• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokok Analisa Kasus Realitas Sosial Keja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pokok Analisa Kasus Realitas Sosial Keja"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Rizki Akbar Hasan 1206274361

“Mural; Art or Crime?”

Menganalisa mural, sebagai perilaku jahat atau seni kebebasan yang tidak terwadahi (atau disalahgunakan) menggunakan Realitas-Sosial Kejahatan Earl Ricahrd Quinney

Pembahasan Singkat Teori

 Earl Richard Quinney merupakan penganut paham Marxian/Sosialis Kriminologi dalam menjelaskan kejahatan. Quinney berpendapat bahwa, pada masyarakat kapitalis, hukum merupakan kebijakan-kebijakan yang merepresentasikan kepentingan kaum kapitalis yang berkuasa (Quinney dalam Savitz dan Johnston, 1978, p.199). Maka secara kausal, negara (sebagai pembuat kebijakan dan hukum) mempertahankan status-quo kaum kapitalis dengan menerapkan hukum tersebut.  Di lain pihak, kejahatan yang terjadi pada masyarakat non-kapitalis, adalah kejahatan

yang berupa reaksi terhadap kondisi kapitalisme. Quinney menjelaskan bahwa, reaksi masyarakat non-kapitalis terhadap kaum kapitalis yang direpresentasikan melalui tindakan kejahatan (yang menurut kaum kapitalis sebagai kejahatan) pada hakikatnya adalah tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

 Quinney memberikan enam proposisi yang mendeskripsikan hubungan antara kejahatan dengan tatanan sosial (Hagan, 1971, p.459; Supatmi dan Sari, 2007, p.109):

1. Kejahatan merupakan definisi yang dibuat oleh agen pemerintah yang berkusa

2. Definisi kejahatan merupakan deskripsi terhadap perilaku yang melakukan konflik terhadap masyarakat yang mendominasi

3. Definisi kejahatan diterapkan oleh masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk menerapkan hukum

4. Pola perilaku disegmentasikan berdasarkan organisasi masyarakat tertentu, dan untuk beberapa konteks, perilaku mereka kemungkinan akan didefinisikan sebagai perilaku jahat

5. Konsepsi kejahatan akan dikonstruksikan dan didifusi menjadi bagian-bagian yang tersegmentasi melalui proses komunikasi

6. Realitas sosial kejahatan dikonstruksikan oleh formulasi dan aplikasi terhadap definisi kejahatan, perkembangan pola-pola yang berkaitan dengan definisi kriminal dan konstruksi konsepsi kriminal

 Maka, kesimpulan yang dimaksud Quinney mengenai realitas sosial kejahatan pada masyarakat kapitalis adalah (Quinney dalam Savitz dan Johnston, 1978, p.198-202);

a. Hukum merupakan alat untuk mempertahankan kekuasaan kelompok dominan

b. Dalam hal ini, negara sebagai pembuat hukum, mendukung kekuasaan kelompok dominan tersebut

c. Politisasi kejahatan terjadi ketika definisi kejahatan diciptakan oleh agen-agen penguasa.

d. Kejahatan yang didefinisikan penguasa adalah tindakan-tindakan yang secara langsung atau tidak langsung mengancam kedudukan para penguasa.

(2)

f. Dilain hal, kejahatan yang dilakukan oleh kelompok minoritas merupakan bentuk reaksi terhadap hukum yang diberlakukan oleh penguasa (yang kebanyakan merugikan kelompok minoritas)

g. Maka, kejahatan adalah tindakan reaksi terhadap situasi kondisi tertentu. Kejahatan yang dilakukan kelompok penguasa berupa tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaannya. Sementara itu, kejahatan yang dilakukan oleh kelompok minoritas berupa tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan memperoleh kesetaraan dalam hidup atau bisa juga sebagai bentuk frustrasi masyarakat terhadap hukum yang merugikan.

Analisa Kasus

a. Latar Belakang Permasalahan

Bagi hampir semua penduduk asli Ibu Kota, mungkin sudah tidak asing lagi dengan lukisan dan gambar yang menghiasi tembok-tembok publik di sepanjang jalan protokol di Jakarta. Gambar-gambar tersebut adalah mural. Mural adalah lukisan pada dinding (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring). Mural berbeda dengan vandalisme. Bagi komunitas penikmat mural, lukisan yang mereka buat di dinding-dinding publik adalah murni sebuah seni.

