• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI NILAI RELIGIUSITAS DALAM PERAYAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NILAI NILAI RELIGIUSITAS DALAM PERAYAAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI RELIGIUSITAS DALAM PERAYAAN ROKAT TASE’ MASYARAKAT MADURA

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kearifan Lokal.

Dosen pengampu: Dr. Septiana Dwiputri Maharani Disusun oleh :

Hikma Irsanai J 15/382246/FI/04101

FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...1

Daftar Isi ...2

Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang ...3

B. Rumusan Masalah ...5

C. Keaslian Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Tinjauan Pustaka ...7

G. Landasan Teori ...8

H. Metode Penelitian ...10

I. Bahan Penelitian ...11

J. Alur Penelitian ...11

K. Hasil yang Akan Dicapai ...12

L. Sistematika Penulisan ...12

Bab 2 Rokat Tase’ Di Madura ...13

Bab 3 Nilai-Nilai Religiusitas ...14

Bab 4. ANALISIS ...15

BAB 5 Penutup A. Kesimpulan ...16

B. Saran ...16

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia ialah makhluk sosial dan sebagai makhluk sosial manusia melakukan suatu hal untuk pemenuhan kebutuhannya salah satunya ialah dalam berkomunikasi. komunikasi tidak hanya melalui bahasa bahkan simbol pun mampu dijadikan jalan dalam berkomunikasi bahwa simbol mampu menggerakkan seseorang untuk bertindak, merujuk pada alam yang tidak disadari atau gaib yang tidak dalam diterjemahkan dalam dunia realitas. Simbol juga dapat ditemukan dalam komunikasi verbal, yaitu sebagai kata yang mampu digunakan untuk menyampaikan suatu pesan, yakni bahasa. Bahasa inilah yang digunakan oleh manusia. Simbol dapat dimanifestasikan melalui sebuah benda, gambar maupun lambang sekalipun. Jadi, setiap benda yang ada di sekitar kita memiliki kapasitas untuk menyampaikan pesan atau maksud yang ingin disampaikan oleh orang yang membuat simbol (Wahyu Ilaihi, Siti Aisah 2012).

(4)

Madura sebagai bagian Nusantara, perilaku keberagaman yang dimiliki masyarakatnya pun juga tidak terlepas dari tradisi bersifat lokal. Terbukti dengan banyaknya tradisi-tradisi baik keagamaan maupun seni yang mewarnai keberagaman masyarakat Madura. Contohnya dari kearifan lokal yang dimiliki dari segi kesenian ada Tari Moang Sangkal, Tari Gambu Keraton Sumenep, Tari Muang Tari Duplang, Musik Saronen, Musik Tong– tong. Sedangkan dalam tradisi kebudayaan terdapat Kerapan Sapi, Mamaca, Tan– pangantanan, disamping itu Madura juga memiliki tradisi keagamaan seperti Rokat Tase’, Rokat Pandebeh, rokat beleoneh dan mulang areh. Dari sekian banyaknya kearifan lokal yang dijaga oleh masyarakat Madura tradisi Rokat Tase’ menjadi tradisi keagamaan masyarakat Madura.

Tradisi Rokat tase’ atau dikenal dengan tradisi ruwatan laut, yaitu sebuah tradisi yang diberikan sebagai bentuk persembahan kepada Penguasa Laut berupa sesaji atau hasil alam sebagai bentuk rasa syukur untuk hasil laut yang didapat selama setahun terakhir, juga sebagai pengharapan agar hasil laut setahun berikutnya semakin melimpah. Tradisi Rokat Tase ini berkembang di lingkungan masyarakat Madura yang juga secara geografis terletak di daerah pesisir, yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah nelayan.

