• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR MENJADI ANCAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROLIFERASI SENJATA NUKLIR MENJADI ANCAM (1)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR MENJADI ANCAMAN TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL DI ERA KONTEMPORER.

BAB. I PENDAHULUAN.

1.1 LATAR BELAKANG.

Sejak tahun 40-an, Amerika, Inggris, dan Soviet saling berlomba untuk menjadi yang lebih unggul dari satu sama lain dalam bidang persenjataan. Pada akhir tahun 1941, Amerika mengalokasi banyak dana untuk pengembangan senjata nuklir. Hasilnya, Amerika berhasil menciptakan bom Gadget satu tingkat berbasis plutonium yang diujikan pada tanggal 16 Juli 1945 di padang pasir New Mexico. Pada saat demonstrasi kekuatan, Amerika ingin menunjukkan kepada dunia terutama kepada Uni Soviet terkait kekuatan baru mereka. Demi mengklaim kemenangan pada akhir Perang Dunia II, kemudian AS memutuskan untuk menyerang Jepang yang merupakan sekutu Nazi Jerman. Pada tanggal 6 Agustus 1945, bom atom Amerika yang bernama "Little Boy" dijatuhkan di atas kota Hiroshima dan menyusul pada tanggal 9 Agustus bom “Fat Man” dijatuhkan di kota Nagasaki. Ratusan ribu warga sipil tewas dalam hitungan detik, sementara yang lainnya dibiarkan tewas akibat radiasi (Khoiril Anwar, Http://Www.Scribd.Com). Hal tersebut membuat isu senjata nuklir semakin mencuat di panggung internasional dengan melihat dampak yang ditimbulkan.

Pasca perang dunia kedua, isu senjata nuklir semakin berkembang di kancah internasional, dimana negara pemenang PD II memiliki hak imunitas dalam mengembangkan nuklir. Keinginan negara mengembangkan nuklir didasari oleh kepentingan perlengkapan persenjataan dan keamanan, bahwa senjata nuklir dianggap sebagai pencegah perang terbuka serta dijadikan sebgai deterrence terhadap ancaman eksternal. Kemudian isu yang lain, kehadiran senjata nuklir diklaim sebagai ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia dengan perkiraan mampu menghancurkan bumi dengan sedetik. Merebahnya isu nuklir dipermukaan internasional ketika bumi kembali dihadapkan pada perang dingin. Munculnya nuklir membuat perang dingin menjadi puncak ketegangan sepanjang sejarah umat manusia di mana negara telah dihadapkan pada perlombaan senjata nuklir khususnya AS dan Soviet sebagai negara adi daya sekaligus sebagai negara pemegang nuklir terbesar di dunia.

▸ Baca selengkapnya: maka laksamana pun menyuruh membawa segala senjata

(2)

juga memfokuskan pada berbagai aspek keamanan seperti keamanan lingkungan, makanan, kesehatan, dan bahkan kemanan hidup. Munculnya perubahan dari berbagai aspek membuat dunia semakin modern dan menglobal ditandai dengan kemajuan teknologi, informasi serta transportasi yang semakin cepat membuat arah perkembangan dunia semakin terpusat pada pembangunan, baik secara fisik maupun non fisik. Menurut Daniel Cohen,“mengatakan bahwa globalisasi ditandai dengan adanya era keterbukaan informasi dan komunikasi bersifat massal yang menyentuh hampir di semua bidang kehidupan masyarakat dunia (Daniel Cohen. 2006: hlm 197). Asumsi Daniel Cohen terhadap globalisasi sangat erat kaitanya dengan kemajuan teknologi, informasi dan trasportasi yang selama ini bisa dinikmati oleh beberapa lapisan masyarakat. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa melalui teknologi dan informasi membuat kemampuan negara semakin cepat dalam mengembagkan nuklir dengan hulu ledak yang besar.

Melihat perkembangan dunia semakin modern, negara-negara di dunia berusaha menunjukan kekuatan melalui persenjataan dan ekonomi. Namun yang harus dipahami bahwa kemampuan negara mengembangkan nuklir harus ditopang oleh ekonomi yang besar, oleh sebab itu, ekonomi dan militer tidak bisa terpisahkan antara satu sama lain. Fenomena tersebut mengindikasikan posisi Amerika Serikat sebagai negara super power selalu dipertahankan melalui status quo dengan cara mengembangkan senjata nuklir melebihi kapasitas nuklir negara lain. Kemudian negara pemegang veto lainnya seperti Rusia dan China juga berusaha mengembangkan nuklir tujuan yang sama yaitu berkeinginan untuk menggantikan posisi Amerika sebagai negara pemegang kekuatan di kancah internasional. Isu-isu tersebut membuat senjata nuklir semakin populer dibicarakan sehingga membuat beberapa negara berkeinginan mengembangkan nuklir baik yang difungsikan sebagai senjata maupun sebagai energi listrik tanpa memperhitungkan ancaman yang dihadapi.

Dalam pengertian sempit keselamatan nuklir merujuk pada penanganan yang berkaitan dengan daur bahan bakar nuklir, sedangkan keselamatan radiasi berkaitan dengan risiko-risiko yang mungkin timbul dari penggunaan radiasi pengion, termasuk penggunaan radioisotop dan radiasi dalam kedokteran, industri dan berbagai bidang lainnya. Selanjutnya, keselamatan manajemen limbah berkaitan dengan risiko-risiko yang mungkin timbul dari limbah radioaktif termasuk penyimpanan dan pembuangannya. Namun dalam konteks ini keselamatan nuklir digunakan sebagai payung yang mencakup semua aktivitas tersebut.

‟ ‟

(3)

yang mengharuskan perlindungan personel maupun, masyarakat umum dan lingkungan dari bahaya radiasi yang tidak diinginkan (Aziz Farhat Dan Yaziz Hasan. 2012:hlm 4).

Sejauh ini, isu nuklir masih menjadi buah bibir masyarakat internasional, para akademisi dan kalangan elit masih memiliki pandangan berbeda terhadap pengembangan nuklir, banyak yang menganggap bahwa keberadaan senjata nuklir akan menjadi ancaman terhadap keamanan internasional dan bahkan ada pula yang menganggap, keberadaan senjata nuklir menjadi pencegah perang terbuka. Menurut Kenneth N.Waltz lebih banyak negara mengembangkan nuklir akan lebih baik karena menghalangi negara lain untuk menggunakan senjata yang sama. Asumsi Waltz tersebut diungkapkan melalui simboyan “Lebih Banyak Mungkin Lebih Baik” sedangkan Sagan lebih pesimis terhadap kepemilikan senjata nuklir sehingga ia mengungkapkan bahwa cara yang paling tepat kedepan adalah mendorong pengaturan- pengaturan alternatif yang berupaya mengurangi tuntutan untuk senjata nuklir dan untuk memperkuat rezim non-proliferasi nuklir secara global, khususnya pada NPT (Winarno. Budi. 2011:277). Perdebatan tersebut menjadi dilematis terhadap negara sehingga berangkat dari kedua asumsi ini, negara yang lebih condong pada pandangan Waltz berusaha mengembangkan nuklirnya yang difungsikan sebagai pertahanan, kemudian negara yang lebih mengarah pada paham Sagan lebih stagnan dan berupaya mencegah pengembangan nuklir melaui rezim internasional atau NPT. Oleh sebab itu, melalui dua pandangan tersebut isu nuklir menjadi menarik untuk didiskusikan dalam ilmu kajian internasional yang selama ini makin menyita perhatian kalangan masyarakat dunia. Apalagi banyak yang menganggap bahwa nuklir merupakan ancaman terhadap keamanan internasional, baik dari segi kesehatan lingkungan dan bahkan kelangsungan hidup manusia. Asumsi tersebut secara tidak langsung akan meruntuhkan pandangan Waltz sebagai pendukung nuklir dan mendukung pandangan Sagan sebagai orang yang mengiginkan nuklir dihapuskan di muka bumi. Sehingga melalui beberapa isu senjata nuklir, maka penulis menarik pertanyaan untuk dijadikan sebagai landasaan atau acuan dalam mendiskusikan keberadaan senjata nuklir sebagai ancaman terhadap keamanan internasional atau sebaliknya menjadi perdamaian dunia.