Namun, pada beberapa tahun sebelumnya, contohnya ketika sosialis-komunis masih berkuasa di Eropa Timur, mural dianggap sebagai sebuah pelanggaran terhadap hukum. Hal tersebut disebabkan, konten lukisan mural pada masa itu memuat propaganda politik yang mengkritik rezim pada masa itu. Rezim yang berkuasa menganggap aktifitas mural adalah kejahatan karena melanggar hukum yang dibuat oleh rezim yang berkuasa.

Lain Jakarta, lain Uni Soviet, lain pula Amerika Serikat. Amerika Serikat dikenal dengan negara yang dapat memberikan kebebasan bagi beberapa kelompok; kebebasan berorientasi seksual, kebebasan mengekspresikan pemikiran politik warga negaranya pada era Perang Vietnam dan pasca perang, dan salah satunya mural sebagai salah satu alat mengekspresikan seni. Hingga pada tahun 2011, salah satu kota yang terkenal di dunia sebagai pusat aktifitas mural-Los Angeles, Amerika Serikat-dihadapkan pada sebuah peraturan yang mengejutkan bagi kota tersebut. Aktifitas seni mural dibatasi dengan ketentuan-ketentuan dan indikator tertentu oleh pemerintah Los Angeles melalui Los Angeles Mural Code Ordinance yang diawali karena adanya tuntutan hukum oleh sebuah perusahaan papan reklame ternama di LA. Dasar dari permasalahan tersebut adalah, seniman-seniman mural Los Angeles digunakan oleh beberapa perusahaan-perusahaan lokal sebagai alat pemasaran perusahaan mereka dengan alasan bahwa seniman mural tidak dibatasi aktifitasnya oleh pemerintah Los Angeles. Sampai suatu ketika pada tahun 2002, sebuah perusahaan billboard menuntut kepada Los Angeles City Council dengan alasan bahwa perusahaan billboard merasa dirugikan karena perusahaan-perusahaan besar di Los Angeles lebih memilih jasa seniman mural dibanding menggunakan jasa papan reklame. Akibat munculnya tuntutan tersebut, pemerintah Los Angeles mengeluarkan peraturan baru terkait aktifitas mural. Beberapa isi peraturan tersebut adalah:

(3)

2. Aktifitas mural harus dilakukan di tembok-tembok publik sesuai dengan ketentuan pemerintah Los Angeles

3. Cat dan alat-alat lain yang digunakan untuk mural, harus sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah Los Angeles

Sungguh ironis, notabene-nya Los Angeles sebagai salah satu kota dengan aktifitas mural ter-aktif di dunia, pada akhirnya dihadapkan pada peraturan tersebut. Namun, dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, untuk beberapa perusahaan papan reklame, masih dianggap tidak terlalu menekan seniman mural. Bagaimana dengan seniman-seniman mural ilegal, yang tidak diketahui kuantitasnya. Pemerintah bereaksi dengan The Los Angeles Mural Moratorium, yang merupakan sejenis memorandum yang dilakukan oleh pemerintah Los Angeles terhadap permasalahan tersebut. Hasil dari moratorium merupakan kegagalan telak, yang akhirnya banyak memunculkan mural-mural dan papan reklame ‘liar’ yang tidak dapat dikendalikan pemerintah Los Angeles.

b. Analisa kasus dan kaitannya dengan teori Realitas Sosial Kejahatan

Sebelum masuk kedalam analisa, penulis menggunakan ‘kacamata’ konflik untuk menjelaskan kasus tersebut. Sesuai dengan kacamata konflik (terdapat dua kelas yang bertentangan), maka kelas borjuis adalah pemerintah dan perusahaan papan reklame (billboard), kelas proletar adalah seniman mural.

Berikut adalah hasil analisa penulis terhadap kasus diatas menggunakan preposisi Quinney mengenai Realitas-Sosial Kejahatan:

Kejahatan adalah hasil ciptaan dari pemerintah yang berkuasa. Dalam kasus tersebut, pemerintah yang berkuasa berhasil menciptakan mural, yang pada tahun-tahun sebelumnya adalah hal yang ‘normal’ atau tidak jahat, menjadi sebuah tindakan yang melanggar hukum apabila tidak sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan oleh pemerintah. Penjahat adalah orang-orang yang melanggar peraturan yang dibuat oleh pemerintah.

