BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Pengalokasian dana kepada masyarakat dilakukan oleh bank dengan cara
melakukakn berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam
bentuk simpanan yang didasarkan pada kepercayaan masyarakat dalam menjaga
likuiditasnya yang cukup dan berusaha mencapai rehabilitasi yang wajar serta
mampu menjaga rahasia keuangan nasabah.
Menurut Undang – Undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 Nopember
1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Kasmir, 2008 : 25)
Bank secara sederhana dapat juga diartikan sebagai “lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya (Kasmir, 2004:11). Selanjutnya jika ditinjau dari asal mula
terjadinya Bank maka pengertian bank adalah meja atau tempat untuk
menukarkan uang.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan
dengan masalah bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha
perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu:
a. Menghimpun dana
b. Menyalurkan dana dan
c. Memberikan jasa Bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa – jasa bank lainnya hanyalah
merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.
2.1.2 Jenis – Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang – Undang Perbankan. Di dalam Undang –
Undang tersebut terdapat beberapa perbedaan. Namun, kegiatan utama bank
sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya.
Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara
lain:
a. Dilihat dari Segi Fungsinya
Dalam Undang – Undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
1. Bank Umum
2. Bank Pembangunan
3. Bank Tabungan
5. Bank Desa
6. Lumbung Desa
7. Bank Pegawai
8. Dan Bank jenis lainnya.
Namun setelah keluarnya UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI. Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis
perbankan terdiri dari:
1. Bank Umum
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut:
1. Bank milik pemerintah
Pada bank ini, akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.
Contoh bank milik pemerintah antara lain:
1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
2) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
3) Bank Tabungan Negara (BTN).
2. Bank milik Swasta nasional
Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional.
Contoh bank milik swasta nasional antara lain:
2) Bank Central Asia
3) Bank Bumi Putra
4) Bank Danamon
5) Bank Duta
6) Bank Lippo
7) Bank Nusa Internasional
8) Bank Niaga
9) Bank Universal
10)Bank Internasional Indonesia.
3. Bank milik koperasi
Kepemilikan saham – saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi.
Contohnya adalah: Bank Umum Koperasi Indonesia.
4. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan bank yang kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar
negeri. Contoh bank asing antara lain:
1) ABN AMRO Bank
2) Deutsche Bank
3) American Express Bank
4) Bank of America
5) Bank of Tokyo
7) City Bank
8) European Asian Bank
9) Hongkong Bank
10)Standard Chartered Bank
11)Chase Manhattan Bank.
5. Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank ini dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Kepemilikan sahamnya mayoritas dipegang oleh warga Negara
Indonesia. Contohnya antara lain:
1) Sumitomo Niaga Bank
2) Bank Merincorp
3) Bank Sakura Swadarma
4) Bank Finconesia
5) Mitsubishi Buana Bank
6) Inter Pacifik Bank
7) Paribas BBD Indonesia
8) Ing Bank
9) Sanwa Indonesia Bank
10)Bank PDFCI.
c. Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank
pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Contohnya adalah
sebagai berikut:
1) Bank devisa
2) Bank non devisa
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga.
Jenis bank jika dilihat dari caranya dalam menentukan harga, terbagi dalam 2
kelompok yaitu:
1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
2. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah.
2.2Kredit
2.2.1 Pengertian Kredit
Dalam kehidupan sehari – hari, kata kredit merupakan perkataan yang
tidak asing lagi bagi masyarakat. Kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di
perkotaan tetapi sampai di pedesaan pun kredit sudah sangat populer.
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti
kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka
berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit
artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan
pasti kembali. Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah
“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi uangnya setelah jangka waktu
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang
atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit
untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank
(kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan perjanjian kredit
tercakup hak dan kewajiban masing – masing pihak termasuk jangka waktu,
bunga yang ditetapkan bersama serta masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji
terhadap perjanjian yang telah dibuat.
2.2.2 Jenis – Jenis Kredit
Secara umum jenis – jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara
lain sebagai berikut (Kasmir, 2008 : 103).
a. Dilihat dari segi kegunaan
1. Kredit investasi
Kredit ini biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha.
Contohnya, untuk membangun pabrik atau membeli mesin – mesin.
2. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Contohnya, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai dan lainnya.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
1. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Contohnya:
kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, dan kredit konsumtif
lainnya.
3. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut. Contohnya: kredit ekspor impor.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
1. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja. Contohnya, untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
2. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi. Contohnya, kredit untuk pertanian seperti jeruk,
atau peternakan kambing.
3. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5
tahun. Biasanya untuk investasi jangka panjang. Contohnya, perkebunan
karet, kelapa sawit atau kredit perumahan.
d. Dilihat dari segi jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan yang dapat berbentuk barang
berwujud atau tidak berwujud.
2. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter
serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.
e. Dilihat dari segi sektor usaha
1. Kredit pertanian
Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian
rakyat.
2. Kredit peternakan
Dalam hal ini, untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan untuk
jangka panjang misalnya kambing atau sapi.
3. Kredit industri
Merupakan kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.
4. Kredit pertambangan
Jenis usaha tambang yang dibiayai kredit ini biasanya dalam jangka
panjang. Contoh: tambang emas, minyak atau timah.
5. Kredit pendidikan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana
pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
6. Kredit profesi
7. Kredit perumahan
Merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan.
8. Dan sektor – sektor lainnya.
2.2.3 Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit berasal dari kata credere yang berarti kepercayaan maksudnya
adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperolah
kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan
kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Pengertian
“kredit” menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah
“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Transaksi kredit dapat terjadi atau timbul karena ada suatu pihak yang
meminjam uang atau barang kepada pihak yang lainnya yang dapat menimbulkan
tagihan bagi kreditur. Hal lain yang dapat menimbulkan transaksi kredit adalah
kegiatan jual beli dimana pembayarannya akan ditangguhkan dalam jangka waktu
tertentu baik sebagian ataupun seluruhnya. Aktivitas kredit diatas secara teknis
akan mendatangkan piutang bagi kreditur dan mendatangkan utang bagi debitur.
Pada umumnya, kredit merupakan program kerja dari sebuah bank yang
kegiatannya adalah meminjamkan uang kepada orang-orang yang membutuhkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengertian kredit menurut Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjam-meminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Program pemberian kredit yang
banyak dilakukan oleh bank-bank memiliki tujuan yang hampir sama yaitu untuk
memberi kesempatan kepada orang-orang atau masyarakat untuk membuka atau
merintis pekerjaan sendiri yang berguna untuk memperbaiki keadaan ekonomi
mereka. Pemberian kredit ini terbagi atas pemberian kredit oleh bank itu sendiri
dan ada yang bekerjasama dengan Pemerintah.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu jenis kredit yang terbentuk
dari hasil kerjasama dengan pemerintah. Kredit ini diberikan melalui bank sebagai
kreditur atau penyedia dana untuk masyarakat yang ingin membangun usaha
sendiri. Karena merupakan bagian dari program kerja pemerintah maka
pengucuran KUR ini umumnya dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. dimana bank ini merupakan bank milik negara.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini adalah kredit yang ditujukan bagi
peminjam yang ingin merintis usaha sendiri tetapi masih dengan skala mikro,
kecil dan menengah. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sendiri memiliki
komitmen untuk untuk membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan koperasi yang disebut dengan Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini merupakan alternatif bagi Usaha
Mikro, Kecil dan Koperasi untuk mendapatkan modal usaha. Kendala yang
seringkali dihadapi oleh pengusaha Mikro, Kecil dan Koperasi adalah masalah
permodalan di dalam mengembangkan usahanya.
KUR sendiri pertama kali diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007. Tujuan diluncurkannya KUR adalah
untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM, untuk
meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi dan untuk
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Pada dasarnya,
KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus
untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Perseorangan,
kelompok atau koperasi dapat mengakses program ini dengan kredit maksimum
Rp 500.000.000,-.
Sumber dananya adalah bank yang ditunjuk dengan tingkat bunga
maksimum 16 persen per tahun. Persentase kredit yang dijamin adalah 70 persen
dari alokasi total kredit yang disedikan oleh bank tersebut. Masa pinjam kredit
untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi. Secara
nasional penyaluran KUR banyak diarahkan ke sektor perdagangan, restoran dan
hotel yang mencapai 55 % dari total penyaluran KUR diikuti dengan penyaluran
ke sektor pertanian sebesar 27 % dan sektor-sektor lain sebesar 9%.
