BADAN DAN JIWA
Ada 2 aliran berbeda dalam filsafat manusia tentang jiwa dan badan ini, yaitu Monisme dan Dualisme
Dualisme
Mengatakan bahwa badan dan jiwa adalah 2 elemen berbeda dan terpisah, dalam pengertian dan objek. Beberapa pandangan tentang dualisme:
Plato
Menurut plato dunia sejati adalah dunia idea yang kekal dan sempurna. Dunia empiris yang kelihatan ini adalah bayang-bayang dari dunia idea. Jiwa manusia mulanya termasuk dunia idea. Karena salah satu sebab atau kesalahan tertentu maka jiwa itu jatuh daridunia idea ke dalam dunia empiris dan terperangkap di dalam badan. Maka tujuan hidup manusia adalah membebaskan diridari penjara badan untuk masuk kembali ke dalam dunia idea. Jalan kepada keselamatan atau pembebasan yang sejati iala ‘anamnesis’; bahwasanya kita tidak berasal dari dunia ini.
Descrates
Menurunya manusia terdiri dari dua substansi yang berbeda yaitu ‘Res Extensa’ (barang yang mempunyai keluasan) dan ‘Res Cogitans’ (apa yang berpikir). Dua substansi itu mempunyai kontak di dalam kelenjar otak. Karena ada kontak maka keduanya ada kerjasama tetapi karena dua substansi maka kita merasa ada pertentangan antara keinginan badan dan kemauan jiwa. Malebranche
Dengan tegas ia mengatakan bahwa ada substansi yakni jiwa dan badan. Hubungan keduanya itu semu belaka. Persesuaian antara jiwa dan badan itu dilaksanakan oleh Tuhan. Tuhan menggunakan badan manusia sebagai kesempatan (occasio) untuk melaksanakan karyanya melalui manusia itu. Pendapat Malebranche ini disebut ‘Occasionalisme’. Pertanyaannya adalah kalau Tuhan mengatursemua, mengapa manusia berbuat jahat?
Spinoza
banyak cara itu kita menemukan dua cara didalam manusia yaitu pikiran dan keluasan atau jiwa dan badan.
Leibnez
Menurutnya, seluruh realitas pada akhirnya terdiri dari unsur-unsur kecil itu. Unsur kecil itu dia sebut modus (monad bahasa Inggris atau monade bahasa Belanda). Dan manusia itu terdiri dari beberapa monas. Jiwa manusia menurutnya adalah satu monas yang halus, sedangkan badan itu terdiri dari sekumpulan monas yang kasar. Persesuaian antara jiwa dan badan itu diatur oleh Tuhan.
Monisme
Merupakan aliran yang menolak pandangan dualisme. Badan dan jiwa merupakan satu substansi.monisme memiliki 2 bentuk:
Monisme Spiritual
Yang termasuk dalam aliran ini adalah Fichte, Hegel, Schelling. Menurut mereka ada hanya satu substansi rohani. Maka disebut badan itu adalah sebuah
epifenomena/ gejala/ fenomen dari roh. Monisme Materialistis
Tokoh aliran materialis klasik adalah Demokritus Leukippos; dan tokoh modernnya adalah Lamettrie, Feuerbach, KarlMarx, Engels.
Materialisme Klasik dan Modern
Empirisme dan Positivisme
Paralelisme Psiko-Fisis
Titik Tolak Badan dan Jiwa
Dalam upaya memperoleh pedasaran yang hakiki bagi dualitas manusia yang diungkapkan dengan istilah “Jiwa dan Badan” maka titik tolak kita ialah kesadaran manusia akan dirinya sendiri dan akan yang lain.
dari benda mati atau hewan. Manusia jauh lebih dekat dengan AKU daripada hewan atau malaekat.
