• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Kelompok I Latar Belakang Proses (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resume Kelompok I Latar Belakang Proses (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

(2)

BAB II

LATAR BELAKANG PERUBAHAN UUD 1945

A. Sejarah Singkat UUD Indonesia

Pada tanggal 17 Agustus 1945 di umumkan kemerdekaan, sejak tanggal 27 Desember 1949, dalam Konstitusi Indonesia berlaku RIS, dan sejak 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Keputusan Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, menegaskan dengan DPR pada 22 Juli 1959. Pada periode 1999-2002, 1945 mengalami empat kali perubahan amandemen. Berbicara tentang lahirnya UUD 1945 tidak akan lepas dari penjajahan Portugis, VOC, Inggris, Spanyol, Belanda, Jepang pada akhir abad ke-15. Mereka mencari harta kekayaan nusantara seperti gold, glori dan gospel. Pada tahun 1909 di bentuk berbagai organisasi dan tahun 1922 didirikan Taman Belajar untuk kaum pribumi oleh Ki Hajar Dewantara. Tanggal penting yang tercatat yaitu pada tahun 1926 Kongres pemuda pertama dan perumusan Sumpah Pemuda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 di bacakanlah Sumpah Pemuda.

B. Reformasi dan Perubahan UUD 1945

Reformasi dipilih sebagai upaya jalan keluar dari berbagai kebutuhan dalam sistem sosial, politik, hukum dan ekonomi yang dihadapi Indonesia. Setelah reformasi dan sekitar dua bulan setelah pemilu tahun 1997, terjadi krisis moneter di bagian Asia Tenggara.

1. Reformasi

(3)

2. Gagasan tentang perubahan UUD 1945

Perubahan UUD 1945 merupakan desakan reformasi dan integral pokok pemikiran1 mengenai perubahan ini dipelopori oleh kalangan akademik,

kalangan praktisi dan kalangan pejabat publik. 3. Proses menuju perubahan UUD 1945

Perubahan UUD 1945 dilaksanakan pada Sidang Umum (SU) MPR, pada 1-12 Oktober 1999 untuk membentuk Badan Pekerja MPR yang salah satu tugasnya merumuskan rancangan perubahan UUD 1945. Proses perubahan UUD 1945 mengalami empat kali sidang dalam membahas dan mengesahkannya.

4. Pemilihan umum 1999

Pemilu dilaksanakan berdasarkan UU No.2 Tahun 1999, UUD No.3 Tahun 1999 dan UU No.4 Tahun 1999. Menetapkan 48 partai yang lolos sebagai peserta pemilihan umum. Penyelenggaraan dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

5. Pendapat masyarakat menjelang Sidang Umum MPR a) Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)

Dengan mendorong proses partisipasi politik secara luas dan mensosialisasikannya sehingga terbuka ruang bagi rakyat untuk mengemukakan pendapatnya.

b) Dr. H. Roeslan Abdulgani

Sasaran perubahan UUD 1945 untuk membatasi kekuasaan Presiden sehingga terjadi keseimbangan antara kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

c) Indonesia Center for Evironmental (ICEL)

Memperhatikan hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya dan hak terkait dengan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan.

d) Mohammad Fahjrul Falaakh, S.H.,M.A

Perubahan UUD 1945 dilakukan dengan merumusakan kembali konstruksi dengan menjernihkan prosedur atau sistem yang ditempuh.

1 Tim Penyusun.Naskah Kompresif Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik

(4)

BAB III

PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

A. Sidang Umum MPR Tahun 1999 1) Agenda Sidang Umum MPR

Anggota MPR yang akan melakukan Sidang Umum MPR pada 1-21 Oktober 1999 yang agenda awalnya adalah membahas perubahan tata tertib sidang. 2) Pandangan Umum Fraksi

Pada pandangan fraksi digambarkan melalui lembaga-lembaga PDIP, F-PG, F-KB, F-Reformasi, F-BB, F-KKI, F-PDU, F-PPP, F-PDKB, F-TNI/Polri dan F-UG.

B. Proses Pembahasan Rancangan Perubahan dalam Rapat PAH III Badan Pekerja dan Komisi C Sidang Umum MPR Tahun 1999

1. Kronologi Kegiatan perubahan

Di bentuk alat kelengkapan yakni BP MPR oleh MPR. BP MPR mempunyai alat kelengkapan yakni PAH I, PAH II dan PAH III.

2. Pembentukan Badan Pekerja (BP) dan PAH III MPR 1999

Jumlah anggotanya 90 orang untuk membuat rancangan perubahan UUD 1945.

