• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN - Pengaruh Panjang Partikel terhadap Kualitas Oriented Particle Board dari Bambu Tali (Gigantochloa apusKurz.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE PENELITIAN - Pengaruh Panjang Partikel terhadap Kualitas Oriented Particle Board dari Bambu Tali (Gigantochloa apusKurz.)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

8

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan

papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan,

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Sementara Pengujian sifat mekanis dilakukan di Laboratorium Keteknikan Kayu,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu tali, campuran

perekat UF dan isosianat dengan komposisi 70/30 % (UF/isosianat). Kadar perekat

yang dipergunakan sebesar 12%, dengan nilai SC perekat UF 67% dan isosianat

97%. Alat yang digunakan adalah parang, gunting, penggaris, timbangan analitik,

oven, compressor, sprayer gun, plat besi, mesin kempa, dan kaliper. Kebutuhan

bahan baku penelitian disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan bahan baku.

Bahan baku/1 papan Berat (gram)

3 cm 5 cm 7 cm

Partikel 440 440 440

UF 56 56 56

Isosianat 17 17 17

Prosedur Penelitian

Persiapan Partikel

Bambu tali diperoleh dari pengrajin bambu di sekitar Kota Medan.

Pembentukan partikel dilakukan dengan cara menggunting bilah bambu yang telah

(2)

dan 0,1 cm (tebal). Kemudian partikel yang sudah dibuat dikeringkan dalam oven

hingga mencapai KA ± 5%. Data geometri partikel disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Geometri partikel bambu tali

Panjang partikel (cm)

3 5 7

Panjang (cm) 3,04 ± 0,14 5,03 ± 0,13 6,93± 0,12

Lebar (cm) 1,00 ± 0,14 0.99 ± 0,10 1,01 ± 0,10

Tebal (cm) 0,11 ± 0,02 0,10 ± 0,01 0,12 ± 0,04

Slenderness Ratio (p/t) 27,60 ± 4,24 49,01 ± 4,94 62,72 ± 13,06

Aspect Ratio (p/l) 3,09 ± 0,44 5,15 ± 0,51 6,95 ± 0,67

Keterangan: p= panjang, l= lebar, t= tebal

Pembuatan Papan

OPB dibuat dengan ukuran 25x25 cm2 dengan target kerapatan dan tebal

masing-masing 0,75 gcm-3 dan 1 cm. Pencampuran partikel dan perekat dilakukan

dengan cara menyemprotkan perekat UF terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan

dengan menyemprotkan perekat isosianat. Selanjutnya partikel disusun bersilang

tegak lurus dalam cetakan berukuran 25 x 25 cm2, sebagaimana disajikan pada

Gambar 1. Setelah disusun, dilakukan pengempaan panas dengan suhu 160 ºC,

tekanan 30 Kgcm-2 dan waktu kempa selama 10 menit. Detail mengenai pembuatan

OPB disajikan pada gambar 5.

Gambar 1. Model papan partikel bersilang tegak lurus.

(3)

10

Setelah OPB mengalami tahap pengkondisian selama 7 hari, maka

dilakukan pemotongan papan. Ada banyak standar produk dan spesifikasi dari

berbagai negara yang menjadi penghalang akses pasar untuk produk-produk yang

bernilai tinggi. Salah satu standar produk kayu untuk papan partikel adalah JIS.

Dalam pengujian sifat fisis dan mekanis, standar JIS tidak berbeda dengan standar

SNI. Pemotongan papan dibuat menjadi sampel dengan berbagai ukuran sesuai

dengan JIS A 5908-2003. Parameter pengujian OPB terdiri dari kerapatan, kadar

air (KA), daya serap air (DSA), pengembangan tebal (PT), internal bond (IB),

modulus of elasticity (MOE), dan modulus of rupture (MOR). Pola pemotongan

contoh uji disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Sampel uji sifat fisis dan mekanis papan partikel. Keterangan

A : Sampel uji MOE & MOR (5x20)cm2 B : Sampel uji kerapatan dan KA (10x10)cm2 C : Sampel uji PT dan DSA (5x5)cm2

D : Sampel uji IB (5x5)cm2

Pengujian Sifat Fisis Papan

Kerapatan

Kerapatan dihitung berdasarkan berat dan volume kering udara contoh uji.

Contoh uji berukuran 10 x 10 cm2 ditimbang beratnya (B), lalu diukur rata-rata

panjang, lebar, dan tebalnya untuk menentukan volume contoh ujinya (V). Nilai

Kerapatan dapat dihitung dengan rumus:

A

B

(4)

P = B/V

Keterangan :

Ρ = kerapatan (gcm-3)

B = berat contoh uji kering udara (g) V = volume contoh uji kering udara (cm3)

Kadar air (KA)

Contoh uji kadar air berukuran 10 x 10 cm2 yang digunakan adalah sama

dengan contoh uji kerapatan. Contoh uji ditimbang (Bawal), selanjutnya contoh uji

dikeringkan dalam oven pada suhu (103±2)0C selama 24 jam hingga beratnya

konstan. Contoh uji didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang (BKO). Nilai

kadar air papan dihitung dengan rumus:

Bawal - BKO

BKO = berat kering oven contoh uji (g)

Pengembangan tebal (PT)

Contoh uji PT berukuran 5 x 5 cm2. Contoh uji dalam kondisi kering udara

diukur rata-rata dimensi tebal pada 4 titik pengukuran (T0). Selanjutnya contoh uji

direndam dalam air dingin selama 24 jam, lalu diukur kembali rata-rata dimensi

(5)

12

T1 = tebal contoh uji setelah perendaman (mm)

Daya serap air (DSA)

Daya serap air papan dilakukan dengan mengukur selisih berat sebelum dan

setelah perendaman dalam air dingin selama 24 jam. Contoh uji yang berukuran 5

x 5 cm2 sama dengan contoh uji pengembangan tebal. Daya serap air tersebut

dihitung dengan rumus:

B1– B0

DSA (%) = x 100 B0

Keterangan:

DSA = daya serap air (%)

B0 = berat contoh uji sebelum perendaman (g)

B1 = berat contoh uji setelah perendaman (g)

Pengujian Sifat Mekanis Papan

Internal Bond (IB)

Contoh uji IB berukuran 5 x 5 cm2. Contoh uji diukur dimensi panjang dan

lebar untuk mendapatkan luas permukaan. Kemudian contoh uji dilekatkan pada

dua blok besi dengan perekat epoksi dan dibiarkan mengering selama 24 jam.

Cara pengujian internal bond seperti pada Gambar 3.

Arah beban

(6)

Contoh uji

Arah beban

Gambar 3. Pengujian keteguhan rekat internal Keteguhan rekat tersebut dihitung dengan rumus:

IB = P/A

Keterangan:

IB = Internal Bond (kgcm-2) P = beban maksimum (kg)

A = luas permukaan contoh uji (cm2)

Modulus of rupture (MOR)

MOR adalah sifat mekanis papan yang menunjukkan kekuatan dalam

menahan beban. Untuk memperoleh nilai MOR, maka pengujian pembebanan

dilakukan sampai contoh uji patah. Pengujian MOR dilaksanakan bersamaan

dengan pengujian MOE. Contoh uji berukuran 20 x 5 cm2. Gambar 4 adalah gambar

pengujian modulus of rupture (MOR) dan modulus of elasticity (MOE):

P

L

Gambar 4. Pengujian modulus of rupture (MOR) dan modulus of elasticity (MOE) Nilai MOR dihitung dengan rumus:

3PL MOR = 2bh2

(7)

14

Modulus of Elasticity (MOE)

Pengujian MOE dilakukan bersama-sama dengan pengujian MOR,

sehingga contoh ujinya sama. Pada saat MOE diuji, dicatat besarnya defleksi yang

terjadi pada setiap perubahan beban tertentu.

Rumus yang digunakan adalah:

ΔP = Perubahan beban yang digunakan (kg) L = Jarak sangga (cm)

ΔY = Perubahan defleksi pada setiap perubahan beban (cm) b = Lebar contoh uji (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)

Bagan alir pembuatan OPB

Proses pembuatan OPB disajikan pada gambar 5.

Partikel bambu Campuran perekat 12% (Isosianat: 30% dan UF: 70%) 3,5,7 cm panjang,

(8)

Gambar 5. Bagan prosedur pembuatan OPB

Analisis Data

Penelitian menggunakan campuran perekat UF dengan Isosianat

masing-masing menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial,

dengan taraf perlakuan sebanyak 3 (panjang partikel 3, 5, dan 7 cm), ulangan

sebanyak 4 dan menghasilkan 12 papan. Indikator respon pengamatan meliputi

(9)

16

dan IB. Model statistik linier dari rancangan percobaan ini dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

Yij = µ + αi + ∑ij

Keterangan:

Yij = Respon pengamatan ( kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, daya serap air, MOE, MOR, dan IB ) pada panjang partikel taraf ke–i dan ulangan ke-j

μ = Nilai rata-rata ( kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, daya serap air, MOE, MOR, dan IB )

αi = Pengaruh perlakuan panjang partikel taraf ke-i

∑ij = Sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang dikenai perlakuan panjang partikel taraf ke-i

i = 3, 5, 7 cm j = 1,2,3,4

Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Panjang partikel tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas sifat fisis dan

mekanis OPB

H1 : Panjang partikel berpengaruh nyata terhadap kualitas sifat fisis dan

mekanis OPB

Untuk keterangan pengaruh terhadap masing-masing perlakuan panjang

terhadap sifat fisis dan mekanis papan, maka dilakukan analisis keragaman

(Analysis of Variance). Analisis keragaman tersebut menggunakan kriteria uji

sebagai berikut:

a. Jika Fhit.< Ftab. maka H0 diterima atau perlakuan tidak memberikan

pengaruh pada suatu selang kepercayaan

b. Jika Fhit.< Ftab. maka H0 ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh

(10)

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan

dengan pengujian dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan (DMRT).

Kemudian setelah data hasil pengujian untuk setiap respon yang diuji dianalisis,

lalu dibandingkan dengan persyaratan SNI 03-2105-2006 dan JIS A 5908-2003

dengan maksud untuk mengetahui apakah sifat-sifat papan yang dibuat memenuhi

standar atau tidak.

Skoring

Skoring digunakan untuk menentukan perlakuan mana yang terbaik dari

seluruh perlakuan yang ada.

Langkah-langkah pengisian skor:

1. Nilai dari masing-masing sifat fisis dan mekanis diisi sesuai dengan data yang

didapatkan.

2. Untuk baris standar “SNI 03-2105-2006”, dan “JIS A 5908-2003” diisi

dengan angka 1 dan 0. Angka 1 diisi apabila perlakuan memenuhi standar dan

angka 0 apabila perlakuan tidak memenuhi standar.

3. Kemudian pada baris “Skoring” diisi dengan angka 1 sampai 3. Untuk nilai

rata-rata KA, PT dan DSA yang paling rendah diberi angka 3 dan angka 1

untuk nilai yang paling tinggi. Sementara untuk nilai rata-rata kerapatan dan

sifat mekanis yang paling rendah diberi angka 1 dan angka 3 yang paling

tinggi.

4. Pada baris “Total skor” yang dijumlahkan adalah angka dari “SNI 03

-2105-2006”, “JIS A 5908-2003”, dan “Skoring”

5. Total skor yang paling tinggi adalah perlakuan yang terbaik dari seluruh

(11)

18

Berikut merupakan contoh tabel skoring yang digunakan pada penelitian ini.

Tabel 3. Contoh tabel skoring

Sifat Fisis dan Mekanis OPB Panjang partikel(cm)

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Geometri Partikel

Slenderness ratio (SR) merupakan rasio antara panjang partikel dan

tebalnya. Partikel dengan slenderness ratio yang tinggi akan lebih mudah

diorientasikan sehingga kekuatan papan yang dihasilkan akan meningkat (Maloney,

1993). Ilustrasi sebaran hasil pengukuran SR dan AR untuk partikel berukuran

panjang 3, 5 dan 7 cm disajikan pada gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Distribusi slenderness ratio dari partikel bambu tali

Nilai slenderneses ratio dari partikel bambu yang dihasilkan untuk ukuran

panjang partikel 3, 5, dan 7 cm masing-masing 27,60 ± 4,24, 49,01 ± 4,94, dan

(13)

20

Aspect ratio (AR) merupakan rasio antara panjang partikel dan lebarnya.

Untuk memperoleh orientasi papan yang bagus maka besarnya nilai aspect ratio

minimal tiga (Maloney, 1993). Nilai aspect ratio dari partikel bambu untuk ukuran

panjang 3, 5, dan 7 cm masing - masing 3,09 ± 0,44, 5,15 ± 0,51, dan 6,95 ± 0,67.

Gambar 7. Distribusi aspect ratio dari partikel bambu tali

Berdasarkan geometri partikel, partikel dengan ukuran panjang 7 cm

menghasilkan sifat bending yang paling baik dibandingkan dengan ukuran yang

lain.

SIFAT FISIS PAPAN PARTIKEL

Kerapatan

Nilai rataan kerapatan panjang partikel 3 cm adalah 0,63 ± 0,02 gcm-3. Nilai

(14)

kerapatan panjang partikel 7 cm adalah 0,66 ± 0,05 gcm-3. Nilai kerapatan tertinggi

dan terendah masing-masing dihasilkan oleh OPB yang terbuat dari panjang 7 dan

3 cm. Berdasarkan nilai standar deviasi dari masing-masing panjang partikel 3, 5,

dan 7 cm, menunjukkan keseragaman nilai dari masing-masing ulangan. Nilai

kerapatan masih berada dibawah target, dimana target kerapatan yang ditetapkan

sebesar 0,75 gcm-3.

Gambar 8. Pengaruh panjang partikel terhadap kerapatan

Kerapatan target yang belum tercapai disebabkan oleh ketebalan papan

setelah pengkondisian yang dihasilkan lebih besar dari ketebalan target yakni 1

cm. Kondisi ini dikenal dengan istilah springback. Pada penelitian ini nilai

springback yang dihasilkan rata-rata sebesar 14,99 %. Pengaruh tekanan dalam

proses pengempaan juga menjadi penyebab tidak tercapainya target kerapatan. Hal

ini terjadi akibat ketidakmampuan mesin kempa mencapai tekanan 30 kgcm-2 oleh

karena terganggunya proses hidrolik pada mesin. Maloney (1993) menyatakan

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kerapatan papan partikel diantaranya

(15)

22

partikel, proses pengeringan bahan baku, perekat yang digunakan, peralatan yang

digunakan, dan proses pengempaan.

Hasil sidik ragam sifat fisis OPB disajikan pada tabel 4. Hasil sidik ragam

pada Tabel 4 menunjukkan bahwa panjang partikel tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai kerapatan pada selang kepercayaan 95%. Semua OPB yang

dihasilkan telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 (JSA, 2003) dan SNI

03-2105-2006 (BSN, 03-2105-2006) karena nilai kerapatan berkisar antara 0,40 sampai 0,90 gcm

-3.

Tabel 4. Sidik ragam sifat fisis OPB

No Parameter F. Hitung Probabilitas Keterangan

1 Kerapatan 0,81 0,47 TN

2 Kadar air 4,96 0,03 N-95 %

3 Pengembangan tebal 2 jam 2.635 0.126 TN 4 Pengembangan tebal 24 jam 1.542 0.266 TN

5 Daya serap air 2 jam 3.985 0.058 TN

6 Daya serap air 24 jam 2.375 0.148 TN

Keterangan: TN= tidak berpengaruh nyata, N= berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 %

Kadar Air

Nilai rataan kadar air pada panjang partikel 3 cm adalah 4,59 ± 0,25 %. Nilai

rataan kadar air pada panjang partikel 5 cm adalah 4,92 ± 0,48 %. Dan nilai rataan

kadar air pada panjang partikel 7 cm adalah 4,16 ± 0,24 %. Nilai kadar air tertinggi

dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan yang terbuat dari partikel

berukuran panjang 5 cm dan 7 cm. Berdasarkan nilai standar deviasi dari masing–

masing ukuran panjang 3, 5, dan 7 cm, menunjukkan keseragaman nilai dari

(16)

Gambar 9. Pengaruh panjang partikel terhadap kadar air

Berdasarkan gambar 9, nilai KA yang dihasilkan cukup rendah. Hal itu

dikarenakan penambahan isosianat yang akan menambah kristalinitas perekat

(Wieland et al. 2006 dalam Nuryawan et al. 2009), sehingga dapat mengisi

kekosongan rongga antar partikel. Oleh karena itu, rongga kosong akan semakin

lebih sempit sehingga meminimalkan penetrasi air yang masuk ke dalam papan.

