• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Budaya dan Arsitektur - Transformasi Penerapan Nilai Islam Dalam Hunian Di Indonesia, Studi Kasus: Kota Medan, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Budaya dan Arsitektur - Transformasi Penerapan Nilai Islam Dalam Hunian Di Indonesia, Studi Kasus: Kota Medan, Sumatera Utara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Budaya dan Arsitektur

2.1.1. Budaya dan Teori Budaya

Istilah budaya sendiri memiliki banyak makna, istilah ini dapat digunakan

pada berbagai bidang, hal ini berarti bahwa istilah budaya tidak bisa dipakai

sebagai definisi yang pasti dalam konteks yang berbeda (Loebis, 2002). Menurut

Rapoport (1977), Parson dan Shils (1962) dalam Loebis (2002) budaya adalah

sekelompok orang yang memiliki nilai, kepercayaan dan pandangan hidup yang

sama, dan suatu sistem simbol yang dipelajari dan disebarkan. Budaya

menciptakan suatu sistem aturan dan kebiasaan, yang merefleksikan idealisme dan

menciptakan gaya hidup, tata cara hidup, peran, kelakuan, makanan, bahkan suatu

bentuk buatan misalnya arsitektur.

2.2. Perubahan Budaya

Dalam teori strukturalisme, perubahan budaya diartikan sebagai proses

alami yang terjadi akibat perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial dalam

masyarakat. Struktur yang dimaksud adalah pola kultur yang digunakan sebagai

basis dalam pengukuran suatu sistem sosial, sedangkan fungsi adalah keterlibatan

(2)

2.2.1. Sumber Perubahan

Perubahan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kejadian dalam kurun

waktu tertentu yang melahirkan suatu modifikasi atau pergantian suatu elemen

dari pola budaya yang mengarah pada pergerakan pola dalam waktu dan ruang

dan menghasilkan pola kultural lain (Loebis, 2002). Perubahan kultural berkaitan

dengan waktu. Perubahan kultural bersifat historis dan berhubungan dengan

urutan kejadian dan pergerakan ruang dan waktu. Oleh karena itu, perubahan

kultural hanya bisa dipelajari melalui catatan sejarah.

Struktur dan proses perubahan budaya adalah suatu sistem yang terdiri dari

bagian yang saling bergantung, setiap bagian ini memiliki fungsi masing-masing

dan berperan dalam sistem (Durkheim dalam Loebis, 2002). Dalam teori ini,

sistem adalah gerakan kekal, suatu titik keseimbangan dimana bagian dari sistem

tersebut terus menerus menyesuaikan satu sama lain dan untuk merubah subsistem

yang membentuk bagian baru. Maka dari itu, dalam suatu sistem terdapat

penggerak untuk mencapai kondisi baru.

Salah satu cara masuknya perubahan adalah dengan adaptasi. Adaptasi

adalah proses dan sistem yang menghubungkan sistem kebudayaan dan alam

semesta. Proses ini terjadi apabila misi kultural tercapai, dengan demikian

masyarakat menggerakkan sumber daya dan menjaga pola budayanya sebagai

upaya untuk menciptakan keseimbangan.

Oleh karena itu Parson dan Shills (1962) dalam Loebis (2002) mengatakan

bahwa kondisi ini tidak dapat ditetapkan sebagai kondisi statis, hal ini

(3)

melaksanakan perubahan dan adaptasi, dalam menjaga tujuan misi kultural bagi

masyarakat.

Adaptasi adalah faktor yang penting, tetapi dalam analisis proses

perubahan dan transformasi adaptasi tidak cukup karena tidak dipertimbangkan

sebagai faktor yang memiliki peran aktif dalam faktor eksternal.

2.2.2. Mekanisme Perubahan Melalui Pertukaran

Ada beberapa mekanisme perubahana melalui pertukaran, yaitu:

a. Pertukaran Internal (Evolusionisme)

Dalam teori evolusionisme, proses perubahan budaya menunjukkan

keteraturan dan gejala asli dalam setiap pola kultur untuk mengalami perubahan.

