• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKULTURASI DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKULTURASI DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

AKULTURASI DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

Oleh: Farel Olva Zuve

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

FBS Universitas Negeri Padang surel: farelolva@gmail.com

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan percampuran budaya yang terjadi di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Serta untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta yang didapat dari kata, frasa, dan kalimat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Akulturasi didapat melalui ujaran antartokoh atau penjelasan pengarang dalam cerita. Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdapat akulturasi di daerah Belitong sebagai latar tempat penceritaan ini. Akulturasi yang dicari berdasarkan unsur-unsur kebudayaan, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial/sistem perkawinan, sistem mata pencaharian, sistem religi dan kesenian.

Kata kunci : akulturasi, novel, laskar pelangi PENDAHULUAN

(2)

dalam pengajaran diajarkan bahwa perbedaan bukan halangan untuk bersatu, tetapi bisa menjadi pemerkaya kebudayaan dan seharusnya dihargai bukan dibenci dan dirusak.

Salah satu cara mengenalkan perbedaan atau multikulturalisme kepada siswa adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia saat ini karena pendidikan mampu merubah sesuatu peradaban atau kebiasaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Perubahan peradaban tidak bisa hanya dilakukan dengan ilmu pengetahuan tanpa adanya olahan dari pendidikan. Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting sekarang. Bukan tidak salah jika pendidikan sekarang menjadi salah satu kebutuhan paling atas bagi manusia karena menjadi prioritas saat ini maka manusia pun juga menuntut agar pendidikan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan saat ini dan lebih dari sebelumnya. Oleh karena itu, sistem pendidikan berusaha untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Salah satunya melalui perubahan kurikulum yang dijadikan acuan dalam pembelajaran. Mengacu kepada karakter dan sifat masyarakat saat ini maka kurikulum mengutamakan pembentukan karakter dalam diri siswa. Hal ini perlu diajarkan kepada siswa agar mereka bisa menghargai perbedaan dan menghindari perselisihan, pertengkaran, dan perkelahian. Pendidikan yang mengajarkan multikulturalisme menjadi bagian yang perlu diajarkan kepada siswa melalui mata pelajaran kegiatan pembelajaran ataupun berdasarkan bahan ajar dan media yang digunakan selama proses pembelajaran. Hal yang perlu dikenalkan kepada anak-anak mengacu kepada kurikulum 2013 yang menjadi dasar pendidikan kita saat ini adalah pengembangan karakter. Pengembangan karakter salah satunya bisa dilihat dari sikap toleransi siswa dalam menghargai perbedaan yang ada. Toleransi dalam menerima budaya baru dan hidup bersama dengan budaya tersebut sebagai bagian dari sebuah masyarakat multikultural.

Keragaman budaya terjadi karena adanya percampuran budaya lain dengan budaya asli yang menimbulkan istilah akulturasi dan asimilasi, namun dalam artikel ini hanya akan dibahas mengenai akulturasi. Berry menjelaskan bahwa akulturasi sebagai proses perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat kontak antara dua atau lebih kelompok budaya dan anggota masing-masing kelompok etnik (Berry, 2005:698). Lebih lanjut dijelaskan, bahwa konsep akulturasi pada level individu, juga melibatkan perubahan dalam perilaku seseorang (Berry, 2005:699). Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi dari unsur kebudayaan asing dengan unsur kebudayaan masyarakat penerima. Hal ini dipertegas oleh pendapat Koentjaraningrat (2009:202) yang berpendapat bahwa akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kebudayaan tertentu bertemu dengan unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak dianggap berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri karena telah bersatu atau melebur dengan budaya aslinya. Salah satu tolok ukur yang bisa dijadikan patokan untuk mengukur adanya akulturasi suatu budaya atau tidak yaitu dengan melihat berdasarkan unsur-unsur budaya yang ada. Koentjaraningrat (2009: 165) mendefinisikan tujuh unsur kebudayaan, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi social, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.

