• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puisi Sagah Aditama Admin Karya Sastra F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Puisi Sagah Aditama Admin Karya Sastra F"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Puisi Puisi Remaja

(3)

BAB 1

(4)

Sayang

sayang, sesungguhnya hanya kamu yang ku cinta

bila kau ingin tau apa isi hatiku, masuklah kedalamnya rasakan manis dari madu cinta kita

terimalah aku, sebagaimana ku terima kamu apa adanya

sayang, suatu saat nanti kan ku buat istana

dimana nanti kita dapat memadu kasih cinta yang nyata

pondasi ini kita telah buat dengan kepercayaan aku hanya untukmu, begitu pula dirimu

sayang, bilamana nanti diantara kita ada yang mati berpegang teguhlah terhadap apa yang kita hayati mungkin kau adalah jodohku, dan aku adalah

jodohmu

(5)

Satu Bintang

lihatlah langit yang muram malam ini

dan lihat pula satu bintang yang menyendiri lihat matanya yang manis menangis

apakah nanti dia kan hilang lalu datang gerimis

entahlah, awan itu memenjarakannya berniat menghapus satu cahaya tersisa cepatlah datang bulan, kau jangan pergi temani temanmu yang tengah sendiri

surga masih masih jauh sebelum datang mati meski nanti bintang kan di surga

tapi apakah kau rela tak melihat dia tersenyum lagi cepat kembali dan temani dia di sana

(6)

Mimpi Sebelum Mati

merajut mimpi dengan benang layang layang berharap tak kusut dan mampu terbang

berharap mampu menggapai langit bersama angin kuharap tak sulit

melangkah dan berlari mencapai harmoni sebelum subuh kuharap mampu lewati keindahan malam yang sebenarnya dan tak terfikirkan sebelumnya

menjadi motivasi, menjadi semangat untuk berdiri dan mencapai surgawi selamat dunia akhirat

tujuan sampai akhir hayat

(7)

Sejauh apapun dirimu : tetap bersamaku

tak ada alasan untuk berputus asa,

bila hanya jarak yang memisahkannya,

masih ada foto ku di galerymu dan masih ada hatiku di hatimu

berprasangka buruk itu biasa,

asal hati sau semua kan terasa bahagia,

bahagiaku bersamamu, dan tak akan berlalu, tunggu aku di teras hati dan rumahmu

kan kuberi pelangi sesejuk pagi

(8)

Sebuah Cerita

Apakah kau tak melihat pelangi dimataku? Sebuah keindahan dari warna warni sebuah drama percintaan. Pernahkah kau merasa memecahkan warna yang telah kita buat? Kau membuat hujan lagi dan kau

hantamkan halilintar diantara mata dan hati,

berpikirlah sayang! Kau tak bisa terus seperti itu, cobalah untuk menjadi langit yang biru. Aku

merindukan keserasian diantara itu, untuk kesejukan jalan yang kita tempuh. Aku tahu kau mau segalanya, tapi ak mohon! Berikanlah kesejukan untuk

kelangkapan sebuah pandangan hidup selanjutnya. Bila kau masih berharap, bersanding dengan lelaki seperti ini.

(9)

Cinta

Beradu kasih diantara dua mahluk Yang ghaib ataupun yang nyata Percaya pada cinta yang sesuai Akan terasa indah menikmatinya Cinta itu bila tak terikat hatinya Nafsu yang mengendalikannya

Cintailah apa yang kau miliki dengan hati

(10)

Puisi Diam

Diam tanpa sepatah kata

Hanya menulis tanpa berbicara Bisu dan tak dapat menangis Mata buta badan tua terkikis

Jantung berdetak terlihat di dada yang tak berbusana Tangannya bergetar menulis syair rindu akan hari muda

Termenung sejenak dia mengadah kelangit terlihat berbicara

Tangan kiri di perut untuk mencoba bertahan hidup

Hanya bibir yang bergerak tiada suara

Tuhan Maha Mendengar apa yang ada di isi hati Seorang yang bijak menghampiri

Mengajak beliau untuk berdiri

(11)

Sesungguhnya Tuhan Sang Maha Pemberi

"Jika kamu jauh dari kikir, maka keburuntungan akan selalu ada di dekat mu"

(12)

Tiada Tujuan

lalu lalang bersama angin yang menderu, seiring tetes air mata yang hilang tiada tersisa, seperti tekoyak hati ini dalam suasana yang sejuk. seperti arti dari kata ini yang tiada ujung, hanya menulis dan tanpa tujuan, hati ini terdiam dan menyepi dalam lirih. Entahlaha apa yang diri ini pikirkan tentang dewa dewi kebahagiaan, serasa lumrah kalau air mata hadir kala sejuk bahagia datang. Kapan kah jiwa dan raga ini bahagia tanpa harus meneteskan air mata, aku terpojok dalam siku siku dunia.

(13)

Tentang Rindu : Malam Itu

Lirih angin nyinyir menyentuh pori pori, kelembutan malam berselimut awan awan terang tanpa tangisan. Indah begitu kurasakan ketika sentuhannya

melengkapi dari apa yang alam berikan. Kenikmatan ini selalu ku syukuri.

Meski jalan jalan ini berkerikil dan curam, tetap ku melihat kedepan dengan penuh kehati hatian, selagi bulan belum pergi tak perlulah aku menyalakan api, selagi bumi masih menerimaku untuk apa aku berlari dan bermimpi mampu menggapai bulan.

Anak anak bermain berlari dalam mimpi ku sewaktu tiada lampu!

(14)

Munajat Menuju Mati

Semakin tua manusia di bumi ini, waktu terus berjalan dan semakin mengurangi umur kehidupan. Meski

kiamat rahasia tuhan, banyak sudah yang menerka kiamat akan datang pada akhir desember tahun ini. Banyak juga yang percaya akan isu itu, mungkin

mereka yang percaya belum mengenal siapa itu Tuhan.

Tuhan yang memiliki kehidupan, dialah dalang dan kita hanyalah wayang. Dia Yang Maha Esa yang tau kapan akan tiba kiamat, dimana jilid terakhir dalam buku peradaban. Jalanilah apa adanya hidup ini,

jalani dan sesuaikan dengan tujuan hidup di dunia ini.

(15)

dengan salam. Ini adalah misi terakhir kita di akhir tahun masehi ini, sebelum menjalani awal tahun diharapkan kita telah bersih dari segala noda.

Usir segala marabahaya setan dalam kegelapan mata, agarkan terang dan kita dapat melihat jelas jalan

kedepan, apakah buntu ataukah pertigaan atau

mungkin perempatan. Ada banyak jalan menuju mati, menuju tua. Tapi satu jalan menuju surga yang kita sebagai manusia berfikir mengidamkan.

Carilah jalan yang terang seterang cahaya matahari, mintalah Nya jalan yang benar, mintalah pada-Nya kekuatan untuk berjalan, mintalah pada-pada-Nya yang terbaik untuk diri kita dalam menjalani sisa kehidupan yang semakin suram.

Detik berjalan menuju menit, menit berjalan menuju jam, jam berjalan menuju hari, hari berjalan menuju minggu, minggu berjalan menuju bulan, bulan

berjalan menuju tahun, tahun berjalan menuju windu, menuju abad dan seterusnya. Mungkin matahari

(16)

terlalu muda tidak pula terlalu tua, di berikan jalan yang terang sebelum mata terpejam, masih sempat membasuh raga yang bernoda, sebelum kiamat yang kita takutkan datang, lekaslah berbenah dan semoga kita termasuk insan yang dicintai Tuhan.

(17)

Puisi Pagi

subuh sudah menepi

menjelang hari menyiapkan sepiring nasi merencanakan esok sehabis bermimpi entah apa yang kan kudapati hari ini

semangat saja akan hidup yang entah lupakan masalah yang membuat resah padukan kaki untuk melangkah

di jalan yang lurus penuh berkah

ini puisi pagi kutulis kala hati penuh emosi mencoba merefisi otak yang kian sesak asal semangat semua kan dapat

cepatlah berdiri dan berlari mengejar mimpi

(18)

Para Penari Bianglala

rupa rupa warna pelangi mewakili jiwa manusia kehadiran pelangi menandakan cinta

keindahaan pelangi mewakili kenikamatan rasa semua telah satu dalam garis nyawa

hikmah dari gerimis tangis

hadir setelah semuanya berakhir

angin menyapa cahaya mewarnikan jiwa pelangilah datang dengan cahaya

keberkahan setelah membanting mata senyuman setelah reda air mata

hidup menjadi lebih sempurna

dengan nyanyian para penari bianglala

(19)

Wajah Di Balik Beranda

Wajah itu hanya terdiam dan tak pernah bergerak, di balik wajah itu adalah sebuah misteri, misteri maya dalam nyata.

