• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEGAL OPINION HUKUM INTERNASIONAL ROMBEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEGAL OPINION HUKUM INTERNASIONAL ROMBEL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Durotun Nafiah Nim : 8111416085

Makul : Hukum Internasional Rombel : 05

LEGAL OPINION KASUS PENYADAPAN AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA

1. Pendahuluan

Politik internasional membahas keadaan-keadaan atau soal-soal politik di masyarakat internasional dalam arti yang lebih sempit, yaitu dengan menitikberatkan pada diplomasi dan hubungan antara negara dan satuan-satuan politik lainnya. Sedangkan hukum internasional adalah aturan-aturan yang mengatur kerjasama antar negara.

Setiap negara memilki politik luar negeri yang menjadi dasar untuk mengadakan hubungan internasional dengan negara lain. Kumpulan dari politik luar negeri dari

masing-hubungan internasional antar negara.

Hukum internasional merupakan bagian dari hubungan internasional. Setelah mengadakan hubungan internasional, masyarakat internasional yang tergabung dalam organisasi internasional dapat mengadakan hubungan politik internasional.

Hukum internasional merupakan salah satu unsur dari politik internasional.Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.

Seiring dengan jaman yang semakin berkembang, hukum internasional tidak saja

mengatur hubungan antar negara, tetapi juga subjek hukum lainnya seperti organisasi-organisasi internasional, kelompok-kelompok supranasional, dan gerakan-gerakan pembebasan nasional.

Hukum internasional juga diberlakukan kepada individu-individu dalam hubungannya dengan negaranegara. Negara sebagai aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum internasional baik partisipasinya dalam hubunganhubungan atau interaksi-interaksi internasional, maupun perjanjianperjanjian internasional yang dibuat melalui negara atau subjek hukum internasional lainnya ataupun dalam kaitannya dengan keputusan dan resolusi organisasi-organisasi internasional.

Dengan kata lain, hukum internasional publik merupakan suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek hukum internasional yakni negara, lembaga dan organisasi internasional, serta individu dalam hal tertentu.

Dalam pasal 1 ayat (3) Piagam PBB menyatakan :

“Mengembangkan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas prinsip-prinsip persamaan hak dan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri, dan mengambil tindakan-tindakan lain yang wajar untuk memperteguh perdamaian universal.”

Pasal 2 ayat (1) Piagam PBB menyatakan :

“Organisasi didasarkan pada Prinsip Persamaan Kedaulatan antara semua anggotanya.”

(2)

Tindakan penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia sudah termasuk dalam kategori mencampuri urusan dalam negeri hal ini dapat dibuktikan dengan penyadapan yang dilakukan melalui gedung Kedutaan Besar Australia di Indonesia Selain itu, Australia menyadap orang-orang penting di Indonesia.

2. Uji Syarat terhadap kasus

Pada tahun 2007, Badan Intelijen Australia yang bernama Defence Signals Directorate (DSD) datang ke Bali yang pada saat itu menjadi tuan rumah dalam acara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa.

DSD yang kemudian berganti nama pada tahun 2013 menjadi Australian Signals Directorate (ASD) membawa tugas khusus selama berada di Indonesia.

Salah satu tugas khususnya adalah mencari tahu dan mengumpulkan nomor-nomor telepon yang dipakai pejabat untuk berkomunikasi khususnya para pejabat khusus dalam bidang pertahanan dan keamanan Indonesia.

DSD tidak bekerja sendiri dalam menjalankan misi tersebut, melainkan dibantu oleh Amerika Serikat melalui Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency). Badan keamanan Amerika Serikat ini membantu DSD dalam hal memperoleh informasi target yang menjadi incaran mereka Edward Snowden yang adalah mantan kontraktor yang bekerja di NSA, membocorkan semua informasi ini.

Snowdenn dikenal sebagai orang yang sering membocorkan rahasia dari intelijen Amerika Serikat (AS) setelah mereka mendapatkan informasi yang mereka inginkan, mereka memasukkan data-data tersebut ke dalam tim mereka untuk dimonitor dan diseleksi informasinya dari komunikasi yang mereka dapatkan.