Di masyarakat pesisir Madura, tradisi ruwatan laut biasanya dilangsungkan ketika memasuki musim puncak yaitu musim ketika ikan di laut sedang banyak-banyaknya dan cuaca sangat bersahabat bagi nelayan untuk melaut, waktu-waktu ketika ikan tangkapan nelayan begitu melimpah. Tradisi tersebut katanya telah dilangsungkan selama ratusan tahun oleh masyarakat pesisir Madura dan merupakan warisan dari nenek moyang sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Penguasa Laut atas ikan tangkapan yang diperoleh selama setahun terakhir.

(5)

terakhir, juga sebagai pengharapan agar hasil laut setahun berikutnya semakin melimpah. Tradisi ini biasanya berkembang di lingkungan masyarakat pesisir, yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah nelayan. Masyarakat Madura senantiasa menjaga dan juga mengamalkan tradisi yang lokal ini dengan meyakini bahwa dalam tradisi ini pun diyakini tidak hal yang menyimpang baik agama maupun sosial. Tradisi yang dilakukan semata mata untuk menjaga tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka dan hal tersebut dianggap sebuah kebaikan.

Agama ialah sala satu dari sekian unsur kebudayaan yang terbentuk, selain organisasi sosial, sistem pengetahuan, bahasa, serta mata pencaharian dan juga teknologi. Kebudayaan akan menopang kehidupan dari masyarakat yang menjalaninya. Dengannya, agama juga bisa diartikan nilai budaya yang mampu mempengaruhi sebuah konsep yang bernilai dalam hidup manusia. Dengan adanya nilai dari kebudayaan tersebut akan memberikan suatu pedoman bagi masyarakatnya. Dengan fungsi diantaranya yaitu mengatur tatanan hubungan antar manusia dan sesamanya dan manusia dan penciptanya.

Nilai pemersatu yang dimiliki oleh masyarakat Madura ialah adanya upacara Rokat Tase’ atau sedekah laut. Seperti yang kita ketahui bahwa pada umumnya masyarakat pesisir senantiasa memiliki upacara tradisional yang khas dan upacara yang khas inilah disebut sedekah laut dalam lingkungan masyarakat Madura.

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ini menjawab persoalan tentang pembuktian adanya nilai-nilai religiusitas yang terkandung dalam kearifan lokal Madura, khususnya perayaan Rokat Tase’. Secara khusus pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

1. Apa unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’? 2. Apa nilai-nilai religi yang terdapat dalam Rokat Tase’?

3. Bagaimana masyarakat Madura mempertahankan kearifan lokal Rokat Tase’ dan nilai-nilai Religiusitas di dalamnya?

C. Keaslian Penelitian

Kajian tentang kearifan lokal Rokat Tase’ masyarakat Madura telah banyak dilakukan. Beberapa di antaranya adalah:

1. Wahyu ilahi dan siti aisyah meneliti tentang penerapan kearifan lokal, termasuk rokat tase’, dalam hal persembahan rasa syukur dan menjaga laut, dalam jurnalnya "rokat tase’ sebagai simbol dalam masyarakat masyarakat Desa Nepa, Banyuates-Sampang Madura " (2012)

2. Ainur rahman hidayat dalem meneliti tentang kearifan lokal masyarakat Madura, termasuk Rokat Tase’, bagaimana tradisi budaya mampu membina suatu jati diri masyarakat tertentu dalam jurnalnya, "makna relasi tradisi budaya masyarakat Madura dalam perspektif ontologi Anton Bakker dan relevansinya bagi pembinaan jati diri orang Madura" (2013).

(7)

Berdasarkan penelusuran, penelitian tentang Nilai-nilai Religiusitas dalam Perayaan Rokat Tase di Madura, dari berbagai sumber, belum ditemukan. Penelitian ini lebih menekankan pada upaya membuktikan adanya nilai-nilai Religiusitas yang terkandung di dalam kearifan lokal dari Madura ini.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan penulis sampaikan, sebagai berikut:

1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmiah baik tentang Religiusitas maupun kearifan lokal yang ada di Madura. 2. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat membantu mengetahui nilai-nilai

religiusitas yang terdapat dalam kearifan lokal Rokat Tase.