3. Mekanisme Pembahasan PAH III BP MPR

Perubahan terhadap UUD 1945 telah ditetapkan melalui dekrit Presiden 5 Juli 1959.

4. Dasar Hukum dan Prosedur Perubahan

Sidang Istimewa MPR 1998 mengeluarkan Tap MPR Nomor VIII/MPR/1998 tentang pencabutan Tap MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum.2

5. Pendekatan dan model perubahan

Rancangan perubahan UUD 1945 untuk pertama kalinya dipersiapkan oleh PAH III BP MPR, dalam menentukan perubahan tersebut diperlukan adanya kesepakatan dari fraksi-fraksi MPR. Kesepakatan dari pengantar fraksi ialah bahwa seluruh fraksi setuju mengenai perubahan UUD 1945 hanya batang

(5)

tubuhnya saja, mengenai pembatasan kekuasaan, tugas dan wewenang Presiden.

6. Kesepakatan Dasar mengenai perubahan

Rapat PAH III BP MPR 1999 ke-1, Kamis 7 Oktober 1999, kesepakatan dan prioritas materi perubahan3, yaitu : semua fraksi setuju mengenai perubahan

UUD 19454, Pembukaan UUD tidak diubah, yang diubah adalah batang

tubuh dan penjelasan UUD 1945, semua fraksi sepakat Badan Pekerja MPR melakukan amandemen atau perubahan UUD 1945 pada hal mendesak sesuai kesepakatan semua fraksi badan tersebut membentuk komisi selambat-lambatanya pada tanggal 17 Agustus 2000. Oleh karena itu para perumus perubahan UUD 1945 menetapakan lima kesepakatan yaitu tidak mengubah pembukaan UUD 1945 karena terdapat dasar yang melandasi seluruh pasal dalam UUD 1945, kesepakatan mempertahankan NKRI, mempertegas sistem pemerintahan Presidensial, meniadakan penjelasan UUD, memepertahankan keaslian UUD, selain itu fraksi-fraksi MPR menyepakati bahwa negara Indonesia menganut siatem pemisahan kekuasaan.

7. Pembahasan Dalam Komisi C

Setelah PAH III BP MPR menyelesaikan masa tugasnya. Dalam kesempatan itulah dibentuk komisi-komisi MPR, salah satunya adalah Komisi C yang bertugas membahas rancangan perubahan UUD 1945 yang diketuai oleh Zai Badjeber dari F-PPP pembahasan rancangan tersebut didahului dengan pengantar fraksi MPR, 17 Oktober 1999. Perubahan UUD 1945 harus dimengerti, perubahan pasal 2 tidak diperlukan, pasal 3 dujadikan pasal 2 untuk mempersingkat karena permulaan perubahan pertama. Kemudian pasal 4 BP MPR RI diperkirakan mulai bertugas sejak tanggal 18 Januari, namun MPR RI melaporkan hasil kerjanya pada tanggal 18 Agustus 2000.

8. Rapat Paripurna Terakhir SU MPR Tentang Hasil Komisi C Mengenai Perubahan UUD 1945.

Hasil kerja Komisi C selanjautnya dilaporkan dalam Rapat Paripurna SU MPR yang berlangsung pada 19 Oktober 19995. Berbagai perdebatan terjadi

dalam membuat ketetapan penugasan BP MPR untuk melanjutkan perubahan

3Ibid.,hlm 156

4 Ibid.,hlm 157

(6)

UUD 1945 maka Ketua Rapat M. Amien Rais mengemukakan pandangan akhir faksinya sebagai berikut :

a. Rancangan perubahan UUD Negara RI Tahun 1945.

b. Rancangan ketetapan MPR RI tentnag peraturan Tata Tertib MPR RI. c. Rancangan ketetapan MPR RI tentang Garis Besar Haluan Negara tahun

1999-2004.

d. Rancangan ketetapan MPR RI tentang penentuan pendapat Timor Timur. e. Tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI.

f. Rancangan ketetapan MPR RI tentang penugasan BP MPR RI untuk melanjutkan Amandemen UUD 1945 RI Tahun 1945.6

9. Pandangan Para Pakar

Dalam melakukan perubahan UUD 1945, diperlukan banyak masukan dari beberapa ahli yaitu Prof. Dr. Harun Alrasid, S.H dan Prof. Dr. Ismail Suny, S.H, MCL dan Prof. Dr. Soewoto Moeljosoedamo,S.H.