1.2. Rumusan Masalah.

(4)

hukum internasional diatur tentang pelarangan pengembangan dan genocida terhadap masyarakat sipil.

1.3. Kerangka Teori Dan Konsep

Dalam bahasan ini, penulis akan menggunakan konsep keamanan dalam melihat keberadaan senjata nuklir yang dikembangakan oleh nuclear weapon state NWS dan non NWS sehingga menjadi ancaman terhadap keamanan internasional secara universal.

1.4. Konsep Keamanan.

Secara istilah keamanan internasional terdiri dari dua kata yaitu security dan international. Konsep keamanan mengkaji tentang seluruh aspek kehidupan, bukan hanya keamanan tradisional tapi juga mengkaji tentang keamananan non-tradisional. Kemudian istilah internasional menyangkut bangsa atau negara, jadi istilah internasional bisa diartikan sebagai interaksi antarnegara. kemudian dari kedua istilah antara security dan international akan digabungkan menjadi satu, kemudian dijadikan sebagai konsep untuk melihat keberadaan senjata nuklir menjadi ancaman terhadap dunia internasional. Namun, sebelum mengkaji lebih jauh keamanan internasional, maka penulis menyajikan beberapa defenisi keamanan menurut beberapa ahli. Menurut Stevan Chan, Buzzan dan Huysmans konsep keamanan tidak hanya terbebas dari kekerasan fisik (keamanan tradisional), tapi terbebas dari segala hal yang berpotensi mengancam unsur kehidupan manusia, seperti keamanan makanan, kesehatan, lingkungan, Ekonomi dan kekerasan psikologi (non-tradisional). Sementara Elke Krahman , “the concept of security from the level of the state to societies and individuals, and from military to non-military issues.”.( (Buzan Burry And Lene Hansen. 2009: hlm.39-42) Sedangkan menurut, Ole Waefer dan Jaap de Wilde secara spesifik memberikan lima unsur keamanan, yaitu militer, politik, lingkungan, ekonomi dan sosial dalam konteks isu ancaman berbeda-beda dapat disintesakan menjadi persoalan bagi keamanan suatu negara. (Buzan Barry , Ola Waever And Jaap De Wilde. 1998. :hlm.163). Jadi dari beberapa uraian defenisi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa keamanan internasional adalah terbebas dari berbagai unsur yang dapat merugikan dan mengancam kelangsungan hidup baik dari segi kekerasan fisik maupun psikologi untuk mencapai perdamaian internasional. Kemudian aspek keamanan tidak terlepas dari perspektif ancaman yang ditentukan oleh negara yang merasa terancam, sehingga negara yang merasa terancam akan dengan mudah menentukan posisi bahwa mereka merasa tidak aman.

(5)

didalamnya. Isu nuklir ini bukan hanya berlandaskan pada keamanan nasional tapi juga mengarah pada keamanan lingkungan, kesehatan, makanan dan politik serta keamanan hidup sehingga dalam beberapa aspek keamanan akan dirangkum dalam keamanan internasional. Kepemilikan senjata nuklir oleh beberapa negara NWS dan non-NWS membuat dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan atas radiasi nuklir yang begitu tinggi. Dampak radiasi nuklir terhadap manusia seperti gangguan terhadap pencernaan, kerusakan jaringan kulit atau kerusakan DNA, kulit terbakar, dan menyebabkan kangker. Selain itu, kerusakan pada lingkungan sering terjadi ketika negara sedang melakukan uji coba nuklir, walaupun pada kenyataannya bahwa setiap negara memiliki lahan masing-masing untuk ber-experimen, tapi itu tetap saja merusak lingkungan akibat radiasi yang ditimbulkan. Hal tersebut menunjukan bahwa keberadaan senjata nuklir tidak hanya mengancam dalam skala mikro, tapi juga dalam skala makro. Jadi dalam tulisan ini, konsep keamanan yang dipaparkan oleh beberapa ahli di atas akan digunakan sebagai instrumen dalam melihat gangguan keamanan internasional terhadap keberadaan senjata nuklir di muka bumi.

1.5. Argumentasi Utama.

(6)

BAB. II.

PENGEMBANGAN SENJATA NUKLIR NEGRA VERTIKAL DAN PENYEBARAN TERHADAP NEGARAN HARIZONTAL.

2.1. Proliferaasi Senjata Nuklir Terhadap Nuclear Weapon State (NWS).

Banyak faktor dan alasan bagi suatu negara untuk mengembangkan nuklir, baik untuk kebutuhan suplai dan keamanan energi maupun untuk kepentingan keamanan seperti senjata nuklir. Ada dua hal pokok yang mendasari negara untuk mengembangkan nukir, yaitu adanya kesempatan dan kemauan. Kesempatan yang dimaksudkan adalah bagaimana kondisi atau lingkungan sebuah negara berpengaruh pada kapabilitas negara tersebut dalam mengembangkan persenjataan maupun energi nuklirnya. Sedangkan kemauan adalah merujuk kepada bagaimana muncul keingingan kuat dari suatu negara untuk mengembangkan nuklir yang dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Negara yang memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklirnya harus siap dalam menanggung akibat dari keputusan yang telah dimabil yaitu, kuatnya tekanan internasional, tekanan diplomatik, penjatuhan hukuman baik secara moral maupun legal (Jo, Dong-Joon & Erik Gartzke, 2007: Vol. 51, hlm. 167). Sehingga negara yang mampu dan memiliki kapabilitas tinggi dalam menghadapi berbagai tekanan tersebutlah yang mampu untuk mengembangkan nuklir untuk kepentingan nasional negara.

Nuklir merupakan senjata yang sangat ditakuti dan dikhawatirkan penggunaannya di dunia sehingga negara NWS tidak dengan mudah diperkenankan menggunakan nuklir dalam konflik bersenjata. Kemudian melihat pada proses pembuatan senjata nuklir menggunakan dua jenis material utama yaitu Uranium dan Plutonium. Uranium atau U235 merupakan sumber energi yang sangat besar dengan memiliki cadangan Uranium di dunia mencapai 13 ribu TW atau bisa disamakan dengan 1 TW sama dengan 1 triliun Watt. Sedangkan Plutonium atau Pu239 merupakan hasil dari pengayaan Uranium serta Pu239 bisa digunakan sebagai bahan peledak dalam senjata nuklir dan sebagai salah satu unsur pokok dalam pengembangan tenaga nuklir pembangkit listrik. Jika dibandingkan, 1 kilogram Pu239 sebanding dengan energi panas sebesar 22 juta ton kwh (kilo watt hours). Kandungan tersebut membuat senjata nuklir menjadi salah satu jenis senjata yang paling berbahaya di dunia sehingga weapon jenis nuklir tidak diperdagangkan secara bebas atau pun pengembangannya (Budi Winarno. 2014: hlm 226-227). Bahkan dalam percobaannya tidak semerta-merta dilakukan di suatu tempat, tapi memiliki tempat khusus yang jauh dari pemukiman masyarakat.

(7)

percobaan nuklir yang diadakan oleh Negara Nuklir (nuclear country) adalah sebagai berikut: Amerika Serikat 1030 kali, bekas Uni Soviet 715 kali, Inggris 45 kali, Perancis 210 kali, China 45 kali, India 6 kali, Pakistan 6 kali, dan jumlah total sampai dengan Juni 1998 adalah 2057 kali. Percobaan nuklir tersebut mencakup percobaan di udara, dan di bawah tanah. Tiga negara (Amerika Serikat, Inggris dan Uni Soviet) pada tahun 1963 mengadakan perjanjian penghentian percobaan nuklir sebagian (yaitu yang dilakukan di udara, luar angkasa dan dalam air), dan setelah itu percobaan hanya dilakukan di bawah tanah. Negara-negara lain juga mendapat tekanan opini publik dan sejak percobaan nuklir di udara yang dilakukan China pada tahun 1980 semua percobaan nuklir dilakukan di bawah tanah. Setelah Amerika Serikat menandatangani perjanjian pelarangan percobaan nuklir (CTBT), sebagai ganti percobaan nuklir bawah tanah dilakukan percobaan nuklir subkritis (hampir kritis) pada tahun 1997, dan sampai bulan November 1999 sudah dilakukan 8 kali percobaan (Percobaan Nuklir. Http://Www.Warintek) .

Sejak era perang dunia kedua sebagai titik awal pengembangan senjata nuklir hingga saat ini, terdapat dua jenis senjata nuklir. Pertama, senjata nukli yang menghasilkan energi ledakan dari reaksi fisi atom. Senjata ini lebih dikenal dengan nama “Bom Atom”. Salah satu contoh jenis bom atom dapat dilihat dari dua jenis bom atom yaitu Little Boy dan Fat Man, yang dijatuhkan oleh AS di Hiroshima dan Nagasaki ketika perang melawan Jepang di era perang dunia II. Little boy memiliki daya ledakan 12-15 kiloton atau 1 kiloton sama dengan 1000 ledakan TNT, sementara Fat Man menggunakan bahan material Plutonium sebagai bahan bakarnya dan memiliki daya ledakan mencapai 20-22 kiloton atau 22 ribu lebih besar dari TNT (Budi Winarno. 2014: hlm. 267. Kekuatan kedua bom atom jenis nuklir tersebut telah meluluh-lantakkan Jepang dengan tingkat radiasi yang cukup tinggi bahkan sampai pada dewasa ini. Kedua, adalah senjata yang energinya diperoleh dari reaksi fusi nuklir. Senjata ini lebih dikenal sebagai bom hidrogen. Ledakan bom ini diperkirakan 500 kali lebih besar dari bom atom, dan menghasilkan bola api dengan awan cendawan yang sangat tinggi. Senjata nuklir modern saat ini didominasi oleh jenis bom hidrogen (Budi Winarno. 2014: hlm.267.)

(8)

lima negara (AS, Rusia, Inggris, Prancis, dan China) sebagai pengembang nuklir yang diakui oleh perjanjian NPT (Budi Winarno. 2014: hlm. 260). Berikut ini tabel kepemilikan senjata nuklir negara NWS.

Tabel 1: Kepemilikan Senjata Nuklir NWS; Dikutip Dari Buku Prof. Budi Winarno.

Negara Jumlah senjata nuklir (2009)

Amerika serikat 5.113

Inggris 225

Prancis 300

Rusia 2.400

China 240

Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer (Budi Winarno. 2014: hlm. 296).

Kepemilikan senjata nuklir dari kelima negara membuat keamanan internasional semakin menegangkan, seperti halnya Cina berusaha mempertahankan sengketa laut Cina selatan dengan cara menyiagakan nuklirnya. Tindakan Cina dalam rangka menyiagakan senjata nuklir di perairan Laut Cina Selatan tentunya mengganggu keamanan Asia Tenggara khususnya negara yang bersengketa dengan Cina. Luas perairan Laut Cina Selatan mencakup perairan Siam yang dibatasi oleh Vietnam, Kamboja, Thailand dan Malaysia serta teluk Tonkin yang dibatsi Vietnam dan Cina. (Sejarah Kebangkitan Cina 1987: Https:// Nusantaranews.Wordpress.Com). Keberanian Cina mencaplok perairan Spratly didasari atas kepemilikan senjata nuklir, dimana negara Asia Tenggara tak satupun memiliki senjata tersebut. Melalui sengketa ini, bukan hanya Asia Tenggara yang mengalami ketengangan terhadap bangkitnya Nuklir Cina, tapi juga Amerika Serikat sehingga respon AS terhadap kebangkitan nuklir Cina dilakukan dengan menyusun strategi dan memperketat keamanan di sekitar Asia Pasifik misalnya di Guam dan Pearl Harbor. Jadi bisa dikatakan bahwa kepemilikan senjata nuklir suatu bangsa akan mengganggu sistem bangsa lain.

(9)

Amerika menerapkan rencana menyimpan senjata militer di Eropa Timur, termasuk di negara-negara Baltik bekas wilayah Uni Soviet. Persaingan negara dalam memperoleh kekuasaan biasanya dilakukan dengan instrumen senjata nuklir (Http://Www.Bbc.Com). Fenomena tersebut tentunya banyak mengundang perdebatan dikalangan masyarakat internasional bahwa kepemilikan senjata nuklir negara NWS dijadikan sebagai senjata perebutan kekuasaan dalam mendominasi dunia sehingga negara non- nuklir menjadi korban sebagai lahan perang nuklir .

Keberhasilan Rusia dalam mengembangkan nuklir menyita perhatian pada negara NWS lainnya. Kapabilitas Rusia mengembangkan nuklir berjenis hidrogen diklaim sebagai senjata terkuat sejagat replika dari”Tsar Bomba” diklaim 3.800 kali lebih kuat daripada bom Atom Amerika serika yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki Jepang. Tsar Bomba dikenal sebagai bom hidrogen yang memiliki hulu ledak melebihi kekuatan gabungan dari semua bahan peledak yang digunakan oleh semua negara selama perang dunia II. Selain itu, bom ini meledak diketinggian 4.200 meter serta ledakan diprediksi berkekuatan 51,5 megaton dan ciri-ciri ledakan memunculkan “jamur awan” dengan diameter 95 km. Jenis bom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Iast Gunawan: Http://Jurnalintelijen.Id).

(10)

2.2. Proliferaasi senjata nuklir terhadap negara non-NWS

Setelah munculnya proliferasi harizontal nuklir, permasalahan menjadi semakin luas dan ruwet dengan adanya berbagai upaya melakukan percobaan senjata nuklir yang dilakukan oleh negara lain. Menurut Buzan proliferasi nuklir horizontal adalah penyebaran senjata kepada negara-negara yang sebelumnya tidak memiliki senjata nuklir atau non nuclear weapon states sesuai dengan non proliferation treaty NPT (Budi Winarno. 2014.hlm.267). India dan Pakistan salah satu negara horizontal dalam mengembangkan nuklir, namun yang menjadi anomali bahwa kedua negara mempunyai sejarah pertikaian yang panjang. Mereka sudah bermusuhan sejak Pakistan memutuskan berpisah dari India pada tahun 1947. Beberapa isu politik, seperti isu Kashmir, konflik militer, hingga persaingan persenjataan yang melibatkan senjata nuklir mengiringi hubungan antara dua negara bertetangga ini. India melakukan ujicoba nuklir pertamanya pada tahun 1974. Dengan operasi yang diberi sandi “Smiling Buddha” India meyakinkan pemerintah Pakistan bahwa India berusaha mendominasi kawasan. Berangkat dari asumsi tersebut, Pakistan terdorong untuk melakukan hal serupa. Pada Mei 1998 Pakistan berhasil melakukan uji coba nuklir pertamanya dengan codename “Chagai I.”

Setelah itu, kedua negara berlomba-lomba memperbanyak hulu ledak nuklirnya. Pengembangan senjata nuklir Pakistan didirikan sebagai respon terhadap proyek serupa yang dilakukan India atas ketakutan terhadap gangguan keamanan nasional. Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto menggelar pertemuan di Multan pada tahun 1972 yang membicarakan pengembangan senjata nuklir nasional. Pada pertemuan tersebut Bhuto tercatat sebagai arsitek program senjata nuklir yang ditujukan sebagai alat pertahanan negara. Untuk menyaingi kemampuan militer India, Pakistan menggunakan strategi flexible response. Strategi ini intinya terletak pada keluwesan Pakistan menghadapi ancaman India dengan cara meningkatkan kapasitas persenjataannya, termasuk senjata nuklir. Saat ini Pakistan diketahui memiliki 70-90 hulu ledak nuklir sedangkan India tercatat mempunyai 80-100 hulu ledak. Kemudian keinginan Israel mengembangkan nuklir atas ketakutan terhadap kekuatan Iran yang sebelumnya ikut terlibat dalam pengembangan nuklir sebelum revolusi islam 1978. Fenomena tersebut menunjukan kepada dunia internasional bahwa keinginan suatu negara mengembangkan nuklir karena merasa terancam atas kekuatan bangsa lain. Berikut ini tabel proliferasi nuklir horizontal:

(11)

Negara Jumlah senjata nuklir (2009)

India 100

Pakistan 70 hingga 90

Israel 75 hingga 200

dinamika isu-isu global kontemporer (Budi Winarno. 2014.hlm.268)

Tabel di atas mengindikasikan proliferasi nuklir di luar dari lima negara NWS sebagai negara nuklir. Kemudian beberapa negara non-NWS yang masuk dalam proliferasi nuklir secara horizontal seperti India, Pakistan dan Israel. India memiliki 100 hulu ledak nuklir, sedangkan Pakistan antara 70-90 hulu ledak nuklir, adapun Israel memiliki sekitar 75-200 hulu ledak nuklir (Budi Winarno. 2014.hlm. 260-267). Hal ini mengindikasikan bahwa tiap beberapa dekade negera pengembang nuklir bertambah secara perlahan yang kemudian akan berpotensi mengancam stabilitas keamanan internasional.

Keberadaan senjata nuklir telah sukses membangun oponi ditingkat dunia bahwa adanya berbagai upaya untuk melakukan percobaan senjata nuklir baik dari negara NWS maupun non-NWS yang dianggap sebagai ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia. Misalnya Iran pada tahun 2003, telah melakukan kegiatan rencana mengembangkan nuklir. Sehingga pada tahun 2011 badan AIEA (International Atomic and Energy Agency) menyebutkan bahwa Iran melakukan kajian komputer yang berpotensi memicu peledak bom nuklir. bahkan Korea Utara berupaya mengembangkan nuklir setelah peningkatan anggota NPT pada tahun 2002, Korea Utara telah melakukan uji coba nuklir yang kemudian diluncurkan pada bulan April 2009 dengan jenis roket satelit komunikasi. Dalam uji coba tersebut, peluncuran roket melewati wilayah udara Jepang sehingga menunjukan bukti bahwa Korea Utara sudah mulai mengembangkan nuklir di Asia Timur. Melalui uji coba tersebut, kemudian Korea Utara diperkirakan memproduksi 40 dan 50 kilogram Plutonium dan memiliki 5 sampai 9 nuklir. Sedangkan pada tanggal 9 Oktober 2006 Korea Utara melakukan uji coba kedua dan mampu menghasilkan daya ledak 0,5-0,8 kiloton serta pada 25 Mei 2009 mampu menghasilkan daya ledak 2,0-4,0 kiloton. (Budi Winarno. 2014.hlm.269). Ini menunjukan bahwa pengembangan nuklir Korea Utara berkembang secara pesat sehingga menimbulkan ketegangan terhadap Korea Selatan. Berikut ini tabel pengayaan Plutonium Korea Utara:

Tabel 3: Pengayaan Plutonium Korea Utara” Dikutip Dari Buku Prof. Budi Winarno.

Tahun Produksi Plutonium (kg) Tahun Pengolahan

Sebelum 1990 1-10 1989-1992 0-10

(12)

2005 13-17 2005-2006 13-17

Juli 2007 10-13 2009 41-67

Total 51-69 Total 41-67

Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer Budi Winarno. 2014.hlm.296).

Keinginan negara mengembangkan nuklir diorientasikan sebagai instrumen pertahanan diri dari serangan musuh, namun tidak hanya itu, nuklir juga dapat difungsikan sebagai sumber energi baru seperti pembangkit tenaga listrik, yang merupakan salah satu alternatif dalam penggunaan batu bara. Namun pengembangan nuklir yang bertujuan untuk pertahanan dan keamanan negara, menimbulkan beberapa masalah dunia internasional. Keinginan negara mengembangkan senjata nuklir telah menimbulkan kekhawatiran terhadap kalangan komunitas internasional atas resiko kesehatan, lingkungan dan keamanan sehingga isu proliferasi nuklir dan penyebaran senjata nuklir, dan teknologi serta pengetahuan untuk mengembangkan senjata nuklir menjadi isu global sampai dewasa ini. Apalagi melihat dampak dari Nagasaki dan Hirosima telah melahirkan pengetahuan di sejumlah kalangan masyarakat internasional bahwa senjata nuklir sangat berbahaya, kemudian yang kedua bahwa sejak perang dunia kedua AS memiliki kapabilitas untuk mengembangkan nuklir yang mampu menghancurkan Jepang. Namun untuk saat ini, banyak negara-negara memperoleh infrastruktur dalam mengembangkan alat-alat nuklir yang masih mentah. Kemudian yang ketiga setelah pecahnya Uni Soviet telah menimbulkan masalah baru mengenai legalitas pengembang nuklir karena ada beberapa negara pecahan Soviet yang dipercayai memiliki nuklir khususnya pada Khazakstan. Fenomena tersebut semakin kuat dalam melahirkan opini publik bahwa pengembangan nuklir semakin menyebar ke negara- negara yang selama ini diklaim sebagai basis keras sehingga sangat memungkinkan untuk perang nuklir. (Budi Winarno. 2014.hlm.263)

(13)

politik khususnya pada keamanan kawasan, argumen tersebut tidak bisa diterima secara rasional.( Budi Winarno. 2014.hlm.266)

Berangkat dari kelima negara NWS itu berdiri, terutama AS dan Inggris telah berkomitmen untuk menghancurkan dan menguragi produksi senjata nuklir. Namun komitmen kelima negara layak diragukan untuk secara serius menghancurkan senjata nuklir dan tidak menggunakan demi kepentingan strategis mereka. Misalnya AS tidak pernah mempersoalkan program nuklir Jepang dan Pakistan tapi untuk Iran dan Korea Utara AS sangat peduli. ( Budi Winarno. 2014.hlm.266) Hal tersebut membuat persepsi saling bertetangan antara keinginan proliferasi dengan nafsu untuk menguasai senjata teknologi. Sehingga isu nuklir menjadi isu global yang sering dibicarakan di tingkat nasional dan internasional. Selain itu pengetahuan masyarakat internasional tentang dampak senjata nuklir baik dari segi keamanan, lingkungan dan kesehatan menjadi salah satu penyebab munculnya isu nuklir di skala internasional. Sehingga muncul upaya untuk mencegah proliferasi nuklir mencakup banyak tindakan seperti tindakan unilateral, bilateral, regional dan global yang biasanya menunjuk secara kolektif, seperti rezim non prolifirasi nuklir global. ( Budi Winarno. 2014.hlm.264) Sehingga rezim proliferasi nuklir berpendapat bahwa evolusi dari tindakan ini termasuk perjanjian pengawasan dan pelucutan senjata seperti NPT, pengawasan ekspor, prosedur monitoring internasional, nuclear supplier and tranding agreements dan pengaturan pengaturan standar lainnya. Kedatipun rezim NPT berusaha menegakan aturan tentang pengembangan nuklir tapi terkadang upaya tersebut menjadi dilematis akibat munculnya dua kubu dalam negara NWS sehingga negara yang menginginkan pengembangan nuklir berusaha mendekati salah satu dari kubu lima negara veto. Berikut ini beberapa data dan jenis nuklir yang dimiliki oleh negara Horizontal dan Vertikal, telah dirangkum dalam SIPRI mulai dari tahun 1945 sampai 2006.

(14)

Source: stockholm international peace research institution.( Http://Www.Sipri.Org )

BAB. III.

PEMBENTUKAN ATURAN DAN KONTROLING TERHADAP PROLIFERASI NUKLIR YANG DIANGGAPA SEBAGAI ANCAMAN

INTERNASIONAL. 3.1. Pembentukan Rezim Terhadap Proliferasi Nuklir.

(15)

tidak boleh mentransfer teknologi senjata nuklir maupun hulu ledak nuklir ke negara lain, dan negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir juga setuju untuk tidak meneliti atau mengembangkan senjata nuklir (Winarno. Budi. 2011: hlm. 240. Isi dalam perjanjian telah jelas dan seharusnya tidak ada negara yang melanggar. Namun ternyata adanya perjanjian dalam NPT tidak membuat negara-negara anggota perjanjian serta merta mematuhinya karena seperti laporan yang diungkapkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) bahwa terdapat sembilan negara yang memiliki senjata nuklir yaitu Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis, Rusia, Cina, India, Pakistan, Israel dan Korea Utara. Winarno. Budi. 2011: hlm.240).

Salah satu upaya menghambat proliferasi senjata-senjata nuklir global adalah dengan membentuk rezim Nuclear Non Proliferation Treaty (NPT). Rezim ini merupakan rezim pertama yang mengatur mengenai kepemilikan senjata nuklir. Setelah diratifikasi oleh Inggris, Amerika, Uni Soviet dan 40 negara lainnya, maka NPT berlaku pada 5 Maret 1970 (Http://Www.Armscontrol). Rezim ini mencakup sejumlah instrumen nasional dan internasional yang dikembangkan dengan tujuan untuk mencegah perkembangan, pembuatan ataupun penggunaan senjata nuklir. NPT dibangun berdasarkan tiga pilar penting yaitu non proliferasi, disarment (pembatasan senjata) dan pemanfaatan energi atau teknologi nuklir secara damai. Dalam membatasi dan mengurangi penggunaan senjata nuklir, rezim non proliferasi nuklir memiliki dua tugas utama. Pertama adalah vertical nuclear proliferation yaitu peningkatan arsenal nuklir yang ada, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Artinya bahwa, NPT memiliki tugas membatasi besaran (size) senjata nuklir dan memiliki tujuan akhir melenyapkan seluruh arsenal nuklir yang dimiliki oleh negara-negara yang tergabung dalam nuclear weapons state. Kedua, rezim non poliferasi nuklir memilki tugas untuk mencegah atau membatasi horizontal nuclear proliferation di negara-negara yang secara resmi tidak diakui oleh masyarakat internasional sebagaia a nuclear power (Winarno. Budi. 2011.hlm. 246.)

(16)

menghapuskan senjata nuklir dan pelucutan senjata nuklir secara umum di bawah pengawasan internasional yang tegas dan efektif. Dalam hal mendukung implementasi CTBT, maka dibentuklah Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) atau Organisasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Ledak Nuklir. CTBTO didirikan dengan sistem pengawasan global yang sudah diterapkan sehingga memungkinkan terdeteksinya setiap ledakan nuklir bahkan uji coba yang dilakukan di bawah tanah oleh setiap negara. Setelah Amerika menandatangani CTBT pada tahun 1996, ditempat percobaan nuklir Nevada pada tanggal 2 Juli 1997 serta melakukan percobaan nuklir subkritis sebagai pengganti percobaan bom nuklir bawah tanah. Pada bom Plutonium terdapat bahan yang dapat dibakar untuk memicu ledakan, sehingga terjadi gelombang kejut. Gelombang kejut tersebut menimbulkan tekanan pada Plutonium, lalu terjadi reaksi berantai yang menimbulkan ledakan. Sedangkan pada percobaan nuklir subkritis penekanannya dilakukan sebelum terjadi reaksi berantai, dan dinamika perubahan plutonium dapat diteliti seiring dengan berjalannya waktu (World Nuclear Association, 2014: Http://Www.World-Nuclear). Percobaan yang dilakukan oleh beberapa negara tentunya sangat merusak lingkungan alam baik udara, darat, laut dan bahkan percobaan bawah tanah.

(17)

Neveda Tribal Lands (Http://Www3.Epa.Gov).

(18)

negara-negara lain yang tergabung dalam NPT tidak memperoleh legalitas dan kemampuan untuk memiliki senjata nuklir.

Perdebatan dan persoalan kedua berangkat dari lima negara NWS itu sendiri, terutama Amerika dan Inggris. Komitmen lima negara tersebut untuk mengurangi kepemilikan atas senjata nuklirnya perlu diragukan dan negara-negara tersebut bertindak tidak adil dan tidak pernah fair dalam melihat persoalan nuklir. Tidak jarang tindakan lima negara tersebut menghambat tujuan utama dan komitmen untuk mencegah, mengurangi, menghancurkan senjata nuklir. Seperti tindakan yang ditunjukkan oleh Amerika dalam mengolah persoalan nuklir di berbagai negara. Amerika terlihat memilki dualitas yang berbeda terhadap negara-negara yang diketahui melakukan pengembangan dan memiliki senjata nuklir. Amerika Serikat tidak pernah mempersoalkan program nuklir Jepang dan Pakistan, sebaliknya Amerika bertindak sangat agresif dalam menanggapi persoalan kepemilikan dan program nuklir yang dikembangkan oleh Iran dan Korea Utara. Sehingga hal inilah yang menjadi perdebatan serius mengenai regulasi proliferasi nuklir.

Di era globalisasi, persoalan nuklir semakin kompleks, sehingga rezim non proliferasi nuklir tidak dapat secara menyeluruh menyelesaikan dan mengatasi persoalan senjata nuklir dunia. Seperti yang dijelaskan dalam buku Winarno, bahwa kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara dapat dilihat dari berbagai faktor baik itu faktor politik domestik, faktor riset pengetahuan yang dilakukan oleh para ilmuan, faktor teknologi tradisional dan banyak faktor lainnya. Dan beberapa negara mengembangkan program nuklir dengan dalih untuk tujuan damai dan kemaslahatan bersama. Sehingga untuk mengatur hal tersebut selain NPT, terdapat pula IAEA (International Atomic and Energy Agency) yang merupakan organisasi internasional dibawah naungan PBB yang mengatur mengenai penggunaan material nuklir secara damai dan kesepakatan untuk pengadaan inspeksi berkala bagi negara-negara anggotanya. Tujuan penting dari IAEA adalah untuk memastikan bahwa negara-negara yang memiliki material nuklir tidak akan mengembangkannya menjadi senjata.( The History Of The IAEA: Http://Www.Iaea.Org ).

(19)

tersebut, keduanya sangat berpotensi mengancam keamanan internasional baik dari segi persenjataan maupun dari asupan energi. Namun dalam pembahasan ini, penulis akan berusaha menjelaskan pengembangan nuklir dalam persenjataan militer menjadi isu ancaman terhadap keamanan internasional, kemudian diteruskan pada ancaman nuklir dalam pengembangan asupan energi.

A. Persenjataan Nuklir Menjadi Isu Ancaman Terhadap Keamanan Internasional. Seiring dengan perkembangan zaman, isu muncul sedemikian rupa sehingga membuat negara maupun masyarakat internasional berada dalam ketegangan. Salah satu isu yang paling mencut di panggung internasional adalah kepemilikan senjata nuklir oleh negara NWS dan non-NWS yang semakin berkembang. Keingina negara mengembangkan nuklir didasari oleh tuntutan kepentingan keamanan dan power untuk menjaga posisi di skala internasional. Seperti halnya Korea Utara yang selama ini dianggap sebagai negara pemegang nuklir akan berpotensi mengancam keamanan Korea Selatan, begitupun dengan Israel terhadap Iran dan bahkan India terhadap Pakistan. Dari beberapa negara non-NWS berusaha mengembangkan nuklir demi kepentingan dan keamanan nasional dari ancaman musuh. Negara horizontal ini, masih dalam katagori middle nuclear dengan jumlah hulu ledakan di bawah lima negara vertikal. Kita ketahui bahwa dalam persaingan pengembangan nuklir terdapat dua negara menjadi pusat perhatian yaitu AS dan Rusia, kedua negara ini berusaha mengembangkan nuklir untuk dijadikan sebagai pertahanan dan peralatan perang dalam mendominasi dunia. Seperti halnya posisi AS sebagai negara pemengang nuklir terbesar menjadikan dirinya sebagai pemimpin dunia, begitupun dengan Rusia sebagai negara pemegang nuklir terbesar kedua memiliki power dalam melakukan aktivitas politik luar negerinya. Hal tesebut menjadi konstruksi publik bagi masyarakat dunia sehingga banyak negara berkeinginan untuk mengembangkan senjata nuklir. apalagi asumsi dasar senjata nuklir menurut Waltz sebagai hegemoni yang efektif dalam menguasai suatu regional maupun dunia.

(20)

yang bertujuan untuk melatih para ilmuwan dari negara komunis lain. Sebagian besar generasi pertama ilmuwan nuklir Korea Utara dilatih dalam program ini. Namun teknologi yang dimiliki mereka tidak cukup maju untuk memproduksi senjata nuklir tanpa bantuan dari negara negara lain. (William J. Perry. 2006. Vol 107. Hlm 80). Kemudian Pada tahun 1964, Cina dengan sukses menguji bom nuklir pertamanya. Korea Utara mendekati Cina untuk mempelajari teknologi senjata nuklir. Namun Korea Utara ditanggapi dengan dingin oleh Cina sehingga Korea Utara makin mempererat kerjasamanya dengan Moskow dan Kim Il Sung mulai berpikir untuk mengembangkan kapabilitas rudal balistik sendiri.( William J. Perry, Op,,Cit,, hlm. 490 ).

Tahun 1965 ditandai dengan pendirian Akademi Militer Hamhung, dimana para tentara Korea Utara menerima pelatihan pengembangan rudal. Uni Soviet pada tahun ini juga mulai menyediakan bantuan secara meluas kepada Korea Utara dalam membangun pusat penelitian di Yongbyon. Fasilitas nuklir yang dikembangkan pertama kali oleh Korea Utara ini adalah reaktor nuklir model Uni Soviet yang dioperasikan untuk tujuan penelitian di Yongbyon, Korea Utara. Di tempat ini Uni Soviet membantu Korea Utara untuk menjalankan reaktor nuklir berdaya 5MW. (Joseph S. Bermudez, Jr:1999. Hlm.2.) Reaktor ini sangat kecil sehingga tidak menjadi perhatian negara-negara sekitar karena membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi reaktor tersebut untuk memproduksi Plutonium yang cukup dan menjadi sebuah bom nuklir. Fasilitas nuklir ini juga dilaksanakan secara independen dan terfokus pada lingkaran bahan bakar nuklir (penyulingan bahan bakar nuklir dan perubahan). Pada tanggal 29 Januari 2002 Presiden George W. Bush menyatakan dalam pidatonya bahwa Korea Utara merupakan “an axis of evil” yang bermakna bahwa AS tidak menginginkan adanya ikatan diplomatik dengan Korea Utara. Hal ini disebabkan pada saat Korea Utara ketahuan mengembangkan program nuklir yang lain. Program yang dilakukan di daerah yang terpisah dengan Yongbyon yang merupakan pengayaan uranium. (William J. Perry, Op,,Cit,,hlm. 83-84) Hal tersebut menjadi contoh kecil pengembangan nuklir yang dilakukan oleh negara non-NWS sehingga memungkinkan terjadi sengketa antaranegara. Kemudian keberadaan nuklir Korea Utara bukan hanya menggangu Korea Selatan tapi juga negara negara yang bersebrangan dengannya seperti AS dan sekutuhnya.

(21)

Korea Utara dan begitupun dengan AS memiliki pengikut seperti, Pakistan, Israel dan negara negara sekutu lainya. Fenomena ini menunjukan bahwa kedua negara tersebut mampu membangi kekuatan ke dalam dua kubu sehingga kekuatan yang muncul tentunya sangat mengancam keamanan internasional. Kemudian tahun lalu tepatnya pada tahun 2014 dunia kembali dihadapkan oleh sejumlah persoalan di Eropa Timur atas keinginan Ukraina bergabung dengan Barat sehingga membuat Rusia menyerang Krimea dengan alasan untuk melindungi masyarakat yang beretnis Rusia. keterlibatan Rusia dalam konflik Krimea menimbulkan ketegangan di dunia, dimana Putin telah mengungkapkan bahwa “Rusia siap perang nuklir demi menjaga keamanan Krimea”. Pidato Putin telah diimplementasikan oleh Rusia dengan menyiagakan 1.642 rudal nuklir yang siap diluncurkan. (Http://Www.Bbc.Com ). Gertakan tersebut ditujukan kepada semua negara yang berkeinginan membantu Ukraina dalam sengketa Krimea sehingga secara tidak langsung membawa dunia ke dalam ketegangan. Dengan melihat data dan prilaku negara pemegang nuklir maka bisa dikatakan bahwa keberadaan senjata nuklir sangat mengancam keamanan internasional baik di negara pemengang nuklir maupun di negara non nuklir.

