BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Hak untuk hidup merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Segala bentuk tindakan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang baik sengaja maupun tidak sengaja tentu dinilai dalam sebuah pelanggaran yang cukup serius. Dalam kasus aborsi, dimana tindakan ini dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang tentu masuk ke dalam tindakan pelanggaran HAM.
Akhir-akhir ini, kasus aborsi menjadi buah simalakama di Indonesia. Saat ini, aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Dengan angka tersebut, keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Banyak nyawa-nyawa yang tidak berdosa hilang dan tidak memiliki hak untuk hidup. Para calon orang tua pun dinilai tidak bertanggungjawab akan segala sesuatu yang diperbuatnya.
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini banyak ditemukan kasus aborsi yang dilakukan para remaja yang belum menikah. Ironisnya para remaja tersebut pada umumnya merupakan pelajar dan mahasiswi yang datang ke suatu kota dengan tujuan sekolah namun malah melakukan tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan seorang pelajar yang sesungguhnya. Jadi, mereka telah menyalahgunakan kesempatan belajar mereka untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar susila sehingga mengakibatkan kehamilan. Banyaknya jumlah aborsi yang terjadi dan jasa aborsi yang ditawarkan kepada masyarakat membuat banyak kalangan menjadi resah dan mengharapkan adalnya tindakan tegas dari para aparat penegak hukum untuk dapat menangkap dan menghukup para pelaku aborsi. Jika hal ini terus dibiarkan tentu akan merusak moral negara dan masa depan bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil beberapa rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pelanggaran ham dan aborsi?
2. Apa hubungan aborsi dengan tindakan pelanggaran ham?
3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan aborsi? 4. Bagaimana cara meminimalisir korban-korban aborsi di Indonesia? 5. Apa kendala yang dihadapi oleh penegak hukum dalam meminimalisir
korban aborsi?
6. Bagaimana pandangan hukum dan medis tentang tindakan aborsi yang dilakukan seseorang?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pelanggaran ham dan aborsi. 2. Mengidentifikasi hubungan aborsi dengan pelanggaran ham.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan aborsi. 4. Menganalisa cara untuk mencegah korabn aborsi.
5. Mengetahui kendala para penegak hukum dalam meminimalisir tindakan aborsi.
6. Memahami dan mengetahui tindakan aborsi jika dilihat dari sudut pandang hukum dan medis.
3 Mahasiswa Tertangkap Tangan Buang Janin Hasil Aborsi
GOWA - Tiga orang mahasiswa serta ibu bayi yang masih berstatus siswi SMA asal Bulukumba, Gowa, Sulawesi Selatan, ditangkap polisi lantaran terlibat kasus aborsi, tadi malam. Aksi para pelaku terungkap setelah upayanya membuang janin hasil aborsi tidak berhasil.
Ketiga pelaku masing-masing berinisial Ar, Mr, dan Rd dibekuk polisi lantaran tertangkap basah hendak membuang bayi hasil aborsi yang disembunyikan di dalam tas ransel disebuah rawa-rawa di Jalan Pao-Pao, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Mereka adalah mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi swasta asal Makassar.
Upaya membuang janin dilancarkan setelah melakukan aborsi bersama pacar salah seorang mahasiswa berinisial Ia yang masih berstatus pelajar SMA kelas satu. Sementara ibu bayi langsung ditangkap petugas di rumah kosnya.
Guna dilakukan proses hukum keempat pelaku langsung dibawa ke Mapolres Gowa untuk dimintai keterangan. Di hadapan penyidik, Ar, salah satu pelaku, membantah membuang bayi hasil hubungan gelapnya. Sementara ibu sang bayi mengaku nekat mengaborsi kandungannya yang berusia lima bulan dengan meminum obat yang dibelikan oleh kekasihnya.
Kasus aborsi ini kini ditangani petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Gowa. Sementara mayat bayi hasil aborsi dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk selanjutnya dimakamkan.
2.2 Analisa Kasus
kesalahan sang remaja, namun peran orang-orang yang ada disekitar juga sangat mempengaruhi perilaku remaja. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian lebih terhadap remaja baik dari internal maupun eksternal.
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pelanggaran HAM dan Aborsi 3.1.1 Pelanggaran HAM
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.
3.1.2 Aborsi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh
trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.
Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan
yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:
₋ Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan. ₋ Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin
yang cacat.
₋ Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.
Aborsi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guna menghilangkan nyawa janin di dalam kandungan atau dari segi medis menyebutnya dengan istilah abortus. Kegiatan yang dilakukan yakni menghilangkan hasil dari konsepsi (pertemuan) yang terjadi antara sel sperma dan sel telur/ovum pada perempuan. Setelah sebulan berlalu, saat menstruasi lambat barulah diketahui bahwa janin itu sudah mulai tumbuh dalam rahim perempuan. Sebenarnya aborsi bisa dilakukan atau boleh bagi pasangan yang sah, bila terdapat hal-hal yang bisa merugikan Ibu dari janin tersebut. Namun, seiring zaman, pelanggaran abrtus banyak dilakukan oleh para remaja kita dan sekali lagi, dilakukan di luar nikah. Ada penelitian sebanyak 30 persen remaja wanita pernah melakukan abortus, karena faktor hubungan seks bebas dengan pergaulan buruk. Hal itu terjadi karena kondisi lingkungan, yang membuat mereka tertekan dan melakukan abortus. Kondisi lingkungan yang dimaksud, seperti Kota Bima yang religius, akan sangat menjadi aib bagi mereka yang diketahui mengandung tanpa suami. Lain halnya dengan dunia Barat, atau negara-negara yang minoritas Muslim, akan sangat biasa lingkungannya menerima, perempuan yang hamil tanpa suami.
Dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia juga sebenarnya telah dimuat perlindungan terhadap hak janin. Dalam Pasal 53 dikatakan bahwa setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya. Anak dalam kandungan yang dimaksud adalah janin yang nantinya akan tumbuh menjadi anak dan berkembang selayaknya manusia. Janin merupakan awal kehidupan yang harus dihormati oleh setiap manusia dan dijaga karena janin nantinya akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang kelak juga akan menghasilkan hal yang sama. Jadi berapapun usia janin, berapapun dikatakan usia awal kehidupan janin, janin harus tetap dipertahan hidup sepanjang tidak membahayakan kondisi sang ibu dan memang dapat terlahir kedunia tanpa mengancam nyawa ibu dan janin. Dalam Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia (PBB) disebutkan, ”Martabat yang tertera dalam pribadi manusia dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia menjadi dasar kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di dunia.” Kita juga tegas mengakui martabat dan hak asasi manusia ini. Mengingat janin adalah manusia, maka ia memiliki martabat dan mengembangkan hak-hak asasi yang sama dengan kita, terutama hak untuk hidup. Menyerang janin dengan aborsi berarti menyerang martabat yang melekat pada kemanusiaan sesama. Kita tidak bisa tinggal diam saat martabat sesama dirampas orang lain. Kita harus menjadi suara bagi janin yang belum dapat bersuara.
3.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Aborsi 1) Gaya hidup seks bebas
Semakin berkembanganya kecanggihan teknologi, semua yang ada di dunia dapat diakses dengan mudah sekali. Pada saat inilah remaja yang masih dalam keadaan labil mulai mencicipinya. Banyaknya masalah tentang gaya hidup seks bebas dipicu dengan adanya media-media baik berupa tulisan, gambar, dan video. Remaja yang memiliki rasa penasaran tinggi maka akan mudah melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya tidak mereka lakukan seperti melakukan seks bebas dan cara menanggulangi akibat dari seks bebas tersebut yakni aborsi.
3) Rasa takut dan malu
Ditambah adanya rasa takut ketahuan dan rasa malu apabila masalah kehamilan itu ketahuan oleh orang tua dan orang lain, maka ditempuh aborsi untuk menghilangkan janin yang tidak dikehendaki tersebut. Namun tidak jarang pula ada yang melakukan pernikahan secepatnya agar janin yang dikandung tersebut mempunyai ayah. Perkawinan ini dalam istilah anak muda dikenal dengan nama MBA (Married By Accident) atau nikah setelah hamil dahulu. Di dalam sistem hukum Indonesia, perbuatan aborsi dilarang dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada pelaku dan orang yang membantu melakukannya dikenai hukuman. Akan tetapi walaupun sebagian besar rakyat Indonesia sudah mengetahui ketentuan tersebut, masih banyak juga perempuan yang melakukan aborsi. Hal ini dapat diketahui dari data-data yang diajukan oleh para peneliti tentang jumlah aborsi yang terjadi di Indonesia.
