• Tidak ada hasil yang ditemukan

low back pain dan ergonomi kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " low back pain dan ergonomi kerja"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Dan pola bekerja dibidang pertanian dan perkebunan membuat masyarakat Indonesia sering bergerak dan secara tidak langsung dapat melatih tubuh agar lebih sehat. Namun seiring bertambah pesatnya kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi yang ada di Indonesia, semakin bermunculan lapangan pekerjaan di bidang perkantoran yang menyebabkan sebagian masyarakat Indonesia bekerja di bidang perkantoran. Oleh karena itu pola hidup masyarakat pun berubah, yang dahulu banyak bergerak sekarang lebih banyak menghabiskan waktu bekerja dengan duduk. Dan jika dahulu masyarakat kita banyak yang terjangkit penyakit infeksi dan menular sekarang penyakit akibat perubahan pola hidup pun dapat terjadi yaitu penyakit low back pain yang salah satu penyebabnya adalah pola bekerja yang cenderung kurang bergerak selama bekerja.

Ergonomi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani. Ergonomi terdiri dari dua suku kata, yaitu: ‘ergon‘ yang berarti ‘kerja‘ dan ‘nomos‘ yang berarti ‘hukum‘ atau ‘aturan’. Dari kedua suku kata tersebut ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Ergonomi juga merupakan upaya untuk menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan dan sesuai dengan kebutuhan tubuh

(2)

manusia.1 Sedangkan pengertian ergonomi yang disepakati di Indonesia adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal.2

Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Sikap dan posisi kerja merupakan aspek dari ergonomi. Sikap dan posisi kerja yaitu duduk, berdiri, mengangkat, dan mendorong. Sikap dan posisi kerja yang tidak mengikuti ergonomi yang benar dapat menimbulkan berkurangnya produktivitas kerja dan masalah kesehatan.3 Sikap dan posisi kerja pada saat duduk yang lama dan tidak mengikuti ergonomi yang benar dapat mengakibatkan masalah kesehatan yaitu low back pain. Penelitian menunjukkan pekerja yang duduk dengan ergonomi yang tidak benar sekitar 73% mengalami low back pain.4

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radicular atau keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks pada satu atau beberapa radiks lumbosacral yang dapat disertai dengan kelemahan motorik, gangguan sensoris dan refleks fisiologis.5

(3)

low back pain antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol. Paritas dan stres psikososial turut berperan terjadinya low back pain.6

Penelitian menunjukkan sekitar 98% penyebab nyeri punggung karena ketegangan otot dan ligamen tulang belakang yang disebabkan oleh duduk lama. Lama duduk selama empat jam per hari dapat menyebabkan nyeri punggung. Nyeri punggung yang terjadi karena duduk lama mengakibatkan kontraksi otot dan penyempitan pembuluh darah. Kontraksi otot akan menyebabkan penumpukan asam laktat dan penyempitan pembuluh darah akan menyebabkan jaringan kekurangan nutrisi dan oksigen, kedua hal tersebut menyebabkan nyeri.7

Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan low back pain. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15%-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik. Penderita low back pain usia 30-55 tahun sekitar 39%-60%. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Prevalensi low back pain karena posisi duduk besarnya 39,7%, di mana 12,6% sering menimbulkan keluhan 1,2% kadang-kadang menimbulkan keluhan dan 25,9% jarang menimbulkan keluhan.8

(4)

kepada masyarakat tentang ergonomi kerja yang baik dan benar sehingga angka kejadian low back pain dapat menurun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Apakah ada pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih banyak duduk di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih banyak duduk. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh sikap duduk terhadap terjadinya low back pain. b. Untuk mengetahui pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain. c. Untuk mengetahui pengaruh lama duduk terhadap terjadinya low back pain. D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

(5)

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi masyarakat mengenai pengaruh ergonomi terhadap pekerja yang lebih banyak duduk sehingga dengan demikian diharapkan masyarakat dapat memperbaiki ergonomi kerjanya yang akan berpengaruh terhadap menurunnya angka kejadian low back pain.

3. Bagi bidang keilmuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih banyak duduk sehingga dapat menjadi referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini: 1. Sifat Penelitian: Survei Analitik

2. Subjek Penelitian: PNS di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus

3. Objek Penelitian: Sikap duduk, posisi duduk, lama duduk dan low back pain pada PNS di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

1. Definisi Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama, yaitu menyesuaikan desain peralatan dan pekerjaan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.9

Tujuan utama dari ergonomi adalah upaya memperbaiki performa kerja manusia seperti keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat dan menghasilkan suatu produk yang nyaman, enak di pakai oleh pemakainya. Disamping itu diharapkan juga mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.10

(7)

desain stasiun kerja untuk alat peraga visual.11 Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat.

Dapat disimpulkan bahwa ergonomi adalah ilmu, teknologi, dan seni yang dapat digunakan oleh manusia untuk menyerasikan alat-alat kerja, cara kerja pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia, sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal.

2. Ergonomi Duduk

Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Karena bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengubah-ngubah posisinya, dibawah kondisi tekanan kompresi yang terjadi, dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah pada bagian tubuh, gangguan pada sirkulasi darah dan menyebabkan rasa nyeri.12

Berikut ini adalah sikap duduk yang benar:

a. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang. b. Tekuk lutut pada posisi yang benar.

(8)

d. Letakkan kursi tidak terlalu jauh dari meja sehingga nyaman saat anda bekerja.

e. Istirahatkan sesekali lengan dan siku anda diatas meja atau pegangan kursi, dan buatlah bahu tetap rileks.

f. Bergeraklah kedepan saat hendak berdiri, dengan kaki lurus. Jangan memutar pinggang.

Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang nyaman, diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu :

1) Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama. 2) Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang

bisa dilakukan.

3) Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau dalam posisi miring.

(9)

3. Desain Ergonomi Meja dan Kursi

Ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baku tentang meja dan kursi kerja yang berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang indonesia adalah sebagai berikut.

a. Tinggi Tempat Duduk

Salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan tempat duduk adalah tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat duduk diukur dari permukaan lantai. Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan.

Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan peredaran darah. Jika letak landasan tempat duduk tidak memungkinkan telapak kaki untuk menapak pada permukaan lantai, stabilitas tubuh akan melemah. Sebaliknya jika letak suatu landasan tempat duduk terlalu rendah, kaki akan memanjang dan pada

(10)

posisi maju kedepan. Pada posisi demikian kaki akan meniadakan stabilitas tubuh.13

Gambar 2. Pedoman dimensi-dimensi antropometrik yang dibutuhkan untuk rancangan kursi

Tabel 1. Pedoman dimensi-dimensi antropometrik untuk rancangan kursi

Pria Wanita Pengukuran Cm Cm A. Tinggi lipatan dalam lutut 49,0 44,5 B. Jarak pantat-lipatan dalam lutut 54,9 53,5 C. Tinggi siku posisi istirahat 29,5 27,9 D. Tinggi bahu 63,5 59,5 E. Tinggi duduk normal 93,0 88,1 F. Rentang antar siku 50,5 49,0 G. Rentang panggul 15,9 43,4 H. Rentang bahu 19,0 48,3

(11)

Gambar 3. Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah terhambat. Telapak kaki tidak dapat menapak dengan baik diatas permukaan lantai yang mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.

b. Kedalaman Tempat Duduk

Pertimbangan dasar lainnya dari perancangan sebuah kursi adalah kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur dari bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat duduk).

c. Sandaran Punggung

(12)

Gambar 4. Fungsi dari sandaran punggung adalah sebagai penopang lumbal. d. Alas duduk

Tujuan dari pemberian bantalan pada dasarnya adalah sebagai upaya penyebaran tekanan, sehubungan dengan berat badan pada titik persinggungan antar permukaan dengan daerah yang lebih luas.

e. Tinggi alas duduk

Panjang alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lipat lutut bagian belakang telapak kaki. Ukuran yang diusulkan adalah 40-48 cm.

f. Panjang alas duduk

Panjang alas duduk harus lebih pendek dari pada jarak lipat lutut bagian belakang–garis punggung. Ukuran yang diusulkan adalah 40 cm.15

g. Lebar tempat duduk

(13)

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu. Tinggi sandaran tangan adalah tinggi siku duduk. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah. Ukuran yang diperkenankan:

1). Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan adalah 42-46 cm. 2). Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk.

3). Panjang sandaran tangan adalah 21 cm. i. Sudut alas duduk

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan pada pekerja untuk melaksanakan pemilihan-pemiihan gerakan. Ukuran yang diusulkan alas duduk adalah horizontal.16

j. Meja kerja 1). Tinggi meja

Kriteria : Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu kerja.

Ukuran : Tinggi meja 60-74 cm diukur dari permukaan daun meja sampai ke lantai.

2). Tebal daun meja

Kriteria : Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak pada kaki.

3). Lebar meja

(14)

B. Anatomi vertebra

1. Columna Vertebralis

(15)

Gam bar 5. Columna Vertebralis

2. Lengkung-lengkung Columna Vertebralis

(16)

berkembang pada masa fetal. Lengkung servical adalah lengkung sekunder yang mulai terjadi di daerah servical dan daerah lumbal sebelum kelahiran. Tetapi tidak menjadi nyata sampai masa kanak-kanak. Lengkung sekunder terutama terjadi karena perbedaan ketebalan antara bagian ventral dan bagian dorsal discus intervertebralis. Lengkung servical menjadi lebih nyata sewaktu bayi mulai mengangkat kepalanya. Lengkung toracal terjadi karena corpus vertebra yang agak berbentuk seperti baji.

3. Struktur dan Fungsi Vertebra

Vertebra dari beberapa daerah berbeda dalam ukuran dan sifat khas lainnya, dan vertebra dalam suatu daerah pun satu dengan yang lain memperlihatkan perbedaan yang lebih kecil. Vertebra yang khas terdiri dari corpus vertebra dan arcus vertebra. Corpus vertebra adalah bagian dari ventral yang memberi kekuatan pada columna vertebralis dan menangung berat tubuh. Corpus vertebra, terutama dari vertebra thoracica IV ke caudal, berangsur bertambah besar supaya dapat memikul beban yang makin berat.

1). Processus spinosus menonjol dari tempat persatuan kedua lamina dan bertumpang di seblah dorsal pada prosessus spinosus vertebra di bawahnya.

(17)

3). Prosessus articularis superior dan prosessus articularis inferior juga berpangkal pada tempat persatuan pediculus arcus vertebra dan lamina arcus vertebra.19

4. Sendi-sendi Columna Vertebralis

Sendi-sendi columna vertebralis terdiri dari sendi-sendi corpus vertebra, sendi-sendi arcus vertebra, articulationes craniovertebrales, articulationes costoverterbrales dan articulationes sacro-iliacae. Sendi-sendi corpus vertebra termasuk jenis sendi condral sekunder (simfisis) yang dirancang untuk menanggung beban berat dan kekuatan. Setiap discus intervertebralis terdiri dari sebuah annulus fibrosus yang terbentuk dari lamel-lamel fibrokartilago yang teratur konsentris dan mengelilingi nukleus pulposus yang berkonsistensi jeli. Annulus fibrosus ini berinsersi pada tepi facies articularis corpus vertebra yang licin dan membulat (cincin epifiser).

Antara vertebra cervicalis I (atlas) dan vertebra cervicalis II (axis,epistrofeus) tidak terdapat discus intervertebralis. Discus intervertebralis fungsional paling caudal terletak antara vertebra lumbalis V dan vertebra sacralis I.

(18)

5. Gerak pada Columna Vertebralis

Gerak columna vertebralis berbeda-beda sesuai daerah dengan columna vertebralis dan sifat individual. Kebebasan gerak columna vertebralis terutama dihasilkan oleh penempatan dan kelenturan discus intervertebralis. Pada columna vertebralis dapat dilakukan gerak berikut: fleksi, ekstensi, laterofleksi (menggerakkan ke samping) dan rotasi. Luas gerak columna vertebralis dibatasi oleh:

a. tebalnya discus intervertebralis

b. bentuk dan arah articulatio zygapophysealis c. tahanan otot dan ligamentum punggung d. tahanan otot dan ligamentum punggung e. tegangan capsula articularis zygapophysealis

Gerak columna vertebralis terjadi lebih bebas di daerah servikal dan daerah lumbal daripada di daerah yang lain. Bagian toracal columna vertebralis relatif stabil karena hubungannya dengan sternum melalui costa dan cartilago costalis.

Fleksi dapat dilakukan paling baik di daerah servical dan hampir tidak mungkin terjadi di daerah toracal. Laterofleksi paling baik diadakan di daerah servical atau lumbal dan dihambat di daerah toracal oleh costa. Ekstensi paling nyata di daerah lumbal dan biasanya lebih leluasa daripada fleksi.

6. Vaskularisasi Columna Vertebralis

(19)

a. Arteri vertebralis dan arteri cervicalis ascendens di leher b. Arteri intercostalisposterior di daerah toracal

c. Arteri subcostalis dan arteri lumbalis di abdomen d. Arteri iliolumbalis dan arteri sacralis di lateralis

Arteri spinalis memasuki foramen intervertebrale dan bercabang menjadi cabang akhir dan cabang radicular. Beberapa dari cabang-cabang ini beranastomosis dengan arteri-arteri medulla spinalis.

(20)

Gambar 6. Vaskularisasi Columna Vertebralis

7. Susunan Saraf Spinal

(21)

anterior) dan akar dorsal (radiks posterior). Dalam radiks posterior terdapat serabut aferen atau sensoris di kulit, jaringan subkutan dan profunda, dan sering kali dari visera.

Radiks anterior terdiri dari serabut eferen atau motoris untuk otot kerangka, dan dalam banyak radiks anterior terdapat serabut otonom praganglion. Banyak sel akson yang membentuk radiks anterior berada dalam cornu anterius subtantia grisea medulla spinalis, sedangkan badan sel akson yang membentuk radiks posterior terletak di luar medulla spinalis, di dalam ganglion spinal (ganglion radiks posterior).

Radiks posterior dan radiks anteriornervus spinalis bersatu pada tempat keluarnya dari canalis vertebralis untuk membentuk sebuah nervus spinalis. Pembagian nervus spinalis adalah sebagai berikut:

a. VII pasang nervus cervicalis b. XII pasang nervus thoracicus c. V pasang nervus lumbalis d. V pasang nervus sacralis e. 1 pasang nervus coccygeus

(22)

Karena jarak antara segmen medulla spinalis dan vertebra yang sesuai makin bertambah, panjang akar-akar saraf pun bertambah secara progresif ke arah ujung caudal columna vertebralis. Akar-akar saraf lumbal dan sakral adalah yang terpanjang.

(23)

Gambar 7. Nervus Spinalis

C. Low Back Pain

1. Definisi Low Back Pain

(24)

menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan musculosceletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.2

2. Etiologi Low Back Pain

Beberapa faktor yang menyebabkan low back pain: a). Osteoartritis

Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vertebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda.

b). Osteoporosis

Adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengalami penurunan dan meningkatkan risiko patah tulang.

c). Fibromyalgia

Adalah sindrom yang ditandai dengan nyeri kaku pada otot pada daerah ujung tendon, khususnya pada daerah punggung dan leher. Nyeri lebih berat dirasakan apabila penderita tidak melakukan aktivitas. Nyeri berkurang ketika penderita melakukan aktivitas.22

d). Scoliosis

(25)

e). Reumatoid artrits

Reumatoid artritis merupakan gangguan akut dan kronik karena adanya inflamasi dan kekakuan pada sendi. Jika kekakuan terjadi pada daerah punggung maka nyeri akan menyebar dan penderita mengalami low back pain.23 f. Trauma

Trauma di daerah vertebrae seperti lumbal, sacral atau torakal dapat menyebabkan terjadinya low back pain.

3. Faktor Risiko Terjadinya Low Back Pain

a). Sikap Tubuh yang Salah

Banyak orang yang menderita sakit punggung ternyata berawal dari kebiasaan salah yang mereka lakukan. Akibatnya, posisi dan fungsi organ vital, khusus nya di daerah perut ikut terpengaruh. Yang tidak kalah penting postur tubuh yang baik juga membuat penampilan menjadi memikat sehingga meningkatkan rasa percaya diri. Duduk dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan low back pain.

Duduk dengan posisi yang baik adalah postur tubuh dengan kepala tegak, lengan dan tungkai rileks serta dapat memberikan stabilitas yang baik. Posisi duduk sangat dipengaruhi oleh desain kursi. Idealnya kursi yang baik adalah mendukung postur tubuh saat duduk. Posisi duduk baik tegak maupun membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit mengakibatkan low back pain.2

(26)

Berat badan yang berlebihan menyebabkan tumpukan lemak lebih banyak sehingga tekanan pada tulang belakang menjadi lebih besar dan dapat menimbulkan risiko terjadinya low back pain.

c). Kehamilan

Low back pain saat hamil disebabkan beberapa faktor seperti kelemahan otot-otot abdomen karena kehamilan. Selain itu pada masa pertengahan kehamilan massa uterus menjadi lebih berat sehingga pusat gravitasi ibu hamil berubah dan mengakibatkan postur ibu berubah sehingga dapat mengakibatkan low back pain.23

4. Gejala Klinis Low Back Pain

Nyeri merupakan perasaan subjektif dan tingkat keparahannya dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri tersebut terjadi. Keluhan nyeri dapat beragam pada pasien dengan low back pain dan nyeri diklasifikasikan sebagai nyeri yang bersifat lokal, radicular, dan menjalar (referred pain) atau spasmodis, yaitu:

a. Nyeri yang bersifat lokal

Nyeri lokal berasal dari proses patologis yang merangsang ujung saraf sensoris, umumnya menetap, namun dapat pula intermiten, nyeri dipengaruhi perubahan posisi, bersifat nyeri tajam dan atau tumpul.

b. Nyeri radicular

(27)

c. Nyeri menjalar ( referred pain)

Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum mengenai dermatom tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih dalam.18

5. Patofisiologi Low Back Pain

Nyeri pinggang bawah terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan (sprain) ligamen tulang belakang merupakan salah satu penyebab utama low back pain.

Bila seseorang duduk dengan tungkai atas berada pada posisi 90 , maka daerah

lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat menimbulkan keadaan kifosis.

Kifosis lumbal ini selain menyebabkan peregangan ligamen longitudinal posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus posterior dan penekanan pada nukleus pulposus.

6. Klasifikasi Low back Pain

Berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

(28)

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatis seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

b). Chronic low back pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari tiga bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.23

7. Pemeriksaan fisik

a). Inspeksi

(29)

scoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita: 1). Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah

2). Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

3). Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada hernia nucleus pulposus, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu discus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

4). Lokasi dari hernia nucleus pulposus biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya hernia nucleus pulposus pada sisi yang sama.

5). Nyeri low back pain pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.22

(30)

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).

Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.

Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis. Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis low back pain dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma cauda equina atau adanya neuropati yang bersamaan.

Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).

Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa upper motor neuron atau low motor neuron.23

(31)

Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya

d). Pemeriksaan sensoris

Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi hernia nucleus pulposus sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris

e). Tanda-tanda perangsangan meningeal

Tanda Laseque menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya lumbal V atau sacral I. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan gradual dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.

(32)

Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu hernia nucleus pulposus, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita hernia nucleus pulposus dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).24

8. Tes Diagnostik

a). Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

b). Pemeriksaan Radiologis

1). Foto rontgen

Sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu scoliosis akibat spasme otot paravertebral.

(33)

Biasanya sangat sensitif pada hernia nucleus pulposus dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.

MRI sangat berguna bila:

a). Vertebra dan level neurologis belum jelas

b). Kecurigaan kelainan patologis pada medulla spinalis atau jaringan lunak c).Untuk menentukan kemungkinan herniasi discus post operasi

d) Kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga pada diagnosis low back pain dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.25

9. Penatalaksanaan Low Back Pain

a). Terapi konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan

(34)

1). Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.

2). Medikamentosa

Analgetik dan Non sterorid anti inflamasi disease a. Pelemas otot: Untuk mengatasi spasme otot

b. Opioid: Tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan

c. Kortikosteroid oral: Pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.

b). Terapi Fisik

1). Traksi pelvis

(35)

2). Diatermi/kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

3). Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.

4). Latihan

(36)

Keterangan :

E. Kerangka Konsep

Variabel IndependenErgonomi:

a. Sikap Duduk b. Posisi Duduk c. Lama Duduk

Variabel Dependen

Ergonomi Obesitas Kehamilan

IMT ≥25,0 Kehamilan ≥5 bulan

Sikap duduk Posisi duduk Lama duduk

Low back pain

: diteliti

(37)

F. Hipotesis

Ada pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih banyak duduk di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus tahun 2013.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

(38)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui pengaruh ergonomi terhadap terjadi nya low back pain pada pekerja yang lebih banyak diam (duduk). Dimana peneliti mempelajari korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan di laksanakan pada bulan Februari 2013. 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PNS di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus yang berjumlah 165 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini harus telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

(39)

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu semua responden sebanyak 84 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dapat dijadikan sampel penelitian.

3. Kriteria Inklusi

a. Laki-laki dan perempuan, usia 30-55 tahun.

b. Bekerja sebagai PNS di Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus dengan masa kerja lebih ≥1 tahun.

c. Tidak ada aktivitas lain yang menyebabkan kerja punggung terlalu berat. d. Tidak menderita penyakit yang menyebabkan nyeri punggung

(osteoarthritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis, reumatoid artritis). e. Indeks masa tubuh (IMT) ≤ 25,0.

f. Bersedia menjadi sampel penelitian. 4. Kriteria Eksklusi

a. Laki-laki dan perempuan, usia <30 tahun dan >55 tahun

b. Bekerja sebagai PNS di sekretariat pemda kabupaten Tanggamus ≤1 tahun.

c. Menderita penyakit yang menyebabkan nyeri punggung (osteoartritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis, rematoid artritis).

d. Ada aktivitas lain yang menyebabkan kerja punggung terlalu berat. e. Indeks massa tubuh (IMT) ≥25,0

(40)

Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

D. Variabel penelitian

1. Variabel Bebas a. Ergonomi Kerja 1. Posisi Duduk 2. Sikap Duduk 3. Lama Duduk 2. Variabel terikat

a. Low back pain

(41)

Tabel 1. Definisi Operasional

N o

Variabel Definisi Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

(42)

Alat ukur penelitian ini dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pekerja yang lebih banyak duduk, yang berbentuk formulir yang berisikan daftar pertanyaan.

1. Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan sebanya 10 item pertanyaan.

2. Skor kuesioner sikap duduk, posisi duduk, lama duduk dan low back pain dengan pilihan jawaban tidak = 0 dan ya = 1

3. Uji validitas dan realibilitas diketahui ketepatan dari setiap item pertanyaan harus > 0,19 maka diperoleh data yang valid berjumlah 7 dan 3 tidak valid yaitu pertanyaan nomor 3, 4 dan 7 dimana hasil yang diperoleh < 0,19. Nilai cronbach alfa sebesar 0,696 > nilai alfa yaitu 0,653 jadi data yang diperoleh telah reliabel.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari lokasi penelitian yaitu Sekretariat Pemda Kabupaten Tanggamus. Setelah itu meminta perizinan untuk melakukan penelitian di Sekretariat Kabupaten Tanggamus. Setelah mendapatkan perizinan untuk melakukan penelitian maka langkah selanjutnya adalah mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu mencari data penelitian dengan melakukan wawancara, setelah semua data penelitian terkumpul maka selanjutnya adalah pengolahan data.

(43)

Pengolahan data dilakukan dengan cara berikut:

1. Editing, dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah dikoreksi sebelumnya.

2. Koding, dilakukan dengan pemberian kode pada data sehingga mempermudah pengelompokan data.

3. Entri, merupakan suatu kegiatan memasukkan data kedalam komputer. 4.Tabulasi, kegiatan yang menyajikan data dalam bentuk tabel.

I. Analisis Data

Dengan melihat analisis data yang diperoleh dari hasil kuesioner, data akan diolah dengan alat bantu perangkat komputer SPSS for windows versi 16. Untuk analisis data digunakan analisis data univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis data univariat

Analisa data untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel yaitu pengaruh ergonomi dan low back pain.

2. Analisis data bivariat

(44)
(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian mengenai Pengaruh Ergonomi Terhadap Terjadinya Low Back Pain Pada Pekerja Yang Lebih Banyak Duduk di Sekretariat Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggmus Tahun 2013 telah dilakukan pada bulan februari 2013. Dari jumlah populasi sebanyak 165 orang, yang memenuhi kriteria inklusi untuk diambil sebagai sampel sebanyak 84 responden.

Penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner terhadap sampel penelitian. Dari hasil penelitian kuesioner diperoleh data mengenai ergonomi kerja yaitu sikap duduk, posisi duduk, dan lama duduk serta kejadian low back pain dari sampel penelitian.

(46)

1. Karakteristik Responden a. Usia

Karakteristik responden menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi Usia Pada Pegawai Negeri Sipil

Interval Usia Jumlah Persentase (37%), 46-50 tahun sebanyak 16 responden (19%), dan 51-55 tahun sebanyak 8 responden (10%).

b. Jenis Kelamin

Karakteristik responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Pada Pegawai Negeri Sipil

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 53 63%

Perempuan 31 37%

Jumlah 84 100%

(47)

c. Berat Badan

Karakteristik responden menurut berat badan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Distribusi Berat Badan Pada Pegawai Negeri Sipil

Interval Berat Badan Jumlah Persentase

Berat badan responden dikategorikan menjadi 6 kelompok dan didapatkan data responden yang berat badan 50-54 kg sebanyak 2 responden (2%), 55-59 kg sebanyak 3 responden (4%), 60-64 kg sebanyak 13 responden (15%), 65-69 kg sebanyak 28 responden (34%), 70-74 kg sebanyak 23 responden (27%), dan 75-79 kg sebanyak 15 responden (18%).

d. Tinggi Badan

Karakteristik responden menurut tinggi badan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi Tinggi Badan Pada Pegawai Negeri Sipil

(48)

17 responden (21%), 170-174 cm sebanyak 21 responden (25%), 175-179 cm sebanyak 23 responden (27%), dan 179-184 cm sebanyak 16 responden (19%).

e. Lama Bekerja

Karakteristik responden menurut lama tahun bekerja sebagai pegawai negeri sipil adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Distribusi Lama Tahun Bekerja Sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Lama Tahun Kerja Jumlah Persentase

Data lama tahun bekerja responden dikelompokan menjadi 5 kelompok dan didapatkan data 1-5 tahun sebanyak 27 responden (32%), 6-10 tahun sebanyak 33 responden (39%), 11-15 tahun sebanyak 19 responden (23%), 16-20 tahun sebanyak 3 responden (4%), 21-25 tahun sebanyak 2 responden (2%).

2. Hasil Data Univariat

a. Sikap Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data mengenai sikap duduk pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.

Tabel 6. Sikap Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil

Sikap Duduk Frekuensi Persentase

Tidak Baik 48 55 %

Baik 36 45%

(49)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 84 responden yang bekerja sikap duduk yang tidak baik sebanyak 48 responden (55%), sedangkan yang bekerja dengan sikap duduk yang baik sebanyak 36 responden (45%).

b. Posisi Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data mengenai posisi duduk pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.

Tabel 7. Posisi Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil

Posisi Duduk Frekuensi Persentase

Tidak Baik 53 63 %

Baik 31 37%

Total 84 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 84 responden yang bekerja dengan posisi duduk yang tidak baik sebanyak 53 responden (63%), sedangkan yang bekerja dengan posisi duduk yang baik sebanyak 31 responden (37%).

c. Lama Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data lama duduk pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.

Tabel 8. Lama Duduk Pada Pegawai Negeri Sipil

Lama Duduk Jumlah Persentase

>4 jam 49 58

<4 jam 35 42

(50)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 84 responden yang bekerja dengan lama duduk >4 jam sehari sebanyak 49 responden (58%), sedangkan yang bekerja dengan lama duduk <4 jam sehari sebanyak 35 responden (42%).

d. Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data low back pain pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.

Tabel 9. Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

Low Back Pain Jumlah Persentase

Low Back Pain 62 74

Tidak Low Back Pain 22 26

Jumlah 84 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 84 responden yang mengalami low back pain sebanyak 62 responden (74%), sedangkan yang tidak mengalami low back pain sebanyak 22 responden (26%).

3. Hasil Data Bivariat

a. Pengaruh Sikap Duduk Terhadap Terjadinya Low Back Pain

(51)

Tabel 10. Distribusi Pengaruh Sikap Duduk terhadap Terjadinya Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

Sikap Duduk Low Back Pain Total

Low Back Pain Tidak Low Back

Pain

Tidak Baik 28(70%) 12(30%) 40(48%) Baik 19(43%) 25(57%) 44(52%)

Total 47(56%) 37(44%) 84(100%)

Dari tabel di atas pegawai negeri sipil yang mengalami low back pain dengan sikap duduk yang tidak baik sebanyak 28 responden (70%), dan yang tidak mengalami low back pain dengan sikap duduk yang tidak baik sebanyak 12 responden (30%). Sedangkan yang mengalami low back pain dengan sikap duduk yang baik sebanyak 19 responden (43%), dan yang tidak mengalami low back pain dengan sikap duduk yang baik sebanyak 25 responden (57%). Selain itu diperoleh data mengenai analisis pengaruh sikap duduk terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil Analisis Pengaruh Sikap Duduk Terhadap Terjadinya Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

(52)

yang bermakna antara sikap duduk terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil di sekretariat pemerintah daerah kabupaten Tanggamus. Untuk menilai kekuatan korelasi atau pengaruh sikap duduk terhadap terjadinya low back pain digunakan kooefisien kontingensi. Besar nilai kooefisien kontingensi yang didapat yaitu 0,260 artinya kekuatan pengaruh sikap duduk terhadap terjadinya low back pain lemah.

b.Pengaruh Posisi Duduk Terhadap Terjadinya Low Back Pain

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data mengenai distribusi pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Distribusi Pengaruh Posisi Duduk terhadap Terjadinya Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

Posisi Duduk Low Back Pain Total

Low Back Pain Tidak Low Back

Pain

Tidak Baik 29(67%) 14(33%) 43(51%) Baik 18(44%) 23(56%) 41(49%)

Total 47(56%) 37(44%) 84(100%)

(53)

itu diperoleh data mengenai analisis pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil Analisis Pengaruh Posisi Duduk Terhadap Terjadinya Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

Variabel p-value Α Keterangan Coefficient pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain diperoleh p-value sebesar 0,030 dimana p-value ≤ α (0,030 < 0,05) artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara posisi duduk terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil di sekretariat pemerintah daerah kabupaten Tanggamus. Untuk menilai kekuatan korelasi atau pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain digunakan kooefisien kontingensi. Besar nilai kooefisien kontingensi yang didapat yaitu 0,231 artinya kekuatan pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain lemah.

c.Pengaruh Lama Duduk Terhadap Terjadinya Low Back Pain

(54)

Tabel 10. Distribusi Pengaruh Lama Duduk terhadap Terjadinya Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

Lama Duduk Low Back Pain Total

Low Back Pain Tidak Low Back

Pain

Tidak Baik 31(70%) 13(30%) 44(52%) Baik 16(40%) 24(60%) 40(48%)

Total 47(56%) 37(44%) 84(100%)

Dari tabel di atas pegawai negeri sipil yang mengalami low back pain dengan lama duduk yang tidak baik sebanyak 31 responden (70%), dan yang tidak mengalami low back pain dengan lama duduk yang tidak baik sebanyak 13 responden (30%). Sedangkan yang mengalami low back pain dengan lama duduk yang baik sebanyak 16 responden (40%), dan yang tidak mengalami low back pain dengan lama duduk yang baik sebanyak 24 responden (60%). Selain itu diperoleh data mengenai analisis pengaruh lama duduk terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil Analisis Pengaruh Lama Duduk Terhadap Terjadinya Low Back Pain Pada Pegawai Negeri Sipil

(55)

yang bermakna antara lama duduk terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil di sekretariat pemerintah daerah kabupaten Tanggamus. Untuk menilai kekuatan korelasi atau pengaruh lama duduk terhadap terjadinya low back pain digunakan kooefisien kontingensi. Besar nilai kooefisien kontingensi yang didapat yaitu 0,293 artinya kekuatan pengaruh lama duduk terhadap terjadinya low back pain lemah.

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain pada pegawai negeri sipil yang lebih banyak duduk di sekretariat pemda kabupaten Tanggamus. Dalam penelitian ini didapatkan responden sebanyak 84 pegawai negeri sipil yang dengan rentang usia 30-55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuesioner mengenai pengaruh ergonomi yaitu sikap duduk diketahui bahwa dari 84 responden yang bekerja dengan sikap duduk yang baik sebanyak 36 responden (45%), sedangkan sikap duduk yang tidak baik sebanyak 48 responden (55%), posisi duduk yang tidak baik sebanyak 53 responden (63%), sedangkan posisi duduk yang baik sebanyak 31 (37%), lama duduk kurang dari 4 jam sehari sebanyak 35 responden (42%), sedangkan lama duduk lebih dari 4 jam sehari sebanyak 49 responden (58%).

(56)

dipengaruhi oleh ergonomi kerja yaitu sikap duduk , posisi duduk yang salah selama bekerja. Dan lama duduk lebih dari 4 jam sehari juga ikut mempengaruhi terjadinya low back pain. Dengan ergonomi yang salah dapat menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak disekitarnya. Ada hubungan bermakna antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung.2 Penelitian lainyang menyatakan adanya pengaruh posisi duduk seperti membungkuk pada saat duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang.6 Rata-rata subjek penelitian yang mengalami keluhan low back pain sangat banyak. Hal ini disebabkan oleh sikap kerja yang statis dalam waktu yang lama dan tidak alamiah ketika bekerja. Sikap kerja yang demikian dapat sebagai akibat lama bekerja, desain peralatan yang tidak sesuai dengan pengguna, sikap kerja yang tidak alamiah yang menimbulkan kontraksi otot secara isometris pada otot-otot yang terlibat dalam pekerjaan.

