ANALISIS SKEMA CITRA TERHADAP MAZMUR 23 Kajian Linguistik Kognitif
Paulus Subiyanto Politeknik Negeri Bali iin_paul @yahoo.com
Abstract
This paper is aimed to identify what types of Image Schemas in Psalm 23, with well known title “The Lord is My Shepherd. It is considered as an old text with full of metaphors. Moreover, using the context and cultural background of the psalm, the meaning and message can be interpreted and constructed properly.
Theory of Conceptual Metaphor is based on the notion that metaphorical phenomena are not merely as linguistic matter, but rather as a process of cognition by which humans understand the reality (Lakoff and Johnson,1980). Unconsciously, we produce metaphors in our daily life coming from Conceptual Metaphor in our cognitive process. In the Theory of Conceptual Metaphor, Image Schema is a preconceptual structure derived from physical experiences, cultural background, and ideology of a nation. It is a recurring structures within our cognitive process ( Johnson,1987). According to Johnson’s list, there are 15 types of Image Schemas, summarized into 3 groups, claimed as universal in nature. (i) Spatial Motion Group, (ii) Force Group, dan (iii) Balance Group.
The Psalm 23 consists of 6 verses, each may be contained of more than one sentence or phrase. It was written by King David about the fifth and the tenth century B.C. to show the goodness of God, and his close relationship with his people. God is portrayed as a good shepherd caring deeply to his cattle. Each verse is analyzed to find Image Schemas involved in the text. As the result, there are 7 types of Image Schemas in Paslm 23 : Container, Path, Link,Force,Attraction, Blockage, and Removal of Restraints.
Based on the analysis, we can conclude that Image Schema as a part of Conceptual Metaphor Theory has potential to be as an analysis tool to discover the meaning of texts with full of metaphors. Besides, the factors of culture and ideology in the formation of Image Schema may give chance to find other types of Image Schema contained in local languages.
1. Latar Belakang
Dalam Kitab Suci (The Bible), Kitab Mazmur (KM) dikategorikan dalam genre teks sastrawi karena berupa kumpulan doa, pujian, dan lagu yang penuh metafora. KM diperkirakan ditulis dalam kurun waktu abad ke-10 sampai abad ke-5 Sebelum Masehi, semula ditulis dalam Bahasa Ibrani dan Aram, selanjutnya diterjemahkan dalam Bahasa Yunani dan Latin, kemudian diterjemahkan ke ratusan bahasa nasional dan lokal di seluruh dunia. Sampai sekarang KM masih digunakan baik sebagai lagu maupun doa dalam peribadatan di kalangan umat kristiani dan Yahudi, demikian juga bagi umat muslim KM dikenal sebagai Kitab Jabur yang ada dalam Al Quran. Dengan demikian, KM adalah teks kuno yang memiliki nilai penting, khususnya dalam konteks agama-agama samawi (Yahudi, Kristiani, dan Islam). KM adalah ungkapan pengalaman religius yang muncul dari relasi dan interaksi pemazmur yang mendalam dengan realitas transenden, yang disebut sebagai Yahwe (Tuhan, Allah). KM terdiri dari 105 mazmur, salah satu yang sangat populer adalah Mazmur 23 yang diberi judul metaforis “Tuhan adalah Gembalaku”. Mazmur 23 berfungsi untuk mencitrakan Tuhan sebagai seorang gembala, dan melukiskan hubungan yang erat antara pemazmur dan Tuhan seperti hubungan antara domba dan gembala. Kitab Suci ditulis dan diterjemahkan juga memiliki fungsi pengajaran atau pewarisan nilai-nilai religius dan moral dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun demikian, teks yang sarat dengan metafora seperti Mazmur 30 tentu tidak mudah bagi pembaca untuk menginterpretasikan makna dan pesan yang mau disampaikannya. Apalagi dari perspektif linguistik kognitif, fenomena metafora bukan sekedar menyangkut bahasa saja, melainkan bersumber dari proses kognitif sehubungan bagaimana manusia memahami dunia dan membangun pengetahuannya ( Lakoff &Johnson, 1984). Oleh sebab itu, untuk menginterpretasi makna dari metafora dibutuhkan pendekatan yang berbasis teori kognitif.
Makalah ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasikan Skema Citra apa saja yang terlibat dalam Mazmur 23, dan (ii) menginterpretasikan makna atau pesan yang mau disampaikan dengan melihat konteks dan latar belakangnya.
2. Linguistik Kognitif
Berawal dari studi tentang hubungan bahasa dan pikiran pada tahun 1970-an, teori Linguistik Kognitif mulai berkembang dengan melibatkan penelitian-penelitian yang bersifat multi disipliner, khususnya bidang psikologi dan neurosains. Ada 5 prinsip yang menjadi pijakan teori linguistik kognitif:
(i) Menolak pemikiran adanya kemampuan berbahasa yang terpisah dan otonom dalam pikiran manusia sebagaimana disampaikan teori generative grammar. (ii) Tatabahasa (grammar) dipahami sehubungan dengan konseptualisasi. Data
linguistik yang disimpan dalam pikiran manusia tidak jauh berbeda dari pengetahuan-pengetahuan yang lain.