Gejala ini dideskripsikan dalam teori dialektik Hegel yang menyatakan bahwa

pendekatan dialektik menekankan kepentingan produk mental dan pikiran

daripada material seperti yang diaplikasikan pada definisi sosial pada dunia fisik

dan materi. Kegagalan dalam evolusionisme adalah ketidakmampuan paham ini

untuk menyuguhi proses terputus yang radikal dan serangkaian kejadian yang

diungkapkan dalam catatan sejarah.

b. Pertukaran Eksternal (Difusionisme)

Difusi adalah respon dari sumber perubahan internal seperti yang

diusulkan oleh teori evolusionisme. Difusi disini dapat diartikan sebagai

perpindahan elemen budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. Menurut Smith

(1976) dalam loebis (2002) proses difusi tidak membedakan elemen perpindahan

(4)

elemen ke kultur penerima. Dari sisi kultur penyumbang, perubahan dapat

diarahkan maupun tidak diarahkan tetapi elemen budaya asing tidak akan bisa

menembus budaya lain kecuali elemen budaya tersebut disetujui oleh kultur

penerima. Budaya penerima kemudian akan memodifikasi elemen budaya yang

mereka terima dengan cara yang lebih kompleks, modifikasi budaya inilah yang

nantinya akan menjadi bentuk hybrid. Perubahan dalam difusionisme memiliki

relevansi dan atraksi yang besar dalam proses sejarah masa kini dibandingkan

dengan masa lalu.

Difusionisme juga memiliki kekurangan yaitu, yang pertama paham ini

cenderung berasumsi bahwa semua perubahan bersifat kualitatif. Yang kedua

difusionisme cenderung menolak peran seleksi aktif oleh individu dan kelompok

yang ditemukan oleh Malinowski. Yang ketiga, paham ini gagal menyediakan

kriteria untuk membedakan jenis rangkaian kejadian historis eksternal yang dapat

menghasilkan perubahan yang signifikan.

c. Pertukaran Campuran

Dalam paham difusionisme efek pertukaran internal dalam proses

perubahan dan transformasi tidak diperhitungkan. Dalam Paham evolusionisme

perubahan yang dihasilkan akibat faktor eksternal diabaikan. Namun dalam

pertukaran campuran, kedua faktor ini diperhitungkan.

Dalam penelitian ini, akan diuji proses pertukaran budaya sebagai

penyebab transformasi berasal dari internal (evolusionisme) atau eksternal

(difusionisme), atau bahkan keduanya. Pertukaran kultur internal terjadi karena

(5)

sedangkan pertukaran budaya eksternal terjadi karena pertukaran elemen budaya

dengan budaya lain (external evolusionisme).

2.3. Transformasi

Transformasi adalah istilah yang berhubungan erat dengan perubahan

yang dapat terukur baik berupa karakter objek atau konsep gagasan, persepsi dan

budaya. Transformasi merupakan proses budaya yang relatif cepat dengan hasil

yang besar. Khususnya pada perubahan susunan teknis dan moral masyarakat

yang mengacu pada organisasi perasaan manusia dalam menghakimi hal yang

benar pada ikatan antar manusia daripada kategori konten dari kultur itu sendiri

(Redfield, 1953 dalam Loebis, 2002).

Transformasi sebagai proses budaya yang tidak dapat dihindari dan tidak

dapat ditahan. Besar perubahannya tergantung pada intensitas kontak dengan

budaya asing tersebut. Transformasi sangat didasarkan budaya dari penggunanya

seperti budaya asing yang diterima oleh masyarakat lokal harus sesuai dengan

budaya lokal yang telah ada. Percampuran dari budaya asing dan budaya local

memunculkan produk baru yang disebut dengan hybrid. Produk baru ini tidak

hanya menyerupai bentuk lokal ataupun bentuk asing, namun merupakan sesuatu

yang seluruhnya baru. Karena arsitektur ditentukan berdasarkan budaya

(Rapoport, 1969 dalam Loebis, 2002), maka transformasi arsitektural dan

prosesnya juga ditentukan oleh budaya, akibatnya perubahan dan transformasi

(6)

2.4. Arsitektur Islam

2.4.1. Pengertian Arsitektur Islam

Ketika berbicara tentang arsitektur Islam, ada banyak pendapat yang

muncul. Pada umumnya arsitektur Islam dimengerti sebagai arsitektur yang

digunakan untuk membangun bangunan ibadah, seperti masjid dan musholla.

Namun apabila membahas tentang arsitektur Islam bukan berarti hanya membahas

masjid dan musholla, tetapi juga semua bangunan, hanya saja penekanannya pada

pengaplikasian syariat Islam. Pengertian ini juga diperkuat dengan pendapat

Begam dalam jurnal Islamic Guiding Principle (Shari’ah Law) For Architectural

Interpretation Of Housing yang menyatakan bahwa arsitektur Islam adalah

kombinasi dari Islam dan arsitektur berupa arsitektur murni yang didasarkan pada

prinsip Islam (Al-Quran dan Hadits).

Utaberta (2008) lebih ringkas menjelaskan bahwa arsitektur Islam adalah

arsitektur sebagai sebuah produk dari agama Islam. Namun, ada perbedaan yang

mendasar antara produk yang dihasilkan dari masyarakat muslim dengan produk

dari nilai-nilai dan prinsip Islam. Arsitektur sebagai produk dari masyarakat

muslim artinya adalah sebuah karya arsitektural yang dihasilkan oleh suatu

komunitas yang beragama Islam. Produk tersebut dapat berbeda bahkan

bertentangan dengan prinsip Islam karena hanya merupakan sebuah produk

masyarakat suatu kawasan. Hal ini sangat berbeda dengan arsitektur sebagai

produk dari nilai-nilai dan prinsip Islam. Pada prinsipnya produk arsitektural yang

(7)

sumber-sumber ajaran Islam itu sendiri, dalam hal ini adalah Al-Qur’an, Sunnah, dan

Ijtihad yang didasarkan kepada dua sumber sebelumnya secara benar.

Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa arsitektur Islam adalah

arsitektur yang didasarkan pada pilar etika Islam, tidak berhubungan dengan

monumen-monumen keagamaan tertentu atau elemen desain. Arsitektur Islam

dapat disebut dengan arsitektur yang tersembunyi, benar-benar tidak dilihat

sebagai monumen atau simbol yang mencolok, tetapi dapat dirasakan ketika

berada didalam bangunan tersebut.

2.4.2. Kriteria Arsitektur Islam

Arsitektur Islam yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami tidak

mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam

mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda, tergantung dari konteks dimana dan

apa fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut. Karya arsitektur Islam tidak

pula dibatasi oleh wilayah benua dan negara, karena kita akan melihat kekayaan

arsitektur Islam dari keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah

masing-masing negara tersebut (Muchlis, 2013).

Adapun Kriteria Arsitektur Islam adalah sebagai berikut (S.G. Haider dan

A. Rehman dalam Farid dkk, 2009):

a. Kosmologi arsitektur mengandung nilai bahwa alam dan manusia mempunyai

misi untuk menyembah Allah SWT. Keberadaan bangunan tersebut tidak

(8)

b. Arsitektur yang menghormati konsep halal dan haram sebagaimana yang

terdapat dalam syariah Islam. Hendaknya bangunan yang dibangun tidak

mengandung unsur syirik dalam hal pembuatan, desain, dan ornament yang

ada di dalamnya seperti elemen dekorasi, tidak menggunakan patung atau

lukisan makhluk bernyawa.

c. Arsitektur yang melambangkan spiritualitas, misalnya memasang ornamen

islami seperti ornament yang merepresentasikan nilai-nilai menyembah dan

mengingat Allah, seperti gambar masjid dan ka’bah. Adapun ornamen yang

merepresentasikan nilai sejarah dan misi Islam antara lain gambar peta

Makkah, Madinah ataupun peta perluasan Islam. Sedangkan ornamen yang

melambangkan spritualitas yakni hiasan kaligrafi dan motif tumbuhan

(arabesque).

2.5. Rumah

2.5.1. Pengertian Rumah

Rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat tinggal

ataupun kediaman (yang dihuni). Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai

tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU No. 4 Tahun 1992). Selain

untuk tempat tinggal, rumah di fungsikan sebagai tempat bernaung dan berlindung

dari cuaca dan bahaya. Rumah yang baik adalah rumah yang dapat menjadi

tempat untuk hidup dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik

(9)

2.5.2. Pengertian Rumah Berdasarkan Islam

Dalam Al-Qur’an ada tiga kata yang berhubungan dengan rumah, yaitu

manzil (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 29), maskan (Q.S. As-Saba’ [34]: 15), dan bait

(Q.S. An-Nahl [16]: 80). Istilah manzil dapat diartikan sebagai bangunan rumah,

maskan dapat diartikan sebagai letak rumah tetapi dapat juga diartikan sebagai

tempat ketenangan atau kebahagiaan. Sedangkan bait berarti tempat yang paling

nyaman.

Yusuf Al-Qardawi (1996) menjelaskan pengertian rumah bersadarkan

Islam yaitu tempat dimana individu melindungi dirinya dari unsur iklim,

merupakan tempat dimana individu tersebut mendapatkan kebebasan dari

batasan-batasan yang ada, tekanan sosial, dan juga sebagai tempat mengistirahatkan tubuh

dan menenangkan fikiran.

Rumah adalah struktur arsitektur dasar yang dimiliki setiap orang.

Menurut begam dalam jurnal yang berjudul Islam And Architecture: Architectural

interpretation from the values of the al Quran and sunnah mengatakan bahwa

dalam membangun rumah ada beberapa hal yang dipertimbangkan, yaitu budaya,

kepercayaan, iklim, status dan preferensi. Hal ini menunjukkan untuk mendesain

rumah diperlukan pertimbangan dalam banyak aspek. Penerapan aturan Islam

dalam rumah sangat penting karena dari pembentukan rumah yang islami, akan

mempengaruhi pembentukan masyarakat dan peradaban. Adab dan aturan yang

harus diterapkan oleh seorang muslim di dalam rumahnya turut menjadi faktor

pendukung terciptanya rumah yang islami, oleh karena itu Pengetahuan tentang

(10)

keasrian, keindahan, kesucian diri, kerahasiaan, kasih sayang, hubungan yang baik

dengan orang lain, kasih sayang yang tercurah kepada yang lain, budi pekerti yang

baik, yang menandai budaya islami, semuanya bersumber dari rumah yang islami.

2.5.3. Fungsi Rumah Berdasarkan Islam

Sebagai agama yang lengkap dan menyeluruh, Islam tidak sekedar

memberikan pedoman dalam menggapai impian setiap keluarga di dunia, namun

juga memberikan pedoman dalam menggapai impian setiap keluarga di dunia,

dengan sasaran akhir yang berupa kebahagiaan di akhirat. Agar senantiasa di

rahmati oleh Allah SWT, sebaiknya memperhatikan fungsi rumah agar tidak

menyalahi fungsi yang sesungguhnya. Adapun fungsi rumah berdasarkan Islam

adalah (Ali, 2010; Farid dkk, 2009; Primasetra, 2013):

a) Rumah sebagai masjid

Rumah sebagai masjid berarti mengkondisikan rumah sebagai mana

mengkondisikan masjid. Mesjid sendiri selain tempat untuk mengingat dan

mendekatkan diri kepada Allah, masjid juga merupakan tempat membina umat,

mempererat tali ukhuwah Islamiyah, dan merencanakan agenda dakwah

sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Demikian juga dengan

rumah, harus terbiasa menghidupkan nilai ilahiah dengan ibadah seperti sholat,

tilawah Al-Qur’an, dan juga merekatkan ukhuwah antar anggota keluarga. Untuk

itu rumah sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk beribadah, dimana anggota

keluarga dapat dengan leluasa melakukan aktifitas beribadah, seperti sholat dan

(11)

‘Wahai sekalian manusia, sholatlah di rumah kalian karena sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang di rumah kecuali shalat wajib.’(HR. Bukhari dalam Farid dkk, 2009)

Selain itu, penting untuk menjaga kesucian masjid dengan menjaga adab,

maka begitu pula dengan rumah. Sebaiknya tetap menjaga kesucian rumah dengan

tidak sembarangan berkata-kata, merendahkan suara, selektif dalam memilih

hiburan, menjaga kesucian, dll.

b) Rumah sebagai sekolah

Rumah harus menjadi tempat pendidikan pertama dan terbaik. Selain itu

rumah juga harus mendukung penghuninya untuk terus menuntut ilmu. Tidak

hanya ilmu yang dipelajari disekolah seperti wawasan keagamaan, ilmu

pengetahuan, dan etika, namun juga pelajaran tentang akhlak sebagaimana sabda

Rasulullah SAW:

Bergaullah dengan anak-anakmu, dan bimbinglah mereka ke arah pembentukan akhlak mulia’ (HR. Muslim dalam Farid dkk, 2009)

Oleh sebab itu sebaiknya rumah memiliki ruangan khusus untuk belajar

ataupun memiliki perpustakaan pribadi.

c) Rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman

Rumah merupakan tempat kembali bagi setiap anggota keluarga setelah

penat sepanjang hari beraktivitas. Oleh karena itu harus diupayakan membuat

rumah yang merupakan tempat berteduh yang baik dan nyaman, tempat untuk

mendapatkan makanan, minuman dan pakaian yang cukup, serta tempat untuk

(12)

d) Rumah sebagai benteng rohani

Kondisi keimanan setiap orang berbeda-beda dan tidak stabil, salah satu

faktor terbesar yang mempengaruhi keimanan seseorang adalah keluarga. Oleh

karena itu rumah adalah tempat yang didalamnya terjadi pembentukan model

keluarga yang ideal serta menjadi tempat objek dakwah pertama dan utama

sehingga membentuk pribadi yang unggul.