B. Pengembangan Nuklir Sebagai Asupan Energi

(22)

Sejarah mencatat bahwa keberhasilan manusia mengembangkan teknologi khususnya pada nuklir membuat dunia semakin modern dan sempit. Mudahnya manusia melakukan aktifitas dan kebebasan dalam mengembangkan pengetahuan membuat manusia mampu menjelaskan dunia ini melalui teknologi seperti halnya manusia mampu berada dalam beberapa regional dalam waktu yang sama dengan menggunakan internet dan bahkan dengan mudahnya mengobati orang sakit. Hal tersebut menunjukan kemajuan teknologi yang begitu pesat, namun kita jarang berfikir bahwa kemajuan teknologi justu berpotensi untuk menghacurkan peradaban manusia dengan melalui kegagalan nuklir. Efek dari radiasi bocornya reaktor nuklir akan menimbulka penyakit kanker. Banyak peristiwa dalam sejarah menuliskan bahwa kebocoran reaktor nuklir membuat penderitaan berkepanjangan bagi masyarakat di lokasi kejadian. Sebut saja bencana Chernobyl, Ukraina. Dalam bencana tersebut, 31 orang tewas dan Lebih dari 200 ribu penduduk yang bermukim dalam radius 30 kilometer (km) dari tempat ledakan Chernobyl dievakuasi. Kemudian Tragedi bocornya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang tahun 2011. Kebocoran reaktor ini merupakan bencana nuklir terburuk sejak bencana Chernobyl. Akibat kebocoran reaktor di Fukushima tersebut, air radioaktif mengalir ke laut dan ribuan jiwa manusia dikhawatirkan akan terkontaminasi.( Http://News.Liputan6.Com/Read ). Selain itu beberapa tragedi kebocaran nuklir yang terjadi di negara seperti Ingris dalam Tragedi Windscale Fire menyebabkan 240 kanker dan Rusia, Kyshtym menyebabkan 8000 korban. Fenomena tersebut menunjukan bahwa dampak dari kebocoran nuklir sangat membahayakan pada kelangsungan hidup manusia serta pada kerusakan lingkungan alam akibat radiasi reaktor.

(23)

perkiraan korban ini merupakan tambahan dari 600 korban yang meninggal setelah bencana kebocoran nuklir, Tsunami dan Gempa Bumi terjadi pada Maret, 2011. Sebagian besar dari 600 korban adalah mereka yang telah berusia lanjut yang meninggal akibat kelelahan, takut dan sakit pada saat evakuasi berlangsung. Kebocoran nuklir di Fukushima Daiichi. adalah bencana nuklir terbesar setelah Chernobyl. Radiasi yang dikeluarkan dalam peristiwa ini menyebabkan “zona mati” seluas beberapa ratus kilometer di sekitar PLTN dan efek radiasi tingkat rendah ditemukan hingga wilayah Eropa dan Amerika Utara. (Jonh E.Tenhoeve And Mark Z.Jacobson, Op,,Cit ,hlm. 2) Hal tersebut membuat nuklir menjadi ancaman terhadap keamanan internasional dengan melihat data dan penyebaran radiasi ke negara lain yang berpotensi menyebabkan penyakit terhadap manusia.

Tragedi Fukushima membuat Jepang merasa dilema karena sebagai besar pemerintah ingin melanjutkan pengoperasian nuklir PLTN pada hal sekitar 70% dari kalangan masyarakat mengkehendaki dihentikannya operasi pembagkit nuklir. Namun itu sangat sulit buat negara Sakura karena jika menghentikan operasi PLTN, negara ini akan tergantung dari impor bahan bakar fosil yang harganya fluktuatif. Kemudian tekanan untuk mengurangi emisi karbon serta meningkatkan penggunaan energi alternatif akan sulit diwujudkan dalam waktu singkat.( Http://Www.Dw.Com ). Rencana pengoperasian kembali PLTN molor cukup lama dari jadwal yang ditetapkan, akibat munculnya oposisi kuat dari kalangan warga. Namun pemerintah di Tokyo kini mendapat tekanan berat, karena jika terus mengimpor energi fosil berupah minyak, batu bara dan gas bumi, untuk menggerakan ekonomi, ongkosnya akan sangat mahal. Juga akan menambah volume emisi karbon negara tersebut. Masalah seperti ini tentunya membuat beberapa negara sulit untuk memutuskan sesuatu atas banyaknya regulasi internasional yang kadang bertentangan dengan regulasi lain. Misalanya pada kasus Jepang yang ingin menghentikan program nuklirnya, tapi penghentian tersebuat malah akan menimbulkan biaya yang cukup banyak dalam pembelian fusi sebagai pengganti energi nuklir, selain itu energi fusi akan menghasilkan gas emisi yang diklaim sebagai perusak lapisan ozon seperti yang atur dalam Prtokol Kyoto dan Montreal.

(24)

Keberadaan senjata nuklir sejak era perang dunia kedua hingga dewasa ini masih menjadi perdebatan di kalangan para elit dan sarjanawan bahkan pada masyarakat internasional. Pengkaliman terhadap dampak senjata nuklir tentunya memiliki persektif sendiri sehingga negara negara berusaha mengembangkan nuklir dan berusaha mencegah pengembangan karena didasari atas perspektif yang berbeda. Pandangan Waltz dan Sagan sangat mempengaruhi dinamika nuklir yang terjadi di dunia seperti halnya negara pengembang nuklir menganggap bahwa nuklir sangat menguntungkan terhadap keamanan internasional dan kemudian negara bebas nuklir seperti Asia Tenggara dan sejumlah negara lain menganggap bahwa nuklir merupakan ancaman terhadap dunia internasional. Hal tersebut merupakan sebuah perdebatan yang tak kunjung berakhir dimana kedua kubu sama sama mengklaim bahwa pandangan mereka itu benar.

Namun melihat dari kenyataanya bahwa pandangan Waltz tentang nuklir sebagai stabilitas keamanan telah dibuktikan pada saat perang dingin dimana kedua kubu yang bertikai sama sama memiliki kapasitas nuklir yang besar yang sebelumnya akan digunakan dalam perang. Tapi melihat dampak yang ditimbulkan, perang nuklir tidak jadi dilakukan atas ketakutan kedua blok terhadap dampak yang ditimbulkan oleh sebab itu, banyak asumsi yang menganggap bahwa nuklir sebagai pencegah perang terbuka. Dan begitupun sebaliknya pada pandangan Sagan yang menganggap bahwa nuklir sebagai ancaman terhadap keamanan internasional dengan melihat dampak yang ditimbulkan. Berkacah pada perang dunia kedua sampai pada tragedi Chernobyl yang merupakan kecelakaan nuklir yang terjadi pada tanggal 26 April 1986 Ukraina kemudian disusul oleh Fukushima di Jepang pada tahun 2011 dan bahkan banyak lagi kecelakaan nuklir yang mengakibatkan penderitaan pada kalangan masyarakat. Hal tersebut membuat isu nuklir sebagai ancaman terhadap internasional kerena dampak dari kecelakaan nuklir tidak hanya berpengaru pada regional setempat tapi juga sangat berpengaruh pada regional atau negara lain sehingga menimbulkan ancaman yang cukup signifikan.

(25)

tidak mampu menjawab fenomena Timur Tengah, bahwa nuklir sebagai instrumen perdamaian oleh negara NWS. Kemudian dengan melihat pandangan Sagan bahwa nuklir sebagai ancaman terhadap dunia internasional sehingga harus di perketat melaui rezim NPT atau dihapuskan di muka bumi ini. Dalam melihat fenomena di atas, maka dampak yang ditimbulkan oleh radiasi nuklir tentunya mengancam keamanan internasional, baik nuklir yang dijadikan persenjataan maupun nuklir bertenaga listrik.