Ada tiga Skim yang dapat dilayani oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini
1. KUR Ritel
Untuk KUR Ritel, Modal usaha dengan plafond Rp. 5 Juta s/d Rp. 500 juta
dapat di layani Kantor cabang BRI dan Kantor Cabang Pembantu.
2. KUR MIKRO
Untuk KUR Mikro, Modal Usaha dengan plafond dibawah Rp. 5 juta,
dapat dilayani oleh BRI Unit.
3. KUR Linkage
KUR Linkage, ditujukan untuk BKD, KSP/USP, BMT, LKM lainnya
dapat dilayani di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu. Plafond kredit
Rp. 5 Juta s/d Rp. 500 juta. Pinjaman LKM ke end user maksimal Rp. 5 juta.
2.2.4 Tujuan dan Manfaat Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan oleh PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini memiliki tujuan yaitu:
a. Mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil
menengah dan koperasi.
b. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan usaha Menengah Kecil
Mikro (UMKM) dan koperasi kepada lembaga keuangan.
c. Dalam rangka penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan
kesempatan kerja.
Manfaat dari disalurkannya dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini sendiri adalah untuk memberi
kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan usaha yang
bidang modal untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya dapat
mengajukan prmohonan kredit dan mendapatkan pinjaman. Dengan begitu, usaha
yang dimiliki oleh mereka akan dapat lebih maju dan berkembang baik itu dari
segi produksi, pemasaran serta untung yang diperoleh kemudian.
2.2.5 Pengertian dan Pengukuran Efektivitas Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan. Menurut Chaster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran
yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207).
Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah:
a. Keberhasilan program
b. Keberhasilan sasaran
c. Kepuasan terhadap program
d. Tingkat input dan output.
Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Efektivitas
(effectiveness) yang didefinisikan secara abstrak sebagai tingkat pencapaian
tujuan, diukur dengan rumus hasil dibagi dengan tujuan. Tujuan yang bermula
pada visi yang bersifat abstrak itu dapat dideduksi sampai menjadi kongkrit, yaitu
sasaran atau strategi. Maka seseorang dikatakan efektif apabila menimbulkan atau
Dari semua penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal
dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan yang dikehendaki,
artinya pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan
dilakukannya tindakan-tindakan untuk mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat
diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau
kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah
tujuan suatu instansi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan
keberhasilan dalam melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang,
tugas dan fungsi instansi tersebut.
Dengan demikian, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana
penyaluran dana KUR pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mencapai
titik berhasil sesuai dengan teori-teori yang ada tersebut. Untuk mengetahui
apakah penyaluran dana KUR tersebut efektif atau tidak maka dibutuhkan
indikator atau alat ukur. Pengukuran efektivitas pengembangan Usaha Mikro
Kecil (UMK) dapat dilakukan dengan melihat nilai kredit yang disalurkan, jumlah
UMK yang menerima kredit bank, penambahan pendapatan UMK dan jumlah
tenaga kerja yang diserap UMK. Jadi, alat ukur yang digunakan disini untuk
mengetahui apakah penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) itu berhasil
ataupun tidak adalah dengan melihat apakah tujuan dari dibentuknya program
Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sudah tercapai dan apakah memberi manfaat bagi
masyarakat khususnya para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Salah satu
perekonomian rakyat yang dapat dilihat dari penambahan pendapatan yang
diperoleh. Sehingga akan dibandingkan antara pendapatan sebelum menerima
KUR dan pendapatan setelah menerima KUR apakah meningkat atau tidak. Oleh
karena itu, alat ukur yang dipakai untuk mengukur efektivitas KUR dalam
penelitian ini adalah penambahan pendapatan Usaha Mikro Kecil (UMK). Dengan
kata lain, efektivitas KUR dalam penelitian ini dapat diukur dengan penggunaan
KUR dalam meningkatkan pendapatan Usaha Mikro Kecil (UMK)
2.3Usaha Mikro dan Kecil
2.3.1 Pengertian Usaha Mikro dan Kecil
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif
milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha
mikro dapat mengajukan kredit kepada bank maksimal Rp 50.000.000,00.
Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp.1 milyar pertahun serta dapat menerima kredit dari
Bank di atas Rp. 50 juta sampai Rp. 500 juta.
2.3.2 Ciri – Ciri Usaha Mikro dan Kecil
Menurut UU No. 20 Thn 2008 tentang UMKM pasal 6 menyatakan bahwa
ciri – ciri usaha mikro dan kecil adalah sebagai berikut:
Ciri – ciri usaha mikro sebagai berikut:
• Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti;
• Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat;
• Tidak melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun,
dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
• Sumber daya manusianya (pengusahanya) tidak memiliki jiwa
wirausaha yang memadai;
• Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
• Umumnya tidak akses kepada perbankan, namun sebagian dari
mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
• Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro adalah sebagai berikut:
• Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan
dan pembudidaya;
• Industri makanan dan minuman, industri pengolahan kayu dan
rotan, industri besi;
• Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
• Peternakan ayam, itik dan perikanan;
• Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan
b. Usaha Kecil
Ciri – ciri usaha kecil sebagai berikut:
• Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan
tidak gampang berubah;
• Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak
berpindah-pindah;
• Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau
masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan
dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
• Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP;
• Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwira usaha;
• Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
• Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan
baik seperti business planning.
Adapun contoh usaha kecil adalah sebagai berikut:
• Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
• Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
• Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu
dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan
• Peternakan ayam, itik dan perikanan;
• Koperasi berskala kecil.
2.4 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Julianita Situmorang mahasiswi
Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan USU angkatan 2008 dengan
judul skripsi: “Peranan Bank BRI Unit Terminal Sidikalang Dalam
Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Dairi” menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan kredit terhadap UMK di
BRI unit denga kenaikan omset produksi UMK sebesar 88% dan kenaikan
pendapatan rumah tangga pengusaha mikro dan kecil sebesar 80%.
Dalam penelitian terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah:
a. Sama–sama meneliti tentang kredit yang disalurkan bank BRI dalam
pengembangan UMK.
b. Menggunakan variabel penelitian yang sama yaitu dengan melihat omset
produksi dan pendapatan RT pengusaha mikro dan kecil.
Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah:
a. Lokasi penelitian, dimana peneliti terdahulu di bank BRI unit Terminal
Sidikalang sedangkan penulis di bank BRI Sei Sikambing Medan.
b. Responden penelitian terdahulu hanya pengusaha mikro dan kecil sedangkan
c. Penentuan sampel, dimana peneliti terdahulu menggunakan metode
Strata/Stratified Random Sampling sedangkan penulis dengan mengambil 15%
dari jumlah populasi.
d. Metode analisis yang digunakan peneliti terdahulu adalah uji t-statistik
sedangkan penulis menggunakan uji beda t-paired
e. Pengolahan data penulis terdahulu dengan SPSS 16.0 sedangkan penulis
dengan SPSS 18.0
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara
variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2006:47). Efektivitas merupakan unsur
pokok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Disebut efektif apabila
tercapai tujuan ataupun sasaran yang telah ditentukan.
Dengan demikian, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu apakah
penyaluran dana KUR pada PT. Bank Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
mencapai titik berhasil dan apakah memberi manfaat bagi masyarakat khususnya
para pelaku usaha mikro dan kecil. Tujuan dibentuknya program KUR oleh BRI
adalah untuk meningkatkan perekonomian rakyat yang dapat dilihat dari
penambahan pendapatan yang diperolah.
Untuk melihat perkembangan usaha nasabah setelah mendapatkan pinjaman
peningkatan atau kemunduran dengan melihat omset produksi dari pengusaha
mikro dan kecil tersebut. Sedangkan untuk melihat perkembangan kehidupan
rumah tangga nasabah setelah melakukan pinjaman yang menjadi tolak
ukurkemajuannya dapat dilihat dari segi pendapatan rumah tangganya.
Secara sederhana kerangka konseptual di dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam gambar berikut ini:
Sumber: Sugiyono (2006), data diolah.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Efektivitas KUR (X)
1. Pendapatan
2. Omset Produksi
Pengembangan UMK