Wujud dan Gaya – Ekspresi dan Intensi
BADAN JIWA dimensi realitas (banyak aspek)
Jiwa – badan itu dipikirkan dan dipahami bersama-sama. Dari satu pihak dimensi-dimensi manusia baru menjadi wujud tertentu dan unik sejauh disatukan dan diresapi oleh gaya. Dari lain pihak penyatuan dalam manusia, baru menjadi gaya tertentu dan unik kalau dia diekspresikan dalam wujud dan kompleksitas tertentu. Secara singkat, dalam manusia konkrit, badan ialah wujud, ekspresi dan kompleksitas pengakuan diri aku. Sedangkan jiwa ialah gaya, intensi dan interioritas pengkuan terselubung.
Kesatuan Jiwa Badan
Jiwa-Badan saling memuat
Secara tradisional spiritualitas diungkap terlepas dari materialisme. Pada manusia yang jasmani bukan rohani dan rohani bukan jasmani. Keduanya nampak bertentangan. Dalam refleksi kita mengenai manusia ditemukan fakta yang berbeda.
a. Di dalam Aku konkrit, kita menemukan jiwa badan sebagai kesatuan substansial yang satu tidak mungkin diketahui atau dirumuskan tanpa yang lain.
b. Manusia itu adalah badan yang menjiwa dan jiwa yang membadan. c. Kalau jiwa dan badan itu satu maka tidak tepat kalau badan itu
Karena jiwa dan badan itu saling memuat, kita harus mengatakan bahwa ada identitas riil antara keduanya. Manusia bukanlah mempunyai jiwa melainkan adalah jiwa dan manusia bukanlah
mempunyai badan. Akan tetapi secara formal jiwa dan badan itu harus didistingsikan. Karena keduanya dipandang dari kedua perspektif yang berbeda. Antara keduanya ada distingsi rasional.
Jiwa – badan Sama Derajat
Jiwa terbagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Pandangan tradisional
Kaum tradisional diberi penilaian yang berbeda, badan dinilai lebih rendah, kurang sempurna dan bersifat sekunder, sedangkan jiwa dinilai tinggi, sempurna dan bersifat primer. Jiwa bersifat transenden terhadap badan dan dianggap jauh lebih mulia dari badan yang paling rendah.
2. Roh atau jiwa dalam pandangan yang lebih utuh dewasa ini
Jiwa manusia tidak dapat transenden terhadap badan. Tetapi kegiatan manusia yang paling rohaniah.
3. Materi atau badan
a. Badan itu sungguuh-sungguh manusiawi
- Badan manusia tidak bisa disamaratakan dengan materi infrahuman. Tidak ada satupun tubuh manusia yang bisa disamakan dengan hewan. - Badan atau perwujudan manusia itu jauh lebih elastis dan mandiri dari semua makhluk lain. Badan bersifat individual karena menunjukan kepribadian dan bersifat universal karena kita memahaminya sebagai manusiawi.
b. Badan dan kebudayaan pribadi
Perwujudan atau badan itu meliputi semua cara manusia mengekspresikan diri secara bahasa, bergaul, dan tingkah laku.
4. Jiwa badan sejajar
Materi dan roh – badan dan jiwa saling merasuk. Badan hanya dapat ada sejauh digayakan oleh jiwa, dan jiwa hanya ada sejauh diwujudkan oleh badan. Maka mereka mustahil berbeda taraf dan nlainya. Dalam manusia mereka selalu sejajar dan sama luhur.
Jiwa – Badan dan Hubungan antar Manusia 1. Pola Tingkah Laku
bersifat spiritual dan material. Ekspresi diri itu membentuk pola tingkah laku yang merupakan satu kesatuan yang khas (Gestalt)
Teori Gestalt mengatakan bahwa kalua kita mengerti sesuatu maka kita menangkap dulu keseluruhan baru kita membuat kesimpulan.
2. Jiwa badan dan Perspektif
a. Karna aspek badaniah/ dimensionalitas manusia maka korelasi dengann yang lain selalu mempunyai ciri perspektif terbatas. Kita harus meihat/ menangkap sesuatu dari aspek terbatas atau aspek tertentu, akan tetapi manusia bisa mentransendensi keterbatasan aspek itu dan menangkap keseluruhan.