RINGKASAN TULISAN DALAM BUKU
PENERAPAN PRINSIP PROPORSIONALITAS TERHADAP PENGGUNAAN PESAWAT TANPA AWAK DALAM KONFLIK BERSENJATA1
Oleh: Edgar Nugroho2
RINGKASAN
Akibat dari pengembangan teknologi informasi yang sangat pesar, mendorong badan pertahan negara melakukan modernisasi iperalatan perang. Salah satunya adalah unmannaed aircraft system atau pesawat tanpa awak. Selain dapat mengurangi keterlibatan tentara militer dan juga melindungi dari bahaya politik, rupanya pesawat tanpa awak sebaiknya dilarang mengingat akurasi penggunaannya di saat konflik yang masih dipertanyakan. Dalam praktiknya, pesawat tanpa awak digunakan untuk melemahkan sasaran. Tetapi, tidak sedikit fakta yang menujukkan penggunaan dari pesawat tanpa awak menjadi penyebab banyak jatuhya korban dari penduduk sipil. Michael J Sullivan menggambarkan pesawat tanpa awak sebagai berikut:
1. Beberapa pesawat yang dapat bergabung maupun terpisahdan dapat membawa muatan persenjataan
2. Sebuah stasiun kontrol penerbangan
3. Informasi dan pengambilan atau pengolahan stasiuninformasi
4. Dalam beberapa kasus, terdapat roda kendaraan darat yang digunakan dalam peluncuran maupun pendaratan.
Sebagian pengamat berpendapat bahwa teknologi pesawat tanpa awak dianggap efisien karena dapat menentukan target secara cepat, dapat menghindarkan kombatan dari serangan, negaratidak perlu mengerahkan angkatan bersenjatanya dalam jumlahbesar, kendali dipegang manusia sehingga dapat memutuskanuntuk melakukan aksi tempur.
Setiap negara yang mengembangkan teknologi ini wajibmencermati apakah penggunaannya telah sesuai dengan hukumhumaniter. Kewajiban tersebut merupakan amanat Pasal 36 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa tentang PerlindunganKorban-Korban Pertikaian-Pertikaian Bersenjata Internasionaltahun 1977. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwameskipun pesawat awak diciptakan demi memperkuat armada pertahanan suatu negara,
1 Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat Tanpa Awak dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan Perspektif Politik Terkait Hukum Humaniter Internasional Kontemporer, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.211-224.
penggunaannya harus sejalan denganhukum humaniter. HHI (Hukum Humaniter Internasional) pada dasarnya memiliki tujuan ganda yaitu mengatur perilaku permusuhan (conduct of hostilities) dan melindungi korban konflik bersenjata serta teknologi pesawat tanpa awak sendiri diciptakan guna kegiatan kemanusiaan.
Pesawat tanpa awak harus digunakan secara proporsional dalam konflik bersenjata. Prinsip proporsionalitas wajib diterapkan dalam penggunaan pesawat tanpa awak untuk menghindari korban dari pihak sipil. Berdasarkan pencermatan terhadap berbagai dokumen hukum yang ada, setidaknya terdapat beberapa ukuran atau batasan dalam menggunakan pesawat tanpa awak secara proporsionalitas, antara lain:
1. Penduduk sipil harus mendapatkan prioritas utama dalam perlindungan. Dalam rezim hukum humaniter, penduduk sipil menikmati kekebalan (impunity) terhadap serangan militer.
2. Penggunaannya harus dilakukan dengan kendali langsung manusia. Pesawat tanpa awak merupakan teknologi perang yang menggunakan sistem teknologi yang tidak mudah dimengerti oleh orang awam pada umumnya
3. Penggunaannya tidak boleh bertentangan dengan hukum humaniter
4. Penggunaan pesawat tanpa awak dalam pertikaian bersenjata tidak boleh melanggar hukum humaniter dan perlu memeperhatikan jus ad bellum.
DAFTAR PUSTAKA
Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat Tanpa Awak dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan Perspektif Politik Terkait Hukum Humaniter Internasional Kontemporer,