C. Perdebatan Dalam Sidang Tahunan MPR 2000

1. Agenda sidang tahunan MPR 2000 dan proses pembentukan PAH I BP MPR SU MPR

Perubahan pertama UUD negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karna keterbatasan waktu dan tempat, untuk itu SU 1999 memutuskan ketetapan MPR No.IX/MPR/1999 tentang penugasan BP MPR untuk melanjutkan perubahan UUD. Berbagai persiapan dilakukan menuju ST MPR 2000 dilakukan sejak November 19997. PAH I dipimpin oleh Jakob Tobing dari

F-PDIP sebagai ketua, Slamet Effendy sebagai wakil ketua dari F-KB sebagai sekertaris. Disamping PAH I sebagai alat kelengkapan maka dibentuk PAH II yang membahas rancangan Non-GBHN.

2. Kronologi kegiatan perubahan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh PAH I BP MPR selama Perubahan Kedua UUD 1945 yaitu rapat pleno, rapat lobi, rapat tim perumus dan rapat pleno PAH I sinkronisasi. Setelah melakukan serangkaian rapat, akhirnya PAH I menghasilkan Rancangan Perubahan Kedua UUD 1945 dan Rancangan Ketetapan MPR tentang penugasan BP MPR. Untuk menindaklanjuti hasil-hasil yang telah dicapai, dalam rapt kelima dan keenam ST MPR diteruskan kedalam sidang Paripurna ST MPR yang berlangsung mulai Senin, 7 Agustus

(7)

2000 hingga Jumat 18 Agustus 2000. Pada Jumat, 11 Agustus 2000 Sidang Paripurna membentuk komisi-komisi majelis yaitu Komisi A, Komisi B, Komisi C.

3. Mekanisme Pembahasan PAH I BP MPR

Melakukan rapat dengar pendapat umum, mengadakan enam kali seminar, studi banding dan kunjungan kerja ke-27 Provinsi.

4. Pandangan Fraksi DPR Pada Rapat PAH I

Adapun pandangan dan gagasan fraksi mengenai perubahan UUD 1945 pada tahap kedua dalam Rapat PAH I BP MPR 2000 ke-3, Senin, 6 Desember 1999.

a. F-PDIP

Ketentuan yang perlu ditambah maupun yang perlu dipertegas adalah hubungan sila pertama sampai sila kelima.

b. F-PG

Peneguhan bentuk negara kesatuan, peningkatan wewenang Lembaga Tertinggi Negara,Peningkatan peranan Lembaga Tinggi Negara,Lembaga Kepresidenan, Tugas dan wewenang lembaga kekuasaan kehakiman, perlunya pengaturan lebih jelas mengenai hal keuangan negara dan meningkatkan lembaga Kejaksaan Agung sebagai lembaga negara yang mandiri.

c. F-KB

Perubahan tahap kedua UUD 1945 membahas ketentuan yang terkait dengan kekuasaan kehakiman, Bank Indonesia, BPK, Pemerintahan Daerah dan HAM.

d. F-PPP

Membahas tentang pembatasan kekuasaan lembaga kepresidenan dan pemberdayaan MPR serta lembaga-lembaga negara lainnya.

e. F-PBB

F-PBB mengusulkan pembahasan mengenai bentuk negara, kedaulatan rakyat, lembaga-lembaga negara dan HAM.

f. F-PDU

(8)

g. F-Reformasi

Perlunya dilakukan pembahasan mengenai kewenangan dan fungsi lembaga-lembaga negara, pertahanan dan keamanan negara, tujuan pendidikan dan pengajaran nasional serta kesejahteraan sosial.

h. F-KKI

Diperlukan pembahasan mengenai susunan keanggotaan MPR, pemilihan umum, partai politik, HAM, dasar negara,otonomi daerah, kedudukan TNI/Polri dan keanggotaan DPA.

i. F-PDKB

Melakukan pembahasan mengenai tugas, wewenang dan fungsi lembaga-lembaga negara. PDKB juga menawarakan ketentuan-ketentuan alternatif mengenai kekuasaan MPR ,DPR, dan MA.

j. F-TNI/Polri

Mengusulkan mengenai bentuk dan kedaulatan negara, lembaga-lembaga negara, lambang negara, lagu kebangsaan, dan mekanisme perubahan UUD.

k. F-UG

Pembahsan mengenai pembagian kekuasaan, susunan dan kedudukan lembaga-lembaga negara, otonomi daerah, HAM, penegakan hukum, sistem perekonomian nasional, pertahan dan keamanan serta keadilan gender.

5. Pandangan Para Pakar

Piagam Jakarta yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan bukan putusan resmi BPUPK. Adanya perbedaan pendapat di kalangan Pakar Tata Negara yang mempunyai beberapa ciri.