Snowden menyebutkan DSD memakai seseorang yang ahli dalam Bahasa Indonesia untuk menerjemahkan informasi dan mengumpulkan data yang akurat mengenai struktur jaringan dalam keadaan darurat. DSD dengan usahanya ini hanya mendapatkan satu nomor telepon pejabat yaitu nomor telepon Irjen Pol. Paulus Purwoko, Kepala Kepolisian Daerah Bali, usaha yang dilakukan DSD tidak berhenti sampai disana saja.

DSD kembali melakukan aksinya secara intensif dan sistematis di Jakarta, bahkan mereka membangun jaringan penyadapannya di Indonesia melalui kantor kedutaan besar yang berada di Jakarta Australia mempunyai pos-pos diplomatik dan keberadaan pos-pos ini sudah menyebar sangat luas di Asia. Pos-pos diplomatik milik Australia ini mempunyai fasilitas untuk mencegat lalu lintas data informasi tentang pertahanan dan keamanan negara Panggilan telepon dari pejabat-pejabat penting di negara kawasan Asia tersebut kemudian diintervensi melalui pos-pos diplomatik ini.

Diplomat Australia yang sedang bekerja di Kedutaan Australia tidak mengetahui adanya kegiatan pengintaian melalui pos-pos diplomatik ini dilakukan DSD melalui kedutaan-kedutaan Australia yang berada di kawasan Asia seperti Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Hanoi, Beijing, Dili, dan Port Moresby mengumpulkan data-data intelijen yang mereka perlukan.

(3)

using spies to collect information about what another government or company is doing or plans to do”6 Kelima negara tersebut saling berbagi informasi mengenai data intelijen berdasarkan Australian Secret Intelligent Service dari Kedutaan Besar Australian di Jakarta dengan tujuan mendapatkan dan mengumpulkan data intelijen Indonesia.

Dalam dokumen tersebut, Snowden juga menyebutkan bahwa fasilitas yang mereka gunakan dalam penyadapan seperti antena, biasanya diletakkan secara tersembunyi dan kerap juga disembunyikan di dalam miniatur bangunan atau di atap gedung pemeliharaan di beberapa kantor kedutaan seorang mantan perwira yang bekerja di DSD mengatakan Indonesia terdapat titik koordinat dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan Australia yakni di Kedutaan Besar Australia yang berada di Jakarta.

Australia mengumpulkan beberapa informasi diantaranya data politik, ekonomi, dan intelijen. Kedutaan Besar Australia yang terletak di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, menjadi lokasi dimana Australia mengumpulkan data-data tersebut.

Australia belum puas sampai disana, Konsulat Jenderal Australia yang terletak di Jalan Tantular No Pada tahun 2007, Badan Intelijen Australia yang bernama Defence Signals Directorate (DSD) datang ke Bali yang pada saat itu menjadi tuan rumah dalam acara Perserikatan Bangsa (PBB) yakni Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. DSD yang kemudian berganti nama pada tahun 2013 menjadi Australian Signals Directorate (ASD) membawa tugas khusus selama berada di Indonesia.1 Salah satu tugas khususnya adalah mencari tahu dan mengumpulkan nomor-nomor telepon yang dipakai pejabat untuk berkomunikasi khususnya para pejabat khusus dalam bidang pertahanan dan keamanan Indonesia.

DSD tidak bekerja sendiri dalam menjalankan misi tersebut, melainkan dibantu oleh Amerika Serikat melalui Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency).

Badan keamanan Amerika Serikat ini membantu DSD dalam hal memperoleh informasi target yang menjadi incaran mereka. Edward Snowden yang adalah mantan kontraktor yang bekerja di NSA, membocorkan semua informasi ini. Snowden dikenal sebagai orang yang sering membocorkan rahasia dari intelijen Amerika Serikat (AS) setelah mereka mendapatkan informasi yang mereka inginkan, mereka memasukkan data-data tersebut ke dalam tim mereka untuk dimonitor dan diseleksi informasinya dari komunikasi yang mereka dapatkan. Snowden menyebutkan DSD memakai seseorang yang ahli dalam Bahasa Indonesia untuk menerjemahkan informasi dan mengumpulkan data yang akurat mengenai struktur jaringan dalam keadaan darurat. DSD dengan usahanya ini hanya mendapatkan satu nomor telepon pejabat yaitu nomor telepon Irjen Pol.

