• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Praktik Keperawatan Tujuan ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Praktik Keperawatan Tujuan ke"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2 BAB II

KONSEP DASAR PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

1. Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan konsep dasar praktik keperawatan profesional dengan benar.

4. Sub Pokok Bahasan.

a. Umum

b. Falsafah keperawatan

c. Pengertian Praktik Keperawatan d. Tujuan keperawatan profesional e. Unsur –unsur keperawatan

f. Ruang Lingkup Peran Perawat Profesional g. Soal-soal dan latihan

Umum

5. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1983).

Pelayanan professional adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh seorang tenaga yang telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan, yang telah disahkan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan.

Perawat merupakan bagian integral(terpenting) dalam suatu instansi kesehatan karena perawat merupakan kerangka dasar yang tidak dapat dipisahkan dalam proses memberikan pelayanan kesehatan, dalam semua instansi kesehatan jumlah perawat lebih banyak dari jumlah tenaga kesehatan yang lain.

Untuk menjadi perawat profesional, seseorang minimal harus menempuh jenjang pendidikan setara diploma tiga (D III), sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini. Hal ini dapat disebut sebagai bagian dari ilmu. Kiat menjadi seorang perawat adalah cara atau seni dalam memberikan pelayanan kesehatan, sesuai dengan cara atau metode yang dimiliki setiap perawat.

Dalam keperawatan professional, mencangkup pelayanan kesehatan di bidang bio-psiko-sosio-spiritual yang merupakan bentuk perawatan holistic.

Pelayanan yang komprehensif dalam keperawatan mencangkup hal-hal sebagai berikut : Preventif (pencegahan), Promotif (peningkatan), Kuratif (pengobatan), dan Rehabilitatif (pemulihan).

▸ Baca selengkapnya: metode penugasan keperawatan modular

(2)

6. Falsafah Praktik Keperawatan

Sebagaian besar dasar falsafah praktik keperawatan professional disusun merujuk pada konsep praktik professional dan teori keperawatan. Falsafah praktik keperawatan secara umum mengandung dasar-dasar pemikiran yang sama untuk mengembangkan tugas keperawatan, tetapi di setiap Negara pernyataan yang disusun juga disesuaikan dengan nilai dan latar belakang budayanya.

Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam

semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta). Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan

humanistik, dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia.

Berikut adalah beberapa pengertian falsafah keperawatan menurut beberapa pakar keperawatan :

a. Falsafah Keperawatan menurut Florence Nightingale (Modern nursing) yaitu melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses. Manipulasi dari lingkungan eskternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan atau pergantian dan kesehatan klien.

b. Falsafah Keperawatan menurut Martha Rogers, 1970 yaitu bahwa keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.

c. Falsafah Keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) yaitu bahwa keperawatan memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang merupakan dasar bagi kehidupan yang baik dan juga merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada praktik keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada klien / pasien.

d. Falsafah Keperawatan menurut Jean Watson (Caring).Caring adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan, orientasi ilmu pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia, peristiwa, dan pengalaman. Ilmu pengetahuan caring meliputi seni dan umat manusia seperti halnya ilmu pengetahuan.Perilaku caring meliputi mendengarkan penuh perhatian, penghiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat suatu keputusan

e. Falsafah Keperawatan menurut Betty Neuman.Newman menggunakan pendekatan manusia utuh dengan memasukkan konsep holistik, pendekatan sistem terbuka dan konsep stresor.

(3)

a. Praktik Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional (Ners) melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya (CHS,1992).

b. Menurut American Nursing Association (ANA) : perlakuan terhadap

kompensasi pelayanan profesinal yang memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu biologi, fisika/ilmu alam, perilaku, psikologi, sosiologi dan teori keperawatan sebagai dasar untuk mengkaji, menegakkan diagnose, melakukan intervensi, dan wvaluasi upaya peningkatan dan pemertahanan kesehatan; penemuan dan pengelolaan masalah kesehatan, cidera, atau kecacatan; pemertahanan fungsi optimal; atau meninggal dengan nyaman

c. NCBSN(National Council of State Boards of Nursing) : Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau

meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan diagnose, merencanakan dan mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.

8. Tujuan Praktik Keperawatan Professional a. Membantu individu untuk mandiri

b. Mengajak individu atau masyarakkat berpartisipasi dalam bidang kesehatan c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan

secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatan

d. Membantu individu memperoleh derajat secara optimal 9. Unsur-unsur keperawatan

a. Keperawatan sebagai ilmu dan seni merupakan implementasi ilmu fisika biologi, perilaku manusia dan ilmu sosial

b. Keperawatan sebagai profesi berorientasi pada pelayanan unutk membantu orang lain dalam mengatasi perubahan yang timbul akibat gangguan kesehatan/ penyakit

c. Sasaran : individu/pasien, keluarga, kelompok masyarakat dan masyarakat d. Jasa kepeawatan mencangkup pelayanan kesehatan oleh para perawat yang bekerja sama dengan tenang lain dalam pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

10. Ruang Lingkup Peran Perawat Profesional

Peran perawat Sesuai Loka Karya Nasional 1983 : a. Pelaksana pelayanan keperawatan

b. Pengelolaan pelayanan keperawatan dan istitusi pendidikan c. Pendidik dalam keperawatan

(4)

BAB III

PENGERTIAN DAN KOMPONEN MODEL PRAKTIK PERAWATAN

12. Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan pengertian dan komponen model praktik perawatan dengan benar

13. Sub Pokok Bahasan.

a. Pengertian model praktik perawatan

b. Tujuan model praktik keperawatan profesional c. Pilar – pilar model praktik keperawatan profesional d. Komponen model praktik perawatan

14. Pengertian model praktik perawatan

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).

Hubungan anatar jasamani dan rohani tidak padat dipisahkan dengan model komplementer dan sumplementer. ( Virginia Handerson,1966)

Model praktik keperawatan adalah diskripsi/gambaran dari praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan filosofi konsep dan teori keperawatan. (Deden Dermawan,2013)

15. Tujuan MPKP

Tujuan MPKP adalah sebagai berikut :

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan. d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan

16. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah

· Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari

1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)

2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.

3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik

(5)

· Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.

· Pilar III: hubungan professional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

· Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan

17. Komponen Model praktik keperawatan

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai berikut :

· a. Ketenagaan Keperawatan

Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.

· b. Metoda pemberian asuhan keperawatan :

Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

· c. Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan.

d. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.

(6)

BAB IV

KETENAGAAN PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

19. Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan tentang ketenagaan pelayanan keperawatan profesional dengan benar

20. Sub Pokok Bahasan.

a. Ketenagaan keperawatan 21. Ketenagaan Keperawatan

Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :

1). Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam ang terdiri atas :

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri. b) Makan dan minum dilakukan sendiri

c) Ambulasi dengan pengawasan

d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift. e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil. f) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

2). Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas

a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali d) Voley kateter/intake output dicatat

e) Klien dengan pemasangan infus, persiapan

pengobatan,memerlukan prosedur

3). Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam : a) Segala diberikan/dibantu

b) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena d) Pemakaian suction

e) Gelisah/disorientasi

Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.

(7)

Sebagai contoh :

Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15 pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga pagi adalah :

10 x 0,17 = 1,7 15 x 0,27 = 4,05 5 x 0,36 = 1,8

---Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas pagi.

Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.

Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut adalah

a. Perawat shift : 10 orang b. Libur cuti : 5 orang c. Ketua tim : 3 orang

d. Kepala Ruangan : 1 orang e. Jumlah = 19 orang

Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula Gillies, yaitu dengan komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :

a. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari b. Rata-rata sensus harian pasien.

c. jumlah hari/tahun = 365 hari,

d. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari. e. Jumlah jam kerja perawat setiap hari.

f. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun

g. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun h. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.

Rumus :

--- = --- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam) (365 – 140) 8 1800

Catatan : penentuan jumlah rata-rata jam perawatan pasien dengan mempertimbangkan :

a. Minimal care : 1-2 jam/24 jam

b. Moderate care/partial care : 3 - 4 jam/24 jam c. Total care : 5 – 6 jam/24 jam.

Contoh : Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada Ruang Rawat yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15 partial care dan 5 total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :

(8)

Perawatan partial : 15 x 4 = 60 jam/15 pasien Perawatan total : 5 x 6 = 30 jam/5 pasien. = 110 : 30 → 3,66 → 4 jam

Menentukan komposisi tenaga :

Abdellah dan Levine pada tahun 1965 (Gillies, 1994) menyarankan kombinasi tenaga keperawatan yaitu 55 % tenaga profesional dan 45 % tenaga non profesional. Bila disesuaikan dengan katagori tenaga keperawatan di Indonesia, maka 55 % minimal lulusan D III Keperawatan dan 45 % tenaga keperawatan lulusan SPK. Intermountain Health Care menyarankan bahwa kombinasi tenaga keperawatan adalah : 58 % RN, 26 % LPN, dan 16 % Aides (perawat pembantu). Apabila dikonversi kategori diatas pada situasi ketenagaan keperawatan di Indonesia maka 58 % Sarjana Keperawatan/D IV Keperawatan, 26 % D III Keperawatan dan 16 % Perawat Kesehatan (SPK).

e. Perbandingan dinas pagi-sore-malam : 47 % Pagi, 36 % Sore, dan 17% Malam.