1. Bahwa lembaga-lembaga Negara yang ada dalam UUD mengambil konsep lembaga-lembaga yang ada di negara Belanda.

2. Mengenai materi HAM dalam UUD 1945.

3. Bahwa UUD 1945 sangat ringkas yang terdiri dari 37 pasal.

(9)

Konstitusi memiliki empat fungsi umum, yaitu: fungsi transformasi, fungsi informasi, fungsi regulasi dan fungsi kanalisasi. Selanjutnya, dalam konstitusi terdapat dua hal penting yaitu tujuan dan lembaga pemerintah. Kemudian juga ditambahkan agar di bentuk parlemen dengan sistem Bikamera. Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang baru ada pada tahun 1928. Dan dalam pasal 18 UUD 1945 itu dimasukan saja di dalam Batang Tubuh termasuk beberapa perubahannya.

Ada delapan kekuasaan di dalam UUD 1945, yaitu : kekuasaan membuat UUD dan GBHN, kekuasaan pemerintah, kekuasaan keuangan negara, kekuasaaan diplomatik, kekuasaan militer, kekuasaan memberi tanda kehormatan, dan kekuasaan kehakiman.

Mengenai model demokrasi, federalisme, dan bagaimana menggabungkan tiga pilar kehidupan yaitu pilar agama atau moral, pilar ilmu atau kecakapan serta pilar kekuasaan.

Masalah perekonomian nasional dan bagaimana pentingnya mengembangkan industri perdagangan dan investasi. Dan juga mengenai pasal 33 UUD 1945.

Pergerakan modal dan juga mengenai macam harga macam mata uang untuk dimasukan ke dalam pasal 23 ayat (2) UUD 1945.

Pentingnya menerapkan prinsip dari rakyat ,oleh rakyat, dan untuk rakyat demi perkembangan perekonomian bangsa

Pengaruh besar dalam kehidupan bernegara, ketentuan-ketentuan di dalam bidang ekonomi yang harus di masukan ke dalam UUD 1945.

6. Pandangan Perguruan Tinggi a) ITB ( Institut Teknologi Bandung)

Ada lima topik yaitu : filsafah dan wawasan kebangsaan, kedaulatan rakyat, sistem kekuasaan, pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan terakhir sistem perekonomian.

b) Universitas Jember

Tiga pokok perubahan UUD 1945 yaitu dasar pemikiran, ususlan subtansi yang perlu diubah dan implementasi usulan substansi yang diubah dalam batang tubuh.

c) IAIN Syarif Hidayatullah

(10)

d) Universitas Kristen Indonesia (UKI)

Perubahan UUD 1945 yang berkenaan dengan bentuk, sifat dan kedaulatan negara. Dan juga tentang substansi pemilihan umum, substansi tentang HAM dan rencana pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden.

7. Pandangan Lembaga-Lembaga Negara dan Pemerintah a. Mahakamah Agung

Melakukan penyempurnaan terhadap BAB IX mengenai Kekuasaan Kehakiman.

b. Kejaksaan Agung

Aspirasi masyarakat dan juga mengenai konsep penyempurnaan UUD 1945.

c. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)

Empat hal yang harus di tuangkan dalam perubahan UUD 1945 yaitu konsentrasi kekuasaan di tangan Presiden, pasal-pasal interpretasi ganda,cita-cita proklamasi dan perlidungan HAM secara optimal.

d. Dewan Ketahan Nasional (Wantannas)

Wantanas, Arifin Tarigan menyampaiakan dua belas persoalan. e. Kepolisian RI

Fungsi kepolisian yaitu fungsi kedudukan dan wewenang kepolisian dalam dimensi Yuridis dan sosiologis.

f. Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Berhubungan dengan keutuhan wilayah, persatuan kemakmuran dan kelangsungan hidup bangsa.

8. Pandangan Organisasi Keamanan a. Nahdatul Ulama

Di dalam amandemen ini yang ingin ditekankan PAH I PB NU yaitu mengenai masalah kedaulatan rakyat, HAM, pendidikan dan ekonomi nasional.

b. Muhammadiah membahas sistem Cheks dan Bacances.

c. Majelis Ulama Indonesia membahas perubahan UUD 1945 tahap kedua yang termuat dalam Pasal 29 Ayat (1) dan (2).

(11)

kepercayaannya itu, agar dapat beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

e. Konfensi Waligereja Indonesia

f. Parisada Hindu menyampaikan usulan perubahan UUD 1945 , Pasal 1 Ayat (1), Pasal 2 Ayat (2).

g. Perwakilan Umat Buddha Indonesia membahas mengenai pelanggaran penggunaan Bahasa Mandarin.