3.4 Cara Meminimalisir Korban-korban Aborsi di Indonesia
1. Dari pihak keluaga yang harusnya memperhatikan perkembangan seorang anak dalam suatu pergaulan baik dilingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
2. Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi bagaimana agar para siswa
mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang menjurus ke sex bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah.
4. Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan suatu praktek untuk melakukan aborsi.
5. Cara yang harus di tempuh jika telah terjadi kehamilan diluar nikah yaitu dengan pernikahan. Agar sang bayi dapat di selamatkan seta dapat menyelamatkan nyawa hami dan melahirkan, yang di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup, sebuah angka yang cukup tinggi bahkan untuk ukuran Asia maupun dunia.
3.5 Kendala yang di Hadapi oleh Penegak Hukum dalam Meminimalisir Korban Aborsi
Kebijakan Aborsi di Indonesia termasuk salah satu negara yang menentang pelegalan aborsi dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB, satu kubu dengan negara-negara muslim dunia ,sebagian negara Amerika Latin dan Vatikan.
Di Indonesia aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat dikenai pidana oleh negara. Fatwa lembaga keagamaan pun rata-rata mendukung kebijakan pemerintah tersebut, misalnya fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi yang menyatakan bahwa aborsi dengan alasan medik diperbolehkan dan aborsi dengan alasan non medik diharamkan.
yang terburuk yang bisa diambil oleh seorang remaja yang hamil di luar nikah.
3.6 Pandangan Hukum dan Medis tentang Tindakan Aborsi 3.6.1 Pandangan Hukum
1. Abortus Buatan Legal
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: Pada penjelasan UU Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1): Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Ayat (2) :
(a) Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.
(b) Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
(c) Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya.
Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.
2. Abortus Provocatus Criminalis (Abortus Buatan Ilegal)
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, dan Pasal 535.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan: 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.
abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 80: Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3.6.2 Pandangan Medis
BAB IV PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Martabat yang tertera dalam pribadi manusia dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia menjadi dasar kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di dunia. Mengingat janin adalah manusia, maka ia memiliki martabat dan mengembangkan hak-hak asasi yang sama dengan kita, terutama hak untuk hidup. Menyerang janin dengan aborsi berarti menyerang martabat yang melekat pada kemanusiaan sesama. Penggunaan aborsi secara ilegal banyak dilakukan oleh remaja. Memang mencegah lebih baik daripada mengobati. Faktor yang menjadi penyebab aborsi di Indonesia adalah munculnya rasa takut dan malu karena adanya kehamilan di luar nikah yang diakibatkan adanya seks bebas. Memberi pengetahuan mengenai beresikonya melakukan seks pra nikah atau sex bebas adalah salah satu metode paling tepat untuk menurunkan resiko kehamilan di luar nikah dan aborsi. Di Indonesia, aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Beberapa pasal yang mengatur aborsi terdapat dalam UU Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, dan Pasal 535.
5.2 Saran
melakukan sosialisasi, dan menindak tegas oknum – oknum yang menjalankan praktek untuk aborsi.
DAFTAR PUSTAKA Bowo. 2015. Hak Asasi Manusia.
https://www.academia.edu/8154822/A_._Pengertian_Pelanggaran_Hak_A sasi_Manusia
(Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 08.30 WIB) Budisma. 2012. Penelitian Aborsi di Indonesia.
http://artikelhukum88.blogspot.co.id/2012/10/artikel-penelitian-kasus-aborsi.html
(Diakses pada tanggal 19 Desember 2015, pukul 23.20 WIB) Febrina. 2010. Unwanted Pregnancy dan Aborsi.
http://bidanshop.blogspot.co.id/2010/04/unwanted-pregnancy-dan-aborsi.html
(Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 21.27 WIB) Murtini. 2011. Aborsi dan HAM.
http://murtini-tini.blog.ugm.ac.id/2011/10/26/aborsi-dan-ham/ (Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 05.49 WIB) Pratiwi. 2014.Angka Aborsi Meningkat di Perkotaan.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141029111311-12-8642/tercatat-angka-aborsi-meningkat-di-perkotaan/
(Diakses pada tanggal 20 Desember 2015, pukul 18.30 WIB) Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan
(Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 04.47 WIB)
Yuzz. 2015. Aborsi di Lihat dari Berbagai Sudut Pandang: Hukum dan Agama.. http://www.kompasiana.com/janewinarni/pengambilan-keputusan-etis-
tentang-kasus-abortus-dalam-medis-hukum-dan-agama_550060c6a33311-5d6f510c83