• Tidak ada hasil yang ditemukan

48 BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "48 BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam bab ini akan dibahas tentang pembinaan kedisplinan santri melalui

punishment di SMP Yayasan Ar-Risalah Padang, dan bentuk-bentuk punishment

yang diberikan kepada santri di SMP Yayasan Ar- Risalah Padang serta

kedisiplinan santri di SMP Yayasan Ar-Risalah Padang.

A. Program Pembinaan Kedisplinan Santri di Asrama melalui Punishment

di kelas VIII SMP Yayasan Ar-Risalah Padang

Disiplin adalah bentuk kepatuhan seseorang dalam mengikuti

peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran pada kata

hatinya”.1 Disiplin belajar merupakan suatu keadaan tertib dan teratur yang

dimiliki oleh peserta didik dalam belajar, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran

yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

peserta didik.2

Kedisiplinan di sekolah berfungsi sebagai alat pendidikan dan alat

menyesuaikan dalam membentuk sikap dan tingkah laku yang baik yang

nantinya akan digunakan dan diaplikasikan juga dalam lingkungan kelurga

maupun lingkungan masyarakat sehingga menghasilkan peserta didik yang

memiliki jiwa disiplin”.3Dalam menjalankan peraturan tentu ini di dukung

dengan adanya minat peserta didik dalam menjalakan dan mengikuti serta

mematuhi peraturan tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan sesuai dengan apa

1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Jakarta: Aneka Cipta, 1980), hal. 114 2 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasisi Sekolah,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) h. 173

(2)

yang dikatakan oleh Ali Usman selaku Kepala SMP Yayasan Ar-Risalah

yang mengatakan bahwa:

Disiplin itu memang harus dimulai dari diri sendiri, setelah diri seseorang itu sudah menerapkan disiplin maka semua kegiatannya akan disiplin, maka tugas kita sebagai seorang guru untuk menerapkan disiplin kepada santri, dengan membiasakan santri untuk berdisiplin, maka dengan

sendirinya santri terbiasa untuk disiplin.4

B.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat digambarkan bahwa

disiplin itu harus dimulai dari minat pribadi masing-masing, dengan adanya

sikap disiplin yang tertanam dalam diri seseorang maka semua aspek kegiatan

belajarnya akan berjalan dengan disiplin. Begitu pun halnya dengan disiplin

santri yang tinggal di asrama. Setiap santri yang tinggal di asrama pun dibina

kedisiplinannya. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rama

Dhuha sebagai Pembimbing I:

Setiap santri yang tinggal di asrama SMP Yayasan Ar- Risalah dibina kedisiplinannya, pembinaan kedisiplinan santri ini dengan pembinaan cinta, peduli dan disiplin yang semua itu merujuk kepada buku panduan bagi guru pembimbing dalam menjalankan tugasnya sebagai

pembimbing santri di asrama.5

Jika dilihat dari buku panduan dan laporan kegiatas keasramaan SMP

Yayasan Ar-Risalah, pernyataan dari Rama Dhuha selaku pembimbing I

tersebut sesuai dengan apa yang tertera dalam buku panduan tersebut, adapun

motto dari pembinaan yang dilakukan oleh para pembimbing asrama bagi

santri yang tinggal di asrama adalah “Pembinaan dengan cinta, peduli dan

(3)

disiplin” dengan tujuan mengantarkan anak-anak bianaan menuju generasi

penuh berkah yang ditunggu-tunggu oleh zamannya.6

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa untuk

pembinaan kedisiplinan santri yang tinggal di asrama, setiap pembimbing

atau musyrif yang melakukan pembinaan harus merujuk kepada buku

panduan dan laporan kegiatas keasramaan karena dalam buku tersebut

dijelaskan bagaimana aturan dan cara kerja pembimbing dalama membimbing

santri.

Mengenai pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) juga

harus didasari dengan cinta. Maksudnya, hukuman yang diberikan oleh

seorang pembimbing kepada santri yang melanggar bukan sebagai bentuk

siksaan atau pun azab melainkan sebagai bentuk cinta dan kasih sayang

seorang pembimbing kepada santri yang dibinanya, agar santri tersebut sadar

dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Pernyataan di atas sesuai dengan apa yang dikatakan Irga Mudja SB

sebagai Pembimbing II yang menyatakan bahwa :

Pembinaan kedisiplinan santri di SMP Yayasan Ar- Risalah ini didasarkan pada pembinaan cinta. Pembinaan dengan cinta maksudnya suasana pembinaan antara pembimbing dengan santri terlaksana dengan penuh kasih sayang dan ada komunikasi yang sehat dan harmonis antara pembimbing dengan santri, dan jika ada santri yang bermasalah langsung

ditangani dengan cepat dan tepat.7

6Pengasuhan Perguruan Islam Ar-Risalah, Buku Panduan dan Laporan Kegiatas Keasramaan, h. iii

(4)

Hal senada dengan pernyataan Irga Mudja SB juga disampaikan oleh

Rama Dhuha sebagai Pembimbing I yang menyatakan bahwa :

Pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) tidak

didasarkan kepada pemberian hukuman langsung kepada santri, melainkan punishment yang diberikan didasarkan pada pembinaan cinta, jika ada santri yang bermasalah, maka pembimbing langsung menyelesaikan

masalah santri tersebut dengan terpat dan cepat.8

Pernyataan di atas juga diperkuat oleh Rahmat, yang mengatakan

bahwa :

Setiap pembimbing asrama atau musyrif selalu membina para

santrinya dengan menjalin rasa kedekatakan dan keakraban seperti seorang anak dengan orang tua, ketika ada santri lain yang membuat kesalahan, maka pembimbing langsung memberikan nasehat dengan penuh

kelembutan.9

Observasi yang penulis lakukan mengenai pembinaan kedisiplinan

melalui punishment yang didasari dengan cinta, ketika ada kesalahan yang

dilakukan oleh seorang santri, maka seorang pembimbing tidak langsung

menghukumnya secara fifsik, melainkan punishment yang didasari dengan

cinta dengan cara menyuruh santri untuk mengkhatamkan al-Qur’an,

menambah hafalan, dan i’tiqaf atau berdiam diri di masjid dan lain-lain. Ini

menunjukkan bahwa pembinaan kedisiplinan melalui punishment yang

dilakukan oleh musyrif sebagai pembimbing asrama memang didasari dengan

cinta.10

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pembinaan

kedisiplinan melalui punishment (hukuman) tidak harus selalu dilakukan

8 Rama Dhuha, Pembimbing I Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Senin 16 Januari 2017

(5)

dengan pemberian hukuman yang membuat santri merasa terhukumi akan

kesalahannya, melainkan hukuman yang diberikan didasarkan atas cinta, ini

tujuannya agar tercipta suasana keakraban atau kedekatan antara musyrif

sebagai pembimbing dengan santri.

Pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) juga harus

didasari dengan rasa kepedulian, maksudnya adalah pembinaan didasarkan

kepada tersikapinya kondisi santri dengan bijak dan terperhatikannya

bagaimana perkembangan santri, serta terwujudnya asrama yang bersih, rapi

dan indah. Dengan demikian kepedulian santri terhadap lingkungannya akan

terwujud.

Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rama Dhuha

sebagai Pembimbing I:

Santri yang tinggal di asrama dibina kedisiplinannya, pembinaan

kepeduliannya terhadap dirinya sendiri, teman-temannya, serta

kepeduliannya terhadap lingkungan tempat tinggalnya, pembinaan

kedisiplinan melalui punishment yang didasari dengan rasa kepedulian

seperti : jika ada santri yang sering melakukan kesalahan, dan tidak mau meingikuti aturan disiplin santri, maka sanksi bagi santri tersebut adalah membersihkan lingkungan asrama, berupa : membersihkan tempat tidur, WC, dan lain-lain sebagai bentuk kepedulian terhadap kebersihan dan

keidahan asrama.11

Pernyataan di atas sesuai dengan apa yang dikatakan Irga Mudja SB

sebagai Pembimbing II yang menyatakan bahwa :

Pembinaan kedisiplinan melalui punishment yang didasari dengan

rasa kepedulian, ini diberikan kepada santri yang sering melanggar aturan

disiplin yang telah ditetapkan, maka sebagai punishment yang diberikan

(6)

kepada santri tersebut berupa pembinaan akan peduli lingkungan asrama, dengan menyuruh santri tersebut membersihkan lingkungan asrama, seperti : tempat tidur, WC, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pembinaan

kedisiplinan santri melalui punishment yang didasari dengan kepedulian,

dengan cara ketika ada pelanggaran yang dilakukan oleh santri, maka

pembimbing memberikan punishment kedisiplinan berupa menyuruh santri

tersebut membersihkan lingkungan asrama berupa : membersihkan tempat

tidur, WC, dan lain-lain sebagai bentuk kepedulian terhadap kebersihan dan

keidahan asrama.

Observasi yang dilakukan mengenai pembinaan kedisiplinan melalui

punishment yang didasari dengan kepedulian, ketika ada kesalahan yang

dilakukan oleh seorang santri, maka seorang pembimbing tidak langsung

menghukumnya secara fifsik, melainkan punishment yang didasari dengan

kepedulian dengan cara menyuruh santri untuk membersihkan lingkungan

asrama sebagai bentuk kepedulian terhadap kebersihan dan keidahan asrama

dan kegiatan ini pun akan diawasi dan dipantau selalu oleh pembimbing.12

Pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) juga harus

didasari dengan rasa disiplin, maksudnya adalah pembinaan didasarkan

kepada terwujudnya pelaksanaan tugas-tugas dengan tertib dan disiplin oleh

setia santri.

Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rama Dhuha

sebagai Pembimbing I:

(7)

Pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) didasari dengan rasa disiplin, bertujuan agar para santri memahami apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab dia, serta tugas dan tanggung jawab tersebut dia lakukan dengan disiplin. Tugas dan tanggung jawab santri itu

berupa piket muraqabah, melaksanakan tahfidz, melaksanakan tasqif, piket

ahad, mentoring dan rapat jaanah sesuai jadwal.13

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pembinaan

kedisiplinan melalui punishment (hukuman) dengan membuat santri tersebut

paham dan mengerjakan tugas dan tanggung jawab santri itu sendiri, berupa

piket muraqabah, melaksanakan tahfidz, melaksanakan tasqif, piket ahad,

mentoring dan rapat jaanah sesuai jadwal. Dengan demikian santri tersebut

akan menjadi santri yang disiplin.

Disiplin dapat digunakan sebagai suatu pendekatan dalam proses

pembelajaran, karena dengan disiplin proses pembelajaran dapat dilaksanakan

sebagaimana mestinya dengan kata lain disiplin berperan untuk mewujudkan

proses pembelajaran menjadi lancar dan efektif. Untuk mewujudkan

pembelajaran yang efektif tentu dibutuhkan punishment (hukuman). Dengan

adanya punishment (hukuman) maka siswa akan menjadi fokus dalam

mengikuti kegiatan belajar. Maka punishment (hukuman) itu bisa terlaksana

ketika ada yang berperan untuk menjalankannya.

(8)

yang banyak dalam pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) di SMP Yayasan Ar- Risalah yaitu dalam keseharian siswa. Misalnya dalam memantau kebiasaan siswa untuk tidak mengkonsumsi hal-hal yang berbau non-islami baik itu dari segi musik, bacaan, novel dan siswa juga tidak dibenarkan membawa HP selama berada di SMP Yayasan Ar- Risalah. Pengasuhan atau asrama adalah lahan yang juga di

manfaatkan untuk pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman)

di SMP Yayasan Ar- Risalah, kerena sebagian besar waktu berada di pengasuhan dan pemantauan dapat dilakukan secara langsung oleh

pembimbing asrama atau musyrif. Pembimbing asrama atau musyrif

memiliki waktu yang lebih banyak untuk memantau perkembangan santri baik dari segi kedisiplinan yang diterapkan dalam keseharian siswa ketika

berada dilingkungan asrama.14

Kemudian hasil wawancara dengan pembimbing I di SMP Yayasan Ar-

Risalah, menuturkan tentang pembinaan kedisiplinan melalui punishment

(hukuman) di SMP Yayasan Ar- Risalah sebagai berikut;

Santri diberi arahan untuk kemudian menjalankannya atau mempraktekkannya secara langsung. Penerapan pembinaan kedisiplinan

melalui punishment (hukuman) di SMP Yayasan Ar- Risalah apabila

dipersentasekan, untuk pengasuhan 60% dan 40%-nya lagi diterapkan di sekolah. Program yang dilaksanakan di pengasuhan salah satunya adalah Tarbiyah Tsaqafiyah. Tarbiyah Tsaqafiyah yang bertujuan untuk menambah pemahaman siswa di luar materi pelajaran yang diterimanya di

sekolah.15

Hasil akhir dari pembinaan kedisiplinan melalui punishment

(hukuman) di SMP Yayasan Ar- Risalah, diharapkan setiap santri memiliki

10 (Sepuluh) karakteristik siswa SMP Yayasan Ar- Risalah. Sepuluh karakter

tersebut adalah:

1. Beraqidah lurus

2. Beribadah benar

3. Berakhlak mulia

14 Irga Mudja SB, Pembimbing II Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Selasa, 17 Januari 2017

(9)

4. Berwawasan luas

Setiap santri SMP Yayasan Ar- Risalah yang dibina kedisiplinannya

melaui punishment (hukuman) diharuskan untuk memiliki 10 (Sepuluh)

karakteristik tersebut. Tentu karakter ini akan dapat terwujud dengan

pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) yang baik dan benar.

Tujuan dengan pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman)

adalah untuk mewujudkan visi SMP Yayasan Ar- Risalah itu sendiri yakninya;

“Profesional, berkualitas dan berwawasan lingkungan dalam membangun

generasi penuh berkah.17

Berdasarkan karakteristik di atas pada setiap tingkatan memiliki

kompetensi masing-masing. 10 (Sepuluh) tersebut pada tingkat SMP Yayasan

Ar- Risalah di rinci menjadi kompetensi produk tarbiyah yang dihasilkan dari

pembinaan kedisiplinan, sebagai berikut:

1. Beraqidah lurus

a. Tidak mengkafirkan seorang muslim

b. Mengingkari orang-orang yg memperolok-olokkan ayat-ayat allah swt

& tidak bergabung dlm majelis mereka

c. Mengetahui batasan berwala dan berbara' dalam berteman

d. Berusaha meraih rasa manisnya beribadah

2. Beribadah benar

16 Dokumentasi, 10 Karakteristik Siswa Madrasah Aliyah Perguruan Islam Ar-Risalah Padang, 2017

(10)

a. Banyak bertaubat

c. Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik terhadapnya

d. Memuliakan tamu

4. Berwawasan luas

a. Mengkaji marhalah makkiyah dan madaniyah

b. Memahami fiqh haji

c. Mengetahui kerugian dunia akibat kemunduran muslimin

d. Mengetahui urgensi khilafah dan kesatuan umat Islam

5. Berbadan sehat

(11)

Pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) di SMP

Yayasan Ar- Risalah diharapkan nantinya memiliki 10 kompetensi

santritersebut. Semua santri ditanamkan pendidikan rasa kedisiplinan yang

sama, yang menjadi bedanya hanyalah pengamalan disiplin tersebut.

Pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) yang ditanamkan

kepada santri ditujukan agar santri bisa disiplin dalam mengemban 10

(Sepuluh) karakteristik santri tersebut selepas tamat dari SMP Yayasan Ar-

Risalah.19

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SMP

Yayasan Ar- Risalah dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan

kedisiplinan melalui punishment (hukuman) yang dilakukan oleh para

pembimbing asrama bagi santri yang tinggal di asrama adalah pembinaan

dilakukan dengan cinta, peduli dan disiplin, ini bertujuan mengantarkan

anak-anak bianaan menuju generasi penuh berkah yang ditunggu-tunggu oleh

zamannya, serta setiap santri SMP Yayasan Ar- Risalah yang dibina

kedisiplinannya melaui punishment (hukuman) setiap santri yang telah dibina

kedisiplinannya diharuskan untuk memiliki 10 (Sepuluh) karakteristik santri

SMP Yayasan Ar- Risalah. Tentu karakter santri ini akan dapat terwujud

dengan pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) yang baik

dan benar.

(12)

B. Bentuk-bentuk Punishment yang Diberikan kepada Santri di kelas VIII

SMP YayasanAr- Risalah Padang

Kedisiplinan merupakan suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki

oleh peserta didik dalam belajar, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang

merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta

didik.20 Dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan tentu

ini di dukung dengan adanya minat dan kesungguhan peserta didik dalam

menjalakan dan mengikuti serta mematuhi peraturan-peraturan yang ada

tersebut.

Adapun bagi santri yang tinggal di asrama harus menjalankan

peraturan disiplin yang ada di asrama tersebut, peraturan kedisiplinan yang

ada di asrama tersebut terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : tata tertib santri

ketika berada di asrama, tata tertib santri ketika berada di kamar mandi, dan

tata tertib santri ketika makan dan minum.21

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan memang terdapat

peraturan-peraturan bagi santri SMP Yayasan Ar- Risalah yang tinggal di

asrama dan peraturan itu harus dijalankan, baik itu peraturan ketika berada di

asrama, atau pun peraturan ketika berada di kamar mandi, mau pun peraturan

ketika jam makan dan minum, kesemua peraturan tersebut harus dijalankan

oleh santri dengan disiplin.22

20 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasisi Sekolah,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) h. 173

21 Pengasuhan Perguruan Islam Ar-Risalah, Buku Panduan dan Laporan Kegiatas Keasramaan, h. 6-7

(13)

Adaupun punishment (hukuman) yang diberikan oleh musyrif sebagai

pembimbing asrama santri tersebut, ketika melanggar disiplin peraturan yang

telah ditetapkan, maka punishment (hukuman) berupa teguran lisan, teguran

lisan ini berupa : pemberian arahan oleh musyrif sebagai pembimbing kepada

santri agar santri tersebut tidak melanggar disiplin yang telah ditetapkan oleh

pihak sekolah.23

Pernyataan di atas sesuai dengan apa yang dikatakan Irga Mudja SB

sebagai Pembimbing II yang menyatakan bahwa :

Musyrif atau pembimbing juga mempunyai peran yang banyak

dalam pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) di SMP

Yayasan Ar- Risalah yaitu dalam keseharian siswa. Misalnya dalam memantau kebiasaan santri, jika ada santri yang melanggar aturan tersebut

langkah pertama diberikan teguran lisan.24

Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rama Dhuha

sebagai Pembimbing I:

. Pembimbing asrama atau musyrif memiliki waktu yang lebih

banyak untuk memantau perkembangan santri baik dari segi kedisiplinan yang diterapkan dalam keseharian siswa ketika berada dilingkungan asrama. Pengasuhan atau asrama adalah lahan yang juga di manfaatkan

untuk pembinaan kedisiplinan melalui punishment (hukuman) di SMP

Yayasan Ar- Risalah, kerena sebagian besar waktu berada di pengasuhan dan pemantauan dapat dilakukan secara langsung oleh pembimbing

asrama atau musyrif. Ketika santri tersebut bermasalah ketika berada di

asrama maka tugas musyrif sebagai pembimbing yang menyelesaikan

masalah tersebut, dan jika santri tersebut melanggar aturan yng telah

ditetapkan, maka musyrif sebagai pembimbing yang akan meberikan

peringatan keada santri yang melanggat tersebut.25

23Ali Usman, Kepala SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Rabu, 18 Januari 2017 24 Rama Dhuha, Pembimbing I Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Kamis, 19 Januari 2017

