• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja docx"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) diserukan industri rokok bersamaan dengan keputusan pemerintah menaikkan target

penerimaan cukai.

Seperti diketahui, dalam RAPBN 2016, pemerintah menaikkan target penerimaan cukai rokok menjadi Rp148,9 triliun.

Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan UI Hasbullah Tabrany berpendapat, lapangan kerja tidak hanya dari industri rokok. "Apakah lapangan kerja ekonomi harus tetap dari rokok? Dari barang yang memang membahayakan kesehatan," katanya di Jakarta, Senin (12/10/2015).

Menurutnya banyak komoditas yang bisa dikembangkan selain tembakau. Misalnya buah-buahan yang identik dengan Indonesia seperti salak, duku, rambutan.

"Kenapa kita enggak ekspor ke luar (negeri), kenapa enggak pindahkan petani (tembakau) kita ke sana, ini yang harus didorong, cuma

memang pemerintah belum promosiin," imbuhnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri), Hasan Aoni Aziz, mengungkapkan bahwa kenaikan nilai cukai mengancam terjadinya Pemutusan Hak Kerja (PHK). Pasalnya, para pelaku usaha tidak akan mampu

membayar penghasilan para buruh.

"Tahun depan bisa 15 ribu orang di PHK kalau pemerintah

merealisasikan kenaikan cukai 23 persen. Apabila pendapatan bagi perusahaan rokok terus tergerus, akan ada PHK lebih besar," tutur Hasan pada acara Konferensi Pers Bersama Apindo di Restoran Roa, Kawasan SCBD, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (9/9/2015).

Hasan mengatakan, kenaikan cukai tersebut turut mempengaruhi maraknya rokok ilegal. Terlebih, pendapatan perusahaan akan

(2)

negara. "Jika pemerintah tetap menaikan cukai 23 persen tahun depan, akan menaikkan peredaran rokok ilegal," jelas dia.

Keuntungan Industri Tembakau Tidak untuk Lingkungan

Industri tembakau adalah kumpulan perusahaan yang sangat berbeda ukuran dan makna atau pengaruhnya. Ada yang bersifat lokal atau nasional, ada yang dimiliki pemerintah, tetapi yang paling besar dan berkuasa ialah beberapa perusahaan multinasional yang memilki usaha pada skala global. Seperti perusahaan lain, mereka berjuang meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan untuk kepentingan para pemegang sahamnya. Tidak heran, industri tembakau sangat kuat menentang semua upaya yang dirancang untuk mengurangi konsumsi tembakau. Penolakan mereka bisa terbuka dan diketahui masyarakat secara luas. Namun, sering kali akan lebih berbahaya bila bersifat tidak langsung dan tersembunyi. Lantas yang menjadi pertanyaan ialah apakah keuntungan yang mereka peroleh turut andil dalam menanggulangi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh bahaya mengonsumsi rokoknya?

Rokok (dan korek api yang menyertainya) ialah penyebab utama kematian dan cedera akibat kebakaran dan ledekan di seluruh dunia. Diperkirakan merokok menyebabkan 10% kematian akibat kebakaran per tahun—sekitar 300.000 orang—dari luka bakar atau menghirup asap dan sekitar lima kali lipat dari jumlah tersebut mengalami luka bakar yang parah dan/atau cedera akibat menghirup asap. Satu dari enam korban ini ialah anak-anak[2].

Yang lebih serius ialah penebangan hutan untuk mengelola tembakau menjadi rokok. Satu dari 25 pohon di dunia ditebang untuk memroses tembakau. International Forest Science Consultancy (IFSC) menyatakan bahwa sekitar 9,43 juta m3 kayu dikonsumsi setiap tahunnya di berbagai

negara berkembang untuk industri tembakau ini[3]. Tentunya hal ini akan berakibat buruk kepada ekosistem hutan. Kerusakan hutan akan mengurangi hujan dan memperluas gurun serta menambah beban penduduk miskin.

(3)

debu rokok yang tentunnya sangat membahayakan bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Harus pula diingat bahwa biaya kebersihan jauh lebih tinggi dalam bangunan dan transportasi umum yang memperbolehkan orang merokok.

Industri Tembakau Menyerap Sedikit Tenaga Kerja

Data tahun 1996 menunjukkan bahwa produsi rokok kretek di Indonesia berjumlah 165 miliar batang, terdiri dari 60 miliar batang rokok kretek tangan dan 105 miliar batang rokok kretek mesin[6]. Rokok kretek diproduksi oleh pabrik rokok berskala besar yang bekerja dengan mesin modern, tetapi juga secara manual. Rokok kretek yang diproduksi secara manual jelas memerlukan tenaga kerja, sehingga disebut pabrik padat karya.

Sesungguhnya, pembuatan rokok sudah sangat termekanisasi dan hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja—industri rokok sendiri telah membuat kebanyakan tenaga kerja tembakau tidak diperlukan lagi sejak bertahun-tahun yang lalu. Di banyak negara, pekerjaan pembuatan rokok jumlahnya kurang dari 1% (angka ini sedikit lebih tinggi di Turki, Bangladesh, Mesir, Filipina, dan Thailand)[7].

Di beberapa negara, pertanian tembakau memang mempekerjakan sejumlah besar tenaga kerja (walaupun propaganda industri sering membesar-besarkan angka dengan menghitung semua anggota keluarga petani sebagai pekerja). Namun, banyak petani juga menanam hasil bumi lainnya atau dapat beralih produksi ke hasil bumi yang lebih cepat menghasilkan uang.

(4)

perkapitanya lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia dapat menerapkan pengendalian tembakau, mengapa Indonesia tidak?

Sekjen Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) Hasan Aoni Azis menyebutkan perlambatan ekonomi juga berimbas

pada industri rokok. Tercatat sudah lebih 3 ribu buruh yang bekerja di industri rokok terkena PHK.

"Lebih dari 3 ribuaan yang sudah di-PHK (hingga hari ini)," paparnya di Jakarta, Senin (12/10/2015).

Lebih lanjut dia mengatakan, faktor terjadinya PHK bukan hanya aspek perlambatan ekonomi. Penurunan konsumsi dan produksi rokok kretek, lanjutnya, juga menjadi salah satu penyebab.

"Kretek tangan mengalami penurunan, kalau efisiensi pilihan terakhirnya memang PHK," tambahnya.

Secara total, Hasan mengatakan PHK tahun 2015 akan mencapai angka 10.000 buruh. Jika dibandingkan PHK tahun 2014 sebesar 15.000 buruh, jumlah tersebut mengalami penurunan.

Menurutnya, hitungan tersebut diperoleh dari angka

penurunan produksi rokok kretek tangan. Penurunan produksi dinilai akan berpengaruh pada jam kerja hingga pengurangan karyawan.

Di sisi lain, jumlah pabrik rokok yang mampu bertahan mengalami pelemahan ekonomi juga semakin sedikit. Hanya 100 pabrik yang dinilai mampu melawan kondisi pelemahan ekonomi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian tarik sambungan dengan berbagai arah gaya terhadap arah serat didapatkan bahwa kekuatan lem lebih tinggi dari kekuatan bahan (kayu kamper) dan kerusakan yang

Pemberian ekstrak etanol biji klabet dosis 120mg/200gBB pada tikus betina prepubertal menunjukkan peningkatan yang bermakna ( α = 0,05) terhadap berat basah

Pada tahap kedua, secara keseluruhan dari ke empat produk yang dipilih secara acak sebagai objek penelitian produk kapsul terbebas dari kandungan babi, kecuali

Artinya ada hubungan yang positif dan sangat kuat antara pengembangan karier terhadap kinerja pegawai pada divisi Human Capital PT Sucofindo (Persero) Jakarta. Hal ini

Tidak hanya berhenti pada level-level faktor yang sudah ditentukan pada saat eksperimen first order , namun juga dapat melacak titik optimum response di luar

Pada hari ini senin tanggal Dua Puluh Dua Bulan April Tahun Dua Ribu Tiga Belas, dimulai pukul 08.00 WIB, yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi/

DEVELOPMENT OF THE BIOMASS STOVE WITH AN AIR CONVECTION FOR HOUSEHOLD USING IN RURAL AREA.. Daddy Budiman 1*) , Agung Kurniawan 1) , Rivanol Chadry 1) , Menhendry

a) Cari jarak terkecil kedua pada setiap petugas yang kemudian lakukan pengurangan pada jarak terkecil pertama dengan jarak terkecil kedua untuk mendapatkan