(57)

didapatkan hubungan yang kuat yaitu 0,231. Pengaruh lama duduk terhadap terjadinya low back pain diperoleh p-value 0,030 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang bermakna. Untuk mengetahui kekuatan korelasi antara lama duduk terhadap terjadinya low back pain digunakan uji kooefisien kontingensi dan didapatkan hubungan yang kuat yaitu 0,231.

(58)

Dari penelitian yang dilakukan diketahui pekerja sering bekerja dengan posisi duduk yang salah sehingga otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban anggota gerak atas. Beban kerja paling dialami daerah pinggang. Akibatnya otot-otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan mudah terjadinya nyeri pada otot sekitar pinggang atau punggung bawah. Bekerja dalam posisi statis dalam waktu yang lama beresiko menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah. Seorang pegawai negeri sipil dengan lama kerja di atas 1 tahun dan dengan durasi lebih dari 4 jam sehari berarti pekerjaan tersebut telah lama dilakukan dan kemungkinan besar posisi kerja statis terhadap pekerjaan sudah sangat tinggi. Dan ada hubungan anatara sikap kerja yang statis dalam jangka waktu lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal.11

(59)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Dari 84 responden, sebanyak 48 responden (55%) bekerja dengan sikap tubuh

yang tidak baik, yaitu sikap duduk yang tidak leluasa dikarenakan kursi yang tidak dapat diatur ketinggiannya, sandaran kursi yang tidak terbuat dari bahan lembut, dan kenyamanan kaki dan lutut saat duduk selama bekerja.

2. Dari 84 responden, sebanyak 53 responden (63%) bekerja dengan posisi tubuh yang yang tidak baik yaitu, posisi kepala dan leher yang tidak sejajar saat duduk dan posisi punggung yang terlalu tegak atau membungkuk selama duduk. 3. Dari 84 responden, sebanyak 49 responden (58%) bekerja dalam keadaan duduk

selama ≥4 jam sehari.

4. Dari 84 responden, sebanyak 62 responden (74%) mengalami low back pain. 5. Terdapat pengaruh sikap duduk terhadap terjadinya low back pain dan

korelasinya lemah yaitu p=0,030

6.Terdapat pengaruh posisi duduk terhadap terjadinya low back pain dan korelasinya lemah yaitu p=0,231

7. Terdapat pengaruh sikap duduk terhadap terjadinya low back pain dan korelasinya lemah yaitu p=0,293

(60)

1. Bagi Dinas Kesehatan, diharapkan memberikan pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan kerja (K3) pada pekerja sehingga dapat mengurangi angka kejadian low back pain akibat ergonomi kerja yang tidak baik.

2. Bagi Departemen Tenaga Kerja, diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak terkait khususnya Dinas Kesehatan untuk melakukan penyuluhan dan pembinaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan mendatangkan ahli kedokteran kerja. Selain itu menerbitkan buku-buku mengenai keselamatan dan kesehatan kerja untuk menambah pengetahuan pekerja sehingga sikap dan tindakan pekerja menjadi lebih baik.

3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara pengaruh ergonomi terhadap terjadinya low back pain sehingga dapat memberi tambahan referensi bagi ilmu pengetahuan.

Gambar

Gambar 1. Posisi duduk yang benar
Gambar 2. Pedoman dimensi-dimensi antropometrik yang dibutuhkan untuk
Gambar  3.  Landasan  tempat  duduk  yang  letaknya  terlalu  tinggi  dapat
Gambar 6. Vaskularisasi Columna Vertebralis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program beasiswa unggulan P3SWOT ini diharapkan dapat melahirkan critical mass para peneliti, penulis, pencipta, seniman, wartawan, olahragawan, dan tokoh yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Nomor

Pemberian tekanan penguasaan materi akibat perubahan dalam diri siswa setelah belajar diberikan oleh Soedijarto yang mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan

Kajian ini dijalankan bertujuan untuk menganalisis proses adaptasi antarabudaya pelajar Melayu di Australia dan United Kingdom sewaktu melanjutkan pengajian mereka ke

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak dimana besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tidak bergantung pada jumlah produksi dan tidak mengalami perubahan

Menurut PSAK nomor 16 (revisi 2011) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh

Bradyrhizobium + mos + mikoriza isolat tanah gambut (A11), dengan sangat nyata meningkatkan jumlah bintil akar, derajat infeksi mikoriza 1 , serta dengan nyata

Lebih dari separuh ibu hamil tidak mendapatkan dukungan dari keluarga/suami untuk mengkonsumsi tablet Fe.Terdapat hubungan yang bermakna antara konseling dan