah kerapatan pohon yang memiliki korelasi negatif dengan jumlah jenis burung. Kerapatan pohon berpengaruh signifikan pada rentang 150-200 individu pohon/ha. Sedangkan untuk kondisi lingkungan fisik, suhu merupakan variabel yang berpengaruh signifikan dan memiliki korelasi positif terhadap jumlah jenis burung. Suhu berpengaruh signifikan pada rentang suhu antara 29 – 330C.
PENGANTA
Burung atau aves adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Kemampuan hidup di berbagai kondisi habitat dan mobilitas burung yang tinggi didukung oleh kemampuan burung untuk terbang sehingga dapat melintasi berbagai kawasan. Walaupun demikian, burung biasanya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk hidup dan memanfaatkan pohon.
Hutan Wanagama I merupakan hutan tanaman, yang pada pengelolaan selanjutnya dibiarkan berkembang secara alami. Adanya
perkembangan tersebut
megakibatkan perubahan vegetasi di dalam jenis, kelebatan, kerapatan serta susunan komposisi dapat berpengaruh terhadap populasi satwa burung (Djuwantoko dan Hardiwinoto, 1983). Sedangkan Hani’in dalam Subeno (2000) menyatakan bahwa di
dalam tegakan-tegakan yang
bervariasi maka akan berpengaruh pada tingkat kerapatan vegetasi. Maka besarnya interaksi antara aktivitas burung terhadap vegetasi hutan dan komposisi burung pada suatu habitat bergantung pada keadaan hutan, salah satunya kerapatan vegetasi.
Hal ini karena burung merupakan salah satu satwa yang peka terhadap perubahan iklim dan kondisi lingkungan fisik yang terjadi pada suatu kawasan (Wahyuwigati, 2010).
Di Indonesia tercatat 118 (7,38%) spesies burung yang dikategorikan sebagai spesies yang terancam punah dalam IUCN Red List (Sukmantoro dkk., 2007). Indonesia merupakan negara dengan jenis burung yang terancam punah terbesar di dunia (Yuliah, 2001). Yuda
(1993) menyebutkan bahwa
ditemukan 71 jenis burung di Wanagama I, selanjutnya di lokasi yang sama Yuliah (2001) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat 37 jenis burung di Wanagama I. Untuk itu, pelestarian kawasan Wanagama I menjadi sangat penting dalam mendukung upaya penyelamatan beragam jenis satwaliar langka, endemik dan dilindungi khususnya jenis-jenis burung.
Komunitas burung dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan kondisi
lingkungan serta dapat
menggambarkan kondisi habitat yang mendukung kehidupannya dan sebagai bio-indikator suatu kawasan (Paillissona, 2002). Adanya burung jenis tertentu atau perginya burung jenis tertentu merupakan gejala yang berhubungan erat dengan kondisi lingkungan fisik.
diharapkan mampu menyediakan data dan informasi yang dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam pengelolaan di Hutan Wanagama I, khususnya terkait dalam pelestarian burung
.
ALAT DAN METODE Lokasi dan Waktu
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa teropong binokuler, buku petunjuk lapangan burung Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan (Mc Kinnon dkk., 2010) untuk
clinometer untuk memperoleh data lingkungan fisik. Selain itu juga menggunakan GPS untuk hidup kemudian dihitung
kerapatan vegetasinya
menggunkan rumus:
kerapatan=
jumlah individu
luas plot sample
(ha)
lingkungan fisik (suhu, kelembaban dan kelerengan) dan vegetasi. Dengan Lokasi penelitian di Hutan Pendidikan Wanagama I, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2013.
Metode Pengambilan Data
Identifikasi jumlah dan jenis
burung dilakukan
menggunakan metode point count radius 50 m pada setiap plot pengamatan yang telah ditentukan secara sistematis dengan jarak antar plot 200 m dan waktu pengamatan berkisar 5-10 menit. Jumlah total 105 plot yang tersebar di beberapa petak Wanagama I.