9. Pandangan Organisasi non Pemerintah 1) Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

ESEI menyampaikan mengenai gagasan negara dalam perekonomian yang mengacu dalam UUD 1945.

2) Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia

PBHI menyampaikan secara rinci mengenai , perlindungan terhadap martabat manusia, jaminan atas kebebasan pribadi, kesetaraan dihadapan hukum, kebebasan berkeyakinan agama hati nurani dan kepercayaan, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan berkumpul dan berserikat, hak atas domisili dan kebebasan berpindah tempat, hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak, hak atas properti dan warisan.

3) Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

Dalam UUD ditempatkan konteks atau konsep politik yang didalamnya memiliki kekuasaan di Indonesia yang terbagi menjadi dua yaitu yang tertinggi (MPR) dan (MA) Mahkamah Agung.

4) Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) mengusulkan supaya amandemen yang menyeluruh diadakan melalui sifat rekontrukturisasi.

5) Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) mengatakan bahwa batang tubuh itu bagian dari penjabaran pancasila.

6) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) berpendapat jika pembukaan UUD 1945 harus tetap dipertahankan, jika mengubah segala bentuk tata negara maka akan mendapat konsekuensinya.

7) Aliansi Jurnalis Independen mengusulkan agar jaminan kebebasan pers itu dicantumkan dalam UUD 1945.

(12)

9) Paguyuban Manggala berpendapat bahwa di setiap UUD, suatu konstitusi itu memiliki rechtsidee atau cita hukum.

10) Koalisi Ornop mengemukakan bahwa amandemen tidak akan menyentuh soal Mukadimah dari UUD 1945.

10. Pembahasan Dalam Komisi A

Melakukan rapat untuk membahas Rancangan Perubahan Kedua UUD 1945 hasil kerja BP MPR yang diikuti berbagai fraksi yaitu F-PDIP, F-PG, F-PPP, UG, FPKB, Fraksi Reformasi, PBB, KKI, TNI/Polri, PDU, F-PDKB.

11. Rapat Paripurna Terakhir ST MPR 2000 Tentang Hasil Komisi A Mengenai Perubahan UUD 1945

Rancangan Perubahan kedua UUD 1945 telah dipersiapkan oleh BP MPR dan penugasan yang dituangkan dalam ketetapan MPR RI No. IX/MPR/1999, Komisi A telah mengambil keputusan untuk menyetujui Rancangan Perubahan Kedua UUD 1945 untuk dirumuskan dan guna diteruskan ke sidang Majelis untuk memperoleh suatu perubahan ke dua UUD 1945.

D. Perdebatan Dalam Sidang Tahunan MPR 2001

1. Agenda ST MPR 2001 dan Pembentukan PAH I BP MPR

Membahas mengenai pembentukan Tim Ahli yang beranggotakan 30 orang dan keanggotaan PAH I BP MPR sejumlah 51 orang yang mencerminkan komposisi fraksi dalam MPR. Serta tugas dari masing-masing anggota. 2. Kronologi Kegiatan Perubahan

Perubahan ketiga UUD 1945 dilakukan MPR tahun 2001. Perubahan dilakukan dalam berbagai Rapat Pleno sepanjang masa sidang tahun 2000-2001 di PAH I BP MPR. Diketuai oleh Drs. Jakob Tobing, MPA (fraksi PDI Perjuangan).

3. Mekanisme Pembahasan PAH I BP MPR

(13)

4. Pandangan Fraksi MPR

Banyak hal yang di bahas mengenai perubahan ketiga UUD 1945 melalui berbagai fraksi yakni PPP, Reformasi, PDIP, UG, KB, PG, F-PDKB, F-PDV, F-PBB, F-TNI/Polri.

5. Pandangan Tim Ahli PAH I BP MPR

Diketuai oleh Prof. Dr. Ismail Suny,S.H.,MCL membahas mengenai :

a. Bidang Politik yakni kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif, pemerintahan daerah dan hak asasi manusia. b. Bidang Hukum yakni pemerintahan yang menyatakan bahwa Presiden

dan Wakil Presiden harus dipilih secara langsung. Bentuk negara dan bentuk pemerintahan perlu diperjelas dan diperbaiki rumusan kalimatnya.

c. Bidang Ekonomi yakni sistem ekonomi yang ada di dalam Pasal 33 yang diadopsi UUD adalah sistem sosial. Dalam UUD harus ada Bab atau Pasal tersendiri tentang pasar.

d. Bidang Pendidikan yakni mengenai penyelenggaraan pendidikan dan tujuan pendidikan.

e. Bidang Agama, Sosial dan Budaya.