Bagi masyarakat luas, penelitian ini dapat memperlihatkan pentingnya suatu tradisi lokal dalam menjaga keseimbangan alam dan juga mempersembahkan rasa syukur terhadap leluhur yang terkandung dalam perayaan Rokat Tase yang di dalamnya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami tradisi ini.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang nilai-nilai s dalam perayaan Rokat Tase’ masyarakat Madura bertujuan untuk:

1. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’ 2. Menemukan nilai-nilai religiusitas dalam Rokat Tase’

(8)

F. Tinjauan Pustaka

Kebudayaan merupakan salah satu siasat manusia menghadapi hari depan. Kebudayaan, menurut Coleridge (dalam Jenks, 2013: 20) merupakan sebuah proses yang tidak berwujud nyata tetapi riil konsekuensi-konsekuensinya, sebuah tujuan, sebuah cita-cita dan terutama sebuah kondisi pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Kebudayaan harus dijaga, dilestarikan, dijadikan pedoman dan cita-cita yang diperjuangkan. Kebudayaan merupakan sebuah upaya untuk mengejar kesempurnaan total manusia dengan cara mengenal dan mengetahui, tentang segala sesuatu yang menjadi perhatian manusia, dan segala hal terbaik yang pernah dipikirkan dan dikatakan di dunia ini. Rokat Tase’ adalah upacara masyarakat nelayan untuk menyelamatkan nelayan dari bencana dan rintangan apa pun yang mungkin akan dihadapi ketika melaut dan dapat memberikan hasil tangkapan ikan yang banyak. Dalam tradisi Rokat Tase’ terdapat banyak sekali simbol-simbol dan tata cara yang tidak dapat dimengerti oleh orang awam jika hanya dengan melihatnya saja, terlebih oleh orang yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dengan pelaku Rokat Tase’ . Simbol perahu kecil yang dihias dan berisi beraneka macam makanan sebagai sesaji untuk dibawa ke tengah laut, misalnya, akan sulit difahami oleh orang dengan kebudayaan berbeda. Sesaji tersebut oleh masyarakat desa Nepa disebut dengan Ghite’.

(9)

G. Landasan Teori

Manusia sebagai makhluk religius ketika mencoba menyelami dasariah kerohaniannya sangat penting untuk menangkap realitas spiritual menuju sang ilahi. Pembaran tiada bertepi dalam menyingkap sisi kerohanian kodrat manusia sesungguhnya tidak hanya dilandasi oleh kekuatan kognitif tetapi juga lebih dalam dari itu, yaitu proses penguatan kalbu yang dieksplorasi melalui latihan rohani. individu memerlukan suatu pengontrol diri dalam berpikir, bersikap, bertindak yaitu agama atau religiusitas. Religiusitas dapat mempengaruhi setiap aspek dalam kehidupan individu, baik psikis maupun fisik. Religiusitas adalah sikap batin pribadi (personal) setiap manusia di hadapan Tuhan yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain, yang mencakup totalitas kedalam pribadi manusia (Dister, 1982).

Definisi lain menyatakan bahwa religiusitas merupakan perilaku terhadap agama yang berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai tidak hanya melalui ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual tetapi juga degan adanya keyakinan, pengalaman, dan pengetahuan mengenai agama yang dianutnya (Ancok & Suroso, 2001).

(10)

dan lain lain), dimensi praktek agama (berkaitan dengan seperangkat perilaku pemujaan, pelaksanaan tindakan formal keagamaan, ketaatan dan hal-hal yang dapat menunjukkan seberapa besar komitmen seseorang terhadap agama yang diyakininya), dimensi rasa/pengetahuan keberagamaan (berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami oleh seseorang), dimensi pengetahuan atau intelektual (mencakup informasi yang dimiliki seseorang mengenai keyakinan agama yang dianutnya mulai dari tata cara, kitab suci, atau tradisi-tradisinya), dan dimensi konsekuensi (mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari).