Paulus Purwoko, Kepala Kepolisian Daerah Bali, usaha yang dilakukan DSD tidak berhenti sampai disana saja. DSD kembali melakukan aksinya secara intensif dan sistematis di Jakarta, bahkan mereka membangun jaringan penyadapannya di Indonesia melalui kantor kedutaan besar yang berada di Jakarta.Australia mempunyai pos-pos diplomatik dan keberadaan pos-pos ini sudah menyebar sangat luas di Asia. Pos-pos diplomatik milik Australia ini mempunyai fasilitas untuk mencegat lalu lintas data informasi tentang pertahanan dan keamanan negara.

Panggilan telepon dari pejabat-pejabat penting di negara kawasan Asia tersebut kemudian diintervensi melalui pos-pos diplomatik ini. Diplomat Australia yang sedang bekerja di Kedutaan Australia tidak mengetahui adanya kegiatan pengintaian melalui pos-pos diplomatik ini dilakukan. DSD melalui kedutaan-kedutaan Australia yang berada di kawasan Asia seperti Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Hanoi, Beijing, Dili, dan Port Moresby mengumpulkan data-data intelijen yang mereka perlukan.

(4)

aksi penyadapan Australia itu adalah bagian dokumen yang membicarakan mengenai adanya misi spionase, yang dinamakan Lima Mata (5 eyes club), yang disponsori oleh Amerika Serikat, dan beranggotakan : Australia, Kanada, Inggris, Amerika Serikat dan New Zealand.

Spionase adalah: “the practice of using spies to collect information about what another government or company is doing or plans to do” Kelima negara tersebut saling berbagi informasi mengenai data intelijen berdasarkan Australian Secret Intelligent Service dari Kedutaan Besar Australian di Jakarta dengan tujuan mendapatkan dan mengumpulkan data intelijen Indonesia.

Dalam dokumen tersebut, Snowden juga menyebutkan bahwa fasilitas yang mereka gunakan dalam penyadapan seperti antena, biasanya diletakkan secara tersembunyi dan kerap juga disembunyikan di dalam miniatur bangunan atau di atap gedung pemeliharaan di beberapa kantor kedutaan.

Seorang mantan perwira yang bekerja di DSD mengatakan Indonesia terdapat titik koordinat dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan Australia yakni di Kedutaan Besar Australia yang berada di Jakarta. Australia mengumpulkan beberapa informasi diantaranya data politik, ekonomi, dan intelijen.

Kedutaan Besar Australia yang terletak di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, menjadi lokasi dimana Australia mengumpulkan data-data tersebut. Australia belum puas sampai disana, Konsulat Jenderal Australia yang terletak di Jalan Tantular No. 32, Denpasar, Bali pun juga dipakai Australia dalam mengumpulkan informasi terkait dengan data intelijen.

International Business Times Australia mengutip terdapat 2 faktor penyebab Australia menjadikan Jakarta sebagai pusat aksi spionase di Indonesia Faktor pertama, pertumbuhan jaringan telepon seluler yang pesat di Indonesia dan Jakarta khususnya. Kedua, elite politik di Jakarta dianggap amat “cerewet”.

Mantan perwira DSD meengatakan “Jaringan seluler merupakan anugerah besar, dan elite Jakarta adalah kelompok yang suka berbicara. Mereka bahkan tetap mengoceh meski merasa agen intelijen Indonesia sendiri menyadap mereka,” Salah satu data yang diperlukan Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen yang diantaranya terorisme dan perdagangan manusia serta Terorisme di Indonesia dan para imigran gelap seringkali datang ke Australia melalui jalur laut Indonesia yang kemudian diperjual belikan di Australia.

Didasarkan hal tersebut, Indonesia telah menanyakan isu penyadapan tersebut kepada perwakilan negara Australia, namun jawaban mereka tidak menghasilkan apapun bahkan mereka tidak dapat menyangkal atau mengkonfirmasi isu tersebut. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya terhadap Australia. Indonesia bertambah kesal setelah mengetahui pernyataan dari Perdana Menteri Australia, Tony Abbott yang mengatakan bahwa setiap badan dan agen intelijen yang bekerja untuk Australia selalu melaksanakan tugasnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Ia tidak dapat memberi kejelasan mengenai isu penyadapan ini. Pihak Australia kembali tidak mau memberi penjelasan mengenai isu penyadapan.

(5)

Pada akhirnya Australia sedikit terusik dengan adanya ancaman dari Kementrian Luar Negeri yang akan mengakhiri hubungan kerjasama di bidang penangkalan terorisme dan perdagangan manusia dengan Australia Moriarty mengatakan hubungan kerjasama yang terjalin antara Australia dengan Indonesia selama ini sangat erat. Australia sangat menghormati hubungan kemitraan yang sudah lama terjalin diantara keduanya, ia juga mengatakan bahwa hubungan bilateral ini sangat menguntungkan untuk kedua negara dan Australia berharap kerjasama lainnya terutama di bidang penanggulangan terorisme dan perdagangan manusia.

Pada tanggal 7 November 2013, Australia melalui menteri pertahanannya yang bernama David Johnston datang ke Indonesia untuk menghadiri pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI. Australia mengutus Johnston untuk datang ke Indonesia sebagai bentuk tanggapan atas berbagai pemberitaan di Indonesia yang menyudutkan Australia.

Pertemuan tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang memuaskan bagi Indonesia. Purnomo Yusgiantoro selaku Menteri Pertahanan RI menyebutkan kedua negara sepakat untuk melimpahkan isu penyadapan kepada Kementerian luar negeri Australia dan Indonesia.

4. Analisis Aturan Hukum

Peraturan internasional mengenai cybercrime terdapat dalam Conventiom on Cybercrime 2000. Convention on Cybercrime juga biasa disebut dengan Budapest Covention. Konvensi ini mencantumkan tindakan apa saja yang tergolong dalam cybercrime. Yang termasuk cybercrime dalam konvensi ini adalah Illegal access, Illegal interception, Data interface, System interface, Misuse of devices, Computer-related forgery, dan Computer-related fraud.

Kemudian dalam UNCLOS 1982 (United Nations Convention Law Of The Sea) juga terdapat satu pasal mengenai kegiatan pengumpulan informasi yang merugikan bagi pertahanan atau keamanan negara. Terdapat pada pasal 19 ayat (2) c mengenai Lintas Damai, pasal 19 ayat (2) c menyatakan “setiap perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang merugikan bagi pertahanan atau keamanan negara pantai”.

Jika diartikan sepintas pasal ini hanya diperuntukkan kegiatan kapal asing di perairan negara pantai, namun jika diartikan secara luas, yang dimaksud perbuatan atau kegiatan mengumpulkan informasi yaitu mengumpulkan informasi dalam bentuk apapun teramasuk spionase mealalui penyadapan merupakan kegiatan yang merugikan bagi pertahanan atau keamanan negara.

Di beberapa negara juga diatur mengenai spionase, penyadapan dan cybercrime. German Peraturan mengenai spionase serta spies atau intelejen serta cybercrime diatur dalam German Criminal Code atau German Penal Code atau dalam bahasa Jerman peraturan ini disebut dengan Strafgesetzbuches, dan disingkat menjadi StGB Di Australia peraturan mengenai spionase terdapat dalam Crimes Act 1995 dan Crimianl Code Amendement (Espionage and Relaed Matters) Bill 2002. Criminal Code Act 1995 menyebutkan tindakan apa saja yang termasuk dalam spionase dan hukuman yang dapat dijatuhkan pada pelaku Sedangkan Criminal Code Amendement Bill 2000 adalah penambahan peraturan dari peraturan Criminal Code Act 1995 dan Crimes Act 1914.

(6)

Intellectual Property Section, Electronic Communications Privacy Act, Electronic Communications Privacy Act, Economic Espionage Act (EEA), Communications Assistance for Law Enforcement Act (CALEA) dan masih banyak lagi. Sedangkan peraturan mengenai intersepsi atau penyadapan terdapat dalam Communications Assistance for Law Enforcement Act (CALEA) dan masih banyak lagi sedangkan peraturan mengenai intersepsi atau penyadapan terdapat dalam Communications Assistance for Law Enforcement Act of 1994 (CALEA).

Terlepas dari pasal mengenai spies dalam Hague Convention IV 1907, sama halnya dengan dunia Internasional, di Indonesia pengaturan khusus mengenai spionase juga tidak ada namun dicantumkan dalam beberapa Undang-undang, pengaturan sekilas mengenai penyadapan yang bisa dikatakan sebagai bentuk baru dari spionase dalam perkembangan teknologi dan informasi sekarang. Undang-undang yang mencantumkan sekilas mengenai penyadapan in adalah Undang-undang No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Poin dari kedua Undang-undang tersebut adalah bahwa Penyadapan merupakan kegiatan yang dilarang. Lain dengan Undang-undang tentang Telekomunikasi dan Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Peraturan Menteri NO: 11/PER/M.KOMINFO/02/2006 tentang Teknis Penyadapan Terhadap Informasi, merupakan salah satu peraturan yang memperbolehkan penyadapan.

Penyadapan pada dasarnya hanya dibolehkan bagi petugas yang berwenang dalam suatu negara guna meningkatkan pengawasan tingkat tinggi dan dilakukan sepenuhnya untuk kepentingan keamanan negara agar mampu mempertahankan dan meningkatkan kemampuan melawan tindakan teror. Kewenangan penuh untuk menerapkan penyadapan yang sah secara hukum tersebut dikenal dengan istilah lawful interception.

Pemberitaan media yang merespon paparan informasi dari harian berita Australia, Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan Sydney Morning Herald mengenai dokumen penyadapan pejabat tinggi Indonesia menjadi puncak dari berbagai pemberitaan mengenai negara tetangga di sebelah tenggara tersebut.

Di Indonesia, Anggota Komisi I DPR Meutya Hafid meminta agar Pemerintah mengusir Duta Besar Australia Greg Moriarty dari Indonesia. Bukan tanpa alasan, pengusiran itu bisa dilakukan karena Australia telah melanggar Pasal 9 Konvensi Wina tahun 1961 mengenai hubungan diplomatik.

Dalam pasal itu disebutkan pengusiran kepada duta besar bisa dilakukan jika wakil diplomatik itu kepada duta besar bisa dilakukan jika wakil diplomatik itu melanggar tiga hal. Pertama, duta besar melakukan kegiatan yang subversif dan merugikan kepentingan nasional. Kedua, kegiatan yang dilakukan oleh wakil diplomatik melanggar hukum atau perundang-undangan negara penerima. Ketiga kegiatan yang digolongkan sebagai kegiatan mata-mata atau spionase yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara penerima.

Menanggapi hal ini, jika terbukti Australia telah melakukan penyadapan kepada Indonesia dengan tujuan spionase, maka pemeritah perlu menanggapi dan menangani hal ini dengan cermat. Pertama, kegiatan penyadapan ini dilakukan di Indonesia. Maka hukum indonesia dapat diberlakukan sesuai aturannya. Dimana kegiatan penyadapan yang tidak sah atau unlawfull interception merupakan pelanggaran hukum di Indonesia.

(7)

Selain itu pun dalam konvensi internasional juga dikatakan bahwa illegal interception merupakan salah satu dari cybercrime. Terkait penyadapan dalam hukum nasional Indonesia, kegiata ini secara tegas dilarang kecuali dilakukan oleh pihak yang berwenang. Sesuai dengan bentuk penyadapan dan cybercrime di Indonesia tindakan Australia dapat dipastikan melanggar hukum Indonesia. Apabila tindakan penyadapan dilakukan oleh agen tertentu yang ditugaskan untuk melakukan spionase maka hukum nasional dapat diberlakukan kepada agen tersebut. Jika tindakan secara langsung dilakukan oleh wakil diplomatik Australia untuk Indonesia, maka yang dapat dilakukan adalah pengusiran wakil diplomik.

3.Kesimpulan

Dilihat dari beberapa karakteristik cybercrime terhadap spionase dan penyadapan, maka spionase melalui penyadapan dapat dikategorikan sebagai cybercrime. Karakteristik yang pertama Unauthorized acces atau akses tidak sah, kegiatan spionase merupakan kegiatan yang Non-violance (tanpa kekerasan), Sedikit melibatkan kontak fisik (minimaze of physical contact), menggunakan peralatan (equipment), teknologi, dan memanfaatkan jaringan telematika (telekomunikasi, media dan informatika) global, Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian material maupun immaterial (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kejahatan konvensional. Selain itu berdasarkan bentuk dari cybercrime maka penyadapan dapat masuk di beberapa bentuk seperti; Unauthorized Acces to Computer System and Service, Cyber Espionage, Infringements of Privacy, dan Cyber-stalking.

Berdasarkan hukum nasional Indonesia, Undang-undang No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tindakan yang dilakukan Australia melanggar hukum nasional Indonesia. Namun, dalam permasalahan ini tidak dapat begitu saja menerapkan hukum nasional meskipun tindakan yang dilakukan tindakan yang dilakukan Australia melanggar hukum nasional Indonesia.

Namun, dalam permasalahan ini tidak dapat begitu saja menerapkan hukum nasional meskipun tindakan yang dilakukan Australia adalah melanggar hukum nasional selain dengan penyelesaian melalui penyelesaian diplomatik. Persoalan antar negara ini juga dapat diselesaikan melalui Mahkamah Internasional atau International Court of Justice.

DAFTAR PUSTAKA

Didik M. Arief Mansur, Elisatris Gultom, 2005, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refka Aditama, Bandung.

Lt. Col. Geoffrey B. Demarest, 1996, Espionage in International Law, 24 Denv. J. Int'l L. & Pol'y 321, https://litigation-essentials.lexisnexis.com (24 Mei 2014)

R. Aj. Rizka F. Prabaningtyas, Indonesia–Australia: Menguji Persahabatan di Tengah Konflik Penyadapan, Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada, https://www.iis.fisipol.ugm.ac.id (12 Juni 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pustakawan mengidentifikasi kebutuhan informasi potensial masyarakat serta menyiapkan sumber daya organisasi dan bahan promosi, langkah berikutnya

guru kelas yang mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan dan guru pamong sudah tidak ikut mendampingi masuk ke kelas yang diajar2.

Munir sebenarnya akan melanjutkan study S2 di Univeritas Utrecht, Belanda dan dalam kronologi kasus pembunuhan aktivis HAM tersebut disebutkan bahwa menjelang memasuki pintu

Maka akan tampil halaman hasil dari pola (Pattern) dan nilai support (#SUP). Pada tabel 2, dataset Kosarak dengan minimal support 60%, pola berita yang sering dikunjungi

Setelah mengikuti LKK ini, mahasiswa diharapkan memilki pengetahuan dan pengalaman nyata dalam manjemen dan asuhan keperawatan pasien di unit Gawat darurat (UGD)

Dasar kolaborasi adalah adanya rantai anggota yang memiliki jumlah tingkatan jaringan rantai pasok bisa beragam dan memiliki peran ( role ) yang berbeda pada

Pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan komplikasi penyakit Makrovaskular baik yang tanpa komorbid ataupun yang disertai komorbid membutuhkan terapi pengobatan beberapa obat

Pada hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 0,421 yang artinya kualitas tidur lansia yang buruk mempunyai peluang 0,421 kali untuk mengalami dugaan gangguan