Misteri menjadi manis jika bahasa santun, menjadi pahit jika bahasa buruk. Wajah itu seperti tak

bernyawa, entah wajah siapa yang ada sebenarnya.

Kemunafikan, hal yang paling melekat di balik beranda. Oh misteri dunia maya.

(20)

Lukisan Sajak Jingga

Sajak untuk kekasih ku lukiskan di antara langit dan bumi, serentak jingga memukau mata, seiring

senyuman belahan jiwa. Kala dia membaca sederet kata romantis yang ku sajikan untuknya.

Sambut hari baru di rambut yang baru, mungkin lurus, mungkin juga ikal, semua tergantung waktu dan umur yang terus berjalan mengukir badan. Belumlah telat untuk maju, setua apapun orang itu. Tetap semangat sayang menjalani hari baru, hanya untuk dirimu.

(21)

Masih Belum Mengerti : Adinda Yang Tercinta

Lihatlah

Paku ini telah mati di dadaku Tak akan terlepas

Entah apa dan bagaimana

Aku tak mengerti. Mengapa dia

Sudahlah

Biarkan saja hati ini terinfeksi Sampai mati dan terkubur sepi Sampai dia sadar akan pekerti Huh.. Mengapa dia?

Sudahlah

Lihat saja nanti

Apakah? Masih belum mengerti Bahwasanya sudah aku nyanyikan Sebuah pengertian

(22)

Martabat Alam Arwah

Martabat ciptaan Yang Maha Kuasan, dengan segala kekuasaan dan kehendakNya. Hingga mewujudkannya Alam Semesta.

Ibaratkan energi listrik untuk media televisi, dimana layar kaca tersebut Ibarat pancaran dari Nur Dzat. Energi yang menyalurkan kepada layar kaca empat warna.

Merah jadi Api Kuning jadi Angin Putih jadi Air

Dan hitam jadi Tanah

Dengan segenap cahaya yang jadi Matahari Semua itu bergantung kepada KuasaNya.

"Kun Fayakun" jadilah Alam Semesta dengan semua isinya, baik yang halus mau pun kasar.

(23)

Arang Jerami

Mencari mutiara di tumpukan jerami

Bukan tempatnya, carilah di tumpukan arang Arang pasir yang terbakar keserakahan

Masih adakah yang tersisa di sini

Sagah Aditama September 2012

Bukan Sekedar Puisi

Senandung lirih suara hati melingkari jiwa yang lusuh karna derita. Berputar kepala melawan arah jarum jam, kembali ke masa lalu. Masa di mana dunia belum mengerti akan masa depan. Semua kan habis dan

mungkin manusia kan memakan teknologi.

Menderita di dunia yang serba dunia, jiwa semakin gila akan langit yang semakin dekat, laut semakin tinggi, dan dunia mati seketika. Bencana menjadi

(24)

Oh masa depan! Apa lebih baik mati di usia dini? Daripada menikmati dunia yang semakin menepi, semakin sempit, semakin penuh canda tawa yang seharusnya menjadi milik anak. Malah kini tawa itu menjadi milik penguasa yang bangga akan dunia korupnya.

Derita oh derita yang mengenaskan, masihkah ada jalan menuju kebenaran? Masihkah ada waktu yang searah cahaya. Bukan yang searah jarum tapi hancur berantakan. Memilukan!

(25)

Nista

berjalan di antara api yang melumat nyawa tertawa dan bangga akan laknat-Nya

masihkah ada sepercik air dalam jiwa?

untuk memandikan raga yang mati terbakar nista

adakah yang kan memberi secerca cahaya untuk menerangi jalan yang semakin hilang tersesat tak kenal penjuru kuldesak

hilang dari keindahan dan hanya tersisa binatang

api yang panas menerjang nyawa tanpa cahaya tiada air yang berkenan memberinya kesejukan malah berbalik petaka yang datang

jalan hilang dan kaki tak lagi mampu berjalan

hanya kenistaan yang membuatnya tertawa

membuatnya bangga akan ketidakpastian hidup tersesatlah sudah nyawa ini melangkah

semakin hilang dan musnahlah sudah

(26)

Subuh, Nyawaku Pergi

menjelang subuh aku berdzikir di ruang sunyi tanpa suara, hening dingin menikam sepi

menggigil hati dalam keagungan Tuhan

semakin tenang, damai malam penuh keindahan

terdiam aku dalam suasana surga

menikmati angin yang memberikan kesegaran hati semakin dalam dan terus mendalam

nyawa ini pergi dan kembali membawa cahaya suci

(27)

Pedang Bulan di Siang Hari

hunusan tajam memecah mahkota lapar haus menjadi satu dalam nafsu kuatkan hamba yang lemah tak berdaya

kuatkan hati hamba meski cambuk mengikis nyawa

diam mendekam dalam relung hati tersingkir

antah berantah rasa tercampur dalam hitam pekat kehidupan

duniaku telah berakhir disini

aku telah mati oleh pedang bulan di siang hari

(28)

Munajat Harap

Kini telah ku temukan yang terindah Di balik jendela nafas ketemukan cinta Sembari menghela nafas ku bertanya

Inikah yang Kau berikan untukku Ya Tuhan? Terimakasih ku sampaikan pada-Mu

Semoga kau menghendaki akan jalinan ini Dimana dia adalah tulang rusukku

Dan Engkau menciptakannya untukku

Sebagaimana kau ciptakan Hawa untuk Adam Munajat harap yang amat sangat mendalam

(29)

Penyesalan

Sesal tiada guna di lukiskan dalam daftar riwayat hidup, hanya akan menjadi tangisan kelam yang tak kunjung berhenti. Mungkin lebih baik di sisihkan dari waktu yang bersangkutan. Tapi urat saraf ini masih saja mengingat, ingin hilang ingatan.

Masa lalu

Masa lalu bukan berarti berlalu, dia masih bisa hadir di masa yang akan datang dengan bentuk dan wajah berbeda. Jadikan masa lalu menjadi sebuah sketsa drama kehidupan, ambil urat urat waktu yang masih tersisa, di sana ada penunjang kedewasaan yang

bermula dari sebuah pengalaman.

Antara penyesalan dan masa lalu, dua hal yang

berkaitan. ada sesal pastikan ada masa lalu, masa lalu belum tentu ada penyesalan. Buanglah penyesalan dan lekas ambil sebuah pengalaman dari penyesalan,

jadikanlah sebuah pedoman menuju kedewasaan.

(30)

Sketsa Mimpi

Lukisan malam di bingkai kehidupan

Gelap gulita suasananya tergantung warna Indah kelihatannya jika bingkai tak terluka

Akan sempurna bila malam penuh dengan cinta Cinta akan warna kehidupan sebelum malam

Sketsa mimpi dalam lelap tak terpejam Sebuah pedoman mencari kesuksesan Bukan impian dalam mimpi malam Pagi menjelang dan semua telah hilang

Mimpi ini perlu akan mata yang kuat menatap

(31)

Koar Halilintar

Berkoar seperti halilintar yang benci kemilau Menyambar sebuah aksi gemilang

Tanpa kesadaran tanpa perhitungan Buah kepala jatuh tersambar kenistaan Salah sasaran

Angin liar dan tak ingin kembali Awan air dan hujan lantas pergi Kedamaian itu akan hadir kembali Saat guntur guntur jahanam pergi Pelangi menyinari

Berkacalah engkau wahai halilintar

Koar guntur tak akan mampu merobohkan kami Benahi suaramu dan belajarlah bahasa

Agar kau tau apa arti sebenarnya Sebuah karya

(32)

Jangan Menangis Sayang

Malam semakin larut dan kau masih bersedih, di sini terdiam dalam relung khawatir. Tak ingin air mata itu jatuh berlinang dalam drama kesedihan, ku coba

layangkan sebaris puisi roman bernuansa kedewasaan.