 Melalui peraturan yang di buat oleh pemerintah dan indikator serta ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk membatasi aktifitas mural, maka mural telah di definisikan serta diberikan pendeskripsian oleh pemerintah, dan orang-orang yang melanggarnya adalah penjahat.

Menggunakan kekuasaanya, pemerintah berhasil membuat masyarakat menganggap bahwa mural adalah kegiatan yang melanggar hukum. Hal tersebut memberikan dampak kepada seniman mural dengan kehilangan sponsor (karena pihak sponsor takut dianggap sebagai penjahat) yang mempromotori aktifitas mural mereka.

Adanya segmentasi yang dilakukan pemerintah terhadap sekelompok orang-orang. Segmentasi tersebut mengenai “siapakah yang jahat? Siapakah yang baik?”. Sesuai dengan definisi, yang dianggap baik adalah orang-orang yang memasarkan perusahaannya menggunakan jasa perusahaan reklame yang sesuai dengan ketentuan pemerintah dan yang dianggap jahat adalah seniman mural serta perusahaan yang memasarkan perusahaannya menggunakan jasa seniman mural (sebagai sposnsor seniman mural). Proses segmentasi tersebut dilakukan melalui proses komunikasi masyarakat.

(4)

c. Kesimpulan

Meskipun analisa kasus tersebut bertujuan hanya untuk mengaitkan teori dan menguji implementasi teori terhadap suatu fenomena, perlu ditekankan mengenai karakteristik teori Realitas Sosial Kejahatan sebagai salah satu turunan dari payung besar kriminologi konflik. Karakteristik itu antara lain; ada dua pihak yang bertentangan dan salah satunya akan mengalami kerugian dan yang lain mengalami untung. Maka, analisa saya mencapai titik kesimpulan, yaitu;

 Alasan pemerintah Los Angeles mengeluarkan peraturan tersebut adalah, penggunaan papan reklame oleh perusahaan yang ingin memasarkan perusahaannya, dianggap dapat memberikan keuntungan untuk pemerintah, karena, ada peraturan yang sebelumnya dikeluarkan oleh pemerintah Los Angeles bahwa perusahaan yang menggunakan jasa papan reklame sebagai media promosi harus membayar pajak reklame.

 Dilain pihak, sebelum diberlakukannya peraturan tersebut, seniman mural diberikan kebebasan untuk melakukan aktifitasnya. Namun, perlu diketahui secara logika, perlu uang yang tidak sedikit untuk melukis di bidang lukis yang besar. Hal tersebut digunakan oleh beberapa perusahaan nakal yang tidak mau membayar pajak reklame kepada pemerintah dengan menggunakan jasa seniman mural sebagai media promosinya.

(5)

Daftar Pustaka

Hagan, Frank. E. Criminology, Theories Methods, and Criminal Behaviour p.453-455. University of California, tidak ada tahun publikasi. Metadata Perpustakaan UI, 364 Hag i/2.

Savitz, Leonard. D; Johnston, Norman. Crime in Society. John Wiley & Sons Press, New York, 1978

Supatmi, Mamik Sri; Sari, Herlina Permata. Dasar-Dasar Teori Sosial Kejahatan. PTIK Press, Jakarta, 2007

Sumber Berita

Linton, Gregory. LA's Mural Moratorium -- More Art! Less Red Tape!

http://www.huffingtonpost.com/gregory-linton/las-mural-moratorium-more_b_1033371.html

Referensi

Dokumen terkait

Model produk dalam penelitian pengembangan ini berupa Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia (IPMKK) yang berbentuk tes pilihan ganda 5 alternatif jawaban

Dalam rangka melaksanakan pembinaan kepribadian dan kemandirian Lembaga Pemasyarakatan telah melakukan serangkaian test dan penilaian untuk mengukur sejauh mana

Contoh dengan menggunakan operasional LinkList java kita bisa memasukkan data pada indeks yang terkecil dengan menggunakan operasi addFirst ataupun pula pada

Metode ini juga menekankan pada pemberian sebuah gambaran baru terhadap data yang telah terkumpul dan bertujuan untuk menggambarkan secara obyektif bagaimana implementasi fatwa

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

Adapun judul dari Laporan Akhir ini adalah “ Perencanaan Jembatan Rangka Baja Air Pedado Kelurahan Kramasan Kecamatan Kertapati!. Palembang Provinsi Sumatera

Menurut hasil penelitian dan pembahasan perhitungan uji anava satu jalan dengan sel tak sama dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Think Pair Share, model

Evaluasi Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFT AR