Pengambilan data vegetasi dilakukan dengan metode nested sampling, yakni berupa petak ukur kuadrat yang ditempatkan sesuai plot-plot pengamatan point count. Pengamatan dilakukan pada berbagai tingkatan yaitu; 1 x1 m (rumput), 2 x 2m (semai, semak dan tumbuhan bawah), 5x5 m (sapihan), 10x10m (tiang) dan 20x20m (pohon).
Sedangkang untuk
Pengambilan data lingkungan fisik dilakukan pada
masing plot pengamatan
bersamaan dengan
pengambilan data burung dan
Tabel 1. Daftar Jenis Burung di Wanagama I
N
o Nama Lokal Nama Ilmiah Suku
Status IUC
N CITES Peraturan
1 Ayam-hutan Hijau Gallus varius Phasianidae LC - -2 Bentet coklat Lanius cristatus Laniidae LC - -3 Bentet kelabu Lanius schach Laniidae LC - -4 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Ploceidae LC - -5 Bubut besar Centropus sinensis Cuculidae LC -
-6 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae LC -
-7
Burung madu
sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae LC - Dilindungi 8 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae LC - Dilindungi 9 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae LC - Dilindungi
10 Ceret gunung Cettia vulcania Sylviidae LC - -11 Cinenen belukar Orthotomus atrogularis Sylviidae LC - -12 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Sylviidae LC - -13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae LC - -14 Elang Ular bido Spilornis cheela Pandionidae LC II Dilindungi
15 Gagak hutan Corvus enca Corvidae LC - -16 Gelatik-batu kelabu Parus major Paridae LC - -17 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae LC - -18 Kareo Padi Amaurornis phoenicurus Rallidae LC - -19 Kepudang hitam Oriolus hosii Oriolidae LC -
-20 Layang-layang batu Hirundo tahitica Hirundinidae LC - -21 Merbah cerukcuk Pycnonotus gioavier Pycnonotidae LC - -22 Perkutut Geopelia striata Cisticolidae LC - -23 Perenjak jawa Prinia familiaris Sylviidae LC - -24 Perenjak coklat Prinia polychroa Sylviidae LC -
-25 Perenjak padi Prinia inornata Sylviidae LC - -26 Pipit benggala Amandava amandava Estrildidae LC -
-27 Sepah hutan Pericrocotus flammeus
Campephagida
e LC -
-29 Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala Ramphastidae NT -
-Berdasarkan table 1. pengamatan ditemukan 34 jenis burung dari 21 suku. Sedangkan dari jenis-jenis tersebut, anggota yang berasal dari satu suku yang paling banyak dijumpai adalah Sylviidae, sebanyak 6 jenis yaitu; Prenjak jawa (Prinia familiaris), Ceret
yaitu jenis; Bubut Besar (Centropus sinensis), Wiwik Kelabu (Cacomantis
merulinus), Wiwik Uncuing
(Cacomantis sepulcralis), Wiwik Lurik (Cacomantis sonneratii) dan Bubut Alang-Alang (Centropus bengalensis).
Analisis Regresi Linear Berganda, Pengaruh Kerapatan Vegetasi dan Kondisi Lingkungan Fisik Terhadap Jumlah Jenis Burung
Analisis regresi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh kerapatan vegetasi dan kondisi lingkungan fisik terhadap jumlah jenis burung
Setelah dilakukan analisis regresi linear berganda, dihasilkan persamaan :
Y
=−6,133
±
1,929
¿
+
(−0,00317
±
0,0013)
X
1+(0,2665
±
0,06085
)
X
2Keterangan :
Y = Jumlah jenis burung X1= Kerapatan Pohon
X2= Suhu
Hal tersebut mennunjukkan bahwa kerapatan vegetasi yang paling berpengaruh signifikan terhadap jumlah jenis burung adalah kerapatan pohon dan memiliki korelasi negatif dengan jumlah jenis burung, artinya semakin besar kerapatan pohon maka semakin kecil jumlah jenis burung yang hadir. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan jenis-jenis burung yang ditemukan sebagian besar merupakan jenis yang lebih menyukai vegetasi terbuka seperti jenis dari suku Sylviidae dan Cuculidae. Menurut McKinnon dkk., (2010), jenis-jenis dari suku tersebut lebih menyukai habitat hutan sekunder terbuka, menghuni padang alang-alang, semak rendah, aktif di lantai hutan dan puncak pohon untuk mencari makan di tanah atau terbang jarak pendek mengepak-ngepak di atas vegetasi.