"Jangan menangis sayang

Pangeran akan selalu menjaga hatimu

Dengan berbekal pedang dan perisai kehidupan"

Peluklah bayangku dan kemas wajahku dalam saraf mimpi. Ciptakan impian terindahmu dan di sini

berharap kau tersenyum lelap. Hapuslah air mata yang berlinang di sekitar retina kesedihan, rubahlah warna merah itu menjadi jernih. Niscahya aku kan tetap

(33)

Aku Dan Malaikat Bersamamu

Tersendiri dalam sepi, keheningan suasana menambah aroma sunyi.

Janganlah menangis sayang karna kesepian, malaikat hati menjagamu.

Dan aku akan segera datang merubah kesunyian menjadi keharmonian, meski bukan sekarang. Tunggulah aku, tak lama lagi aku kan pulang, membawakan sebongkah berlian

Dan menyematkan cincin tertanda kasih sayang

Percayalah, disisi mu ada malaikat dan di hatimu ada aku. Aku dan Malaikat bersamamu

(34)

Cinta Sederhana

RASA ini datang dari hati dan menurut logika ini berbeda, ketika itu kolbu memberi bukti dengan mendatangkan rindu. Setelah hati meyakini seluruh indra mengamini, lantas kunyatakan padamu, bahwa ku cinta kau sedari awal bertemu.

Sagah Aditama Juni 2012

Prakata Singkat

Semua telah pergi dan anda baru sadar apa

penyebabnya, rencanakan semuanya dulu sebelum anda melakukannya.

(35)

Tanpa Suara

Jiwa ini

Gagah berani melawan takdir

Membangkang akan jalan jalan hitam Ini adalah sebuah keringat

Menuju jalan putih sesuai amanat

Semangat ini

Bagai bara api membakar rumah rumah setan Menjadi arang melintang melingkari bulan Masih terasa panas dan bersinar bak bintang Lantas menjadi abu dalam tanah kuburan

Sagah Aditama Juni 2012

(36)

Jika nanti aku meninggal Maka kuburlah aku

Jika aku nanti tewas Maka otopsilah aku

Jika aku nanti mampus Maafkan lah aku

Aku mati, tewas, mampus

Hakikatnya sama, rasa berbeda.

(37)

Mantra Malam

Mantra malam pemanggil malaikat

Ku lafalkan kala langit mendekati suram Ketika iblis dan setan datang menyerang

Mempengaruhi mimpi sebelum raga terpejam

Bulan saja hilang tertelan kelamnya awan Bintang juga mati tertindas kegelapan

Apa lagi kami insan yang lemah dari tanah

Tak mampu berbuat tanpa ada nur yang terang

Bisikanlah pada kami akan hebatnya Lakasana Agar kami mengerti dan melaksanakannya

Berikan kami episode mimpi terindah Yang membawa bingkisan berpita merah

Ku mohon pada-Mu ya Tuhan

Kirimkan malaikat malam dari segala penjuru Untuk menjagaku dan menjaga saudaraku

Agarkan terhindar dari segala marabahaya nafsu

(38)

Perisai Putih

Munajat pemberi perisai putih Melingkari Kabah Allah

Mendarat di Mekah Mengdepankan syariat

Iblis setan lebur kabur karna munajat ini Ya Muhammad Ya Muhammad

Siapapun yang akan melempar api dalam diri ini Cegah tuan dan hilang

Dari kasihnya Pangeran

Api membakar dan kan padam Kejahatan datang dan kan hilang keburukan datang dan kan hilang

Siapapun yang kan datang dan berniat buruk Itu kehendak Allah Yang Maha Esa

(39)

Sembahyang Subuh

subuh mengakhiri sebuah petualangan mimpi semalam mata ini terbuka dan lantas bersuci

memadu raga bersujud menyembah Sang Kuasa dalam diam hati ini menangis merintih akan dosa mengapa nyawa ini masih di biarkan untuk hidup sedangkan raga tak tahu siapa jiwanya

pikiran ini memaksaku untuk berteriak sekeras halilintar berkoar

tersirat dalam hati Tuhan menenangkan dalam doa setelah salam

aku kembali tersenyum setelah jejak mimpi semalam yang memaksa untuk mengakhiri kehidupan

sembahyang membawa ketenangan bathin

memberi tahu raga akan jiwanya yang kan hilang karna dosa

lalu matahari menyambut kembali jiwa dengan sinarnya

kembalilah jiwa dalam kehidupan yang sebenarnya

(40)

Saudara

Benang benang biru itu berjejer di atas mesin jahit ibu, kemudian ibu merajutnya penuh kasih dan cinta, tak lama lagi benang benang biru itu menyatu membentuk sebuah kain, oleh ibu kain tersebut di jadikan sebuah pakaian yang indah nan anggun untuk buah cintanya, hingga beberapa turunan ibu semua memakai baju itu, bergantian dan terus bergantian, sesampai turunan ke delapan baju itu telah kusam dan lusuh. Kian lama kian rentan pakaian itu, sebentar lagi sobek dan akan hilang tak berbekas oleh zaman yang semakin modern. Pakaian itu model tua dan telah tergantikan model baru. Kini pakaian itu tergeletak di almari dan tanpa seorang pun memakainya lagi, mungkin mereka semua telah bosan. Mungkin karna waktu yang membuat

(41)

Prakata Sederhana

Menunggu memang membosankan, tapi sabar itu

kunci kesuksesan. Tunggulah hal yang memang harus kau tunggu dan bersabarlah.

Sagah Aditama Juni 2012

Sebelum Hidup Setelah Hidup Ada Perjalanan

Sudahlah

Sudahi semua yang memang telah usang oleh waktu Biarlah berlalu yang sebenarnya telah menjadi abu Tataplah masa depan oh sayang

Mungkin bisa membantu untuk melupakan

Melupakan kenangan yang harus di jadikan sebuah pengalaman

Marilah

Berlari sekencang kencang angin menyapu bara api Secepat halilintar dan gapailah langit kedelapan Dimana ada surga di sana

(42)

Masa lalu itu perjalanan

Dan masa depan adalah tujuan Padukan hati akal fikiran

Untuk tetap menatap dengan mata hati

Dan kau menemukan yang sebenarnya kau cari Yakni keindahan di sisi Tuhan

(43)

Dunia nafsu yang telah merajai hati

Dimana setiap waktu dia selalu memerintahku Akal fikirku beku karna kenistaannya

Tuhan tolong aku

Lepaskan aku dari pasung dosa Tubuh ini mati berantai besi

Indra indra yang KAU beri kini terjajah menjadi budak dalam setiap helai nafas Maafkan hamba-Mu ini

Tak mampu menjaga

Dan hanya terdiam bermandikan dosa Jadikan aku raja Ya Tuhan

Raja dalam diri

Merajai yang sebenarnya harus ku jaga

(44)

Malam Berzina

Bulan memecah pandangan bumi untuk menikmati tarian bidadari di antara rasi bintang malam ini. Awan berasap pekat itu seakan cemburu dengan menutupi setiap cahayanya. Lantas halilintar marah menyambar bumi, yang masih tetap mencoba mencari celah untuk menikmati tarian bidadari telanjang

"Pergi kau awan, aku tengah menikmati keindahan dunia, eloknya bidadari berdosa dan kau Halilintar, jangan sok gagah kau ini, dengan ganas kau

menyambarku, aku tau dirimu hebat. Mohon jangan ikuti urusankku. Dengar kalian!!"

Bentak bumi dalam gelap kenistaan malam

Nafsu nafsu itu telah bercampur dengan merahnya darah.

(45)

Nada Bahasa : Kekasih

Ku tulis sajak tentang dilema rindu yang menyisir

Harap mampu memberi kesejukan pada hati yang sepi Ku tulis dalam lembaran tak berlembar

Sekedar bayang bayang semu yang masih terngiang Besar harapan dengan ini

Kau hadir dalam lamunan

Ketika angin mendesir lirih

Senandung kolbu merasuk ke dalam bilik hati

Seiring alunan nada bahasa bayangmu hadir menyapa Kau hadir dalam mimpi sebelum mata terpejam

Kau telah pulang sayang

Kini tak lagi lamunan tapi dalam dekapan

Maafkan aku

Yang kemarin mengecewakanmu

Mendekatlah sayang satukan jari manis kita Dalam drama cinta yang tiada akhirnya

Dan tak akan ada yang bisa memisahkan kita Selamanya dan tetap selamanya

(46)

Angka

Nol Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Sempurna

Dari Nol sampai Sempurna

Sagah Aditama Mei 2012

(47)

menuju sempurnanya masa depan, yakni usaha dan doa adalah jalan. jadi angka angka yang saya jadikan sebuah puisi itu adalah tangga tangga wajib saya

menuju sebuah cita cita yang saya harapkan, dan itu tak bisa aku lewati dengan gampang. perlu usaha dari pagi ketemu pagi, dan saat ini saya tengah

melakukannya. mencoba berjalan penuh kesabaran. semangat dan tidak asal melompat, bisa jatuh terkapar dan memulai lagi dari angka Nol. bukan tak berani dengan sebuah lompatan, tapi lompatan itu perlu kaki kaki yang kuat dan kekar, itu pun akan sulit di

lakukan jika tak mempunyai strategi, strategi itu dapat dari mana? dapatkan dari yang Maha Kuasa, maka anda akan di beri petunjuk, yakni lewatilah angka sebelumnya jika anda ingin mendapatkan angka yang jauh lebih di atasnya.

(48)

Kitalah Cinta : Kekasih

Awal jumpa menatap mata manja

Memancarkan manis dengan bibirnya yang merona Coba dekati rangkaian pelangi cinta di matanya Dan ku terus merangkai kasih untuknya

Dengan berbagai kata berbagai gambaran dan berbagai aspek sebuah harapan

Berharap dia terpukau dengan rayuan yang tak biasa

Detik waktu terus berjalan mengiringi

Sampai saatnya ku temui sebuah titik harap Harapan besar mengikat cinta

Tibalah saatnya ku singgah di singgasana terindah Dengan kesaksian dari berbagai penjuru angin

Aku utarakan perasaan yang sungguh menyita rasa

(49)

Aku dan kamu satu dalam waktu

Seluruh indra serangakain jiwa antara kau dan aku Sepakat katakan "kitalah cinta"

Selamanya dan tetap selamanya

Kita memadu cinta dalam langkah yang nyata

(50)

Kamu

: Kekasihku

Aku Ku aku Aku Ku aku Kamu Mu kamu Kamu

Aku Kamu satu Satu dalam waktu

Selamanya hanya Aku dan Kamu Kamu: kekasihku

(51)

Perempuan Semu

Sudah tertera nyata wajahmu sendu Menikam hening, melambung semu Tiada kata dan tetap membisu

Begitukah caramu memendam pilu

Wahai kau perempuan semu

Sagah Aditama Januari 2012

Percakapan dengan Ibu Tifa Nurul F, ini adalah sebuah cerita hati dengan bahasa yang puitis.

Tifa Nurul F : Hanya bayangku yang kian kemari lambaikan rindu dalam benakmu..Hanya sapaku merdu yang mendesah dalam imajinasimu...Ku tak pamerkan duka di setiap laku jiwaku...Namun

mengapa kepiluan yang kau tangkap di setiap hadirku dalam ilusimu..Apakah begitu nyata gurat hitam

disetiap tawaku..?Hingga dalam anganmupun hanya kesenduan yang terpancar...dari bayangku..

(52)

tau. Aku benci dengan itu, aku benci dengan sebuah rahasia, aku mau care dalam setiap masa, senang susah duka kita bagi bersama. Dukamu jangan kau simpan, aku akan benci dengan mu, karna aku tak suka akan kesedihan ada pada dirimu.

Tifa Nurul F : Tiada hasrat dan tak ada hendak tuk menutup semua gundah dengan senyum manis dan tingkah kemayuku..Bukan ku menutupi atau

menyimpan misteri dalam hati...Tidak...tidak begitu Hanya ketakutan yang memburu dan enggan tuk tak mengejarku..Ketakutan jiwaku akan

kehilanganmu..Ketakutan akan berpalingnya dirimu dariku..Walau ku tau.. Begitu dalam rasa yang kau

puja untuk ku..begitu putih sinar jiwa yang kau pancar untuk ku..Tapi....rasa takutku selalu mengaburkan

semua akan rasamu..Maaf...terlalu dalamnya ku memujamu hingga ketakutan merajai hati dan otakku..Maaf....

(53)

Tifa Nurul F : Kau...pujanggaku yang selalu memanggilku dengan perempuan semu..Begitu semukah adaku hingga kaupun enggan

menyadarinya...??Ku telah berucap akan rasaku padamu..Tak tahukah kau pujanggaku...bahwa kau pemilik singgasana hatiku???Tak tahu kah

kau..??Apakah rasaku pun kau anggap semu?Gurat pilu ini bukan untukmu...bukan pula kutak mau

berbagi denganmu..Karena ku tak mau..semua sukamu berbalik sendu karenaku..Biar kusimpan dukaku di ujung hatiku..karena ku terlalu

menganggumimu..Maaf bila ku telah menyiksamu dengan rasaku..

Sagah Aditama : Sekali lagi aku sampaikan padamu, aku tak mampu melihatmu sedih, aku tak mampu, kau hilang dari segala nyataku pun aku tak mampu, harus bagaimana kah aku menyikapinya? Wahai perempuan semu?

Tifa Nurul F : pujanggaku...perempuan semu mu ini terlalu rapuh...kau tau aku hidup dalm kubangan

kesedihan...dimana lumpur akan silap menempel rekat dalam jiwaku..namun..keindahan raga dan pesona

(54)

nuraniku..pujanggaku..tetaplah kau biaskan sinarmu agar ku selalu bermandikan kasihmu..hingga lunturlah semua piluku..yang telah menyatu dan berdiam lama dalam diriku..

Sagah Aditama : begitukah sebenarnya apa yang kau rasa, maafkan aku yang semena-mena menyebutmu. mungkin pergantian untuk dirimu ku jadikan

"perempuan bathin" kau selalu membathin dan menginginkan pilu mu sendiri dan untuk sendiri, semoga kasihku tetap melekat di hatimu dan aku

mampu menyelaraskannya dengan kesabaranku untuk tak berpegang akan ego ku yang sangat berlebih

mencintaimu.

Tifa Nurul F :

pujanggaku...pujanggaku...pujanggaku...ksih yang kau tebar dalam jiwaku mampu hilangkan

(55)

akan gundah yang menimpa, tolong aku.

Tifa Nurul F : maaf sayangku...bukan ku

mengacuhkanmu..bukan pula ku menghindar darimu..tapi...ketahuilah sayangku..tentang

kesedihanku hanyalah secuil rasa yang hinggap dalam hatiku..bukan ku tak mau berbagi pilu denganmu..tapi aku hanya tak mau kau pun kan ikut tersengat oleh rasa itu..baiklah sayangku...jangan kau merana lagi karena ulahku..karena ku kan berikrar padamu tuk berbagi setiap suka dan duka yang hinggap di

hidupku..karena kuterlalu mencintaimu..

Sagah Aditama : kalau seperti itu, ya sudahlah. aku tak lagi putus asa dalam tabah sabarku, akan ku

tunggu hingga kau benar mengerti. akan kesemuanmu dan kebathinanmu yg penuh misteri. aku cinta padamu. syukurlah jikalau cintaku masih berikrar di hatimu, mungkin saat yang tepat nanti kita kan berjumpa dan kembali seperti yang dulu. amien. semoga

saja. .sayangku, maafkan aku. maafkan cintaku yang berlebih padamu.

(56)

kan menerpa biduk kasih kita..tetaplah kau berjanji padaku sayang..kalau kau tak kan berpaling dari cintaku..karena aku pun ingin wujudkan semuku padamu..karena aku pun ingin selalu menempati

hatimu..yang kau suguhkan hanya untuk ku..begitulah janjimu padaku..sayang..aku pun mencintaimu..

Sagah Aditama : Terimakasih atas cintamu sayangku, aku kan selalu menjaga cinta kita, Insya Alloh.

(57)

Prakata Sederhana

Pasangan itu tidaklah harus, tapi perlu. Sekedar pelengkap hidup dan Tuhan pasti memberikannya. Karna sebelumnya sudah tertuliskan dalam lembaran waktu sebelum raga menatap dunia.

Sagah Aditama Mei 2012

Raja Catur

: Bangsa Antah Berantah

Ribuan jejak palsu tertinggal di wajahku

Setelah semalam ku bermimpi menjadi raja negeri ini Pagi ini aku basuh muka sebersih bersihnya hingga tiada lagi yang tertinggal dari mimpi semalam

Tapi rasanya jejak itu masih melekat rekat tak mau pergi

Sepertinya kaki kaki itu terselip racun dusta di setiap porinya

Terselip politik petaka

Tersirat cacadnya sebuah persaingan bangsa Lama aku berkaca

(58)

Dalam benak tersirat

Apakah raja dalam kenyataan sama seperti raja dalam permaianan

Menjadi raja dalam papan catur

Hitam puith jalan menuju kemenangan Patih membabi buta mencari mangsa Peluncur bentrok dengan kuda

Dan benteng hilang jatuh ke tetangga

Gerak langkah raja santai menyematkan kata Dan pion pion mengurung dan menginjaknya

Ternyata ada patih moncong putih di belakangnya Berkumpul dan tempur

Sagah Aditama April 2012

Prakata Sederhana

(59)

Batik Bintang

Benang biru merajut langit malam tanpa bulan Hanya terlihat sekumpulan bintang yang merasi Menyulam batik membentuk mimpi

Mimpi malam yang mengisyratkan harapan

Harapan esok dengan nuansa elok

Menggapai mimpi yang mungkin akan terjadi Mimpi berpelukan dengan sosok bidadari

Bidadari dewi penabur inspirasi

Bidadari malam pemberi ucapan

Tiuplah aku dengan nafasmu yang pelan

Bawalah aku kedalam mimpi bersama bintang

Bintang-bintang yang telah berubah menjadi batik impian

Yang tak akan pudar meski malam nanti hujan Selamanya batik ini milik kita bersama

Batik ini akan ku kenakan ketika kita duduk berdua Sampai senja dan sampai malam terbenam

(60)

Dermaga Asmara

Aku adalah bahtera

Berlayar di samudra asmara Meniti setiap ombak yang lewat Cukup lama tak mendarat

Ingin rasanya berlabuh di dermaga Untuk rehat sejenak

Terlihat jauh di sudut selat Dermaga molek lagi cantik Menebar senyum manja

Melambaikan bendera merah jingga Merayu dengan sinyal asmara

Lantas ku dekati dia

Berlabuhlah aku di dermaga hati Dengan nuansa kolbu penuh imaji Imaji tentang nyamannya bersama Bersama dia memadu cinta

(61)

Menghabiskan hari sampai mentari pergi Bersamamu keindahan bagiku

Sagah Aditama April 2012

Prakata Sederhana

Semua itu perlu musyawarah mufakat, untuk

mengambil keputusan bersama dan mencari solusi agar bisa berjalan lebih baik yang sesuai dengan keinginan bersama.

(62)

Veronika Cinta Nusantara : Iwan Fals, Gombloh

Menikmati untaian lagu lama Harmoni veronika Bang Iwan

Sertakan lagu Gombloh yang menawan Menyatakan Cinta nusantara

Malam ini sungguh nikmat kawan Bercengkrama dengan asap rokok Sembari menyruput kopi hitam manis

Semanis wajah ketika meresapi lagu mereka berdua

(63)

Prakata Sederhana

Jangan buat orang lain menunggumu, jika kamu masih bisa datang lebih awal. Dan jangan pernah mengarap kedatangan orang lain jika anda sendiri tak pernah mengerti bahwasanya orang tersebut tengah

menunggumu. Sagah Aditama April 2012

Prakata Sederhana

Orang berperilaku baik, bicaranya juga pasti baik. Tapi orang pintar berbicara baik, belum tentu

(64)

Oh Dewi, Aku Rindu

Kala rindu menggebu

Wajahmu membayangi setiap detik waktu Selalu saja mengikuti kemana kaki ini pergi Kau memang sang belahan hati

Rindu aku padamu Dewi Dewi cinta pencuri hati

Ingin jumpa menatap senyummu Mengukir merah di bibir manismu

Rindu aku tak terhingga

Sungguh membuatku gundah gulana Oh Dewi ku

Ku kecup fotomu dan berharap bertemu

(65)

Hai Gadis

Terlintas manis di seberang sana Tahukah kamu hai gadis

Aku diam-diam mengintipmu di balik jendela

Mungkin hanya dengan ini aku mengagumimu gadis

Hai gadis

Aku melihat fotomu menawan sangat

Di balik jendela waktu aku sedikit mengintip manismu gadis

Mungkin hanya dengan ini aku melumat cantikmu sayang

Hai sayang

Kau jauh di sana berbeda waktu Aku akan tetap mengintipmu

Sampai kau balas senyumku di bawah jendela

(66)

Kata termanis

kata termanis yang pernah aku sampaikan padamu adalah aku cinta kau apa adanya.

semoga tak akan pernah ada lawannya, darimu ataupun dariku.

kau dan aku untuk selamanya sayang. genggam erat tanganku,

dekaplah jari-jemariku dan katakan

"kamu adalah imamku,sepanjang hidupku hanya bersamamu"

kitalah satu hati satu cinta,

gumam bisik lirih detak jantung yang seirama Sagah Aditama

(67)

Rindu Subuh Dibantaran Sungai

Dipinggiran sungai kecil lagi dangkal, Seorang pria senja dengan mata sayu,

Berdiri menundukan raganya yang telah renta, Sembari melamun dia menangis sendu,

Lantas ia berkaca dengan air yang jernih, "Aku juga pernah gagah" ujarnya,

Sambil memegang erat tongkatnya, Dia seperti merasakan aroma hawa, Yang menyelusuri tubuhnya,

Namun itu hanya bayang semu yang tak nyata,

Wajahnya yang keriput menambah aroma sedih, "Aku ingat kala disini,

Bercerita manis, bercumbu rindu.

Seraya nikamti segar subuh sebelum pagi.

Dengan seorang istri, tetapi kini dia telah pergi" Bibirnya bergumam sembari menangis,

Air matanya pun menetes diantara aliran sungai.

Ternyata Dia tengah rindukan Istrinya yang telah mati, Disini Sang Istri tenggelam,

(68)

Hidup seorang kakek tua,

Dengan tulangnya yang rapuh, Sepi sendiri,

Tanpa seorang kekasih.

Didadanya,

Mendekap baju kebaya yang telah lusuh, Menyatakan rindu yang menggebu,

"nanti aku kan menyusulnya di surga" Gumamnya lirih.

(69)

Aku Terlalu Sering Lupa Nikmatnya karunia Tuhan,

Terkadang Aku lupa dengannya, Saat aku jatuh dan kecewa,

Aku selalu berlebih mengingatnya, Sesampau penuh otak serta jiwaku, Dengan kekecewaan itu,

Maafkan Aku ya Tuhan, Hinanya Aku ini,

Tak mengingat indah,

Namun selalu saja ingat saatku kecewa, Bawasanya itu coba lagi hikmah,

Harapku Engkau Mengampuni Dosaku, Ya Tuhanku,

Meminta penuh iba. Sagah Aditama

(70)

Sebuah penantian

rindu semampai menghantui kalbu,

aku ingin jumpa denganmu wahai kasihku, kapan engkau kembali mengukir cinta dihati, aku disini sepi tanpamu,

aku lumpuh tanpamu, sayangku,

dimana dirimu sayang,

roman yang kuciptakan dulu, ingin aku ciptakan kembali,

dan kan ku sematkan dihati mu, agarkan kau ingat aku,

sudah kucari engkau, di surga,

dalam mimpi, dalam impianku yang tertunda, sudahku lewati meski tanpa waktu,

(71)

Hai Sahabat

hai sahabat yang mungkin tengah merasa lelah, letih, lesu, pusing karna masalah yang tak kunjung hilang terselesaikan. saya punya sebuah solusi. mungkin bermanfaat bagi sahabat semua. solusinya adalah, tetap fokus, jangan pernah memikirkan hal yang membuat putus asa. berfikir positif, bawasanya itu adalah cobaan yang pasti kan kau dapatkan hikmah yang hebat.

melangkahlah apa adanya, jangan

engkau menyikapinya terlalu berlebih, kedewasaan diri akan segera membantu menghapus penatmu, saat kau dapatkan sebuah solusi dalam hening pusing yang kau dapatkan, utamakan selalu percaya diri. bahwa aku pasti bisa tapi jangan pernah ambil sebuah jalan yang dapat rugikan orang lain, berakibat tidak baik nantinya.

taukah sahabat tentang kesabaran?

kesabaran itu bukan berarti lama. kesabaran itu

jangka waktu minimum terselesainya sebuah masalah, jikalau engkau menyelesaikannya kurang dari itu,

(72)

utamakan terang meski jauh, kau masih bisa melihat dengan jelas.

jangan kau ambil dekat namun gelap, dan kau tersesat karna kebutaan ego.

(73)

Berdirilah

Engkau yang menangis,

menangislah sesampai lepas penatmu,

lepaskan segala gundah yang menyempit diantara sendi tulangmu,

setelah kau selesai menangis, renungkanlah...

karna apa kau menangis,

carilah sudut masalah dikelopak mata,

hapus dan bersihkan segala noda yang ada, setelah kau dapatkan sebuah solusi,

cepatlah berdiri, berlarilah,

lakukanlah apa yang hati nurani sampaikan, dan tersenyumlah ketika kau selesaikan.

(74)

Seperti Mati

seolah pergi rohku, melayang tak beratur, terhempas di kegelapan,

tertimpa batu mahkota batinku.

angin tolonglah aku,

lepaskan penat yang menimpa,

hembuskan lirih merdu senandung nada, ataukah aku perlu cinta.

cinta oh cinta,

mereka menilaimu tak sempurna, jadikanku ragu tentangnya,

sang angin,

mohon tiupkan benih dalam jiwa. agarkan tak pupus lagi raga.

(75)

Tiada Judul di Puisi Ini

berpangku lalu dalam titik semu waktu, memutar jarum kembali seperti yang dulu, sesal tiada arti dimasa senja nanti,

tak selalu pagi yang kan menemani,

teriakanku melalui bisik merintih, berbisik lirih menggema hati,

masih adakah celah dibawah akar ilalang? tanyaku frustasi,

hadapi nyawa yang lelah,

mencoba tanya dalam senandung perih,

ternyata sesalku tak ujung putih, masih tetap hitam,

walau ku coba cerahkan,

(76)

Separuh Jiwaku Pergi Separuh rohku pergi,

Meninggalkan sepi yang menghapus euforia hati, Menghapus senyum tinggalkan sedih,

Sepi terjerat jaring yang lusuh,

Aku disini serasa pilu membatin risih ingin pulang, Menyambut fitri dengan tangis salah,

Sujud hormat, Memohon maaf,

Membasuh kaki orang tua tersayang, Keluarga,

Sambut aku dengan senyum dipagar pintu rumah, Bukan hanya rohku saja yg pulang, sejatinya ragakan nyata memeluk sayang.

(77)

Taubat Nasuha terjerat aku, terkapar aku,

luluh lantah tersapu debu, disini dalam hening,

merenungkan... apa salahku??

berkaca aku dibalik kotornya raga, aku malu,

aku takut dengannya,

ampuni aku sang maha kuasa, hambamu yang hina,

(78)

Manis Getir

manis getir paru-paruku,

menghirup nafas dunia yang semakin pahit saja,

inginku rubah itu, tak mungkin jika hanya syair saja, dengan kebajikan tanpa ada kemunafikan,

tanpa ada yang dibalik kelambu, namun menyimpan senjata,

hapus prinsip saling menjatuhkan,

ini negriku, negeri si rakus,

rakus harta rakus tahta,

hukum hanya sekedar barisan kata,

tak sepantasnya!

sakit aku melangkah,

melangkah di negeri kaya namun miskin hati, memilukan...

(79)

Bingkisan Berbunga

Setetes Embun jatuh berlinang Dari serangkaian bunga

Matahari di pagi hari Basahi tanah suci

Kuasa sunyi yang slalu bekerja, Menggerakan detik-detik waktu, Menciptakan Bidadari,

Teramat anggun,

Disaat hari terindah tlah terulang,

Kasih sayang memberi rias di wajahnya, Dengan belaian Cinta

Tuhan membuatnya bercahaya, Dengan baris-baris ayat suci Nya Seorang pria berdiam di sana Menulis kata-kata Indah

Tuk sang Bidadari

Di dalam bingkisan berbunga Sagah Aditama

(80)

Malu Mencinta

Aku tulis cinta dengan tinta kerinduan dibalik bunga layu, tertanda kasih di mahkota, membuat luluh rasa ini, malu aku.. Dia tatap aku, memanja meminta, senyumnya membalikan mukaku, aku malu. Salah tingkahku dihadapnya. Ketika aku lukis rupanya yang jalma, oh.. Mempesona. Dan kini aku tak malu

menatap gambarnya. Aku memang pengecut cinta. Sagah Aditama

(81)

Ah

terkadang aku ingin cinta bersemi dalam kalbu jiwaku, kadang jua aku tak ingin itu, manis getir kaldu cinta, terkadang manis terkadang pula getir jiwa.

seperti kapas dalam badai tercabik cabik hingga inangnya, seperti surga terbayang dalam bercinta, begitu manis!

ah...???

kenapa pikirku mendekam relung tersingkir, tak perlu saat ini, serasa ingin ku saat ini, sisi lain mengajakku, bimbang dalam angan, biar saja menghampiri, jangan sampai nafsu itu lagi, yang hanyut kan mu dalam dosa. sebaris puisi sambut pagi.

(82)

Mimpi Malam

menangku dalam mimpi malam,

merasuk fajar dibalik ranum embun, memastikan pergi dari nyata,

sesal menggunung hati ini semu,

kelabu kelam nyataku,

membuat lalai senyawa rohku, hidup hanya dalam mimpi sesaat, meski menang,

aku menangis merintih nyata, lemah aku,

tersungkur dalam mimpi saja,

tersudut aku di ujung malam, tak sampai fajar lagi,

hanya malam dan malam, mimpi dan mimpi.

(83)

Kasih Kasih,

diantara dua hati,

semerbak mewangi nuansa jernih, melayang jauh dg sayap sayap cinta, terbang tinggi menembus dunia mimpi, melukis merangkai cinta,

cipta buah nurani dg belai lebut senyum, mereksmi memberi warna nyata,

kasih cipta indah dunia dua insan berhati, berawal cinta.

Berjalan dengan tulus,

cahya pesona rangkai jiwa, hingga akhir nyata. Harap nyata, dari Mimpi cinta jalinan dua insan.

Berawal mimpi, dg nyata suci indah jalani detik waktu. Sagah Aditama

(84)

Goresan anak jalanan

Menulis sebuah kata

Kata-kata Indah nan Suci Yang terucap dari Hati Kala malam kelam

Petikan gitar Hiasi kesunyian

Dengan Angin tertiupkendang Batupun terdiam

Terhempaslah dedaunan Di tengah jalan

Menusuk tulang

Tetaplah dia terbaring Dengan kaki berlumuran Darah kehidupan

Tak risau

(85)

Helai Rambutmu

Ku helai rambutmu

Seperti angin menghelai rambutmu

Dengan hembusan yang lembut penuh kasih Dan cinta,

Di

selimuti rasa sayang

Tulus ikhlas dan sukarela Sagah Aditama

(86)

Senandung Lagu Cinta

Senandung lagu cinta, Bergema di sebuah desa, Membuat irama,

Di setiap hembusan nafas menghela, Terdengar mimpi,

Mimpi yang indah di malam sunyi, Membuat hati ini tersipu malu, Saat kau tersenyum,

Dan menatap mataku Yang saat itu,

Hatiku tengah berharap kehadiranmu, Di suatu sisi jiwa yang kelabu,

Luluh oleh waktu,

Waktu yang terus berjalan di bimbing batu. Sagah Aditama

(87)

Bulan

Bagai Bulan yang hilang Di telan kegelapan

Sinarnya terabaikan

Jika langit terang di kedinginan malam Selalu ada bintang yang menemaninya Melaksanakan tugas mulia

Tapi tetap tak ada yang peduli Tak seperti dulu lagi

Ketika bocah-bocah bernyanyi ria Di tengah indahnya bulan purnama Sagah Aditama

(88)

Harap senyum di kala mentari hilang berkatalah sanubari ku.

"bertahanlah, kau lebih mengerti tentang mentari yang hilang karna awan terlihat kelam"

saat itu q tengah terengkuh rasa yang melilit.

terjatuh q di sela simpang nafas yang seolah terhenti. seraya indra raga q berbisik di kala mentari hilang terlahap kelam awan.