(9)

BAB V

METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

23. Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan metode pemberian asuhan keperawatan dengan benar.

24. Sub Pokok Bahasan.

a. Pengertian Pemberian asuhan keperawatan b. Pola pemberian asuhan keperawatan

c. Proses Perawatan

d. Metode Pemberian asuhan keperawatan Pengertian

25. Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

Pola Pemberian asuhan Keperawatan

26. Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.

a. Penugasan Keperawatan Fungsional :

Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.

Keuntungan :

1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.

2) Cepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan professional.

3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-ulang dikerjakan.

Kerugian :

1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat. 2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.

3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk. 4) Pelayanan tidak professional.

5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan. b. Penugasan Keperawatan Tim :

Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.

(10)

berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.

Keuntungan :

1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien. 2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung jawabkan.

3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.

4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.

Kerugian :

1) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.

2) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.

3) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan anggota tim.

c. Penugasan Keperawatan Primer

Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.

Keperawat primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.

Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.

Keuntungan :

1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat meningkat.

2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

3) Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien. 4) Terciptanya kolaborasi yang baik.

5) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan. 6) Metoda ini mendukung pelayanan professional.

7) Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer. Kerugian :

1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat professional.

2) Biaya yang diperlukan banyak. Proses Keperawatan

(11)

a. Identifikasi masalah

b. menyusun alternatif penyelesaikan masalah

c. pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya d. evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan yaitu:

a. pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic

b. diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan

c. rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah d. implementasi rencana dan

e. evaluasi hasil tindakan.

Macam – Macam Metode Asuhan Keperawatan

28. Beberapa macam metode asuhan keperawatan a. Metode Tim

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.

Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.

Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.

Ketenagaan dari tim ini terdiri dari : 1) Ketua tim

2) Pelakaana perawatan 3) Pembantu perawatan

Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.

Kelebihan metode tim :

1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim. 2) Pasien dilayani secara komfrehesif

3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan 4) Tercipta kerja sama yang baik .

5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal 6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode tim:

1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.

3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.

(12)

b. Metode Primary Team

Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.

Tugas perawat primer adalah : a. Menerima pasien b. Mengkaji kebutuhan

c. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi. d. Mengkoordinasi pelayanan

e. Menerima dan menyesuaikan rencana f. Menyiapkan penyuluhan pulang

Konsep dasar :

a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat b. Ada otonomi.

c. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya Ketenagaan :

a. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.

b. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

d. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer: a. Mendorong kemandirian perawat.

b. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat c. Berkomunikasi langsung dengan Dokter

d. Perawatan adalah perawatan komprehensif

e. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.

f. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat

g. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan dari metode perawat primer:

a. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat b. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional. c. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain. c. Metode Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).

Kerugian metode fungsional:

a. Pasien mendapat banyak perawat.

b. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan c. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan. d. Pelayanan terputus-putus

e. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai Kelebihan dari metode fungsional :

(13)

b. Efisien.

c. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.

d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.

f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.

d. Metode Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).

Kekurangan metode kasus :

a. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh b. Membutuhkan banyak tenaga.

c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.

d. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas.

Kelebihan metode kasus:

a. Kebutuhan pasien terpenuhi. b. Pasien merasa puas.

c. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat. d. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai. e. Metode Modul / Distrik

Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.

Keuntungan dan Kerugian :

Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer. f. Metode MPKP

Suatu sistem (Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus,2005).

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Deden Dermawan,S.Kep.,Ns, Pengantar Keperawatan Profesional, Gosyen Publising

2. Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses keperawatan, seorang perawat dapat mengetahui sudah atau belum suatu intervensi keperawatan dilakukan dapat dilihat pada... fungsi

Dalam melakukan pelayanan keperawatan misalnya, masalah apakah tindakan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat (a) memang sesuai dengan standard praktek keperawatan,

1) Bila perawat berkomunikasi atau memberikan tindakan keperawatan pada pasien , jarak perawat harus dekat sekali dengan pasien agar tindakan dan pembicaraan perawat

1 Penjelasan tentang pasien oleh perawat yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan.. 2 Perawat melakukan tindakan perlindungan diri

• Kredensial adalah proses verifikasi kompetensi seorang perawat yang selanjutnya ditetapkan kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan tindakan

Monitoring dan evaluasi terhadap Praktik Keperawatan Mandiri dilakukan oleh Organisasi Profesi Perawat (PPNI), dan Pemerintah sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing dan

Hasil analisis hubungan fungsi manajemen terhadap kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan menurut persepsi perawat diperoleh bahwa kepala ruang yang

Bulecheck & McCloskey (1989) menyatakan bahwa intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada klien yang dilaksanakan oleh perawat. Tindakan tersebut