• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Pemisahan Stearin dan Olein pada RBDPO dengan Filterpress di PT. SMART Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Pemisahan Stearin dan Olein pada RBDPO dengan Filterpress di PT. SMART Tbk"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya bogor (s’Lands

Plantetuin Buintenzorg). Pada tahun 1876, Sir Yoseph Hoooker mencoba

menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera Utara.

Setelah 10 tahun, tanaman yang benihnya dibawa dari Kebun Raya Kew (London) ini ditebang habis dan diganti dengan kelapa.

Sesudah tahun 1911, K,Schadt seorang kebangsaan Jerman dan M.Adrien

Hallet kebangsaan Belgia mulai mempelopori tanaman kelapa sawit. Schadt mendirikan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Tanah Ulu (Deli), sedangkan

Hallet mendirikan perusahaan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh). Sejak itulah mulai dibuka perkebunan-perkebunan baru. Pada tahun 1938, di Sumatera diperkirakan sudah ada 90.000 Ha perkebunan kelapa sawit. Pada

saat ini perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical. Produk

(2)

2.2. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau

berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal dengan beberapa varietas lain yaitu :

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas Deskripsi

Dura - Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm - Tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian

luar tempurung

- Daging buah relatif tipis antara 35-50% - Kernel (daging biji) biasanya besar dengan

kandungan minyak yang rendah.

- Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada

- Daging buahnya tebal, sedangkan daging bijinya sangat tipis.

- Jenis pisifera tidak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon jantan

Tenera - Mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera

- Tempurung tipis dengan ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm

- Terdapat lingkaran serabut disekelilingnya - Daging buah tebal antara 60-96%

- Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi relatif kecil. Marco carya - Tempurung yang sangat tebal sekitar 5 mm

- Daging buahnya sangat tipis

(3)

menjadi tiga jenis, antara lain: Nigrescens, Virecens, dan Albescens.

Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

No Varietas Warna Buah Muda Warna Buah Masak 1 Nigrescens Ungu kehitaman Jingga kehitam-hitaman

2 Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau

3 Albescens Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman

(Fauzi, 2002).

2.3. Jenis-jenis Produk Kelapa Sawit

Sekitar 90% minyak sawit digunakan untuk produk-produk pangan seperti minyak goreng, minyak salad, margarin, shortening (mentega putih), vanaspati dan sebagainya. Sisanya (10%) digunakan untuk produk-produk non

pangan.

1. Bentuk-bentuk Lemak Pangan

Kekentalan minyak sawit mempunyai arti yang penting dalam pembuatan lemak makan. Contohnya : minyak goreng dan minyak salad 100% cair, sedangkan margarin dan shortening (mentega putih) mengandung lemak

padat sebanyak 15-20% dan selebihnya cair. 2. Produk-produk Non Pangan

a. industri asam lemak digunakan untuk pembuatan formulasi deterjen. b. industri gliserin digunakan untuk pembuatan sabun, shampoo, pasta gigi,

dan kosmetika.

(4)

(floatation agent). ( Seto, 2001 ).

2.4. Sifat Fisika-Kimia Kelapa Sawit 2.4.1. Sifat Fisika Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisika minyak kelapa sawit meliputi: a. Warna

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah

proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut

dalam minyak. b. Bau dan flavour

Bau dan flavour pada minyak selain terdapat secara alamiah juga terjadi

karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas pada minyak kelapa sawit terdapat beta ionone.

c. Kelarutan

Kelarutan dari minyak digunakan sebagai untuk mengekstraksi minyak. d. Titik cair dan polimorphism

Titik cair minyak berada dalam nilai kisaran suhu karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda. Sedangkan polimorphism pada minyak adalah suatu keadaan

dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal dan polimorphism mempunyai rantai karbon yang panjang sehingga pemisahan kristal tersebut sangat sukar.

e. Titik didih (boiling point)

Titik didih dari asam-asam lemak sangat meningkat dengan bertambah

(5)

f. Titik lunak

Titik lunak dari minyak sudah ditentukan dengan maksud untuk identifikasi minyak tersebut, dimana temperatur pada saat permukaan dari minyak dalam tabung kapiler mulai naik.

g. Slipping point

Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak dengan temperatur pada

saat minyak mulai melincir.

h. Shot melting point

Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari

minyak. i. Bobot jenis

Pada penetapan bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang pendek.

j. Indeks bias

Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah. Indeks bias pada minyak dipakai pada pengenalan

unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak. k. Titik kekeruhan

Titik kekeruhan dikenal denan temperatur pada waktu mulai terjadinya kekeruhan.

l. Titik asap, titik nyala dan titik api.