"senja mu penuh harmoni dengan sang cahya hidup mu,

dan rembulan nanti kan tersenyum mnatap mu dan juga bintang kan tebar senyum.

langit pun takan menangis lagi" saat ini.kala q melewati malam.dan ku rasakan itu.

(89)

Kamu

Setiap kuucap pujian untukmu.Kamu selalu jauh lebih indah dari setiap ucapanku.Setiap aku diam dan

memperhatikanmu.Kamu selalu menjadi ucapan indahku untuk diriku.Dan pujian terbaiku adalah kamu....

(90)

Getar Hati

Getaran Hati mengingat Allah Ilmu-ilmu, obat penghapus dosa Ma’rifat obat hati mereka

Mereka adalah

Kunci pembuka gudang-gudang hikmah Allah Rembulan yang bersinar adalah

Iman mereka

Cahaya adalah Panglima mereka Dan Dia itu

Junjungan seluruh umat manusia Nabi besar Muhammad SAW

Buah suci dari pohon yang di berkati Berpangkal tauhid, bercabang Taqwa Sagah Aditama

(91)

Malam Rindu

Kala mata kan terpejam Angin berhembus kencang Menyentuh mata

Sesaat ku lihat

Bayanganmu tersenyum Di kala ku merindukanmu Menyejukan hati

Menyejukan jiwa

Dimalam indah kelabu Bulan Bintang

(92)

Cinta Hilang Bersemi Kembali

Embun pagi menghilang Mentari bersinar lagi Dapatkan kau rasakan Cinta bersemi kembali Alampun tersenyum

Mendapatkan kesegaran Kebahagiaan sirna

Kini tumbuh kembali

Cinta yang dulu tlah hilang Ditelan kegelapan

Kini tlah bersinar

Menyinari hati dan cintaku Yang terluka

(93)

Nur Alif

Kedamaian itu datang dari ulu hati bersih

Sebagian dari iman ada dalam jiwa bathin putih Seputih cahaya nurani tanpa iri dan dengki

Dan malaikat akan senantiasa datang dikala hitam memekat

Untuk memberikan NUR agarkan menjadi ALIF yang lurus

Cahaya kedamaian tak akan pernah datang

Tanpa kebersihan dalam putihnya jiwa dan raga

Kedamaian ada dalam jiwa yang putih bersih Di dapat dari bathin yang senantiasa memberi

Memberi pujian terhadap meraka yang pantas di puji Tidak mencela dengan diri yang tercela

Dan selalu menebar kebaikan terhaadap sesama

Kedamaian ada ketika Malaikat bersama kita Dan malaikat akan datang kepada mereka yang membersihkan dirinya

(94)

Bertunangan Dengan Waktu : Untuk Aku

Berjalan di tengah belukar hidup yang garang,

memaksakan detik harus berjalan lebih lambat dari biasanya, setiap menit serasa satu jam yang

sebenarnya. Bahwasanya keringat telah mengucur

deras membanjiri nyawa, tapi kenyataannya semua itu terbuang percuma di meja perjudian.

Apakah sajadah itu telah kusam?, hingga kau tak mau memakainya karna malu pada Tuhan. Apakah karna perasaan haram yang melumuri bajumu, hingga kau merasa bahwa dirimu seperti yang tak sebenarnya. Ini waktu tentang sandiwara, bukan kekekalan yang ada, semua akan mati dan busuk termakan penguasa

kuburan. Ingatlah itu, waktu akan garang dan terasa sangat lama, jika kau hanya tertidur dan menikmati kebodohan yang memintari.

(95)

yang kau dapatkan dari persutubuhanmu.

Dan waktu

Akan memberimu jalan Dan jalan

Ada pada Tuhan Dan Tuhan

Akan memberimu kesempatan Bersujudlah

Buang dan lupakan semua kenistaan.

(96)

Surga Atau Neraka

Seandainya semua waktu terhenti Nafas menghilang pergi

Apakah engkau masih tetap hidup Hidup dalam kesombongan materi Semuanya kan hilang

Hilang-hilang tertelan badai zaman Engkau mati dan aku pun mati

Tinggal pilih mana kita akan hidup kekal Surga atau neraka?

(97)

Kidung Menjelang Pagi

Senandung nada menyisir lingsir Merapikan jalan menjelang pagi Lirih hati nikmati harmoni

Merengkuh bathin Tenang tenang jiwa

Keruh hilang menjelma bunga

Hilang hilang marabahaya

Jauh menjauh lenyap tertelan suci Sebab badan ini dikelilingi bidadari Malaikat menjaga raga

Air wajah dalam lindungan Ada Tuhan di jiwa

(98)

Jalan Hidup

Perjalanan hidup yang tak berujung adalah sebuah kenyataan yang harus kita jalani dengan tulus dan apa adanya, memang terkadang kita merasa jenuh dengan adanya problema yang hadir di kala penat menimpa, lubang-lubang masalah menganga menunggu

mangsanya yang lengah.

Sadarkah anda? Ketika kita di rajai nafsu untuk menjalani hidup dengan tak searah jalan, maka

sesungguhnya anda adalah orang yang mungkin bisa di katakan belum beruntung, maka dari itu pikirlah

sebelum berjalan seiring waktu yang sombong ini, kita harus tabah akan rancunya masa depan. Tuhan telah membagi takdir di setiap wayang jalan, di mana

wayang tak tau akan akhir sebuah laga.

(99)

bermalas-Menyulam Langit

Benang-benang biru rajut langit-langit Corak cantik manis legit

Awan batik berhias pernak pernik surga Sulam menyulam mendekati sempurna

(100)

Kawin Sebelum Telanjang

Tiada lagi nyanyian penyambut rembulan saat malam elok benderang, bocah remaja kini telah sibuk dengan kenistaan, menyanyikan lagu bual yang bikin mual, antara lain: mabuk, kawin, dan narkoba. Lagu-lagu mendatangkan malapetaka. Bosan saya menatap.

Apakah mereka-mereka itu sudah bosan dengan wajah mudanya?

Apakah mereka-mereka itu tak melihat masa senjanya? Gaul bebas semaunya, lenggok kanan lenggok kiri

memamerkan kebodohannya.

Sepertinya kata "ngaji" adalah hal yang terburuk, Rumah-rumah suci kian besar tapi kian sepi,

Sedangka rumah-rumah setan megah kian ramah menyambut mangsa.

(101)

Problema mabuk tanpa meminum arak adalah trend masa kini, cukup suntik ke pori, cukup telan sekali, "fly" katanya sambil menggigil mengerutkan muka mudanya, kian tua sebelum waktu senja. Tewas

terhempas badai gaul masa kini, sebelum siang mereka terkapar di jalan dan tertindas waktu yang garang.

Pergaulan bebas adalah pergaulan modern dengan dalam di pertotonkan, bangga akan kebodohan, melawan orang tua adalah kehebatan, kabur kabur dan kabur melawan. Oh jiwa muda,

Bocah sekolah dasar saja minumannya arak, obatnya inex, rokoknya ganja. Rambut gondrong bertato, gaul katanya. Bodoh sekali sosok remaja gaul masa kini. Memakan sajian setan dengan lahap dengan harap tanpa masalah "fly" , tapi kenyataannya menambah masalah. Semakin hancur saja penerus bangsa.

Bom terdahsyat yang membuat orang mati pelan-pelan adalah pergaulan tanpa batas, sadarlah wahai jiwa

muda, senjamu masih panjang, mumpung mata dewa masih mengikuti, marilah bernyanyi menyambut

rembulan lagi.

(102)

Tentang Tulisanku

Jika aku rangkai tentang Religi,

Selalu terbayang kehebatan-MU Yang Maha Esa, Laksana kataku memuji-MU,

Jika aku merangkai kata tentang orang tua, Merinding aku meneteskan air mata,

Tentang salahku padanya yang tiada terkira,

Jika ku rangkai sebuah puisi tentang persahabatan, Seluruh raga merasakan setiap liku katanya yang menawan,

Jika aku menulis kata cinta,

Senyum sendiri rasanya seperti orang gila,

Tulisanku selalu membawa perasaanku sayang padanya,

(103)
(104)

Puisi Puisi,

dimana aku tuangkan isi hati, tentang segala fenomena jiwa,

dengan sedemikiannya kutemukan suasana, keindahan, kesedihan,

seiring nada,

seirama detak denyut nadi merangkai segala kata, kiasan, mengibaratkan,

melebihkan perasaan,

tapi sebenarnya ini ungkapan hati yang terdalam, dimana kejujuran itu tinggal,

dan tertuang melewati hati, fikir, sesampai jari melukis, nyata makna tertulis.

oh puisi.