Hasil sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa panjang partikel

berpengaruh nyata terhadap kadar air pada selang kepercayaan 95 %. Hasil uji

lanjut Duncan menunjukkan bahwa OPB dengan panjang partikel 7 cm berbeda

nyata dengan OPB panjang 5 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan panjang 3 cm.

Demikian juga dengan OPB panjang 5 yang tidak berbeda nyata dengan panjang 3

cm. Semua OPB yang dihasilkan telah memenuhi SNI 03-2105-2006 karena nilai

KA kurang dari 14 % (BSN, 2006), tetapi tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003

yang mensyaratkan nilai kadar air berkisar antara 5% sampai 13% (JSA, 2003) .

(17)

24

Pengembangan Tebal ( PT )

Nilai rataan PT selama 24 jam pada panjang partikel 3 cm adalah 21,8

± 3,39 %. Nilai rataan PT selama 24 jam pada panjang partikel 5 cm adalah 19,06

± 3,29 %. Dan nilai rataan PT selama 24 jam pada panjang 7 cm adalah 18,09 ±

2,52 %. Nilai PT selama 24 jam tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan

oleh OPB yang terbuat dari partikel berukuran panjang 3 dan 7 cm. Berdasarkan

nilai standar deviasi yang dihasilkan, OPB dengan panjang partikel 7 cm

menunjukkan keseragaman yang lebih baik daripada panjang partikel 3 dan 5 cm.

Nilai pengembangan tebal disajikan pada gambar 10.

Gambar 10. Pengaruh panjang partikel terhadap pengembangan tebal

Berdasarkan gambar 10, nilai pengembangan tebal yang dihasilkan masih

tinggi. Tingginya nilai pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan

disebabkan oleh karakteristik partikel dari bambu yang memiliki kandungan

hemiselulosa yang cukup tinggi sebesar 15,90 %, sehingga tingkat absorpsi air

tinggi (Mutia et al. 2014). Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawan (2008) dalam

Wulandari (2012) yang menyatakan bahwa pengembangan tebal diduga ada

(18)

memasuki struktur partikel maka semakin banyak pula perubahan dimensi yang

dihasilkan.

Hasil sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa panjang partikel tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai pengembangan tebal. Nilai pengembangan tebal

yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908-2003 (JSA, 2003) dan SNI

03-2105-2006 (BSN, 2006) yang mensyaratkan nilai pengembangan tebal lebih

kecil dari 12 %.

Daya Serap Air ( DSA )

Nilai rataan DSA selama 24 jam pada panjang partikel 3 cm adalah 71,51

± 5,48 %. Nilai rataan DSA selama 24 jam pada panjang partikel 5 cm adalah 69,96

± 3,8 %. Dan nilai rataan DSA selama 24 jam pada panjang partikel 7 cm adalah

65,05 ± 3,6 %. Nilai DSA tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh

OPB yang terbuat dari partikel berukuran panjang 3 dan 7 cm. Berdasarkan nilai

standar deviasi yang dihasilkan, OPB dengan panjang partikel 7 cm menunjukkan

keseragaman yang lebih baik daripada panjang partikel 3 dan 5 cm. Daya serap air

tidak disyaratkan dalam standar JIS A 5908-2003 (JSA, 2003) dan SNI

(19)

26

Gambar 11. Pengaruh panjang partikel terhadap daya serap air

Gambar 11 menunjukkan, bahwa OPB dengan panjang partikel 3 cm

menyerap air lebih banyak dibandingkan partikel dengan panjang 5 dan 7 cm.

Menurut Kahfi (2007) dalam Maulana et al. (2015), penyerapan air oleh papan partikel

dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain volume rongga atau ruang kosong yang dapat

menampung air di antara partikel, adanya saluran kapiler yang menghubungkan ruang

kosong atau satu sama lainnya, luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi

perekat dan dalamnya penetrasi perekat dalam partikel. Massijaya dan Kusumah

(2005) dalam Nuryawan et al. (2008) menyatakan bahwa air yang masuk ke dalam

papan dibedakan atas 2 macam, yaitu air yang masuk ke dalam papan dan mengisi

rongga-rongga kosong di dalam papan serta air yang masuk ke dalam partikel kayu

penyusun papan. Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa

panjang partikel tidak berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap air.

