• Tidak ada hasil yang ditemukan

metode penelitian korelasional pada guru paud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "metode penelitian korelasional pada guru paud "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN KORELASIONAL

(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian)

)

Disusun oleh:

Gibarn Sapta Wigoena NIM 1002457 Osad Imron Rosadi NIM 1002457 Rere Garet Rustawan NIM 1002457 Rinaldi Pranata Sitepu NIM 1002457

Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri

Fakultas Pendidikan dan Teknologi Kejuruan

(2)

BAB I sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).

Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).

(3)

Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan materi/kurikulum, materi dengan evaluasi, dan lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah secara statistik melalui metode penelitian korelasional.

B. Tujuan Penulisan

(4)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Korelasional

Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.

Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.

Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

(5)

2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata. 3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

B. Tujuan Penelitian Korelasional

Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

C. Ciri-ciriPenelitian Korelasional

1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.

2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.

3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.

4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

D. Macam Penelitian Korelasional

1. Penelitian Hubungan

(6)

tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.

Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.

Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.

2. Penelitian Prediktif

Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.

(7)

dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.

Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya. 3. Korelasi Multivariat

Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.

Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.

(8)

variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.

E. Rancangan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:

1. Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).

Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).

2. Regresi dan Prediksi

(9)

3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).

4. Analisis Faktor

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.

5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal

Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).

Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.

6. Analisis sistem (System Analysis)

Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

(10)

Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan metodologi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data, simpulan.

1. Penentuan masalah

Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.

2. Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan

Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.

(11)

Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok. 4. Pengumpulan data

Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.

5. Analisis data

(12)

regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).

6. Simpulan

Berisi tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hal yang diteliti dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara ringkas.

G. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.

(13)

BAB III

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam

http://www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm. di akses tanggal 25 September 2010. Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom Universitas Mercubuana Jakarta

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York: Longman.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

(15)

METODE PENELITIAN KORELASIONAL

A. Pendahuluan

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan, mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki.

Masalah yang ada di dalam sebuah penelitian dapat dipecahkan melalui sebuah alat. Alat atau instrumen yang digunakan adalah metodologi penelitian yang biasanya berisi tentang cara-cara menggunakan beberapa metode pendekatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Pada prinsipnya metode penelitian itu digolongkan menjadi dua, yaitu metode non ilmiah dan metode ilmiah. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman, otoritas, penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah tidak diragukan, paling efisien, dan paling terpercaya.

Banyak metode penelitian atau model rancangan penelitian yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian terutama dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah metode penelitian korelasional. Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antar unsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan materi atau kurikulum, materi dengan evaluasi pembelajaran, dan masih banyak yang lainnya. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah dan secara statistik melalui metode penelitian korelasional.

B. Isi

1. Penelitian Korelasional

Correlational research is a research study that involves collecting data in order to determine whether and to what degree a relationship exists between two or more quantifiable variables (Gay, 1982:430) dalam Sukardi (2008:166).

(16)

dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefesien korelasi.

Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya adalah:

1. penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan

manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen,

2. memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata, dan

3. memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

(Sukardi, 2008:166)

Disamping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian tentang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:

1. Adakah hubungan diantara dua variabel?

2. Bagaimanakah arah hubungan tersebut?

3. Berapa besar/ jauh hubungan tersebut dapat diterangkan?

Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan, kearah mana hubungan tersebut (positif/negatif), dan seberapa jauh hubungan ada antara dua variabel atau lebih (yang dapat diukur). Misalnya hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, semangat dengan pencapaian, tinggi badan dengan umur, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan).

Dalam penelitian korelasional, para peneliti biasanya hanya mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti hendaknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat guna mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.

(17)

hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga dapat melakukan eksplorasi studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting.

a. Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel dimana koefisien korelasi dapat

mencapainya.

b. Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya apabila variabel yang muncul itu

kompleks, dan peneliti tidak mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel tersebut.

c. Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan

yang ada dalam setting yang realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.

2. Proses Dasar Penelitian Korelasional

a. Pemilihan Masalah

Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.

b. Sampel dan Pemilihan Instrumen

(18)

Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel.

c. Desain dan prosedur

Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistic yang kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional.

d. Analisis Data dan Interpretasi

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi, biasanya dinyatakan dalam harga r yang mempunyai nilai -1 sampai +1. Nilai negatif (-) menunjukkan arah dua variabel bertolak belakang. Nilai positif (+) menunjukkan dua variabel pada arah yang sama. Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti skor dalam 2 variabel mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur. Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.

