• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01889

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan ": Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01889"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN

MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS III SD

Oktavia Nandya Ambarwati Mawadi

Program Studi S1 PGSD FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika dengan menerapkan model pembelajaranTGT (Teams Games Tournament). Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)dengan prosedur penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus, masing-masing siklus terdapat tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 SD Negeri Seloprojo sebanyak 15 siswa. Peningkatan ini perlu dilakukan karena terdapat 8 siswa yang nilai Matematika tidak mencapai KKM ( ≥ 60). Teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan non tes, dengan instrumen penelitian berupa butir soal dan lembar observasi yang dilengkapi dengan rubrik pengukuran keaktifan siswa. ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal yang mencapai KKM berjumlah 7 siswa (46, 7%), kemudian pada siklus 1 mengalami peningkatan yaitu 10 siswa (66, 7%) yang mencapai KKM dan pada siklus 2 ketuntasan meningkat lagi menjadi 15 siswa (100%) atau semua siswa kelas 3 yang mencapai KKM. Hasil keaktifan siswa pada siklus 1 ada 3 siswa mendapat skor berkriteria D (Kurang) dan 12 siswa mendapat skor berkriteria C (Cukup). Sedangkan pada siklus 2 hasil keaktifan siswa kelas 3 SD Negeri Seloprojo Ngablak Kabupaten Magelang meningkat dimana 1 siswa mendapat skor C (Cukup), 5 siswa mendapat skor B (Baik) dan 9 siswa mendapat skor berkriteria A (Sangat Baik). Dengan hasil tersebut penerapan model Team Games Tournamen (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Kata Kunci: TGT, keaktifan, hasil belajar.

PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran matematika harus dilakukan sesuai dengan hakikat matematika. Hakikat matematika dengan cara mengenalkan konsep-konsep matematika terlebih dahulu dengan pembelajaran yang logis dan konkrit. Di dalam hakikat matematika, konsep matematika dalam pembelajaran biasanya penerapannya dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari yang dihadapi atau dialami anak. Konsep matematika dapat dikenalkan dengan menggunakan pendekatan, model dan metode. Hal tersebut harus dilakukan atau digunakan dalam setiap pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil pengamatan awal di SD Negeri Selopojo Ngablak Kabupaten Magelang kelas 3 jumlah siswa 15 terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas 3 SD Negeri Selopojo Ngablak Magelang sebagai subjek penelitian karena peneliti menemukan masalah yang berkaitan tentang hasil belajar dan kurangnya keaktifan saat proses pembelajan berlangsung. Saat guru menjelaskan seringkali siswa kurang bersemangat saat mengikuti proses pembelajaran. Guru cenderung menggunakan metode ceramah karena kurangnya fasilitas belajar mengajar. Data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa 7 siswa kelas 3 nilainya mampu menyamai atau melampaui KKM, sedangkan 8 siswa berada di bawah KKM. Jika persoalan tersebut tidak segera diatasi, maka dikhawatirkan akan berpengaruh pada kurangnya pemahaman siswa tentang materi Matematika. Oleh karena itulah, peneliti berusaha untuk mencari jalan keluar atas persoalan tersebut.

Dengan kondisi di atas, sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan keaktifan dalam sifat bangun datar sederhana dan sudut peneliti melakukan perbaikan melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan penulis adalah Team Games Tournament (TGT) dan menggunakan media yang kontekstual. Dengan model dan media yang digunakan diharapkan dapat berhasil. Dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 dan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

(2)

siswa kelas 3 SD. Khususnya dalam menyelesaikan masalah pada sifat bangun datar sederhana dan sudut di SD Negeri Seloprojo Ngablak Kabupaten Magelang. Model Team Games Tournament (TGT) juga diharapkan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Matematika

Menurut kurikulum 2004, matematika adalah studi tentang objek abstrak dan menggunakan proses penalaran deduktif, bahwa suatu konsep didapat dari konsep kebenaran sebelumnya dan hubungan konsep dalam matematika itu kuat dan jelas. Sedangkan menurut Menurut Ahmad Sutato (2013: 185) disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan kemampuan berpendapat dalam pemecahan masalah sehari-hari dan memberikan perluasan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan pendapat di atas tentang matematika dapat disimpulkan bahwa matematika adalah disiplin ilmu yang meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif. Dalam matematika terdapat konsep-konsep yang harus diajarkan secara bertahap dan runtut. Matematika merupakan pembelajaran mengenai konsep-konsep matematika yang saling berhubungan yang disusun menggunakan symbol-symbol. Masalah yang ada dalam matematika biasanya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika seharusnya dilakukan sesuai dengan hakikat matematika. Hakikat matematika dengan cara mengenalkan konsep-konsep matematika terlebih dahulu dengan pembelajaran yang logis dan konkrit. Di dalam hakikat matematika, konsep matematika dalam pembelajaran biasanya penerapannya dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari yang dihadapi atau dialami anak. Konsep matematika dapat dikenalkan dengan menggunakan pendekatan, model dan metode. Hal tersebut harus dilakukan atau digunakan dalam setiap pembelajaran matematika.

Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Slavin (2005: 163) TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan lomba akademik, dimana siswa berlomba mewakili tim mereka yang nilai akademiknya belum setara. Menurut Asma (2006:54) TGT adalah dalam pembelajaran dilakukan penjelasan oleh guru dan diakhiri dengan diberikannya pertanyaan atau soal kepada siswa. Pertanyaan atau soal tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompok. Selanjutnya dilakukan turnamen sebagai ganti tes tertulis siswa. Dari beberapa pendapat di atas TGT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang membagi siswa kedalam kelompok. Anggota kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Beberapa siswa maju ke meja turnamen untuk melakukan perlombaan akademik. Jika perwakilan kelompok dapat menjawab pertanyaan maka kelompok tersebut mendapatkan poin. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat saling terlibat dalam proses pembelajaran dan menumbuhkan persaingan sehat dalam pembelajaran.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajarn Teams Games Tournament (TGT)

Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:

1) Model TGT membuat peserta didik yang memiliki kemampuan akademis tinggi lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi juga membuat peserta didik yang kemampuan akademik lebih rendah menjadi aktif dalam pembelajaran.

2) Model TGT dapat membuat peserta didik menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai antara anggota kelompok.

3) Model TGT membuat peserta didik antusias dalam kegiatan pembelajaran.

4) Model TGT mengajarkan anak untuk bersikap sportif saat turnamen berlangsung.

Adapun kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:

1) Model TGT memerlukan waktu yang sangat lama.

(3)

3) Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.

Langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Menurut Robert E. Slavin sintaks atau urutan langkah model pembelajaran TGT meliputi:

1) Presentasi Kelas

Guru menyampaikan atau menjelaskan materi pelajaran. Pembelajaran tersebut harus sesuai dengan rencana atau situasi yang sudah direncanakan guru. Peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru.

2) Belajar Kelompok atau Tim

Dalam TGT kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang anggotanya heterogen yaitu tidak dilihat dari prestasi akademik, ras dan jenis kelaminnya. Dalam tahap ini peserta didik saling berdiskusi dan saling mengeluarkan pendapatnya unuk memecahkan masalah.

3) Game dan Turnamen

Game dan turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Guru membagi kelompok semula kedalam meja turnamen. Tim turnamen dikompetisikan dengan mengerjakan soal dengan sistem penskoran dan hasil skor yang didapat akan ditambahkan pada nilai kelompok asal. Pada setiap tim turnamen akan ditentukan peserta terbaik yang memiliki nilai tinggi dalam levelnya.

4) Rekognisi Tim

Rekognisi Tim ini adalah di mana guru dan siswa menghitung skor dan menentukan skor tim yang tertinggi serta memberinya penghargaan. Penghargaannya dapat berbentuk sertifikat, topi atau yang lainnya sesuai dengan keinginan guru.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model spiral Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup perencanaan, pelaksanaan atau obesrvasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SDN Seloprojo Ngablak Kabupaten Magelang dengan subjek penelitian yaitu kelas 3 yang berjumlah 15 siswa terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Teams-Games-Tournament TGT). Sedangkan variabel terikatnya adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Teams-Games-Tournament TGT) merupakan model pembelajaran berbasis turnamen. Kemudian kekatifan siswa yang merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan siswa. Yang terakhir adalah hasil belajar siswa yaitu suatu kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran yang diukur dengan angka.

Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes adalah cara pengumpulan data yang bersifat kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif di peroleh berdasarkan lembar observasi guru dan siswa serta di peroleh dari pengisian lembar observasi keaktifan oleh guru. Data-data yang sudah didapat kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi antara siklus I dan siklus II.

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Pra siklus

(4)

mendapat nilai antara 50-59 dan 7 siswa mendapat nilai dari 60-69. Dapat disimpulkan 8 siswa belum tuntas pada mata pelajaran matematika.

Deskripsi Siklus I

Hasil Belajar

Pada hasil belajar siklus I peneliti menerapkan model pembelajaran Team Games Tournamen (TGT). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti memberikan soal pretest kepada siswa, kemudian peneliti melakukan tindakan dan setelah itu peneliti memberikan soal posttest. Hasil posttest tersebut digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa pada siklus I. Data yang diperoleh dari hasil posttest terdapat 1 siswa mendapat nilai 45, 2 siswa mendapat nilai 50, 2 siswa mendapat nilai 55, 4 siswa mendapat nilai 60, 3 siswa mendapat nilai 65, 2 siswa mendapat nilai 70 dan 1 siswa mendapat nilai 80. Dari data tersebut terdapat 10 siswa tuntas dan 5 siswa tidak tuntas.

Keaktifan Siswa

Mengukur keaktifan pada siklus I ini menggunakan lembar observasi keaktifan siswa menggunakan skala likert yang diisi oleh guru pada pertemuan ketiga. Data keaktifan siswa adalah 3 siswa mendapat skor berkriteria D (Kurang) dan 12 siswa mendapat skor berkriteria C (Cukup).