6. Pembentukan Komisi dan Pimpinan Komisi A MPR

Dibentuk empat komisi yakni Komisi A dipimpin oleh Prof. Dr. Ginanjar Kartasasmita, Komisi B dipimpin oleh Ir. Sucipto, Komisi C dipimpin oleh Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, Spd dan Komisi D dipimpin oleh Drs. Husni Thamrin.

7. Pembahasan dalam Komisi A

Rancangan perubahan UUD 1945 daalm rapat Komisi A terdapat beberapa rumusan mengenai DPD, kedaulatan rakyat dan Bank Sentral.

8. Rapat Paripurna Terakhir ST MPR 2001 tentang Hasil Komisi A mengenai perubahan UUD 1945

(14)

tentang pembentukan komisi konstitusi dan pelaksanaan ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2000.

9. Pembentukan Fraksi Utusan Daerah MPR RI dan penambahan pimpinan MPR

Fraksi-fraksi yang dibentuk dan di tetapkan dalam Rapat Paripiurna ke-7 tanggal 9 November 2001 ST MPR 2001 yang menghasilkan Fraksi Utusan Daerah MPR. Dan yang terpilih menjadi Ketua Fraksi dan kemudian menjadi Wakil Ketua MPR yaitu Dr. Oesman Sapta Odang.

E. Perdebatan Dalam Sidang Tahunan MPR 2002

1) Agenda ST MPR 2002, Pembentukan PAH I dan Pimpinan PAH I BP MPR

Susunan pimpinan PAH I BP MPR dalam ST MPR 2002 tidak mengalami perubahan, yaitu Jakob Tobing sebagai Ketua dari fraksi PDIP, Harun Kamil sebagai Wakil Ketua Utusan Golongan dan Slamet Effendy Yusuf sebagai Wakil Ketua, serta Ali Masykur Musa sebagai sekertaris dan anggota 45 orang.

2) Kronologi kegiatan PAH I BP MPR

Melakukan dan melaksanakan berbagai Rapat untuk membentuk tiga panitia Ad Hoc kemudian Rapat Kedua BP MPR RI dengan agenda laporan perkembanagn pelaksanaan tugas panitia Ad Hoc BP MPR. Rapat ketiga BP MPR RI adalah berisikan lapaoran perkembanagn pelaksanan Tugas PAH BP MPR. Kemudian di lakukan rapat finalisasi atau rapat kekempat BP MPR. Selanjutnya Komisi A memberikan hasilnya yang dibacakan dalam Rapat Paripurna Kelima ST MPR Tahun 2002 dengan agenda laporan komisi. 3) Mekanisme Pembahasan di PAH I MPR Tahun 2002

Melakukan penyerapan aspirasi masyarakat dalam rangka memperlancar proses perubahan keempat UUD 1945 PAH I BP MPR. Dan untuk menyempurnakan redaksi dan tata bahasa terhadap Rancanagn Perubahan Keempat UUD 1945 maka di undang ahli bahasa dan ahli hukum tata negara dalam tahap perumusan, penyelarasan dan pembahasan.

4) Pemandangan Umum Fraksi

(15)

tentang keberadaan MPR, bentuk negara kesatuan dan sistem pemerintah kabinet presidensil. Pasal 29 tidak perlu diubah, mengenai pemilihan, tugas presiden dan sistem bikameral dengan prinsip checks and balances.

5) Pandangan Lembaga-Lembaga Negara/Pemerintah

Dengan diwakilkan oleh beberapa lembaga-lembaga yakni MA, Kejaksaan Agung, Polri, DPA, Departemen Agung (Depag), Deptiknas, Depsos, Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan. Disampaiakn beberapa aspirasi yakni bab tentang penegakan hukum di masukan dalam rezim kekuasaan kehakiman, mendukung rumusan awal pasal 29 dan perlunya perhatian mengenai ketimpangan gender di lapangan.

6) Pandangan Organisasi Non Pemerintah

Terdiri atas 65 organisasi ornop yang berpusat di beberapa provinsi di Indonesia termasuk Jakarta. Menyoroti bidang keuangan, sistem ekonomi dan mata uang. Proses perubahan UUD 1945 tanpak eliits. Globalisasi pada dasarnya menutut keunggulan dari sumber daya manusia. Lembaga pengembangan teknologi setuju dengan perubahan UUD 1945 Bab XIV dan mengusulkan agar Pasal 33 Ayat (1), (2) dan (3) tetap dipertahankan pada rumusan aslinya.