(14)

Berdasarkan pendapat dapat di atas dapat dipahami bahwa hal yang

pertama yang dilakukan oleh pembimbing ketika santri melakukan kesalahan,

maka punishment (hukuman) adalah peringatan secara lisan, maka di sini jelas

bahwa fungsi musyrif atau pembimbing dalam konteks pembinaan melalui

punishment (hukuman) sebagai pembimbing sebagai berikut :

1. Musyrif atau pembimbing memantau pelaksanaan amal yaumiyah (amalan

harian) peserta mentoring/siswa sebagai indikator pencapaian muwashafat

siswa.

2. Musyrif atau pembimbing menamkan karakter kepada peserta mentoring

sesuai dengan target muwashafat dalam modul panduan pelaksanaan

mentoring.

3. Musyrif atau pembimbing dapat menjadi media berkonsultasi atau orang

yang dapat dijadikan siswa tempat berkonsultasi.

4. Metode pendekatan dan pembelajaran yang beragam dengan melaksanakan

rekreasi atau rihlah dapat menjalin ukhuwah lebih dekat antara

pembimbing dengan siswa.26

Kemudian hasil wawancara dengan pembimbing di SMP Yayasan Ar-

Risalah, menuturkan tentang pembinaan kedisiplinan melalui punishment

(hukuman) di SMP Yayasan Ar- Risalah sebagai berikut;

Santri diberi arahan untuk kemudian menjalankannya atau mempraktekkannya secara langsung. Penerapan pembinaan kedisiplinan

melalui punishment (hukuman) di SMP Yayasan Ar- Risalah apabila.

Program yang dilaksanakan di pengasuhan salah satunya adalah Tarbiyah

Tsaqafiyah. Tarbiyah Tsaqafiyah yang bertujuan untuk menambah

(15)

pemahaman siswa di luar materi pelajaran yang diterimanya di sekolahdan

menjalankan peraturan tersebut..27

Punishment yang diberikan berupa arahan atau kafarat (hukuman).

Contoh hukumannya berupa khatam al-Qur’an, menambah hafalan, berdiam

diri di masjid dan lain-lain. Hukuman yang diberikan tidak pernah berupa

hukuman fisik ataupun finansial. selain hukuman tersebut, santri yang

melakukan pelanggaran juga diberikan sanksi berupa membersihkan asrama,

WC, dan lain sebagainya.28

Selanjutnya, di SMP Yayasan Ar- Risalah pembinaan kedisiplinan

melalui punishment (hukuman) bukan hanya melalui punishment (hukuman)

saja, tetapi juga ditambahkan dengan pengurangan kredit point, setiap santri

yang melakukan pelanggaran maka kredit pointnya akan berkurang.

Jika santri tersebut, walau sudah diberi peringatan, dan sudah dikurangi

kredit pointnya masih tetap melakukan pelanggaran, maka langkah yang

dilakukan oleh pembmbing langsung mengkonsultasikan permaslahan santri

tersebut kepada orang tuanya.

Pernyataan di atas sesuai dengan apa yang dikatakan Irga Mudja SB

sebagai Pembimbing II yang menyatakan bahwa :

Musyrif atau pembimbing ketika sudah memberikan peringatan satu kali kepada santri, jika santri tersebut masih melanggar aturan, maka pembimbing langsung mengkomunikasikan permasalahan dengan orang

27 Rama Dhuha, Pembimbing I Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Selasa, 17 Januari 2017

(16)

tua santri tersebut dan menyelesaikan masalah tersebut dengan santri dan

orang tua.29

Berdasarkan observasi yang dilakukan memang ketika santri melalukan

kesalahan untuk yang kedua kalinya, musyrif atau pembimbing langsung

mengkomunikasikan permasalahan permasalahan tersebut dengan orang tua

santri, sekaligus memberitahukan bagaimana perkembangan santri tersebut di

sekolah.30

Selanjutnya, jika santri tersebut masih melakukan kesalahan setelah

dikomunikasikan dengan orang tua, maka musyrif atau pembimbing bekerja

sama dengan guru Bimbingan dan Konseling untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut, serta mencari jalan keluar dari permasalahan

tersebut.31

Pernyataan di atas sesuai dengan apa yang dikatakan Irga Mudja SB

sebagai Pembimbing II yang menyatakan bahwa :