(Nuruddin, 2012) menjelaskan bahwa pada usia remaja perkembangan psikologi ditandai dengan munculnya kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri. Mahasiswa yang memasuki dunia perguruan tinggi pada usia ini secara bersamaan harus menyelesaikan tugas perkembangan psikososialnya dan tiap remaja memiliki keunikan dan masa yang berbeda dalam menemukan jati dirinya.

Menurut Erikson (1968 dalam Santrock, 2002) ketika jati diri ini telah ditemukan, maka tugas perkembangan terarah pada usaha peningkatan kemampuan untuk menjalin hubungan yang erat dengan lawan jenis dan perhatiannya mulai berfokus pada pengembangan karir dan masa depannya.

Religiusitas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’ tiap getaran hati pribadi, sikap personal sedikit banyak menjadi misteri orang lain karna menafaskan intinitas jiwa du coeur

(11)

Religiusitas tidak bekerja dalam pengertian-pengertian (otak) tetapi dari pengalaman, penghayatan (totalitas diri) yang mendahului analisis atau konseptualisasi “Tuhan tidak meminta agar manusia menjadi kaum teolog, tetapi menjadi manusia yang beriman” begitulah dalam sekian banyak varian dan nuansa yang kita dengar. Bagi manusia religius, ada “sesuatu” yang dihayati keramat, suci, kudus, adikodrati. (Mangunwijaya, 1988: 17).

H. Metode Penelitian

(12)

I. Bahan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, terutama yang terkait kearifan lokal Rokat Tase’ dan juga religi.

J. Alur Penelitian

Penelitian kepustakaan ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data tentang nilai-nilai religiusitas dalam Rokat Tase masyarakat Madura.

b. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang telah diperoleh sesuai dengan kisi-kisi landasan teori, sehingga dapat diperoleh suatu gambaran yang jelas tentang nilai-nilai religiusitas dalam Rokat Tase’ masyarakat Madura

c. Analisis data, artinya data yang telah diklasifikasi kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori tentang Religi.

d. Interpretasi data, yaitu data yang telah dianalisis itu diinterpretasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang nilai-nilai religi dalam perayaan Rokat Tase.

e. Sintesis sebagai hasil penelitian tentang nilai-nilai Religi dalam perayaan Rokat Tase’.

K. Hasil Yang Dicapai

1. Mampu mengetahui unsur-unsur kebudayaan dalam kearifan lokal Rokat Tase’ 2. Mampu memperoleh pemahaman yang jauh lebih mendalam tentang nilai-nilai

(13)

3. Mampu mengetahui Bagaimana masyarakat Madura mampu mempertahankan kearifan lokal Rokat Tase’dan segala nilai-nilai Religiutas yang terkandung di dalamnya

L. Sistematika Penulisan

Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan daftar isi.

Bab II : Berisi tentang pemaparan objek material yang berkaitan dengan Rokat Tase masyarakat Madura.

BAB III : Berisi tentang uraian objek formal penelitian mengenai pengertiaN Religiusitas

BAB IV : Berisi analisis kritik dari BAB 1 dan BAB 2 yaitu bagaimana konsep Religiusitas dalam Rokat tase’

(14)

BAB II

ROKAT TASE’ DI MADURA

Historisitas Rokat Tase’

Awalnya mula Rokat Tase’ itu adalah suatu sistem kepercayaan yang tujuan utamanya untuk slametan desa, slametan pantai (laut), ditahun 1950-an rokat tase’ dianggap mampu (mengundang roh halus ). Tetapi dengan perkembangan zaman semakin hari konsep rokat tase’ berubah menjadi suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Madura untuk bersyukur dan bentuk kesyukuran ini agar tahun kedepan rejeki yang diberikan Allah SWT ini bertambah, itulah tujuan yang pertama dalam pelaksanaan rokat tase’. Sedangkan untuk sistem yang dijalankan yakni awal pada malam hari di selenggarakan acara Istighosah, pada pagi hari kirap tradisi dengan berpakaian ala Madura dengan mengelilingi kampung disertai dengan Drumband (adalah sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik). Rokat Tase’ adalah upacara larung sesaji yang

dilaksanakan di laut dengan tujuan agar nelayan mendapat kelimpahan rejeki saat mencari ikan dan selamat dalam perjalanan.

