DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168
NO.
LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA : Liberty T. Togatorop
NIM : 090904066
PEMBIMBING : Dra. Lusiana A. Lubis, M.A., Ph.D
TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF
PEMBIMBING
Hasil Wawancara
Pasangan Bapak Efran Ginting dan Ibu Br Sitepu Nama : Bapak Efran Ginting
Umur : 45 Tahun
Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Karo Alamat : Desa Surbakti Peneliti : P
Informan : I
P : Agama yang dipeluk dan apa makna agama dalam kehidupan
sehari-hari? Bagaimana menerapkan nilai-nilai agama dalam keluarga?
I : Kalau bapak katakan tadi keluarga bapak adalah pemeluk agama Kristen Protestan, tentunya kami hanya percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan yang memberikan berkat bagi kami sampai sekarang. Hidup kami hanya kami serahkan kepada Tuhan. Masa depan anak-anak sering kami khawatirkan, namun tetap kami doakan dan kami serahkan pada yang di atas. Hanya Tuhan yang tau apa yang terbaik bagi kami, itulah maknanya bagiku pribadi. Nilai-nilai yang ada dalam kepercayaan yang bapak anut ini, pastinya semua perkataan Tuhan dalam kitab suci Alkitab itu lah nak, di Bibel kata kita orang batak, semua perintah Tuhan, tetapi bagi bapak dan ibu dirumah, ada sedikit kesulitan dalam mewarisi nilai-nilai itu kepada anak-anak di rumah nak ku, keluarga kami kebanyakan orang muslim, ada Ustad, Haji, guru mengaji, bayangkan dari keluarga ibu dirumh, sembilan mereka bersaudara, Cuma keluarga kami yang Kristen Protestan. Hanya saja bapak dan ibu kalau di rumah selalu berjuang dan berusaha mengajari anak-anak untuk tetap memegang teguh kepercayaan itu, jangan mau pindah-pindah agama, itu jelas bapak tekankan pada anak-anak.
P : Pandangan terhadap sekolah atau pendidikan sebagai wadah
untuk memobilisasi dan sosialisasi nilai-nilai kebudayaan
punya apa-apa, paling tidak tamat SMA harus, wajib istilahnya. Sebisa mungkin akan bapak dan ibu usahakan untuk sekolah anak, asalkan anak ada kemauan sekolah, kemana pun akan kami junjung. Biarpun susah, sekolah harus tetap lanjut. Sementara zaman sekarang ini nak, ijazah SMA pun tak laku. Soalnya kita sudah rasakan itu dulu, bagaimana sakitnya tidak mengecap dunia pendidikan. Paling tidak ijazah SMA kan bisa dibawanya dasar untuk cari kerjaan kemana-mana. Anak pertama saya tamat SMA merantau ke Batam, anak kedua tamat juga SMA merantau ke Malaysia, anak yang ketiga sekarang SMA di Belawan. Kami disini tidak punya lahan sepetak pun nak, jadi kalau tidak merantau, cari duit, kita mau makan apa nantinya? Lagian kalau anak tamat dari SMA itu jelas pemikirannya berbeda dengan yang tamat SD dan SMP. Merantau beda cara pandangnya dengan yang tinggal di desa.
P : Pandangan terhadap perkawinan campuran, khususnya Batak
Toba dan Batak Karo
I : Bapak oke oke saja, bapak perbolehkan. Semua suku baik itu Batak Karo dan Batak Toba kan punya sisi baik dan sisi buruknya masing-masing. Kalau anak zaman sekarang, jika tidak diijinkan bisa dia nanti jadi lari dari jalan yang benar, jadi ngapain kita halang-halangi kan? Bagi bapak sendiri, semua suku itu sama. Prinsip bagi bapak dan ibu di rumah itu, kalau masalah pacaran, pernikahan atau perkawinan itu bebas suku, yang penting orangnya beradat. Hanya saja mungkin kalau anak bapak pacaran dengan orang Batak Toba atau mungkin nantinya menikah, yang paling bapak soroti adalah perbedaan bahasa, tetapi bahasa kan bisa dipelajari sih nak. Kami tidak mengerti bahasa Batak Toba, gimana mau berkomunikasi dengan baik, apalagi kalau orang tua yang umurnya sekitar 50 tahun lebih gitu mana ngerti. Dulu kebanyakan tidak sekolah, bahasa yang dimengerti itu hanya sebatas bahasa sukunya saja, bahasa batak karo. Kemudian yang kedua adalah rumitnya adat budaya orang Batak Toba ini. Batak Karo adat budayanya sangat simpel. Ketiga adalah banyaknya biaya yang habis di suku Batak Toba, salah satunya tukur (harga yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan), sementara kami suku Batak Karo ini paling tinggi sekitar Delapan ratus ribu saja. Intinya semua itu nak, adanya kesepakatan untuk masalah biaya, dan ada pembelajaran untuk kedua suku, jngan fanatik kali dengan suku sendiri.