Dalam pandangan Sagan kehadiran nuklir menjadi ancaman terhadap keamanan internasional, karena dengan meningkatnya negara pengembang nuklir maka meraka merasa kuat dan haus akan kekuasaan sehingga berpotensi memicu perang nuklir. selain itu ancaman lain yaitu disaat negara negara NWS melakukan uji coba nuklir tentunya merusak lingkungan atas radiasi yang ditimbulkan. oleh sebab itu, pengembangan nuklir menurut penulis mengancam keamanan internasional setelah melihat dan membandingkan dampak positif dan negatif dari manfaat keberadaan nuklir. Dan kemudian berangkat dari kedua asumsi antara Sagan dan Waltz telah dirangkum dalam konsep keamanan internasional bahwa keberadaan senjata nuklir menjadi sebuah ancaman terhadap, lingkungan, kesehatan, makanan, politik, ekonomi dan kemudian diindikasikan pada keamanan internasional.

SARAN.

(26)

Kemudian pembangkit listrik bertenaga nuklir menjadi salah satu pengembangan ilmu pengetahuan. Hal tersebut menjadi cikal bakal dari pesatnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia. Pembangkit listrik bertenaga nuklir ini, sebenarnya juga memiliki dampak yang cukup signifikan dengan melihat fenomena Ukraina dan Jepang beberapa tahun lalu. Namun selain dari dampak yang ditimbulkan nuklir ini memiliki manfaat terhadap hukum internasional seperti dalam pengembangan pembangkit listrik bertenaga nuklir mampu mengurangi emisi gas rumah kaca yang diklaim sebagai perusak lapisan ozon. Sehingga menurut penulis hadirnya pembangkit listrik tenaga nuklir telah membantu implementasi Protokol Kyoto dan Montreal dalam pengurangan gas emisi. Oleh sebab itu, secara pribadi saya mengungkapkan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir mestinya harus dikembangkan lagi dan bahkan semua negara diwajibkan dalam pengembangan tersebut, tapi dalam proses pengembangannya harus ada regulasi yang lebih signifikan untuk mengatur tingkat keamanan dan pemberian sangsi terhadap negara yang lalai dalam menjaga keamanan nuklirnya.

(27)

Winarno Budi. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Cet. I. Yogyakarta: CAPS.

James. Wirtz, J. 2010, Weapon of Mass Destruction”, dalam The Routledge Handbook of Security Studies. London & New York: Routldge.

Cohen. Daniel2006. Globalization and Its Enemies. Massachusetts: MIT Press. Buzan Burry and Lene Hansen. 2009. The evolution of international security studies. Published in the United States of America by Cambridge University Press, New York.

Goldstein. Lyle. 2011. Chinese naval strategy in the soult china sea: an abundance of noice and smoke, but little fire. (institute of southeast asian studies.

Baylis, John dan Steve Smith (eds.). 2001. The Globalization of World Politics. 2nd edition. Oxford: Oxford University Press. Part 2

Perry. William J., 2006 ”Proliferation on the Peninsula: Five North Korean Nuclear Crises,” Annals of the American Academy of Political Science, Vol. 607 (Sage Publications, Inc.)

Bermudez Joseph S., Jr., 1999. “A History of Ballistic Missile Development in the DPRK,”Occasional Paper No. 2, (Center for Nonproliferation Studies.

Krahman. Elke. 2005. New Threats and New Actors In International security. New York: Palgrave macmillan.

Buzan Barry, Ola Waever and Jaap de Wilde. 1998. Op. Cit. khususnya pada chapter 8: How sector are synthesized,

Dong-Joon. Jo, & Erik Gartzke, 2007. Determinants of Nuclear Weapons Proliferation”. The Journal of Conflict Resolution, vol. 51, No. 1

Aziz Farhat Dan Yaziz Hasan. Kerangka Pengaturan Perundang Undangan Program Pembangunan PLTN. Biro Kerja Sama, Hukum Dan Masyarakat –BATAM Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta Selatan, 12070. Jurnal Forum Nuklir JFN, Volue 6 Nomor 1, Mei,2012

TenHoeve. Jonh E.and Mark Z.Jacobson. Energy & Environmental Science., wordwide Health Effects Of The Fukushima Daiichi Nuclear Accident, Recieved 23rd April 2012, Accepted 26th june 2012. <http://web.stanford.edu/group/efmh jacobson/

TenHoeveEES12 pdf pdf>diakses 11 Desember 2015

Anwar Khoiril. Bom Atom.<http://www.scribd.com/doc/48773188/BOM-ATOM#scribd > diakses 9 Desember 2015

Percobaan nuklir. melalui.< http://www.warintek.ristek.go.id /nuklir/percobaab _nuklir.pdf >diakses 9 Desember 2015.

(28)

Rusia meningkatkan persenjataan nuklir. juli 2015 <http://www.bbc.com/

indonesia/dunia/2015/06/150616_dunia_rusia_nuklir>. diakases 9 Desember 2015

Gunawan Iast, Rusia Pamer Replika Bom Nuklir Terbesar Sejagat, jurnal intelejen indonesia, Agustus 2015 <

http://jurnalintelijen.id/news-51135-rusia-pamer-replika-bom-nuklir-terbesar-sejagat.html?page=2.>Diakases 10 Desember 2015.

Stockholm International Peace Research Institution. 2015.

<http://www.sipri.org/yearbook/2013/06.> Diakses 15 Desember 2015

The Nuclear Non Prolifiration Treaty: History And Currnet Problems. Dalam <http://www.armscontrol.org/act/2003_12/Bunn > diakses 11 Desember 2015

World Nuclear Association, 2014. “Safeguards to Prevent Nuclear Proliferation.

<

http://www.world-nuclear.org/info/Safety-and-Security/Non-Proliferation/Safeguards-to-Prevent-Nuclear-Proliferation/ > diakses 25 November 2015.

The History of the IAEA, Revisiting the Past. <http://www.iaea.org/about/history > diakses 11 Desember 2015

Manfaat Teknologi Nuklir Selain Senjata. <http://www.plimbi.com/article /

139951/teknologi-nuklir> diakases 11 Desembar 2015

Lima Tragedi Nuklir Terparah. <

http://news.liputan6.com/read/2234651/5-tragedi-nuklir-terparah> diaakses 11 Desember 2015

Jepang Ngotot Gunakan Energi Nuklir <

Gambar

Tabel di atas mengindikasikan proliferasi nuklir di luar dari lima negara NWS sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis peta kerawanan dan observasi yang dilakukan di lapangan faktor penyebab kerawanan longsor tebing Sungai Code penggal Banteng-Gondolayu yaitu derajat

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pompa air mengeluarkan larutan sesuai pH yang diinginkan yaitu jika pH tanah lebih kecil dari 5,6 maka pompa larutan air kapur akan

Peneliti : “Dari soal nomor 4 (tariklah kesimpulan dari pernyataan berikut!) Untuk soal 4a (sambil menunjuk soal 4a) apa yang kamu ketahui?” Siswa : “Jika saya rajin belajar maka

Gambar 3 di atas terlihat peserta didik yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (kelas

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat variasi (keragaman fenotipe yang luas) diantara aksesi yang diamati pada karakter panjang daun dan kemiringan daun pada tanaman. Hal ini

Judul: Evaluasi Sasaran Finansial Perusahaan, Perencanaan Keuangan, Organisasi Perusahaan, dan Pengawasan Keuangan Dengan Audit Manajemen.. (Studi Kasus pada PT Karunia

Dari segi pemahaman, penghayatan dan pengamalan, hanya aspek bahasa sahaja yang berada pada tahap masih kekal jati diri, manakala enam jati diri lain yang dikaji (agama, ilmu,

Penelitian yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Arjawinangun Kabupaten Cirebon bertujuan untuk memperoleh data tentang bagaimana kebiasaan merokok