(Cohen dan Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170) menunjukkan harga r (hubungan) sebagai berikut:

1) Nilai r = 0,20-0,35 menunjukkan hubungan dua variabel lemah walaupun signifikan.

2) Nilai r = 0,35-0,65 menunjukkan hubungan sedang, umumnya signifikan pada lebih dari 1%,

hubungan tersebut berguna untuk analisis prediksi

3) Nilai r = 0,65-0,85 menunjukkan hubungan cukup tinggi yang memungkinkan peneliti

melakukan prediksi yang tepat

4) Nilai r = >0,85 menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi, dan peneliti dianjurkan

melakukan prediksi grup secara tepat. Di samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan secara cermat.

(19)

melakukan analisis prediksi hubungan sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan ke studi eksperimen untuk dapat mendapatkan kepastian apakah hubungan tersebut memiliki sebab akibat.

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau mengetahui hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.

Ketika menginterpretasikan suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab akibat. Koefisien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat, tetapi tidak menetapkannya. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.

3. Macam-macam Penelitian Korelasional

a. Penelitian Hubungan

Penelitian hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktor-faktor atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks. Variabel yang diketahui tidak berhubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan selanjutnya. Dengan kata lain, peneliti mencoba mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak akan bercampur dengan variabel bebas.

b. Penelitian Prediksi

Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat digunakan untuk memprediksi skor pada variabel yang lain. Variabel yang menjadi dasar pembuatan prediksi diacu sebagai prediktor, dan variabel yang diprediksikan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teorietis menengenai variabel yang dipercaya menjadi prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran individual.

(20)

Menurut Shaughnessy dan Zechmeinte (2000:2-5) dalam Emzir (2010:48-51) penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan.

a. Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.

Arah hubungan diindikasikan oleh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Hubungan antara stres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.

b. Regresi dan Prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres kita maka kita akan memprediksi skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.

c. Regresi Jamak (Multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables). Sebagai contoh, jika kita tidak hanya mengetahui skor stres kita, tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan (seberapa baik saya memerhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan kita selama ini (baik yang secara umum sehat atau sakit), kita akan memprediksikan secara tepat status kesehatan kita. Dengan demikian, terdapat tiga variabeln prediktor, stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa yang akan datang.

(21)

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum. Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan mengidentifikasikan factor penting yang bersifat umum.

e. Analisis Sistem (System Analysis)

Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambar atau membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap performansi siswa, usaha pengajaran, dan performansi siswa. Masaing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.

5. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi

Penelitian korelasi mempunyai kelebihan yang dapat diterangkan sebagai berikut.

a. Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi,

sosial, karena dengan penelitian ini peneliti dimungkinkan untuk mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara simultan.

b. Dengan penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel yang mempunyai kontribusi

pada suatu variabel tertentu dapat diselidiki secara intensif.

c. Penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi tingkah laku dengan setting yang

realistis.

d. Peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.

Sedangkan kelemahan penelitian korelasional yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa dengan penelitian korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi dengan tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. Di samping itu, dengan penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun hubungan sebab akibat.

(22)
(23)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Emzir. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York : McGraw-Hill.

Ibrahim, dan Nana Sudjana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan kepramukaan diharapkan dapat membentuk karakter sejak dini, dimana sejak di sekolah dasar, anak diwajibkan mengikuti kegiatan kepramukaan yang nantinya

Dalam setiap kegiatan yang berlangsung dibutuhkan suatu proses yang sangat penting yaitu pengawalan, pengawalan adalah bahwa seluruh tugas dan kegiatan siswa selalu

secara umum PRT di Indonesia adalah perempuan muda (15-20 tahun) dengan tingkat pendidikan formal yang rendah, berasal dari desa, dari keluarga miskin, bermigrasi ke kota

Manfaat yang dapat dieroleh dari hal ini adalah menyediakan komponen pembangun bagi sebuah robot yang lebih kompleks dengan bentuk balancing robot serta menyediakan sarana

Dari analisis yang telah dijelaskan, secara sederhana metode potential field dapat membantu mengatur jarak NPC Follower ke Player saat terjadi penyerangan, NPC

Akibat hukum yang timbul dari pembuatan perjanjian perkawinan setelah perkawinan yaitu : terhadap pihak yang membuatnya, dimana perjanjian perkawinan berlaku mengikat secara hukum

Posisi SPBU yang berada dekat jalan raya memudahkan petugas terpapar dengan polutan timbal dari asap kendaraan yang melaju di jalan raya.Penelitian ini dilakukan

Namun koefisien pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan adalah - 0.075769, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini CSR yang diukur dengan pendekatan