(20)

SIFAT MEKANIS PAPAN PARTIKEL

Internal Bond ( IB )

Nilai rataan IB pada panjang partikel 3 cm adalah 5,43 ± 1,08 kgcm-2. Nilai

rataan IB pada panjang partikel 5 cm adalah 4,56 ± 1,14 kgcm-2. Dan nilai rataan

IB pada panjang partikel 7 cm adalah 4,66 ± 1,77 kgcm-2. Nilai IB tertinggi dan

terendah masing-masing dihasilkan oleh OPB yang terbuat dari partikel berukuran

3 dan 5 cm. Berdasarkan nilai standar deviasi yang dihasilkan, panjang partikel 3

cm menunjukkan keseragaman yang lebih baik daripada panjang partikel 5 dan 7

cm. Tingginya nilai keteguhan rekat papan partikel terjadi karena memakai

campuran perekat isosianat dimana perekat isosianat memiliki gugus kimia yang

sangat reaktif, yaitu R-N=C=O (Nuryawan et al, 2008).

Gambar 12. Pengaruh panjang partikel terhadap IB

Nilai IB ukuran panjang 3 cm yang dihasilkan lebih tinggi dari partikel

ukuran panjang 5 dan 7 cm. Hal ini terjadi karena pada saat proses pencampuran

(21)

28

et al. (2003) yang menyatakan, bahwa pembentukan lapisan dan pencampuran yang

baik akan menghasilkan kekuatan ikatan antar partikelyang semakin kuat pula dan

demikian juga sebaliknya.

Hasil analisis sidik ragam sifat mekanis disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan

Tabel 5, panjang partikel tidak berpengaruh nyata terhadap nilai IB. Semua OPB

yang dihasilkan telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 (JSA, 2003) dan

SNI 03-2105-2006 (BSN, 2006) yang mensyaratkan IB minimal 1,50 kgcm-2.

Tabel 5. Sidik ragam sifat mekanis pada OPB

No Parameter F. Hitung Probabilitas Keterangan

1 IB 0.718 0.514 TN

2 MOR 1,20 0.36 TN

3 MOE 4,96 0.05 N-95%

Keterangan: TN = Tidak berpengaruh nyata; N= berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 %

Modulus of Rupture (MOR)

Nilai rataan MOR pada panjang partikel 3 cm adalah 88,83

± 25,24 kgfcm-2. Nilai rataan MOR pada panjang partikel 5 cm adalah 164,36 ±

121,44 kgfcm-2. Dan nilai rataan MOR pada panjang partikel 7 cm adalah 177,76 ±

42,52 kgfcm-2. Berdasarkan nilai standar deviasi yang dihasilkan, panjang partikel

3 cm menunjukkan keseragaman yang lebih baik daripada panjang partikel 5 dan 7

cm. Nilai MOR tertinggi dan terendah masing-masing dihasilkan oleh papan yang

terbuat dari partikel berukuran 7 dan 3 cm. Nilai MOR yang tinggi terjadi karena

jumlah kandungan perekat yang digunakan cukup tinggi yaitu sebesar 12 %. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Maloney (1993) menjelaskan nilai MOE dan MOR

dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat

(22)

Gambar 13. Pengaruh panjang partikel terhadap MOR

Gambar 13 menunjukkan, OPB dengan panjang partikel 7 cm memiliki nilai

MOR yang lebih tinggi dari OPB dengan panjang partikel 3 dan 5 cm. Hal ini

didukung oleh nilai slenderness ratio dan aspect ratio partikel 7 cm yang lebih

tinggi dari partikel 3 dan 5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Koch (1972) dalam

Wulandari (2012) yang menyatakan, bahwa faktor yang mempengaruhi keteguhan

patah papan partikel adalah berat jenis bahan baku, geometri partikel, kadar perekat,

kadar air lapik, dan prosedur kempa.

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang

partikel tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOR. Semua OPB yang dihasilkan

telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 (JSA, 2003) dan SNI 03-2105-2006

(BSN, 2006) yang mensyaratkan nilai MOR minimal 82 kgfcm-2.