Titik asap, titik nyala dan titik api pada minyak digunakan untuk menggoreng, dimana titik asap adalah temperatur pada minyak yang menghasilkan asap tipis

(6)

pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar, dan titik api

adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran secara terus-menerus sampai habisnya contoh uji.

2.4.2. Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit meliputi :

a. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan

gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak. Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavour dan tengik

pada minyak tersebut. b. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antar sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak.

c. Hidrogenasi

Reaksi hidrogenase dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan

ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenase selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras

(7)

Proses esterifikasi ini bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari

trigliserida dalam bentuk ester. e. Pembentukan keton

Keton dapat dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

Tabel 2.3. Nilai Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Minyak sawit

Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40oC

Bilangan iod

Bilangan penyabunan

0,900 1,4565-1,4585

48-56 196-205 Sumber : Krischenbauer (1960).

2.5. Komposisi Kimia Minyak kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikarp (kulit buah) dan 20%

buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp (kulit buah) sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai

(8)

Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

(%)

2.6. Standar Mutu Minyak kelapa Sawit

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu

kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1%

dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01%, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2%), bilangan peroksida dibawah 2%, bebas dari warna

(9)

Standar mutu Special Prime Bleach ( SPB ),dibandingkan dengan mutu

ordinary dapat dilihat dalam Tabel 2.5

Tabel 2.5. Mutu Minyak Sawit

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak bebas (%)

2.7. Proses Pengolahan Minyak kelapa Sawit (CPO)

Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit di PKS PT.Socfin

Indonesia Kebun Aek Loba dilakukan secara bertahap dalam beberapa stasiun yang berbeda dengan tujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Pada dasarnya ada 2 macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu :

minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah ( Crude Palm Oil / CPO ) dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstrak / inti sawit ( Palm

(10)

Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak

adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception )

2. Stasiun Rebusan ( Sterilization Station )

3. Stasiun Penebahan ( Thressing Station )

4. Stasiun Pengempaan ( Pressing Station )

5. Stasiun Pemurnian Minyak ( Clarification Station )

2.7.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception )

Sebelum diolah ke dalam pabrik kelapa sawit, tandan buah segar (TBS)

yang berasal dari kebun pertama kali diterima distasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbangan (weight bridge) dan ditampung sementara di

penampungan buah ( loading ramp ).

2.7.1.1. Jembatan Timbangan ( Weight Bridge )

Sebelum ditumpuk di lokasi penumpukan buah (loading ramp), terlebih

dahulu tandan ditimbang pada sebuah jembatan timbangan. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah tandan buah yang dihasilkan dari kebun dan

jumlah bahan yang masuk ke pabrik.

(11)

truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih

TBS yang masuk ke pabrik.

2.7.1.2.Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuangkan (drump) langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10

cm.

2.7.2. Stasiun Rebusan ( Sterilization Station )

2.7.2.1. Perebusan ( Sterilization )

Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135 oC dan tekanan 2,0 - 2,8 kg/cm2 selama 80 - 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh

hasil yang optimal. (Pahan, 2006).

Tujuan Perebusan TBS (Tandan Buah Segar) antara lain:

a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang

c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan d. Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga

(12)

2.7.3. Stasiun Penebahan ( Treshing Stasion)

2.7.3.1. Hoisting crane

Buah hasil rebusan yang telah keluar dari sterilizer diangkut keatas dengan

menggunakan hoisting crane, yang kemudian dituang dengan cara memutar lori pada titik sumbu. Buah akan jatuh kemulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan.

( Naibaho,P.M.,1996 ).

2.7.3.2. Stripper ( Pemipilan )

TBS berikut yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan

dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer

carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar

yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.

Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh

sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari bagian belakan pemipil ditampung oleh elevantor. Kemudian, hasil tersebut di kirim ke hopper untuk dijadikan pupuk tandan kosong

(13)

2.7.4. Stasiun Pengempaan ( Pressing Stasion )

2.7.4.1. Pengadukan ( Digesting )

Buah yang masuk kedalam digester disebut sebagai material passing to

digester ( MPD ), diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah

sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak

bebas dibiarkan keluar secara kontinu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai

pelumas pisau sehingga mengurangi efektifitas pelumatan pisau digester. Suhu massa digester harus selalu dipertahankan 90 – 95 oC.