P : Apakah pandangan terhadap orang Batak Toba mempengaruhi
I : Saya juga punya pengalaman dengan orang Batak Toba, yang saya lihat dan perhatikan orang Batak Toba itu semangat juang dan semangat hidup sangat tinggi, tidak gengsian, tidak malu sekali pun harus kerja berat. Harga diri sangat dipertahankan, kalau menghadiri acara-acara misalnya, diusahakan supaya tidak dipandang rendah oleh orang lain. Sangat kental dalam adat istiadat. Namun di sisi lain, orang Batak Toba ini pada umumnya pelit, sedikit kasar. Sementara orang Batak Karo ini pribadi yang sangat gengsian pada umumnya. Namun itu semua tidak jadi alasan bagi saya secara pribadi untuk melarang anakanak saya pacaran atau mungkin menikah nantinya dengan orang Batak Toba.
P : Nilai-nilai budaya Batak Karo terkait perkawinan dan cara
mewariskannya kepada anak
I : Iya, kami adalah Karo asli yang memegang dan menjunjung tinggi budaya adat suku Batak Karo ini, sekalipun bapak adalah bukan orang yang cukup matang untuk hal adat nak, jadi mengajari anak-anak pun soal adat ya sekedar yang saya tahu ajalah yang bapak ajarkan. Nilai yang paling penting menurut bapak secara pribadi yang harus kita warisi kepada anak itu adalah silsilah, tarombo, supaya dia kelak tahu dan paham tentang Sangkep Sitelu, siapa yang jadi mamanya, maminya, kalimbubunya (saudara laki-laki dari ibu), senina (saudara/i kandung), dan anak beru (anak perempuan yang sudah menikah dan keluarga yang dinikahinya), itu seperti apa. Nilai yang lain misalnya kita beritahukan kepada anak-anak, jika kelak mereka berumah tangga, antara menantu dengan mertua itu tidak boleh berbicara langsung empat mata.
P : Saran untuk meningkatkan pemeliharaan dan pelestarian adat
istiadat budaya Batak Karo
Pasangan Bapak Ronald Togatorop dan Ibu Nurmala Siallagan Nama : Bapak Ronald Togatorop dan Ibu Nurmala Siallagan Umur : 60 Tahun/ 57 Tahun
Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Toba Alamat : Desa Unjur Peneliti : P
Informan : I
P : Kepercayaan yang dianut dan apa makna agama tersebut dalam
kehidupan, serta bagaimana mewariskan nilai-nilai agama itu kepada anak-anak?
P : Pandangan terhadap sekolah atau pendidikan sebagai wadah sosialisasi nilai-nilai dan jendela dunia
I : Sesuai dengan nilai atau prinsip hidup orang kita Batak Toba dan juga yang bapak dan ibu pegang, yaitu Anakhonhi do hamoraon di au, maka harta bukan segalanya. Namun, yang paling utama adalah anak-anak yang sudah Tuhan percayakan dalam keluarga kami, itulah harta yang terbesar bagi kami, itulah kekayaan yang bapak dan ibu miliki. Tujuh anak bapak dan ibu, harus bisa minimal sarjana semua. Pendidikan, taraf hidup, dan keadaan mereka nantinya harus lebih tinggi dari bapak dan ibu sekarang. Rumah adat Batak Toba kan bermakna seperti itu, dengan ujung atap yang lebih tinggi di bagian belakang. Bapak dulu hanya sebatas Sarjana Muda, ibu disini hanya tamatan SPG, jadi prinsip itu yang terus kami pegang, mereka harus lebih tinggi lagi dari kami. Pendidikan anak harus lebih tinggi dari kami orangtuanya, walaupun menuntut ilmu itu nantinya menciptakan jarak yang sangat jauh antara anak dengan kami orang tua. Ini menjadi doa kami kepada Tuhan, agar Tuhan selalu menyertai anak-anak di setiap pendidikan yang ditempuh, agar tidak terpengaruh dengan kejahatan anak-anak muda zaman sekarang, sehingga motto atau nilai Anakhonhi do hamoraon di au ittu bisa terwujud. Kebanyakan orang kita Batak Toba ini adalah pejuang sejati untuk anak-anakya. Walaupun miskin dan tidak punya apa-apa, tetapi anak itu harus sekolah dan mencapai cita-citanya. Dengan mengecap pendidikan yang semakin baik, maka wawasan anak pasti semakin luas dan pengetahuan semakin tinggi, dengan sendirinya hal itu akan menanamkan nilai-nilai kepada anak, jadi bukan hanya dirumah mereka bisa mendapatkan pengajaran. Perilaku orang yang berpendidikan pasti jauh berebda dengan perilaku orang yang tak punya pendidikan.
P : Pandangan terhadap perkawinan beda agama
akan terus berdoa untuk anak-anak agar tidak murtad hanya karena cinta dan godaan dunia yang hanya sesaat. Bapak dan ibu disini juga kan tidak mau melihat begitu saja anak-anak kami berjalan menuju kebinasaan. Kita harus tetap arahkan, nasehati dan didik mereka. Kalau memang harus menikah dengan seseorang yang berbeda agama tersebut, yasudahlah jangan menyesali orang tua, itu adalah pilihannya.
P : Pandangan terhadap perkawinan campuran Batak Toba dengan
Batak Karo
P : Pandangan terhadap orang Batak Karo
I : Orang Batak Toba itu masih mau kata memaafkan, sementara kalau orang Batak Karo itu keras sekali, tidak mau memaafkan, sangat pendendam. Kemudian egoisme yang cukup tinggi, terus masih banyak mereka yang percaya kepada dunia gaib atau mistik, kalau hal lain sih mereka suka makan sirih, jadi terkesan jorok, tetapi memang kebanyakan mereka itu penjorok, jarang memperhatikan kebersihan di rumah, karena mereka itu fokus hanya ke ladang.
P : Nilai-nilai budaya Batak Toba terkait perkawinan dan cara
pewarisan nilai kepada anak dalam keluarga
ke rumah tulang, dan diberkati disana, itulah ulos yang diberikan tulang kepada anak, Ulos Mangiring itu diberikan kepada yang sudah berkeluarga, supaya punya putra dan putri yang banyak, dan keturunan yang sejahtera.
P : Pendapat terhadap pergeseran nilai-nilai budaya Batak Toba
Alamat e-mail
BIODATA
Nama : Liberty T. Togatorop NIM : 090904066
Tempat/ Tanggal Lahir : Unjur/ 30 Oktober 1990 Anak ke : 5 dari 7 bersaudara
Alamat : Jl. Djamin Ginting, Golden Vista 2 Blok C No. 16
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 – 2001 SD Inpres 174603 Unjur 2002 - 2004 SMP Negeri 1 Simanindo 2005 - 2008 SMA Negeri 1 Simanindo
2009 - 2013 Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU
1. Talkshow Pengenalan Public Relation dan Jurnalistik Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2009
Pendidikan Non Formal / Training – Seminar
2. Talkshow Pengenalan Public Relation dan Jurnalistik Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2010
3. Media and Company Visit Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2010
4. Workshop Junalistik dan Public Relations Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2010
1. Panitia Media and Company Visit Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2011 sebagai Koordinator Seksi Konsumsi
2. Panitia Workshop Junalistik dan Public Relations Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2011 sebagai Anggota
3. Panitia INISIASI Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2011
4. Anggota UKM Teater O USU 2009-sekarang
5. Panitia Talkshow Pengenalan Public Relation dan Jurnalistik Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2010 sebagai Volunter
6. Anggota UKM KMK USU UP PEMA FISIP 7. Anggota SUMUT TV Club
PENGALAMAN KERJA