Modulus of Elasticity (MOE)

Nilai rataan MOE pada panjang partikel 3 cm adalah 11.018,69

± 3.140,06 kgfcm-2. Nilai rataan MOE pada panjang partikel 5 cm adalah 11.690,84

± 1.092,36 kgfcm-2. Dan nilai rataan MOE pada panjang partikel 7 cm adalah

(23)

30

OPB yang terbuat dari partikel ukuran panjang 5 cm menunjukkan keseragaman

yang lebih baik daripada partikel ukuran panjang 3 dan 7 cm. Nilai MOE tertinggi

dan terendah masing-masing dihasilkan oleh OPB yang terbuat dari partikel

berukuran panjang 7 dan 3 cm.

Gambar 14. Pengaruh panjang partikel terhadap MOE

Nilai MOE yang dihasilkan masih belum memenuhi standar karena

kerapatan OPB yang belum mencapai target 0,75. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Haygreen dan Bowyer (1993) dalam Mahdi dan Julianto (2006) menyatakan,

bahwa keteguhan lentur statis merupakan fungsi dari berat jenis atau kerapatan,

dimana semakin tinggi kerapatan maka semakin tinggi pula nilai keteguhan

lenturnya.

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 5 menunjukkan panjang partikel

berpengaruh nyata terhadap nilai MOE pada selang kepercayaan 95 %. Dari hasil

uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa OPB dengan panjang partikel 7 cm berbeda

nyata dengan ukuran partikel 3 dan 5 cm. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa

(24)

dan SNI 03-2105-2006 (BSN, 2006) yang mensyaratkan nilai MOE minimal 20.400

kgfcm-2.

Skoring

Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis OPB diberikan peringkat dengan

nilai tertinggi adalah nilai terbaik. Hasilnya dijumlahkan sehingga total nilai

tertinggi menunjukan kualitas OPB terbaik. Pada Tabel 6 berikut disajikan

rekapitulasi peringkat pengujian sifat fisis dan mekanis OPB.

Tabel 6. Skoring OPB dengan berbagai panjang partikel

Sifat Fisis dan Mekanis OPB Panjang partikel(cm)

3 5 7

(25)

32

Berdasarkan Tabel 6, hasil total skoring yang ditinjau dari nilai rata-rata

yang dihasilkan dan pencapaian standar dari sifat fisis dan mekanis papan

memperlihatkan bahwa OPB dengan panjang partikel 7 cm mendapatkan skor

tertinggi dibandingkan papan partikel panjang 3 dan 5 cm. Oleh karena itu, OPB

dengan panjang partikel 7 cm dapat direkomendasikan sebagai papan kualitas

(26)

KESIMPULAN

Kesimpulan

Hasil penelitian untuk sifat fisis yaitu kerapatan telah memenuhi standar JIS

A 5908-2003 dan SNI 03-2105-2006. Hasil penelitian untuk sifat mekanis yaitu IB

dan MOR telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-2006.

Perlakuan panjang partikel hanya berpengaruh nyata pada parameter kadar air dan

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan bahan baku.
Gambar 1. Model papan partikel bersilang tegak lurus.
Gambar 2. Sampel uji sifat fisis dan mekanis papan partikel.
Gambar 4. Pengujian modulus of rupture (MOR) dan modulus of elasticity (MOE)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 5 dan 6, nilai kerapatan paling tinggi adalah 0,58 g/cm 3 pada perbandingan perekat PF : Sf = 60 : 40 dengan ukuran partikel 20 mesh dan pada pengujian

Dari sifat – sifat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan perekat isosianat memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi OSB dengan kekuatan serta daya tahan yang

Judul Penelitian : Pengaruh Panjang Strand terhadap Kualitas Oriented Strand Board dari Bambu Tali ( Gigantochloa apus Kurz.).. Nama :

Effect of Strand Length on Oriented Strand Board Quality made from Tali Bamboo (Gigantochloa apus Kurz).. Under

Perekat isosianat memiliki reaktivitas yang tinggi, serta kekuatan ikatan dan daya tahan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan produk dengan sifat fisis dan mekanis

Pengaruh Komposisi Face-Core terhadap Sifat Fisik dan Mekanis Oriented Strand Board dari Bambu dan Eceng Gondok.. Buku Ajar Perekat dan Perekatan

Perhitungan strand bambu tali dan perekat

Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai MOR cukup variatif, dengan nilai MOR yang terendah sebesar 185,78 kgf/cm untuk papan partikel campuran dengan kadar perekat 10%