(iv) Kemampuan berbahasa tidak bersifat bawaan (innate) sebagaimana disampaikan Chomsky, melainkan berasal dari proses belajar, sama dengan kemampuan-kemampuan yang lain.
(v) Makna merupakan fokus dan sentral dalam bahasa, struktur-struktur yang lain terkait dengan semantik. Linguistik kognitif berusaha untuk memahami bagaimana semantik dan sintaks bekerjasama, bagaimana hubungan antara berbahasa dan berpikir, bagaimana proses konseptualisasi melalui bahasa.
Berdasarkan temuan empiris dari disiplin ilmu yang lain, linguis kognitif berusaha menciptakan model psikologis untuk bahasa sehubungan dengan kategorisasi, konseptualisasi, memori, dan imagery dalam proses kognisi, misalnya mental space (Fauonnier,1994), image schema ( Johnson, 1987), gestalt ( Lakoff,1987). Model-model psikologis ini berfungsi untuk menggambarkan bagaimana kemampuan berbahasa merupakan proses kognitif dalam rangka memahami dunia dan membangun pengetahuan dan pengalaman.
3. Metafora Konseptual
Lakoff dan Johnson (1980) berpendapat bahwa ujaran-ujaran konvensional yang kita gunakan sehari-hari sebenarnya berupa pola pemetaan yang di dalamnya satu domain (target domain) disampaikan dalam hubungannya dengan domain yang lain( source domain). Metafora adalah cara kita mengkonseptualisasi pengalaman dan pengetahuan melalui bahasa. Metafora yang terpola dalam kognisi ini disebut Metafora Konseptual (MK). Selanjutnya, Lakoff dan Johnson (1980) membedakan adanya tiga jenis MK:
(i) Metafora struktural adalah MK yang terstruktur dari satu konsep ke konsep yang lain. Satu konsep dimengerti melalui konsep lain yang sudah dimengerti seperti pada contoh LIFE IS JOURNEY. Pengetahuan dan pengalaman konkret tentang JOURNEY digunakan untuk memahami dan membicarakan konsep tentang LIFE yang lebih rumit atau abstrak.
(ii)Metafora orientasional tidak menstruktur satu konsep dengan konsep yang lain, melainkan menentukan seluruh sistem konseptual melalui orientasi spasial yang dipengaruhi oleh fungsi tubuh manusia dalam menghadapi lingkungan. Misalnya, MK UP-DOWN yang selanjutnya menjadi GOOD IS UP;BAD IS DOWN , HAPPY IS UP; SAD IS DOWN. Orientasi metaforis ini bersumber dari pengalaman konkret tubuh kita dalam hubungannya dengan ruang, tempat, dan gerak.
4. Skema Citra
Skema Citra (Image Schema) adalah struktur prekonseptual yang berulang dan beroperasi tanpa sadar dalam proses kognisi manusia dalam rangka untuk memahami dunia dan menstruktur pengalaman melalui bahasa (Johnson,1987). Lebih lanjut, Johnson (1987) menyamaikan daftar Skema Citra yang terdiri dari 15 jenis, yang dikelompokkan menjadi 3 kategori yang diklaim bersifat universal: (i) Spatial Motion Group, (ii) Force Group, dan (iii) Balance Group.
5. Mazmur 23 : TUHAN, Gembalaku Yang Baik 1. Mazmur Daud
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. 2. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau.
Ia membibing aku ke air yang tenang. 3. Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. 4. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
aku tidak akan takut bahaya, sebab Engkau besertaku;
gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. 5. Engkau menyediakan makanan bagiku
di hadapan lawanku;
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh berlimpah.
6. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku;
dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
6. Analisis Skema Citra
Ayat 1 : Ayat ini merupakan penegasan tema atau keyakinan pemazmur, yang akan diuraikan dalam ayat-ayat selanjutnya.
Ayat 2: Skema Citra yang terlibat adalah Force (Tuhan) yang mengenai obyek (aku) sehingga obyek mengalami berada dalam Container (padang rumput hijau, air yang tenang). Bagi domba, rumput adalah makanan pokok, dan air adalah minuman yang dibutuhkan untuk hidup. Dan dua hal ini sudah disediakan oleh gembala secara berlimpah. Metafora hubungan manusia dan Tuhan sebagai domba dan gembala mau mengatakan bahwa Tuhan sudah menyediakan semua kebutuhan hidup manusia secara berkelimpahan. Skema Citra Wadah menyampaikan bahwa pada dasarnya Tuhan sudah menempatkan manusia dalam kondisi yang berkelimpahan, tidak perlu kuatir akan kekurangan kebutuhan hidupnya.
membimbing dan menjaga manusia dalam perjalanan hidupnya menuju tujuan akhir, yakni kekekalan.