2.5.4. Adab Islami dalam Rumah

Telah dibahas sebelumnya bahwa untuk menciptakan rumah yang islami,

faktor adab manusia sangat mempengaruhi, baik penghuni ataupun pengunjung

rumah. Adapun adab yang dimaksud antara lain sebagai berikut (Hawwa, 2002):

a) Kebersihan dan kesucian

Seorang muslim harus menjaga kebersihan dan kesucian dirinya

sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits riwayat:

‘Telah bersabda Rasulullah SAW, sesungguhnya Allah itu Maha Baik, bersih mencintai kebersihan, mulia menyenangi kemuliaan, dermawan menyenangi kedermawanan. Bersihkanlah pekarangan kalian, jangan menyerupai orang-orang yahudi.’ (HR. Tarmidzi dalam Hawwa, 2002)

‘Tidak ada yang dapat menjaga wudhunya, kecuali orang yang beriman’

(HR. Ahmad dan Ibnu Majah dalam Hawwa, 2002)

Dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda, ‘Sungguh kalian akan mendatangi saudara-saudaramu, maka perbaikilah kendaraanmu, dan rapikanlah pakaianmu, sehingga kamu nampak menarik dan pantas

dimata orang. Sesungguhnya Allah tidak menyukai kedegilan.’ (HR. Abu

(13)

b) Adab merendahkan suara, menjaga rahasia, dan tidak membuat kegaduhan

Suatu keluarga terdiri dari beberapa individu maka ditekankan untuk

memperhatikan hak-hak orang tersebut, yaitu tidak saling mengganggu. Dalam

rumah yang islami, penghuninya tidak akan melanggar hal-hal yang menyakitkan,

menyinggung perasaan, atau sesuatu yang mengacaukan suasana dan membuat

gaduh.

Rasulullah pernah bersabda untuk tidak saling mengeraskan suara dalam

membaca Al-Qur’an (HR. Imam Malik dan Abu Daud dalam Hawwa, 2002).

Tentu bukan hanya mengenai membaca Al-Qur’an namun juga dalam berbicara

sehari-hari. Imam hasan Al-Bana juga pernah mengingatkan untuk tidak

mengeraskan suara melebihi kebutuhan si pendengar, karena hal tersebut

merupakan perbuatan yang bodoh dan mengganggu orang lain. Untuk wanita,

sangat penting untuk mengendalikan suara, sebagian ulama berpendapat bahwa

suara wanita adalah aurat, apabila berbicara diluar kepentingan dan kebutuhan,

atau berbicara dengan gaya yang menarik perhatian laki-laki (QS. Al-Ahzab [33]:

32)

c) Tata cara mengatur hal-hal yang berkaitan dengan ilmu dan ibadah

Tidak ada yang lebih penting dalam kehidupan keluarga muslim selain

memperhatikan dua permasalahan ini: ilmu dan ibadah. Setiap anggota keluarga

harus saling membantu dalam merealisasikan dua tuntutan ini. Allah juga

memerintahkan orang-orang yang beriman untuk memelihara diri dan keluarga

dari Api neraka (QS. At-Thariim [66]: 6). Untuk itu dalam surah Al-Ahzab ayat

(14)

untuk terus mengingat Allah dan menuntut ilmu. Oleh karena itu perlu untuk

mengatur kegiatan belajar dan mengajar di dalam rumah selain mengatur waktu

untuk pelaksanaan ibadah, khusunya sholat, tilawah Al-Qur’an, dan puasa.

d) Bersikap sederhana dalam makan, minum, berpakaian, dan gaya hidup

Rumah yang luas adalah idaman setiap manusia. Nabi Muhammad pun

menganjurkan manusia untuk mendesain rumah yang luas. Rumah yang luas

merupakan sebuah hadiah yang menyenangkan yang dianugrahkan Allah SWT

kepada manusia di dunia. Akan tetapi, rumah yang luas sebaiknya bukanlah

rumah yang terlampau mewah dan mahal. Yang dimaksud dengan

bermegah-megahan adalah sifat melampaui batas yang dibuat-buat dan berbangga

dengannya baik yang terkait ukuran luas, tinggi, maupun keindahan. Akan tetapi,

bila memang demi memenuhi kebutuhan, maka tidak termasuk katagori

bermegah-megahan. Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh

Rasulullah S.A.W sebagaimana adanya larangan untuk bermegah-megahan (QS.