7) Pandangan Cendekiawan/Budayawan

Pertama, Ideologi Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Kedua, ekonomi kerakyatan dalam pasal 33. Ketiga, sistem ketatanegaraan. Keempat, kebhinekaan dalam kebudayaan merupakan dasar dalam pembuatan peraturan. Kelima, dalam hal pendidikan dasar arah dan struktur hukumnya di masukan dalam UUD 1945 tidak bisa di lepaskan dari konteks sejarah.

8) Pandangan Perguruan Tinggi

(16)

9) Pandangan Para Ahli

Pertama, diadakannya perubahan UUD mengenai pembuatan peraturan perundang-undangan. Kedua, fungsi aturan peralihan atau ketentuan peralihan adalah ketentuan yang bersifat trasito. Ketiga, merumuskan aturan peralihan dan aturan tambahan adalah mengalihkan keadaan lama menjadi keadaan baru.

10) Pembahasan dalam Komisi A

Pertama F-PDIP, langkah-langkah yang diambil bersifat mekanisme untuk di bawa ke sidang Paripurna guna diambil keputusan. F-PG, mengutamakan pembahasan pada amanat Tap MPR No.XI yang telah di bahas di Badan Pekerja. F-PPP, perubahan terhadap UUD 1945 sejak Pertama, Kedua, Ketiga dan Perubahan Keempat harus dituntaskan. F-KB, melakukan penataan kelembagaan demokrasi yang baik. Kelima F-Reformasi , mengenai komposisi MPR, agama dan aturan peralihan. F-PBB , perubahan pasal 37. F-KKI, mengenai masalah komposisi keanggotaan MPR, wewenang MPR dan kedaulatan rakyat.

11) Rapat Paripurna Terakhir ST MPR 2002 tentang Hasil Komisi A mengenai Perubahan UUD 1945

Diberlakukan kembali Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan pada tanggal 22 Juli 1959 telah di kukuhkan secara aklamasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Penambahan pada perubahan Kedua UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pengubahan penomoran Pasal (3) Ayat (3) dan Ayat (4) Perubahan Ketiga UUD NRI Tahun 1945 menjadi Pasal (3) Ayat (2) dan Ayat (3). Pasal 25E menjadi Pasal 25 A. Pengubahan dan penambahan Pasal 2 Ayat (1), Pasal (6A) Ayat (4), Pasal 8 Ayat (3), Pasal 4 Ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24 Ayat (3), Pasal 29 Ayat (1) dan Ayat (2), Bab XIII Pasal 31 Ayat (1), (2), (3), (4) dan (5), Pasal 32 Ayat (1) dan Ayat (2). Bab XIV Pasal 33 Ayat (4) dan Ayat (5) Pasal 34 Ayat (1) dan Ayat (5) Pasal 34 Ayat (1) dab Ayat (2), (3), (4) dan (5). Aturan peralihan Pasal 1, 2 dan 3, Aturan Tambahan Pasal 1 dan 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.8

12) Sistematika Penyusunan UUD 1945

(17)

Dalam empat tahapan perubahan UUD 1945, sejak awal fraksi MPR membuat kesepakatan dasar agar dalam melakuakn perubahan UUD 1945 dan arah yang jelas dan tidak mengubah hal-hal yang fundamental. Terdapat dua bentuk perubahan konstitusi :

a. Mengubah dan mengganti total konstitusi yang lama dengan yang baru.

b. Konstitusi lama tetap di pertahankan, sedangkan pasal-pasal baru diletakan diakhir konstitusi lama sebagai lampiran bentuk ini difraksikan dalam konstitusi Amerika Serikat.9

BAB IV

(18)

HASIL PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Perubahan UUD 1945 merupakan peristiwa bersejarah yang berhasil diukir oleh para anggota MPR periode 1999-2004. Perubahan UUD 1945 dilakukan pada waktu yang tepat hampir seluruh elemen masyarakat menghendaki perubahannya yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara10. Perubahan dilakukan secara bertahap karena semua usulan

perubahan pertama tidak terselesaikan di bahas dan kemudian hari di putuskan dalam bentuk ketetapan MPR No. IX/MPR/1999 sebagai kerangka acuan.

A. Perubahan Pertama UUD 1945

a. Tentang kekuasaan pemerintah negara ; b. Kementrian Negara ;

c. Dewan Perubahan Rakyat.11

B. Perubahan Kedua UUD 1945

Perubahan Kedua UUD 1945 yang disahkan dalam ST MPR 2000 terdiri dari 25 Pasal dan 51 Ayat.

a. Bab tentang Pemerintahan Daerah ; b. Bab tentang Dewan Perwakilan Rakyat ; c. Bab tentang Wilayah Daerah ;

d. Bab tentang Warga Negara dan Penduduk ; e. Bab tentang Hak Asasi Manusia ;

f. Bab tentang Pertahanan dan Keamanan Negara ;

g. Bab tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.12

C. Perubahan ketiga UUD

Perubahan Ketiga UUD 1945 terdiri dari 23 pasal dan 64 ayat. a. Bab tentang Bentuk dan Kedaulatan ;

b. Bab tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat ;

(19)

c. Bab tentang Kekuasaan Pememrintahan Negara ; d. Bab tentang Dewan Perwakilan Rakyat ;

e. Bab tentang Pemilihan Umum ; f. Bab tentang Hal Keuangan ;

g. Bab tentang Badan Pemeriksa Keuangan ; h. Bab tentang Kekuasaaan Kehakiman.13

D. Perubahan Keempat UUD 1945

a. Bab tentang Majelis Permusyawaratan Negara ; b. Bab tentang Kekuasaan Pemerintah Negara ; c. Bab tentang Dewan Pertimbangan Agung ; d. Bab tentang Hal Keuanagn ;

e. Bab tentang Kekuasaan Kehakiman ; f. Bab tentang Pendidikan dan Kebudayaan ;

g. Bab tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial ; h. Bab tentang Perubahan UUD ;

i. Bab tentang Aturan Peralihan ; j. Bab tentang Aturan Tambahan.14

E. Perubahan UUD 1945 Dalam Satu Naskah

Adalah berisikan pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan dan empat naskah UUD 1945 hasil perubahan UUD 1945 dalam satu naskah ini di susun oleh Panitia Ad Hoc I BP MPR.

BAB V

(20)

PENUTUP

Dalam pembahasan dan perubahan UUD 1945 tentunya banyak hal yang melatar belakanginya. Banyak hal yang membentuk lahirnya UUD 1945 di lanjukan konstitusi RIS lalu UUD sementara dan kembali lagi ke UUD 1945. Dalam proses amandemen terjadi empat kali perubahan UUD 1945 yakni pada tahun 1999-2002. Setiap pergantian UUD terkait dengan kondisi sosial politik yang berlangsung di Indonesia. Melalui berbagai sidang umum MPR Tahun 1999 di bentuklah Agenda Sidang Umum MPR dan Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi. Pandangan para ahli juga merupakan hal yang penting dalam proses perubahan UUD 1945. Di bentuklah BP MPR dan alat kelengkapannya yakni PAH I, PAH II, PAH III. Perdebatan-perdebatan menjadi acuan dalam proses amandemen yakni perdebatan dalam Sidang Tahunan MPR 2000, 2001, dan 2002. Perubahan UUD 1945 yang di tetapakan sebelumnya tidak di ubah kembali pada tahapan perubahan berikutnya. Hal ini menunjukan bahwa perubahan yang di lakukan selama 1999 sampai 2002 meruapak satu kesatuan. Perubahan di lakukan dengan tetap mempertahankan “Tahun 1945” pada nama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sesuai nama yang di muat dalam Lembaga Negara No. 75 Tahun 1959. Perubahan UUD 1945 tetap mempertahankan sistematika, urutan bab, pasal dan ayat dari UUD 1945 sebelum di amandemen.

Demikian beberapa hal yang berkenaan tentang beberapa pengertian dan catatan dalam latar belakang, proses dan hasil perubahan UUD 1945.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila di kemudian hari, atas laporan penyelesaian pekerjaan yang telah dibuat mengakibatkan kerugian Negara maka saya bersedia untuk dituntut penggantian kerugian

While the obvious threat of coastal flooding to the island economy is the inundation of commercial buildings, the loss of coastal public access points is another detrimental

PERBEDAAN INDEX ERITROSIT PADA PASIEN ANEMIA GAGAL GINJAL KRONIK DAN THALASSEMIA MAYOR..

Kondisi optimum penentuan nitrit dengan metode ekstraksi-spektrofotometri sebagai kompleks 4-(4- nitrobenzenazo)-1-aminonaftalen dengan n-amil alkohol adalah : (1) Panjang

Faktor karakteristik balita dan perilaku keluarga terhadap kejadian ISPA

+erdasarkan tabel di atas& buatlah gra#k ,ungsin$a pada buku berpetak dengan -ontoh sebagai berikut :..

Dari uraian diatas tertarik untuk membangun suatu sistem yang nantinya bisa membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai suatu wilayah dengan judul “ Sistem

Dengan mendeskripsikan kearifan lokal Bali, terungkap bahwa di dalam ungkapan-ungkapan tradisional Bali terkandung pesan dan nasehat yang berisikan nilai-nilai moral yang