(3)

2005: 39) novel adalah karya sastra yang berbentuk fiksi naratif. Lebih lanjut, Reeve menjelaskan novel sebagai gambaran kehidupan dan perilaku nyata pada saat novel itu ditulis (Rene Wellek dan Werren, 1989: 282). Menurut Abrams (dalam Atmazaki, 2007:40) sebuah karya dikatakan novel apabila ceritanya memberikan efek realis, dengan mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang bercampur dengan keadaan sosial. Jadi, realita itu ada dalam motif yang bercampur dengan keadaan sosial yang berkembang ke arah yang lebih tinggi berupa interaksi dengan karakter atau tokoh lain serta berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Multikulturalisme yang ada di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mengajarkan kepada siswa agar menghargai perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada mengajarkan anak-anak untuk lebih dewasa dalam menyikapinya dan menghargai perbedaan yang ada sehingga membuat keadaaan lebih damai dan lebih baik. Hal ini yang tergambar dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Perbedaan yang digambarkan mulai dari keadaan keluarga, sikap, budaya, cara bertutur, dan lain-lain yang dihadapi oleh siswa-siswa Laskar Pelangi ini memberikan pelajaran kepada pembaca untuk bersikap terhadap perbedaan yang ada. Dengan adanya novel ini yang mengutamakan cerita bertema multikulturalisme membantu siswa memahami perbedaan-perbedaan yang ada untuk membantu mereka dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan, dan lain-lain sehingga membuat siswa sadar dan tidak egois dengan menganggap sesuatu yang mereka ketahui sebagai sesuatu yang baik dan benar, tetapi dengan adanya multikulturalisme dalam karya sastra secara tidak langsung mengajarkan kepada siswa ada beragam budaya yang ada di dunia ini dan mengajarkan kepada mereka cara-cara menanggapi perbedaan dan keragaman yang ada sehingga tidak menimbulkan perselisihan, diskriminalitas, dan pertikaian.

Salah satu cara karya sastra diminati oleh pembaca adalah dengan memilih tema-tema yang sedang hangat menjadi perbincangan saat ini, faktual, dan menarik sebagai dasar pengembangan cerita. Salah satunya adalah tema multikulutural yang sedang menjadi perbincangan masyarakat saat ini. Tema dalam novel menjadi salah satu faktor menarik bagi pemabaca untuk membaca karya sastra tersebut. Dengan tema yang menarik akan menarik pembaca untuk segera membaca dan memahami makna karya sastra tersebut. Ditambah dengan cara penyajian cerita tersebut yang tidak monoton dan menarik bagi pembaca untuk dibaca maka akan membuat karya sastra tersebut lebih dikenal dan dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran bagi siswa karena mencontoh dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran maka novel dijadikan sebagai alat untuk siswa mencontoh atau menjadi panutan bagi siswa untuk bersikap dan menimbulkan karakter yang baik dalam diri mereka malalui novel-novel yang mereka baca. Rosenblat (dalam Gani, 1988:13) menegaskan bahwa pengajaran sastra harus melibatkan peneguhan kesadaran tentang sikap etik. Dengan kata lain Rosenblat menjelaskan bahwa sastra dapat menjadi media pengantar bagi siswa untuk menimbulkan sikap-sikap karakter mereka dalam bentuk etika yang baik. Siswa menjadikan karya sastra sebagai pedoman dalam bertindak berpikir dan berucap sehingga menajdi pribadi yang lebih baik. Hal ini lebih ditegaskan oleh Rosenblat dengan menekankan pada pemaknaan karya sastra yang harus diciptakan oleh siswa sendiri bukan oleh pengarang (Gani, 1988: hlm 14).

METODE PENELITIAN

(4)

bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan. Dalam hal ini, termasuk akulturasi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis dan cermat mengenai fakta-fakta yang didapat dari kata, frasa, dan kalimat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (Ibnu, dkk. 2003:8). Penelitian kualitatif dengan metode deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai akulturasi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang terjadi di daerah Belitong sebagai latar tempat penceritaan ini.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka diketahui bahwa akulturasi terjadi akibat percampuran dua budaya yang tidak menghilangkan budaya aslinya. Mengacu kepada kesimpulan di atas, maka diketahui bahwa pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdapat akulturasi budaya melayu, dengan suku-suku yang asli di daerah tersebut seperti suku sawang, keak, dan orang-orang bersarung seperti yang dijelaskan di dalam novel. Selain itu, percampuran budaya juga terjadi antara Budaya Melayu dengan Budaya Cina yang menimbulkan akulturasi di dalam beberapa unsur kebudayaaan. Untuk lebih jelasnya, berikut akan dijelaskan percampuran budaya yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan mengacu kepada pendapat Koentjaraningrat mengenai unsur-unsur budaya sebagai berikut.

1. Bahasa

Akulturasi di dalam novel ini dapat ditemukan melalui percakapan dan narasi dari penulis berikut ini.

Orang-orang bersarung keberatan ketika mengamati harga kaus lampu petromaks. Di Manggar lebih murah kata mereka.

“Kito lui, ba? Ngape de Manggar harge e lebe mura?”

Bang Sad menyampaikan keluhan itu pada juragannya, dalam bahasa Kek campur melayu.(hal. 202)

Berdasarkan paparan di atas, kita bisa melihat akulturasi budaya melalui bahasa yang ada pada masyarakat Melayu dalam novel Laskar Pelangi. Orang-orang bersarung memiliki bahasa mereka sendiri dan ketika mereka melakukan transaksi jual beli pada orang-orang dari akar etnik berbeda. Kompleksitas perbedaaan budaya dalam komunitas tersebut didemonstrasikan oleh tiga orang pria yang berkomunikasi dengan tiga macam bahasa ibu masing-masing.

2. Sistem Pengetahuan

Akulturasi pada sistem pengetahuan dalam novel Laskar Pelangi dipaparkan pada penjelasan berikut ini.

“Semakin kecil nomornya semakin parah gilanya.” Beliau menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatapku seperti sedang menghadapi seorang pasien rumah sakit jiwa.

(5)

Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa melihat akulturasi sistem pengetahuan yang terjadi pada ibu tokoh yang diceritakannya tidak mendapatkan pendidikan tinggi namun selalu muncul dengan teori-teori yang masuk akal di otak kanak-kanak tokoh Aku. Melalui pemaparan di atas kita bisa memahami bahwa sistem pengetahuan masyarakat Melayu Belitong pun mengalami akulturasi melalui keluarga dan orang-orang di sekitar mereka.

3. Organisasi Sosial/Sistem Perkawinan

Akulturasi pada organisasi sosial di dalam novel ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Ia adalah salah satu dari segelintir orang Melayu asli Belitong yang berhak tinggal di Gedong dan orang kampong yang mampu mencapai karier tinggi di jajaran elite orang staf karena kepintarannya.(Hal. 46-47)

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita lihat akulturasi pada organisasi sosial, di mana seorang Melayu asli Belitong bisa sejajar dengan kaum elite staf PN Timah yang kebanyakan berasal dari luar komunitas masyarakat Melayu Belitong.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Akulturasi teknologi di dalam novel Laskar Pelangi dapat dijelaskan seperti berikut ini.

Anak-anak orang staf menonton di tempat yang berbeda, namanya Wisma Ria. Di sana film diputar dua kali seminggu. Penonton dijemput dengan bus berwarna biru.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa akulturasi teknologi pada masyarakat Melayu Belitong muncul seiring berdirinya PN Timah. Teknologi film di Belitong mempengaruhi kebiasan masyarakat setempat sekaligus menciptakan jenjang sosial pada masyarakat setempat.

5. Sistem Mata Pencaharian

Akulturasi mata pencaharian pada masyarakat Belitong di dalam novel Laskar Pelangi akan dijelaskan sebagai berikut.

Suatu sore seorang gentleman keluar dari balik tembok itu untuk berkeliling kampong dengan sebuah Chevrolet Corvette, lalu esoknya di sebuah majelis ia mencibir.

“Tak satupun kulihat ada anak muda memegang pacul. Tak pernah kulihat orang-orang muda demikian malas seperti di sini.”

Ha? Apa dia kira kami bangsa petani? Kami adalah buruh-buruh tambang yang bangga, padi tak tumbuh di atas tanah-tanah kami yang kaya material tambang! (Hal. 36-37)

Berdasarkan pemaparan di atas, kita bisa melihat akulturasi pada sistem mata pencaharian pada komunitas masyarakat Melayu Belitong yang sungguh berbeda antara pegawai PN Timah yang sebagian berasal dari luar komunitas masyarakat Melayu Belitong, sehingga mereka tidak terlalu memahami karakter masyarakat setempat.

(6)

Akulturasi antarumat beragama dapat ditemukan dalam percakapan Hal ini tergambar dalam beberapa percakapan dan tulisan yang ada di dalam novel sebagai berikut.