2.7.4.2. Pengempaan ( Presuer )

Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press dengan menggunakan air pengencer screw press bersuhu 90 – 95 oC sebanyak 15-20%

TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan

di oil gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi.

Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker

conveyor untuk mempermudah pemisahan biji dan serat.

2.7.5. Stasiun Pemurnian Minyak ( Clarification Station )

2.7.5.1 Crude Oil Tank

Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen yang

(14)

bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke

digester. ( Tim Standarisasi, 1997 ).

2.7.5.2. Continous Settling Tank

Continous tank berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur.

Perbedaan berat jenis ini menyebabkan lapisan minyak berada dibagian atas sedangkan lapisan sludge dan lapisan lumpur berada dibagian bawah tangki dan

mengendap.

2.7.5.3. Tangki Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentripusi minyak. Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk

menjaga agar pemanasan tetap 90-95oC, Sistem pemanasan dilakukan dengan pipa spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2. Saringan uap dan ―steam trap

harus berfungsi baik dan kadar air minyak harus diusahakan kurang lebih 0,5-0,70% dan kadar kotoran diusahakan 0,10 – 0,30%. (Pahan, 2006)

2.7.5.4. Tangki Kotoran (Sludge Tank)

Tangki ini dipergunakan untuk menampung lumpur dari hasil pemisahan tangki pisahan yang masih mengandung minyak 4,5 – 5,5%. Alat ini berbentuk

tabung silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut. Pemanasan dalam tangki ini dilakukan dengan sistem injeksi uap dan suhu cairan dalam tangki 95 –

(15)

2.7.5.5. Decanter

Decanter adalah alat untuk memisahkan minyak, air dan padatan (solid)

secara sentripusi datar. Alat Decanter yang digunakan ada dua jenis yaitu berdasarkan keluaran yaitu:

a. Two-Phase Decanter

Alat ini bekerja memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan fraksi

padat atau fraksi padat dengan cairan, dengan penggunaan tersendiri. Cairan minyak yang masuk dari Crude Oil Tank ke dalam Decanter dipisahkan menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat dan cair. Fraksi padat yang berbentuk lumpur padat

diangkut dengan bak trailer ke kebun, sedangkan fraksi cair dipompakan ke dalam Settling Tank untuk diolah lebih lanjut. Tujuan pengolahan ini merupakan

cara pengurangan bahan padatan dalam cairan dengan maksud agar pemisahan minyak dalam settling tank.

Decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier yakni minyak

yang berasal dari Settling Tank atau Buffer Tank diolah menjadi dua fraksi yaitu fraksi minyak dan fraksi cairan yang masih mengandung Sludge. Karena prinsip

kerja alat ini menggantikan Oil Purifier maka mekanisme pemisahan berpegang kepada kemurnian minyak, akibatnya Sludge yang keluar masih mengandung minyak, sehingga perlu diolah lagi dengan menggunakan Sludge Separator

atau Decanter, sedangkan fraksi minyak bersih langsung diolah ke Vacuum Drier.

Decanter sebagai pengganti Sludge Separator, yaitu mengolah cairan yang

berasal dari Sludge Tank dipisahkan. Cairan dipisahkan menjadi cairan minyak

(16)

sedangkan fraksi Sludge dibuang ke Fat-Pit untuk diteruskan ke unit pengolah limbah.

b. Three-Phase Decanter

Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter,

hanya terdapat perbedaan dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu fraksi minyak, fraksi air (cair) dan fraksi padat. Alat ini dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier dan akan menghasilkan fraksi minyak, fraksi air dan

padatan. Fraksi air yang masih mengandung minyak dilanjutkan pengolahannya pada Sludge Separator,dan Sludge dan minyak akan terpisah.

Pengolahan lumpur di Pabrik Kelapa Sawit PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba menggunakan Alat Three-Phase Decanter dimana lumpur (sludge)

yang keluar dari bagian bawah sludge tank diolah didalam decanter untuk memisahkan minyak, air, dan lumpur.

Proses pemisahan ini terjadi akibat adanya gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran bowl yang menghasilkan : phase padat berupa solid yang akan langsung dibuang melalui solid conveyor dan akan dijadikan sebagai pupuk

di areal perkebunan kelapa sawit, phase minyak dipompakan ke continous settling

tank kembali, sedangkan phase cair yang masih mengandung minyak dilanjutkan

pengolahannya pada sludge seperator.

Dalam proses pemurnian minyak di unit decanter perlu diperhatikan kerugian minyak kelapa sawit di water phase dan solid decanter yang tidak boleh

melebihi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu standar untuk kerugian minyak dalam water phase decanter adalah 1,50% dan kerugian minyak

(17)

Dalam pengoperasian decanter, dapat dipengaruhi oleh :

a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak, air dan

lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut. b. Fungsi alat decanter tersebut.

c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah sludge yang diolah.

2.7.5.6. Sludge Separator

Cairan sludge yang telah melalui pre cleaner, dimasukkan kedalam sludge

seperator untuk dikutip minyaknya. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat

jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui

sudu-sudu keruang pertama tangki pemisah (settling tank). Cairan dan ampas yang mempunyai berat jenis lebih berat dari minyak terdorong kebagian dinding bowl

dan keluar melalui nozzle.(Tim Standarisasi, 1997).

2.7.5.7. Alat pengering (Vacuum Dryer)

Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak

dengan cara penguapan hampa. Tekanan yang digunakan yaitu: 0,8 – 1,0 kg/cm3. Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas

dibawah. (Pahan,2006)

2.7.5.8. Fat-pit

Fat-pit digunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih

mengandung minyak yang berasal dari air condensat dan stasiun klarifikasi.

Minyak yang terkutip akan dipompa ke continous settling tank.

(18)

2.8. Pemurnian dan penjernihan kelapa sawit

Minyak yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kelapa sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel

partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian di alirkan kedalam tangki

minyak kasar (crude oil tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarisifikasi yang bertahap , maka akan di hasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses

penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam minyak.

Minyak kelapa sawit dapat di tamping dalam tangki- tangki penampung dan siap di pasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan

minyak sawit murni (PPO) Processe Palm oil. Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur , masih dapat di manfaakan dengan proses daur ulang untuk

diambil minyak sawitnya.

Tujuan utama dari proses pemurnian adalah untuk menghilangkan rasan dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang massa

simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industry. Cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap:

1. Pemisahan bahan suspense dan disperse koloid dengan cara penguapan, degumming dan pencucian dengan asam

2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi

(19)

4. Deodorasi

5. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling) dan pemfilteran dengan menggunakan filter tekan. (Tim penulis, ps, 1997)

2.9 Filterpress

Suatu mesin press bersaringan berisi satu set plat yang didesain untuk

menyediakan serangkaian ruang atau kompartemen yang di dalamnya padatan dikumpulkan. Plat-plat tersebut dilingkupi media penyaring seperti kanvas.

Lumpur dapat mencapai tiap-tiap kompartemen dengan tekanan tertentu, cairan melalui kanvas atau keluar melalui pipa pembuangan, meninggalkan padatan cake basah dibelakangnya. Plat dari suatu mesin press bersaringan dapat berbentuk

persegi/lingkaran, horizontal, atau vertikal.

Pres filter terdiri atas elemen-elemen filter (hingga mencapai 100 buah) yang berdiri tegak atau terletak mendatar, disusun secara berdampingan atau satu di atas yang lain. Elemen-elemen ini terbuat dari pelat-pelat beralur yang dilapisi

kain filter dan disusun pada balok-balok luncur sehingga dapat digeser-geser. Dengan suatu sumbu giling atau perlengkapan hidraulik, pelat-pelat itu dipres

menjadi satu diantara bagian alat yang diam (bagian kepala) dan bagian yang bergerak. Saluran masuk dan saluran keluar terdapat dibagian kepala (untuk sistem tertutup) atau saluran keluarnya di samping pelat-pelat (untuk sistem

(20)

Gambar1. Filter press

Filter ini terdiri dari seperangkat lempengan yang dirancang untuk memberi sederetan kompartemen untuk pengumpulan zat padat. Lempengan tersebut

ditutup dengan medium filter seperti kanvas. Slurry umpan masuk ke dalam masing-masing lempengan dan medium filternya dengan tekanan, cairannya lewat melalui kanvas dan keluar melalui pipa keluaran dan meninggalkan zat padat