Sedangkan kondisi lingkungan fisik yang berpengaruh signifikan adalah suhu karena memiliki korelasi positif dengan jumlah jenis burung. Semakin tinggi suhu di kawasan maka jumlah akan naik atau tinggi karena intensitas cahaya matahari yang langsung menuju masuk ke lantai hutan tanpa terhalang vegetasi. Oleh karena itu jumlah jenis burung yang hadir pun semakin meningkat karena jenis yang hadir merupakan jenis yang menyukai habitat terbuka sperti yang telah dipaparkan diatas. Grafik coplot menunjukkan kondisi yang ideal untuk meningkatkan jumlah jenis burung tidak adanya peningkatan jumlah jenis burung. 37 jenis burung di Wanagama I dapat diketahui bahwa, terjadi penurunan jumlah jenis burung di Wanagama I . Saat ini terdapat 34 jenis burung dari 21 suku, yang didominasi oleh anggota dari suku Sylviidae dan Cuculidae.
2. Kerapatan vegetasi yang paling berpengaruh signifikan terhadap jumlah jenis burung adalah kerapatan pohon dan memiliki korelasi negatif dengan jumlah jenis burung. Dengan kerapatan pohon pada rentang 150-200 individu pohon/ha. Sedangkan untuk kondisi lingkungan fisik yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah jenis burung adalah suhu yang memiliki korelasi positif dengan jumlah jenis burung. Suhu berpengaruh signifikan pada rentang suhu antara 29 – 330C.
SARAN
3. Perlu dilakukan penjarangan
Gambar 2. Grafik coplot hubungan suhu dengan jumlah jenis burung.
Bahwa berdasarkan hasil uji pengaruh tersebut bisa digunakan untuk menghadirkan jumlah jenis yang diinginkan seperti jenis yang berperilaku menyukai lahan terbuka, hidup di padang alang-alang
kerapatan pohon 150-200 individu/ha.
4. Untuk menaikan jumlah jenis burung di hutan wanagama perlu dilakukan penanaman tanaman pakan untuk burung terutama burung yang menyukai buah-buahan.
5. Ketegasan dan sosialisasi terhadap masyarakat agar tidak menangkap burung di kawasan hutan Wanagama I.
.
Djuwantoko,. dan Suryo H., 1983. Studi Peranan Vegetasi Sebagai Habitat Satwa Burung di Wanagama I. Fakultas Kehutanan UGM. Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta.
MacKinnon, Jhon., Karen Phillips, dan Bas van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan. Seri Panduan
Lapangan. LIPI/Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia. Bogor.
Paillissona, J.M., Reeber, S. Mariona L. 2002. Bird Assemblages as Bio-Indicators of Water Regime
Management and Hunting
Disturbance In Natural Wet
Subeno., 2000. Konsentrasi
Kelimpahan Satwa Burung di Hutan
Pendidikan Wanagama I,
Gunungkidul. Fakultas Kehutanan UGM. Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta.
Wahyuwigati, R., 2010.
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Penggunaan di Kawasan DAS Tulis. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. Tidak
dipublikasikan.
Yuda, P. 1993. Burung-Burung yang Hidup di Wanagama I Yogyakarta. Kutilang. Yogyakarta.
Grasslands. Biological Conservation I 106: 115 – 127