(105)

Bisik Hati

"Keterlambatan di setiap langkah,

Sedangkan keinginan terbang meninggi, Ingin mendapatkan lebih dar hari ini,

Namun nyatanya tiada beda hal yang kau lakukan, Berusahalah,

Terjang segala rintangan dan sabar harus kau terapkan.

Jangan seperti ombak itu, Berlari

menerjang, tak melihat jalan, Menangis dan rugi nurani lain, Sesuaikanlah!

Sejalankanlah dengan langkah terpadu, Dan jangan pula kau seperti batu,

Angin berlari menyapu debu

Sedangkan kau hanya terdiam membisu, Harus semangat dan kejar anganmu".

Bisik hati ketika ku mulai rapuh akan jalan ini. Sagah Aditama

(106)

Restui kami.

Ikatan batin ini sudah ku kekalkan dalam hati,

Sudah ku lukis dan ku bingkai dengan senarai nada, Nada akan lyrik cinta,

Cinta sejatiku padamu,

Risalah hati tentangmu kekasih. Tapi,

Nyatanya restu tak hadir melengkapinya, Mungkin belum saatnya,

Semoga saja kan cepat laksana,

Mungkin perlu akan kesabaran untuk ini, Ketabahan yang tinggi hadapi segala bara, Kalau memang Tuhan telah menyatukan kita, Tak akan kemana cinta kita,

Tetap bersatu dan restu melengkapinya. Restui kami bunda,

(107)

Sudah Tua

Tak terasa sudah tua,

Sudah hampir habis nafas dalam dada,

Bahawasanya rasaku baru pagi tadi aku sekolah TK, Eh Sekarang sudah hampir senja,

Masih panjangkah waktuku? Atau sebentar lagi kembali,

Tiadakan tau kapan dan kapan kita kembali, Bersemayam dalam liang lahat,

Penuh siksaan,

Sebelum terlambat,

Padukan jiwa dan hati serta fikiran, Untuk tetap berpadu pada jalan Tuhan,

Rapatkan shaf dalam sujud terindah awal tahun ini, Rapatkan serapat-rapatnya,

Jangan sisakan secelah pun bagi musuh kita (setan). Sagah Aditama

(108)

Maafkan Hamba

Berlalu lalang sedih menerjang,

Serdadu tak bertuan menghantam kesengsaraan, Semakin gundah saja,

Rumit tak terbaca,

Sudahkah benar langkah ini,

Jika tiada henti keluh kesah dalam hati, Harus seperti apa,

Jika harapku semu terbuang,

Senandung sujud tak jua kembang, Aku ingin kembali terang,

Seterang siang,

Tanpa undian dimalam mimipi yang rumit,

(109)

Selamat pagi kawan hebat

Selamat datang dewa semesta surya,

Di ufuk timur senyummu tajam memanis,

Di sela penyejuk bumi kau beri kami waktu sesejuk ini,

Selamat datang pagi,

Harapan mimpi indah malam tadi,

Terlampir nyata hari ini hingga malam datang lagi.

Selamat pagi kawan hebat,

Menyongsong senja lebih bermanfaat. Sagah Aditama

(110)

Aku Lelaki Tua Renta

Tak mampu aku melepas penat yang semakin menyempit didada,

Sesak tiada habis menyiksa sisa nyawa, Semakin terpuruk aku berjalan,

Sesampai tengah malam ini aku terkapar, Seperti inikah rezekiku?

Kataku membisik lirih terhadap hati yang malu, Sejenak angin membelai penuh debu,

Sisa asap kota menyelimuti ragaku, Aku memang miskin,

Kataku lagi meratap nasib dinegeri sendiri, Subuh berjalan mencari sisa nasi,

Siang melamun menatap mentari, Sesampai senja aku letih lagi,

Dan malam aku seperti ini,

Tertidur dimana tempat terakhir secuil energi,

(111)

Do'aku ditengah tetes terakhir air mataku, Aku lelaki tua bertulang renta,

Lumpuh ditengah ibu kota. Sagah Aditama

(112)

Boneka Politik

Ketika demokrasi dipermainkan,

Jalan macet penuh masa menuntut keadilan, Siapa mereka?

Mahasiswa,

Sang penuntut negara, Siapa dibelakang mereka,

Apakah Rival politik sang penguasa, Kenapa dan apa masalahnya,

Prinsip saling menjatuhkan itu yang jadi akarnya, Bukankah,

Lebih baik di koordinasikan,

Demi keselamatan bangsa dan negara, Bukan menjatuhkan,

Jadi simpulnya,

(113)

Berangan

Lamunanku tak berujung, Anganku melambung tinggi, Sedari pagi sesampai senja, Hanya satu yang aku fikirkan, Yakni tentang alur masa depan,

Masa nanti dimana aku harus memetik bintang untuk orang tuaku tersayang,

Salam dari anakmu di perantauan. Sagah Aditama

(114)

Cinta Dan Persahabatan

Langkah hidupku seiring dengan cinta, Jantungku berdetak karna cinta,

Darahku mengalir karna cinta,

Bathinku tersanjung juga karna cinta, Bibirku tersenyum pula karna cinta, Wajahku merona karna cinta,

Semua karna cinta membuatku ada didunia ini, Cinta dan persahabatan,

Dua hal yang bersymbiosis mutualisme, Saling melengkapi disetiap selahnya, Tanpa persahabatan,

Cinta tak mampu berdiri tegak, Tanpa cinta,

Persahabatan juga tak mampu berjalan mempesona. Cinta bukan sekedar cinta,

(115)

Rawatlah Cintamu dengan persahabatan yang hebat, Niscahya segala bara kan hilang diterpa keindahan dalam jiwa.

(116)

Pilihan Hati

Diantara dua pilihan aku terjebak diantara air dan api, Bimbang menghipnotis akal fikirku,

Sungguh aku terjebak,

Terpenjara dalam satu cinta diantara dua hati yang meminta,

Hidup memang penuh pilihan,

Namun pilihan ini sungguh berat terasa, Tapi memilih itu keharusan,

Demi cinta dan tak ada hati terluka,

Memilih memilah yang terbaik dari sisi jiwa, Petunjuk sang kuasa itu jalannya,

Mintalah untuk memilah, Lantas memilih.

(117)

Aku Takut

Tuhan aku takut..

Mata itu tajam menatapku,

Merindingku menatap bola matanya,

Seperti hendak menerkam jiwaku yang lugu, Apa salahku Tuhan?

Tuhan aku takut,

Dia memaki keras jiwaku,

Suaranya lantang memecah gendang dengarku, Seperti hendak memukulku,

Apa salahku Tuhan?

Tuhan jangan kau ambil keberanianku, Izinkanku melawan keganasannya,

(118)

Sangat dan sangat takut,

Tuhan tolonglah aku, Aku takut,

Referensi

Dokumen terkait

dalam dengan menggunakan analisis struktural-semiotik. Les Contemplations muncul pada tahun 1856 yang terdiri dari 158 puisi yang dikemas ke dalam enam buah buku. Tentang puisi

Segala puji bagi Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan, ketabahan, kemudahan, dan kedamaian, berpikir dalam menyelesaikan skripsi

hanya kepada Allah S.W.T, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan penulis kekuatan, kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran bagi

Nilai moral yang ditampilkan pengarang merupakan refleksi kehidupan masyarakat pada sekitar lingkungan pengarang berada sehingga ada keterkaitan perasaan sosial, kekuatan sosial,

Puisi dengan judul Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi karya Subagio Sastrowardoyo merupakan refleksi realitas sosial pada zamannya yang kaya akan nilai-nilai karakter yang

Kita harus terus berusaha untuk mendekatkan diri pada terang yang benar supaya di dalam dunia yang penuh dengan berbagai macam “cahaya”, jalan kita bisa tetap selalu benar... *Votum

yang telah memberikan limpahan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul “Dimensi Progresivisme pada Kumpulan Puisi

Ruang Kelas 7 Lantai 2 RUANG KELAS yang terang menggunakan Cahaya Sinar Matahari Ruang Kelas 8 Lantai 2 Ruang Kelas 9 Lantai 1 Foto diambil pada hari, Sabtu 16 Desember 2021