Setelah dilakukannya komunikasi antara pembimbing dengan orang tua mengenai permasalahan santri tersebut. Namun santri masih melakukan kesalahan, maka tahap selanjutnya adalah dengan bekerja sama dengan guru Bimbingn dan Konseling untuk mencari solusi dari

permalsalahan tersebut.32

Observasi yang penulis lakukan, ketika santri tersebut masih melakukan

kesalahan, musyrif atau pembimbing melaporkan permasalahan santri

29 Irga Mudja SB, Pembimbing II Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Kamis, Jumat, 20 2017

30 SMP YayasanAr- Risalah, observasi, Sabtu, 21 Januari 2017

31 Rama Dhuha, Pembimbing I Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Sabtu, 21 Januari 2017

(17)

tersebut kepada guru guru Bimbingn dan Konseling untuk mencari solusi dari

permalsalahan tersebut.

Ketika santri, sudah diberikan peringatan pertama dan peringatan

kedua, santri tersebut masih melanggar, maka musyrif atau pembimbing

melaporkan permasalahan tersebut kepada pihak Yayasan, kemudia pihak

Yayasan menghubungi dan memanggil orang tua santri, ketika sudah bertemu

antara orang tua santri dengan pihak Yayasan maka ini adalah peringatan

terakhir bagi santri tersebut, jika masih melakukan kesalahan yang fatal maka

santri tersebut akan dikeluarkan dari sekolah.33

Pernyataan di atas sesuai dengan apa yang dikatakan Ali Usman sebagai

Kepala SMP YayasanAr- Risalahmenyatakan bahwa :

Santri yang masih tidak mau disiplin dan melanggar peraturan yang ada di sekolah, maka sebagai tindakan terakhir, permasalahan ini akan dilaporkan kepada pihak Yayasan, dan pihak Yayasan inilah yang nantinya memanggil orang tua siswa dan membat perjanjian terakhir antara guru, pihak sekolah, dan orang tua santri, jika nantinya dikemudian hari masih ditemukan pelanggaran yang berat, maka santri tersebut akan

dikeluarkan dari sekolah.34

Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rama Dhuha

sebagai Pembimbing I:

. Santri yang masih melakukan kesalahan, jika kesalahan tersebut

sudah berat dan maka musyrif atau pembimbing, pihak Yayasan beserta

orang tua santri tersebut akan memproses santri tersebut, tujuannya agar memberi efek jera kepada santri tersebut supaya tidak membuat kesalahan,

33 Rama Dhuha, Pembimbing I Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Senin, 23 Januari 2017

(18)

jika santri tersebut masih melanggar maka dengan terpaksa santri tersebut

akan dikeluarkan dari sekolah.35

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SMP

Yayasan Ar- Risalah dapat ditarik kesimpulan bahwa punishment yang

diberikan berupa arahan atau kafarat (hukuman). Contoh hukumannya berupa

khatam al-Qur’an, menambah hafalan, berdiam diri di masjid dan lain-lain.

Hukuman yang diberikan tidak pernah berupa hukuman fisik ataupun

finansial. selain hukuman tersebut, santri yang melakukan pelanggaran juga

diberikan sanksi berupa membersihkan asrama, WC, dan lain sebagainya.

Langkah selanjutnya yang diambil oleh Musyrif atau pembimbing dalam

memberikan punishment adalah dengan memberi peringatan lisan, jika masih

melanggar, maka diberi tindakan kedua, dengan melaprkan masalah tersebut

kepada orang tua, selanjutnya jika santri tersebut masih melanggar, maka

diambil tindakan ketiga dengan bekerja sama dengan guru Bimbingn dan

Konseling untuk mencari solusi dari permalsalahan tersebut.Jika masih terjadi

kesalahan maka dilaprkan kepada pengurus Yayasan dan pengurus yayasan

memanggil orang tua santri tersebut.

Musyrif atau pembimbing selain memberikan punishment juga

memantau pelaksanaan amal yaumiyah (amalan harian) Musyrif atau

pembimbing menamkan karakter kepada peserta mentoring sesuai dengan

target muwashafat Musyrif atau pembimbing dapat menjadi media

berkonsultasi atau orang yang dapat dijadikan siswa tempat berkonsultasi

(19)

Metode pendekatan dan pembelajaran yang beragam dengan melaksanakan

rekreasi atau rihlah dapat menjalin ukhuwah lebih dekat antara pembimbing

dengan siswa.

C. Evaluasi pembinaan kedisplinan santri di Asrama melalui Punishment di

kelas VIII SMP Yayasan Ar-Risalah Padang

Tujuan utama dalam disiplin adalah untuk mengajarkan santri agar

dapat mengendalikan diri sendiri dan mempunyai pemahaman tentang arti

pentingnya disiplin dan menurut, dia tau menjalankan, kewajibannya. Dengan

demikian dia dapat mengerti larangan-larangan, dia dapat membedakan

tingkah laku yang baik dan benar. Ada kesadaran bagaimana mengendalikan

keinginan perbuatan sesuatu tanpa ada perasaan yang diancam oleh hukuman

atau ganjaran bentuk apa pun. Terkait dengan kesadaran, tentu kesadaran juga

diiringi dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini

guru akidah akhlak sudah memberikan tugas, namun masih ada beberapa

siswa yang tidak membuat tugas yang diberikan tersebut.