Deskripsi Siklus II

Hasil Belajar

Pada hasil belajar siklus II peneliti menerapkan model pembelajaran Team Games Tournamen (TGT). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti memberikan soal pretest kepada siswa, kemudian peneliti melakukan tindakan dan setelah itu peneliti memberikan soal posttest. Hasil posttest tersebut digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa pada siklus II. Data yang diperoleh dari hasil posttest terdapat 2 siswa mendapat nilai 60, 2 siswa mendapat nilai 65, 3 siswa mendapat nilai 70, 2 siswa mendapat nilai 75, 3 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa mendapat nilai 85 dan 1 siswa mendapat nilai 95. Dari data tersebut terdapat 15 siswa (semua siswa) tuntas.

Keaktifan Siswa

Mengukur keaktifan pada siklus II ini menggunakan lembar observasi keaktifan siswa menggunakan skala likert yang diisi oleh guru pada pertemuan ketiga. Data keaktifan siswa adalah 1 siswa mendapat skor berkriteria C (Cukup), 5 siswa mendapat skor berkriteria B (Baik) dan 9 siswa mendapat skor berkriteria A (Sangat Baik).

Pembahasan

Hasil Belajar Siswa

Dari hasil penelitian pada pra siklus, siklus I dan siklus II diperoleh data tingkat ketuntasan siswa sebagai berikut:

No Nilai

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

F Persen (%) Posttest Posttest

F Persen (%) F Persen (%)

1 Tuntas 7 46,67% 10 66,67% 15 100%

2 Belum Tuntas 8 53,33% 5 33,33% 0 0%

Jumlah 15 100% 15 100% 15 100%

Keaktifan Siswa

Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II diperoleh data tingkat keaktifan siswa sebagai berikut:

No

Siklus 1 Siklus 2

Interval Frekuensi Kriteria Interval Frekuensi Kriteria

1. 53 – 68 12 C (Cukup) 85 – 100 9 A (Sangat Baik)

(5)

3. - - - 53 – 68 1 C (Cukup)

Jumlah 15 Jumlah 15

-Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa menggunakan model pembelajaran Team Games Tournamen (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika kelas 3 SD Negeri Seloprojo Ngablak Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2016/2017. Dibuktikan dari meningkatnya jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Meningkatnya prsentase jumlah ketuntasan siswa terjadi pada setiap siklusnya, mulai dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM berjumlah 7 siswa (46, 7%), kemudian pada siklus 1 mengalami peningkatan yaitu 10 siswa (66, 7%) yang mencapai KKM dan pada siklus 2 ketuntasan meningkat lagi menjadi 15 siswa (100%) atau semua siswa kelas 3 yang mencapai KKM.

Tidak hanya hasil belajar, tetapi model pembelajaran Team Games Tournamen (TGT) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas 3 SD Negeri Seloprojo Ngablak Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2016/2017. Terbukti dari lembar observasi keaktifan siswa pada siklus 1 ada 3 siswa mendapat skor berkriteria D (Kurang) dan 12 siswa mendapat skor berkriteria C (Cukup). Sedangkan pada siklus 2 hasil keaktifan siswa kelas 3 SD Negeri Seloprojo Ngablak Kabupaten Magelang meningkat dimana 1 siswa mendapat skor C (Cukup), 5 siswa mendapat skor B (Baik) dan 9 siswa mendapat skor berkriteria A (Sangat Baik).

DAFTAR PUSTAKA

Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Sulardi, 2006. Pandai Berhitung Matematika 3 SD dan MI kelas 3. Jakarta: Erlangga.

Gunanto, 2015. ESPS Matematika 3 SD dan MI kelas 3.Jakarta: Erlangga.

Robert E Slavin. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Fathurrohman, Muhammad.2015.Model-Model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

Hamruni.2012.Strategi dan Model-model Pembelajaran aktif-menyenangkan. Yogyakarta: Investidaya.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gasindo.

Heruman.2007.Model Pembelajaran Matematika di sekolah Dasar.Bandung: RemajaRosda Karya.

Isjono.2011.Pembelajaran kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rusman.2010.Model-model Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, wakaf benda bergerak atau tidak bergerak hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki harta lebih.. Hal inilah yang menyebabkan kekayaan wakaf di Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan Return on Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban operasional terhadap pendapatan

dilaksanakan pre test untuk mengetahui pengetahuan dasar/awal siswa tentang materi yang disajikan, (4) guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa

isolat bakteri yang berwarna kuning (Gambar 2) dilakukan pemurnian dengan streak kuadran, namun tidak didapatkan adanya single koloni. Tahap berikutnya adalah

STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memformulasikan dan menyelesaikan permasalahan Diskrit (integer) dalam kehidupan sehari hari ‐ dengan teori teori yang ada dalam

Namun sayangnya tidak dikelola dengan baik sehingga kursus lain di ICB yang lebih dulu mati menjadi tidak bernilai lagi dan pihak pemerintah yang tadinya memperkuat

Selain itu responden lainnya juga menyatakan bahwa responden membaca ulasan secara online dari konsumen lainnya untuk membeli produk laptop Acer, artinya responden

Tidak menahan buang air besar: Pencernaan juga akan lancar jika tidak menahan buang air besar karena dengan menahan buang air besar feses akan kering sehingga penyakit wasir