Chiong Si Ku atau sembahyang rebut diadakan setiap tahun. … banyak hiburan lain ditempelkan pada ritual keagamaan ini, misalnya panjat pinang, komidi putar, dan orkes melayu sehingga menarik minat setiap orang untuk berkunjung Dengan demikian ajang ini dapat disebut sebagai media tempat empat komponen utama subetnik di kampong kami: orang Tionghoa, orang Melayu, orang pulau bersarung, dan orang Sawang berkumpul (hal. 259).

Berdasarkan tuturan di atas, diketahui bahwa terjadi akulturasi keagamaan dalam novel tersebut. Percampuran agama antara Kong Hu Chu dengan budaya melayu yang saling berkaitan satu sama lain. Pada perayaan agama Kong Hu Chu terdapat pencampuran dengan budaya melayu dalam hal ini penggunaan orkes melayu sebagai hiburan dalam acara keagamaan Kong Hu Chu dan hal tersebut saling melengkapi. Hal ini menjadi akulturasi budaya karena perayaan keagamaan Kong Hu Chu dicampur dengan budaya Melayu tanpa menghilangkan budaya aslinya.

7. Kesenian

Kesenian memiliki banyak jenisnya. Salah satunya adalah seni suara dan seni music yang digabungkan dengan kebudayaan lain menjadi kebudayan baru. Hal ini dapat dilihat dari ucapan penulis berikut ini.

Pada kesempatan lain Mahar bergabung dengan grup rebana masjid Al-Hikmah dan mengolaborasikan permainan sitar di dalamnya (hlm. 146).

Berdasarkan teks di atas, diketahui bahwa telah terjadi akulturasi antara kesenian agama islam yang menggunakan rebana dipadukan dengan sitar yang merupakan salah satu alat musik yang berasal dari india. Di sini terjadi akulturasi kesenian Melayu dengan India yang tidak meninggalkan budaya aslinya.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, diketahui bahwa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdapat akulturasi budaya yang terjadi di latar cerita tersebut.. Latar cerita menunjukkan adanya percampuran antara budaya Melayu dan budaya Cina yang hidup berdampingan. Selain itu, akulturasi antara budaya suku-suku yang hidup di daerah tersebut. Akulturasi yang didapat dicari berdasarkan unsur-unsur kebudayaan, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial/sistem perkawinan, sistem mata pencaharian, sistem dan kesenian. Akulturasi yang didapat diperoleh melalui ujaran antartokoh atau penjelasan pengarang dalam cerita.

(7)

Daftar Pustaka

Abdulsyani. 2007. Sosiologi, Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang. Citra Budaya Indonesia.

Berry, John W. Acculturation: Living successfully in two cultures. 10 juli 2005. https://isites.harvard.edu/fs/docs/icb.topic551691.files/Berry.pdf diunduh 28/4/2017.

Gani, Rizanur. 1999. Pengajaran Sastra Indonesia: Respon dan Analisis. Padang: Dian Dinamika Press.

Hirata, Andrea. 2008. Laskar Pelangi. Jakarta: Bentang.

Ibnu, Suhadi dkk. 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Koentjaraningrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Yuriani (2012:47) Pengembangan model pembelajaran kewirausahaan bertujuan untuk mendapatkan masukan dari dunia industr berupa komponen-komponen apa yang harus ada dalam

Kegiatan observasi kegiatan belajar mengajar di kelas dilaksanakan sebelum pelaksanaan PPL berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa sebagai mahasiswa

Hasil Observasi Peneliti Terhadap Indikator Setelah Layanan Penguasaan Konten Siklus I Pertemuan Pertama Siswa kelas XI IPs 2 SMA PGRI 2 Kayen ... Hasil Observasi Setelah

Oleh karena itu produk jamu tradisional instan ini nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya untuk menjaga kesehatan, karena terkait dengan beberapa

Melaksanakan pengembangan sekolah/ madrasah sesuai dengan rencana jangka panjang, menengah, dan jangka pendek sekolah menuju tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah. 1 2

Data di dapat dengan penyebaran kuisioner kepada pengguna angkutan Nice Trans Taxi dan juga wawancara dengan pengelola Nice Trans Taxi kemudian data dianalisis, hasil analisis

1026 Kepala Subbagian Umum dan Sarana Akademik Fakultas Pertanian 8 1 1027 Kepala Subbagian Keuangan dan Kepegawaian Fakultas Pertanian 8 1 1028 Kepala Subbagian Kemahasiswaan

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada tikus yang telah dipuasakan 8 jam. Darah tikus diambil melalui vena mata. Pengukuran menggunakan serum darah tikus yang