Terkait dengan kedisiplinan santri di SMP Yayasan Ar- Risalah Padang,

setelah dilakukannya pembinaan kedisiplinan melalui kegiatan punishment,

maka hasil dari kegiatan tersebut santri memiliki kedisiplinan yang baik,

indikasi ini ditandai dengan santri telah bisa dengan disiplin menjalankan

peraturan-peraturan yang ada di sekolah, seperti menjalankan peraturan

berupa tata tertib ibadah, tata tertib asrama, tata tertib makan dan minum, tata

tertib dalam berolah ragadan tata tertib perizinan santri, serta tata tertib

(20)

Berkaitan dengan tata tertib dalam menjalankan ibadah, santri yang

berada di asrama sudah dengan sadar dan sendirinya dia langsung

melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Pernyataan di atas sesuai

dengan apa yang dikatakan Ali Usman sebagai Kepala SMP YayasanAr-

Risalah yang menyatakan bahwa :

Santri yang yang berada di asrama sudah menajalankan disiplin peraturan yang ada di sekolah, kepatuhan santri dalam menjalankan peraturan sekolah ini dikarenakan pembinaan yang diberikan oleh para guru-guru kepada santri, sehingga menghasilkan santri yang memiliki jiwa

disiplin dalam beribadah.36

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa santri di SMP

Yayasan Ar- Risalah Padang sudah disiplin dalam menjalankan tata tertib

ibadah.

Selanjutnya, mengenai disiplin santri ketika berada di asrama, setelah

diadakannya pembinaan dan pengayoman terhadap santri, maka santri dengan

sendirinya akan tergerak hatinya untuk mau disiplin dalam menjalankan tata

tertib asrama, karena bagi santri yang tinggal di asrama, asrama adalah

rumahnya.

Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rama Dhuha

sebagai Pembimbing I:

. Santri di SMP Yayasan Ar- Risalah Padang yang tinggal di asrama sudah bisa untuk disiplin dalam menjalankan tata tertib yang berkaitan dengan tata tertib di asrama, ini dikarenakan setiap santri sudah diberi beka

(21)

untuk disiplin dalam menjalankan peraturan sekolah sesuai dengan

aturan-mentoring. Bahkan dalam hal ini santri tidak pernah berebut dalam hal makan

dan minum, tidak pernah seenaknya saja keluar masuk kelas dan santri pun

tertib dalam menjalankan aturan yang telah disepakati..

Disiplin merupakan suatu kegiatan mengajar anak untuk berbuat dan

berprilaku baik sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, yang disetujui

kelompok atau lingkungan. Sayang sekali kata disiplin bagi siswa sering

diambil dari sisi negatif, sehingga banyak siswa berfikir disiplin berarti

hukuman dan sikap keras, yang dilakukan guru terhadap siswa. 38

Penanaman nilai disiplin tidak bisa satu kali, namun harus dilakukan

dengan berkesinambungan. Tujuan pelaksanaan disiplin ini adalah

membangun karakter siswa. Sehingga prinsip dalam disiplin adalah

pendidikan karakter yang berkesinambungan, disiplin mengayomi pendidikan

karakter yang dibutuhkan siswa. Kegiatan disiplin menjadi salah satu sarana

mempercepat perkembangan karakter siswa. Bisa dikatakan pendidikan

disiplin yang ada dalam pembinaan disiplin di SMP Yayasan Ar-Risalah

37 Rama Dhuha, Pembimbing I Asrama SMP YayasanAr- Risalah, wawancara, Selasa, 24 Januari 2017

38Tu’u, Tulus,

(22)

porsinya lebih besar. Serta evaluasi perkembangan anak lebih banyak dan

intensif dilaksanakan dan diawasi serta melibatkan semua aspek yang ada di

sekolah.39

Sebagai seorang pembimbing dalam melihat peningkatan siswa,

musyrif ataupembimbing sangat ditekankan untuk dapat menjadi teladan bagi

peserta yang mentoring dan ini juga merupakan salah satu usaha musyrif atau

pembimbing dalam pendidikan karakter dengan memberikan contoh teladan

yang baik dari ustadz yang menjadi contoh disiplin bagi siswa. Musyrif atau

pembimbing yang sekaligus juga merupakan tenaga pengajar siswa di sekolah

telah terlebih dahulu memberikan contoh teladan yang baik kepada peserta

mentornya.