Al-Isra’ [17]: 27, QS. At-Takaatsur [102]: 1, Surah al-Qasas [28]: 76). Oleh

karena itu kesederhanaan dalam sebuah rumah dan gaya hidup menjadi tuntutan.

Salah satu contohnya seperti untuk tidak meenggunaan perkakas dari perak dan

emas sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

(15)

e) Adab menjaga kesehatan

Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan. Oleh karena itu

memperhatikan hal tersebut menjadi bagian dari pembinaan rumah yang islami.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Hawwa (2002)

dijelaskan:

‘Ada dua kenikmatan yang dilupakan oleh kebanyakan orang, yaitu kesehatan dan waktu luang.’

f) Berbuat baik kepada tetangga dan menghormati tamu

Rumah seorang muslim adalah rumah yang akan menghormati tamunya.

Seorang muslim harus senantiasa menyiapkan dirinya, rumahnya, dan

keluarganya untuk menerima tamu dan menghormatinya. Dan para tamu harus

memahami kemampuan orang yang dikunjunginya. Diantara adab bertamu adalah

tidak boleh memberatkan orang yang dikunjungi. Untuk memasuki rumah, tamu

harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik rumah (Q.S. Al-Nur [24]: 28).

Banyak sekali hadits ayat menerangkan untuk memuliakan tamu, salah

satunya hadits yang dirirwayatkan oleh Bukhari dalam Hawwa (2002) yang

berbunyi:

‘Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya’

Oleh karena itu sebaiknya dalam rumah yang islami disediakan adanya

kamar tamu. Kamar tamu diusahakan sebisa mungkin harus terpisah dari

kamar-kamar lain agar tamu tidak melihat aurat penghuni rumah. Bila memungkinkan,

ruang tamu memiliki kamar mandi tersendiri.

(16)

menyakiti tetanggaa dengan ucapannya’. Rasulullah SAW berkata ‘Dia termasuk ahli neraka’. Kemudian orang tersebut berkata lagi, ‘Ya Rasulullah, bahwasanya si fulanah itu shaumnya, shadaqahnya, dan shalatnya sangat sedikit sekali, kalaupun bershadaqah hanya dengan sepotong aqat (susu yang dimasamkan dan dipadatkan) akan tetapi dia tidak pernah menyakiti tetangganya dengan lisannya’. Rasulullah berkata,

‘Dia termasuk ahli syurga’ (HR. Ahmad dalam Hawwa, 2002)

Sedangkan tetangga rumah harus merasakan damai, tidak menyakiti, dan

mendapatkan hak-hak yang seharusnya. Selain itu juga dilarang untuk mengintip

atau melihat ke dalam rumah tetangga sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang

dikutip dari jurnal Begam yang berjudul Islam And Architecture: Architectural

interpretation from the values of the al Quran and sunnah yang berbunyi:

Referensi

Dokumen terkait

Pada Juli 2019 dengan semangat reformasi Birokrasi dan wilayah bersih melayani, Kementerian Agama Kabupaten Cilacap telah menerapkan proses pemberkasan penyaluran

Diangkat dalam RUPS tanggal 20 Desember 2013 sebagai Komisaris Independen PT Bank Dinar Indonesia Tbk dan mendapat persetujuan dari Bank Indonesia pada tanggal 09

Pemahaman bahwa  berjalannya bank syari‟ah adalah tidak hanya untuk mencapai profitabilitas duniawi, tetapi juga berusaha menjalankan prinsip yang sesuai dengan

Untuk Group Tempat Penyimpanan, hasil penilaian penyimpanan pada ISRT A berada pada kriteria cukup dan ISRT B berada pada kriteria kurang dengan rata-rata yang diperoleh yaitu

Segala jenis aktivitas ritual yang dilakukan umat Hindu di Bali untuk memuliakan dan menjaga keseimbangan kosmik didasarkan pada munculnya kesadaran manusia yang terpusat pada

Karena memiliki alur, maka jenis ini mempunyai kapasitas dapat menahan beban secara ideal pada arah radial maka jenis ini mempunyai kapasitas dapat menahan beban secara ideal

Lignin tidak dapat dicerna oleh mikroba didalam rumen, bahkan dapat mengganggu kecernaan, sedangkan serat kasar memiliki fraksi selain lignin juga mengandung selulosa

Setiap orang yang masuk dalam komunitas Gereja Katolik, tanpa terkecuali, mempunyai suatu tugas dan perutusan untuk melaksanakan perintah Yesus yang bersabda: ”