Rokat Tase sebagai simbol

(15)
(16)

BAB III

NILAI-NILAI RELIGIUSITAS

Religiusitas adalah kedalaman seseorang dalam meyakini suatu agama disertai dengan tingkat pengetahuan terhadap agamanya yang yang mewujudkan dalam pengalaman nilai-nilai agama yakni dengan mematuhi aturan-aturan dan menjalankan kewajiban-kewajiban dengan keikhlasan hati dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah. Fungsi religiusitas diantaranya:

1. Fungsi edukatif

Adanya unsur bimbingan terhadap individu untuk menjalankan dan juga menghindari setiap argumen yang dikeluarkan dalam nilai-nilai agama.

2. Fungsi penyelamat

Manusia akan mengharapkan suatu keselamatan. Keselamatan yang luas ialah keselamatan yang diajarkan oleh agama dengan mengajarkan dua hal yakni dunia dan akhirat.

3. Fungsi pengawasan sosial

(17)

BAB IV PEMBAHASAN

BUDAYA ROKAT TASE’ DITINJAU MELALUI NILAI-NILAI RELIGIUSITAS Rokat tase’ adalah suatu tradisi keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Madura.

Dimana dalam tradisi ini mengandung nilai yang sangat penting yakni suatu ucapan syukur

yang disembahkan oleh yang maha kuasa. Perilaku keagamaan yang dilakukan ini dan bersifat

rutin oleh manusia yakni dalam rangka menjaga hubungan baik dengan yang dianggap suci, ini merupakan suatu wacana yang ada dan berkembang di tengah masyarakat Madura. Oleh karena itu, peneliti meyakini bahwa di balik wacana pasti senantiasa ada secercah pengetahuan yang diemban oleh masyarakat. Rokat Tase ini diperingati setiap satu tahun sekali, terkadang rokat tase dianggap suatu kegiatan yang merupakan mensyirikkan Tuhan SWT, tetapi konsep dasar dari sebuah upacara rokat tase’ adalah suatu bentuk syukur yang juga sangat bersandar pada nilai-nilai Keislaman contohnya

Tradisi yang jarang dilakukan oleh masyarakat Nusantara di tengah-tengah arus

globalisasi, namun Masyarkat Madura memilih jalannya sendiri yakni dengan menjaga warisan

leluhur yang dimana Rokat Tase ini salah satunya. Adanya rasa kepuasaan batin yang dimiliki

oleh tiap masyarakat yang menjalani memberi kepuasan tersendiri dalam pelaksanaannya.

Dalam sudut pandang religi sendiri rokat tase merupakan tradisi yang unik dan luar biasa,

kemampuan masyarakat untuk memadukan antara kearifan lokal dan nilai religi di dalamnya,

ditambah masyarakat Madura yang mayoritas adalah masyarakat pemeluk agama tertentu

yakni agama Islam. Ajaran agama yang ditampilkan sangat kental mulai dari proses persiapan

tradisinya hingga sampai pada pelaksanaan tradisi itu sendiri.