Musyrif atau pembimbing sebagai seorang yang akan menanamkan

akhlakul karimah kepada santri, musyrif atau pembimbing telah terlebih

dahulu menerapkan hal tersebut ataupun dalam mencontohkan ukhwah yang

baik mentor telah terlebih dahulu melakukannya. Oleh karena itu sebagai

pengelola musyrif ataupembimbing melakukan pemilihan kriteria kedisiplinan

karena hal ini akan mempengaruhi pelaksanaan kedisiplinan termasuk dari

segi keteladanan sangat diutamakan. Pada pelaksanaannya juga dilakukan

pengawasan atau memberikan fasilitas yang menambah wawasan musyrif atau

pembimbing dalam mengelola kelompok pembinaan disiplin.40

Penerapan disiplin siswa dilakukan dalam setiap kesempatan proses

pendidikan, setiap prosesnya diisi dengan penerapan karakter terhadap siswa.

(23)

Seperti yang dilakukan dalam musyrif atau pembimbing yang membimbing

harus menerapkan dengan keteladanan karena sangat berpengaruh kepada

siswa. Hal yang mendukung dalam bimbingan ini adalah dari segi

materi-materi keislaman yang diajarkan berpeluang besar dan lebih fokus untuk

mengarahkan karakter siswa. Pada intinya pendidikan karakter dalam

mentoring dengan proses belajar mengajar di kelas memiliki tujuan yang sama

namun dilaksanakan dengan proses yang berbeda.

Proses mengawasi kedisiplinan santri oleh musyrif atau pembimbing

dilaksanakan mengacu kepada karakter yang harus dimiliki santri yakninya h.

Ketercapaian target kedisiplinan oleh musyrif ataupembimbing salah satunya

diketahui dengan instrument evaluasi amalan harian yang dikumpulkan sekali

sepekan sebagai evaluasi proses yang diisi oleh musyrif atau pembimbing.

Evaluasi proses ini akan berlanjut menjadi penilaian ketercapaian muwashafat

siswa yang diisi oleh mentor, penilaian ini akan ditambahkan lagi dengan nilai

ujian mentoring pada akhir semester. Ketidak tercapaian target selanjutnya

akan menjadi tugas tenaga pengajar dan pembina di pengasuhan untuk

membimbingnya.41

Hasil penelitian di atas menyatakan secara umum kegiatan dalam

pembinaan kedisiplinan bertujuan mendidik dan melatih karakter siswa yang

dilakukan secara berkesinambugan. Dengan terintegrasinya pendidikan

karakter pada proses pendidikan yang ada di SMP Yayasan Ar-Risalah baik

dalam proses belajar mengajar di kelas maupun di asrama, musyrif atau

(24)

pembimbing menjadi kerjasama bagi guru kelas dalam proses pendidikan

karakter.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan

bahwa terkait dengan kedisiplinan santri di SMP Yayasan Ar- Risalah

Padang, ternyata hukuman tersebut supaya bisa membangkitkan rasa rendah

hati dan kesediaan untuk mengakui kesalahan dan kelemahan sendiri, lalu

memperbaiki tingkah lakunya. Karena hukuman harus membangun nilai-nilai

moral atau etis anak didik. Setelah dilakukannya pembinaan kedisiplinan

melalui kegiatan punishment, maka hasil dari kegiatan tersebut santri

memiliki kedisiplinan yang baik, indikasi ini ditandai dengan santri telah bisa

dengan disiplin menjalankan peraturan-peraturan yang ada di sekolah, seperti

menjalankan peraturan berupa tata tertib ibadah, tata tertib asrama, tata tertib

makan dan minum, tata tertib dalam berolah raga dan tata tertib perizinan

Referensi

Dokumen terkait

Jenis sengon mempunyai keragaman genetik yang agak rendah pada sifat ketahanan karat tumor, namun dituntut untuk memuliakan sengon tahan karat tumor 87,88,89. Seleksi individu

Berdasarkan pada Gambar 5.6 diatas dapat dilihat bahwa proporsi lama waktu paling banyak didominasi oleh kategori rendah yang berarti penanganan PT.Pertamina EP

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kepemimpinan yang baik dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya, sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya

Aipatutako guztia kontuan hartuta, ikerketa honen helburua entrenatzeko eta txapelketetarako erabiltzen diren katu oinek eragindako mina eta lesio motak

Kegiatan PkM ini merupakan hasil kerjasama antara UNUSA dengan pihak sekolah SMA Negeri 1 Gresik dalam rangka meningkatkan kualitas siswa dan para Guru

Tujuan dari evaluasi terhadap pengendalian sistem informasi pelayanan bengkel GAC Auto Service ialah untuk mengidentifikasi sistem informasi pelayanan yang sedang berjalan,

Karya dokumenter “Prajurit Panji” merupakan sebuah film dokumenter ilmu pengetahuan yang kental dengan nilai-nilai pendidikan, dimana pendidikan yang disampaikan

Adapun tujuan dibuatnya laporan akhir adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Elektro Program Studi Teknik