(21)

Gambar2. Peralatan filter tekanan untukoperasi otomatis

Lempengan press yang digunakan ada yang berbentuk bujur sangkar atau lingkaran, ada yang terletak vertikal dan horisontal. Tetapi umumnya lempengan untuk zat padat itu dirancang dengan membuat tekukan pada permukaan lempeng,

atau dalam bentuk plate-and-frame. Pada desain plate and frame ini, lempengan berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 6-28 in dan disusun silih berganti

dengan bingkai terbuka. Lempengan tersebut tebalnya berkisar 0,25 sampai 2 in, sedangkan bingkainya setebal 0,25 sampai 8 inci. Lempengan dan bingkai itu didudukkan secara vertikal pada rak logam dengan medium filter dipasang

menutupi setiap bingkai dan dirapatkan dengan bantuan sekrup dan rem hidraulik. Bubur umpan masuk pada satu ujung rakitan lempeng dan bingkai tersebut. Slurry mengalir melalui saluran yang terpasang memanjang pada salah satu sudut rakitan

dari sudut tersebut melalui saluran tambahan mengalir ke dalam masing-masing bingkai. Di sini zat padat itu diendapkan di atas permukaan pelat. Cairan mengalir

menembus kain filter, melalui alur atau gelombang pada permukaan lempeng, sampai keluar press filter tersebut.

Sesudah filter tersebut dirakit, slurry dimasukkan dari pompa atau tangki

(22)

lagi zat cair yang keluar dan tekanan filtrasi naik secara signifikan. Hal ini terjadi

bila bingkai sudah penuh dengan zat padat sehinggga slury tidak dapat masuk lagi. Filter itu disebut jammed. Setelah itu, cairan pencuci dapat dialirkan untuk

membersihkan zat padat dari bahan-bahan pengotor yang dapat larut. Cake

tersebut kemudian ditutup dengan uap atau udara untuk membuang sisa zat cair tersebut sebanyak-banyaknya. Filter itu lalu dibongkar, cake padatnya dikeluarkan

dari medium filter sehingga jatuh ke konveyor menuju tempat penyimpanan. Pada kebanyakan press filter, operasi tersebut berlangsung secara otomatis.

Sampai cake bersih, proses pencucian memakan waktu beberapa jam karena cairan pencuci cenderung mengikuti jalur termudah dan melangkahi bagian-bagian cake yang terjejal rapat. Jika cake tidak terlalu rapat, sebagian-bagian besar cairan

pencuci tidak efektif membersihkan cake. Jika diinginkan pencucian sampai benar-benar bersih, biasanya dibuat sluury lagi dengan cake yang belum tercuci

sempurna. Pencucian lebih lanjut dapat menggunakan zat cair pencuci dalam kuantitas besar dan menyaringnya kembali dengan shell-and-leaf filter sehingga memungkinkan pencucian yang lebih efektif dari pada plate and frame

Gambar

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Tabel 2.3. Nilai Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit
Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Betz dan Hacket pada tahun 1983 (Arcat, 2013 : 4) menyatakan bahwa dengan self efficacy yang tinggi seorang siswa

Himpunan fuzzy TIDAK NORMAL akan memiliki domain [6,10] dimana derajat keanggotaan TIDAK NORMAL tertinggi (=1) terletak pada angka ≥ 7.. Variabel ALP NORMAL dan TIDAK

Pedoman perencanaan ulang gedung utama balai pendidikan dan pelatihan ilmu pelayaran ini menggunakan SNI 2847:2013 untuk perencanaan struktur gedung beton bertulang dan SNI

Pada tujuan pemasaran jangka pendek yang ingin dicapai adalah memberikan informasi mengenai keberadaan Belle Bread yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Malang,

Penentuan karakteristik responden menurut aktivitas adalah pada perlakuan dengan strengthening otot quadrisep dan gluteus memiliki responden terbanyak dengan

Alasan utama yang menjadi lemahnya daya saing industri tekstil Indonesia adalah keberadaan mesin-mesin tekstil yang terlam- pau tua sehingga tidak lagi dapat menghadapi

Tipe penelitian yang dipakai untuk mengetahui kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Jayapura dalam penelitian ini

Besarnya dampak yang dapat ditimbulkan dari keberadaan logam berat timbal, maka diperlukan penelitian yang diharapkan dapat memberikan informasi terkait konsentrasi dan