(18)

tetapi juga tak dapat dipungkiri bahwa adanya sebuah tradisi yang dilaksanakan bagi sekelompok masyarakat tidak akan pernah lepas dari sebuah pengaruh kebudayaan.Artinya, perubahan masyarakat mempengaruhi terhadap adanya perubahan sosial. Adanya agama diyakini mampu memegang suatu prinsip kehormatan dan juga terletak pada sikap sosial yang dituntut untuk saling bekerja sama. Sikap saling kerja sama ini akan mewujudkan suatu kebudayaan yang bersifat memuat dimana sebuah agama akan melahirkan sebuah sikap religius yang sangat sensitif bagi penganutnya. Di Indonesia sendiri sebuah agama, agama apapun itu, tak terkecuali Islam, ia tidak serta merta langsung diterima dan dianut melainkan melalui proses pengenalan dan modifikasi bagi agama lainnya yang dipercaya lebih kuat seperti animisma dan dinamisma serta hindu budha. Dulunya Islam hanya dianut bagi kaum cendekiawan, bagi kaum cendikiawan, Islam dengan konsep ajarannya yang lebih lengkap dan rinci menjadi sumber inspirasi dalam memproduksi karya-karyanya.

(19)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk simbol komunikasi pada tradisi Rokat Tase’ adalah simbol komunikasi non-verbal. Simbol tersebut berupa sesaji yang yang diletakkan di dalam ghitek yang terdiri dari segala macam kebutuhan hidup manusia. Simbol komunikasi non-verbal juga terdapat dalam tindakan-tindakan yang terwujud dalam acara khataman al-Qur’an, sholawat Nabi, tarian, melempar beras, sawer dan membajak sawah.

Makna simbol komunikasi dalam tradisi Rokat Tase’ yang berbentuk simbol non-verbal mempunyai makna tersendiri. Namun demikian, hanya satu yang menjadi inti makna dari simbol tersebut, yaitu do’a dan pengharapan kepada Allah oleh masyarakat Madura yang diantarkan melalui simbol sesaji dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Do’a yang diantarkan diharapkan dapat dikabulkan oleh Allah dalam bentuk keselamatan seluruh warga desa Nepa dan keselamatan bagi para Nelayan ketika mereka melaut. Sesaji dihantarkan untuk menolak segala bala yang mungkin akan datang.

B. Saran

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. & Suroso, F. N. 2001. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Cetakan 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djamaludin Ancok dam Fuad Nashori. 2008. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iredho Fani Reza. 2013. Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas Pada Remaja di

Madrasah Aliyah (Ma). Humanitas Vol X No 2.

Khalil, Ahmad. 2008. Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa. UIN-Malang Press: SUKSES Offset.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Kanisius. Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat. Jakarta: Tiara Wacana.

Mangunwijaya, Y. B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta: Gramedia. Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Wahyu Ilaihi dan Siti Aisah. 2012. Simbol Keislaman pada Tradisi Rokat Tase’ dalam Komunikasi pada Masyarakat Desa Nepa, Banyuates-Sampang Madura. Indo-Islamika. Volume 2 Nomor 1.

Referensi

Dokumen terkait

Dari bulan Oktober sampai November 2015 Efisiensi Performa Mesin ACM turun sebesar 5,33 % , hal ini disebabkan karena pada bulan November jumlah produksi asbak pada bulan

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

yang diakui IAI yang mengharuskan yang bersangkutan menyiapkan atau mereview materi-materi yang bersifat teknis yang relevan dengal kompetensi akuntan adalah sebagai

Problem yang kedua yaitu terkait dengan problem distribusi SDMK di Dinkes Kabupaten Ponorogo, problem yang paling nampak adalah adanya pelaksanaan pendistribusian SDMK

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%; MSP: minggu setelah

Beberapa metode yang sering digunakan dalam menyelesaikan masalah pelacakan objek bergerak antara lain background subtraction dan algoritma OTSU.. Dalam menentukan threshold,

Berdasarkan data afiksasi yang ditemukan pada kosakata bahasa prokem dalam media sosial Facebook pages, yaitu kata ngacay, napak, dan nemuk yang sesuai dengan beberapa

Dengan memahami pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa daerah dalam hubungannya dengan pertumbuhan, pengembangan, pembinaan dan pemakaian bahasa daerah itu