Ayat 4 : Situasi bathin yang penuh kesulitan dan penderitaan digambarkan sebagai realitas konkret “lembah kelam” yang menakutkan, Skema Citra yang digunakan adalah Container berupa ruang gelap. Pemazmur sendiri juga berupa Container yang di dalamnya terdapat obyek (rasa takut). Namun demikian, karena ada Link antara pemazmur dan Tuhan (Engkau besertaku), maka timbullah kekuatan yang mampu mengusir rasa takut itu, melalui Skema Citra Removal of Restraint, yakni kekuatan yang mampu menyingkirkan hambatan. Tongkat dan gada adalah dua alat yang selalu dibawa seorang gembala pada masa itu: tongkat untuk menghalau predator atau binatang buas sedangkan gada memiliki kait untuk menarik domba yang keluar dari kawanan. Dengan demikian, Skema Citranya adalah Blockage, yakni kekuatan yang mampu menghalangi ancaman dari luar. Ayat ini mau berbicara bahwa Tuhan juga tetap mendampingi, menjaga, dan menyingkirkan hambatan ketika manusia sedang menghadapi masa-masa yang sulit dalam hidupnya dengan syarat manusia tetap menyatukan diri dengan Tuhan.
Ayat 5 : Kebaikan Tuhan juga digambarkan sebagai Tuan Rumah yang mengadakan pesta dengan hidangan berlimpah, dan manusia diundang sebagai tamu terhormat dengan ditandai “kepalanya diurapi minyak”. Dalam tradisi yahudi saat itu, hanya tamu terhormat yang diurapi minyak. Pesta adalah Skema Citra Container (tempat) yang di dalamnya obyek (para tamu) diundang untuk masuk. Piala (benda konkret) merupakan lambang harga diri atau martabat (abstrak). “Pialaku penuh berlimpah” berarti manusia diperlakukan Tuhan sebagai pribadi yang istimewa dan terhormat sehingga harkat dan martabat manusia diangkatNya seperti piala yang dituangi minuman sampai penuh berlimpah. Pesta juga lambang kehidupan abadi sebagai tujuan hidup manusia yang percaya padaNya.
Ayat 6 : Ayat ini merupakan kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya dengan menggunakan Skema Citra Attraction, yakni obyek memiliki kekuatan yang mampu menarik obyek lain, seperti magnet. Kebajikan dan kebaikan (abstrak) ditarik oleh obyek (orang yang hidupnya dekat dengan Tuhan) sehingga mengikutinya seumur hidup. Dan tujuan atau dambaan hidup manusia adalah bersatu dengan Tuhan yang digambarkan sebagai “diam di rumah Tuhan” sepanjang masa.“Rumah Tuhan” adalah Container yang di dalamnya obyek (manusia) berada, sebagai tujuan akhir hidup manusia.
7. Kesimpulan
Dalam Mazmur 23 ini terdapat 7 jenis Skema Citra yang terlibat: Container, Path, Force, Link, Blockage, Removal of Restraints, dan Attraction. Skema Citra ini secara metaforis berfungsi untuk memetakan antara target domain ( hubungan antara manusia dengan Tuhan) dengan source domain ( hubungan antara domba dan gembala). Dengan demikian, metafora berfungsi menggambarkan realitas yang abstrak yang rumit ( hubungan manusia dengan Tuhan) sebagai target domain melalui pengalaman konkret ( hubungan domba dan gembala) sebagai source domain.
dengan berlimpah asalkan manusia hidup sesuai dengan hukum-hukumNya. Tuhan juga menuntun, menjaga, dan melindungi dari segala ancaman dan tantangan dalam perjalanan hidup manusia menuju kehidupan abadi. Di mata Tuhan , manusia adalah ciptaan yang berharga dan bermartabat sehingga pantas untuk mendapatkan kehidupan abadi yang dilambangkan sebagai tamu istimewa yang diundang dalam pestaNya.
Daftar Pustaka:
Croft,W.and Cruse,D.A (2004).Cognitive Linguistics.NewYork:Cambridge University Press.
Harrison,V.M. (2007). Metaphor, Religious Language and Religious Experience. Sophia: International Journal for Philosophy of Religion,p. 46
Johnson,M.(1987).The Body in The Mind:the Bodily Basis of Meaning,Imagination, and Reason. Chicago:University of Chicago Press.
Kovecses,Zoltan.(2006). Language, Mind, and Culture. New York: Oxford University Press
Lakoff,G and Johnson,M.(1980).Metaphors We Live By. Chicago: University of Chiago Press.
Lakoff,G.(1987). Women, Fire,and Dangerous Things: What Categories Reveal Abaout the Mind. Chicago: University of Chicago Press.
Ortony,Andrew.(1979). Metaphor and Thought. London: Cambridge University Press
Pareira,B.A. dan Barth,M.C.(2008). Kitab Mazmur 1-72.Pembimbing dan Tafsirannya. Jakarta: Gunung Mulia
Saeed,John I.(2000).Sermantics.Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd