Mobilisasi dan
Imobilisasi
Tujuan Khusus
Setelah menyeesaikan pokok bahasan ini, peserta didik mampu: Mendefinisikan beberapa terminasi kunci terkait mobilisasi
Menggambarkan konsep dasar dalam mobilisasi: fungsi skletal, otot
skletal, dan sistem saraf dalam mengatur pergerakan; pengaruh fungsi fisiologik, dan patologik pada kesegarisan tubuh dan
mobilisasi sendi; perubahan fungsi fisiologik dan psikososial yang berhubungan dengan mobilisasi
Mengkaji klien dengan gangguan mobilisasi
Merumuskan diagnosa keperawatan yang benar untuk mobilisasi Melakukan latihan rentang pergerakan aktif/pasif (pratikum)
Kata Kunci
Mekanika tubuh
Body alignment kesegarisan tubuh atau postur Keseimbangan tubuh
Berat Friksi
Mekanika Tubuh
Suatu usaha sistem muskuloskletal dan sistem saraf
terkoordinasi untuk mempertahankan
keseimbangan, postur, dan kesegarisan tubuh
selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktifitas sehari-hari.
Penggunaan mekanika tubuh yang sesuai dapat
mengurangi risiko injuri sistem muskuloskletal dan memfasilitasi pergerakan tubuh yang
Kesegarisan Tubuh/Postur
Berhubungan dengan posisi sendi, tendon,
ligament, dan otot ketika posisi berdiri, duduk, dan berbaring.
Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskuloskletal
Mempertahankan tonus otot secara adekuat Menunjang keseimbangan
Keseimbangan diatur oleh serebelum dan telinga
Friksi (Gaya Gesek)
Gaya yang terjadi pada gerakan benda yang
berlawanan.
Perawat dapat mengurangi friksi dengan
mengikuti beberapa friksi dasar:
meminimalkan permukaan tubuh
(menyilangkan lengan klien di dada),
meminimalkan beban, menggunakan
kekuatan dan gerakan klien saat
Konsep Dasar Mobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi
Tujuan:
memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi)
mempertahankan konsep diri
Mengekspresikan emosi dengan gerakan
Imobilisasi suatu keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerak fisik
Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring
yang bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan
oksigen tubuh
mengurangi nyeri
untuk mengembalikan kekuatan
Individu normal yang mengalami tirah baring
Mobilisasi
Dipengaruhi Oleh:
sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi,
Otot Skelet
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot
atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri
dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang,
diklasifikasikan menjadi:
Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang
Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan,
tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua
permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula)
Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung
yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui
Faktor yang Mempengaruhi
Mobilisasi
Sistem neuromuskular Gaya hidup
Ketidakmampuan Tingkat energi
Kelainan Abnormal
Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana
adanya kontraktur pada otot sternoklei domanstoid
Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu
cembung ke depan/ anterior
Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal
Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping,
tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan bahu
Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal
anteroposterior dan lateral
Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan
Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi
muskular, terjadi karena gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
Kerusakan sistem saraf pusat
Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal:
Respon Fisiologi dari Perubahan
Mobilisasi
muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus
pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia
hipostatik
metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)
eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko
infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal
integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat
iskhemia dan anoksia jaringan
Respon Psikososial
meningkatkan
respon
emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural.