• Tidak ada hasil yang ditemukan

II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Revitalisasi - Parijs van Soematra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Revitalisasi - Parijs van Soematra"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

Deskripsi Proyek

“Suasana kota begitu nyaman dan tidak bising oleh suara-suara

klakson, apalagi sampai macet. Maklumlah, di zaman itu kendaraan bermesin

seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat masih sangat sedikit.

Hanya pengendara sepeda saja yang banyak terlihat hilir mudik di dalam kota

untuk beraktivitas..”

II.1 Tinjauan Umum Proyek

II.1.1 Revitalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Revitalisasi 1 berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi 2 berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.

Revitalisasi, termasuk di dalamnya adalah konservasi-preservasi, merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural. Tepatnya, revitalisasi merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah

1 http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

(2)

http://dewiultralight08.wordpress.com/2011/03/10/pengertian-terjadinya proses kerusakan. Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Hal ini mutlak diperlukan karena melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota.

(3)

banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi. Selain itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah, atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah citra suatu kawasan.

Dengan dukungan mekanisme kontrol/pengendalian rencana revitalisasi harus mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan sosial ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota merupakan perangkat pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru.

II.1.2 Teori Revitalisasi3

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut :

1 .

1.Intervensi Fisik

Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

22.Rehabilitasi Ekonomi

(4)

http://revitalisasikawasan-upn.blogspot.com/2011/11/revitalisasi-. Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah

bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

3.Revitalisasi Sosial/Institusional

Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuatnya menjadi beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus

berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

II.1.3 Jenis Revitalisasi4

Ditinjau dari fungsi kawasan, revitalisasi terbagi menjadi:

1. Revitalisasi kawasan perniagaan, 2. Revitalisasi kawasan perumahan, 3. Revitalisasi kawasan perindustrian,

4. Revitalisasi kawasan perkantoran pemerintah,

(5)

5. Revitalisasi kawasan olahraga dan fasilitas sosial lainnya,

6. Revitalisasi kawasan khusus (misalnya kawasan pertambangan).

Ditinjau dari letak kawasan, revitalisasi terbagi menjadi:

1. Revitalisasi kawasan pegunungan/perbukitan,

2. Revitalisasi kawasan tepi air (sungai, laut, danau), 3. Revitalisasi kawasan perairan/rawa,

4. Revitalisasi kawasan khusus lainnya,

Ditinjau dari usia dan sejarahnya, revitalisasi terbagi menjadi:

1. Revitalisasi kawasan bersejarah, 2. Revitalisasi kawasan baru.

II.1.4 Tujuan Revitalisasi

Revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan daerah dalam usaha menghidupkan kembali aktivitas dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan yang layak huni (livable), mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kawasan.

II.1.5 Sasaran Revitalisasi

Sasaran yang ingin dicapai dalam revitalisasi antara lain:

(6)

2. Meningkatkan stabilitas ekonomi kawasan dengan upaya mengembangkan daerah usaha dan pemasaran serta keterikatan dengan kegiatan lain,

3. Meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dengan mengatasi berbagai bpermasalahan lingkungan dan prasarana sarana yang ada,

4. Meningkatkan pelayanan prasarana sarana di kawasan kumuh,

5. Mengembangkan amenitas5 kawasan,

6. Mengkonservasi aset warisan budaya kawasan lama,

7. Mendorong partisipasi komunitas, investor dan pemerintah lokal dalam revitalisasi kawasan.

II.2 Tinjauan Khusus Proyek

II.2.1 Tentang Proyek

Judul proyek ini adalah “Parijs van Soematra (Revitalisasi kawasan bersejarah di jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu, Medan)”.

Proyek ini merupakan sebuah solusi dari permasalahan yang ditemukan di kawasan jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu. Parijs van Soematra berdiri diatas lahan milik Pemerintah Kota Medan yang disewa oleh pihak swasta yang sangat peduli akan nilai-nilai sejarah yang ada di kota Medan. Proyek ini kemudian dikelola oleh pihak swasta tersebut dengan maksud agar kawasan ini dapat menjadi magnet baru masyarakat kota Medan dan wisatawan lokal/mancanegara. Dengan itu, kawasan ini menjadi hidup kembali dan nilai-nilai sejarah yang terkandung didalamnya pun akan tetap ada. Sejalan dengan itu, keuntungan yang akan diperoleh dari pariwiasata baru ini akan diterima oleh pengelola yang memiliki niat luhur ini.

(7)

Parijs van Soematra merupakan suatu kawasan di kota

Medan yang menjadi percontohan revitalisasi kawasan bersejarah. Parijs van Soematra terletak di jalan Ahmad Yani VII dan Jalan Hindu, dimana kawasan ini memiliki beberapa bangunan eksisting yang merupakan bangunan peninggalan era kolonial Belanda. Bangunan-bangunan bersejarah seperti gedung bekas kantor Depnaker (sekarang ditempati oleh organisasi AMPI), reruntuhan bekas gedung PT. Yuki Taxi, Yoga Life, restoran Delima, kantor LBH, serta ruko-ruko bergaya Eropa yang didominasi oleh wirausaha percetakan sebagian besar masih digunakan sampai sekarang meskipun tidak ada tindakan perawatan yang dilakukan oleh penggunanya.

Revitalisasi kawasan ini yang kemudian dinamakan Parijs van Soematra direncanakan dengan fungsi-fungsi yang

(8)

wisatawan untuk mengunjungi kota Medan. Selain itu, kekhasan kawasan ini akan peninggalan sejarahnya senantiasa akan menjadi suatu tempat baru yang menarik untuk dikunjungi oleh siapapun.

Deskripsi singkat tentang proyek ini adalah sebagai berikut:

 Judul Proyek : Parijs van Soematra (Revitalisasi Kawasan Bersejarah di jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu, Medan)

 Fungsi : Komersil, kawasan konservasi, ruang terbuka publik

 Lokasi : Jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara

 Luas Lahan : ± 25000 m2 / ± 2.5 Ha

 Pemilik Lahan : Pemerintah Kota Medan (dikelola oleh swasta)

 Pengelola : Swasta

 Pengguna : Pengelola, penjual, masyarakat kota Medan, wisatawan lokal maupun mancanegara

 Karakteristik Site :

 Lokasi perencanaan merupakan kawasan yang memiliki nilai

historis yang tinggi,

 Di atas lahan masih berdiri bangunan-bangunan

peninggalan era kolonial Belanda dan beberapa reruntuhan bangunan peninggalan,

 Lokasi perencanaan terletak di kawasan yang didominasi

oleh fungsi komersil (percetakan, rumah makan, kantor, dan lain-lain)

(9)

 Kawasan di sekitar lokasi ramai dilintasi kendaraan

mulai pukul 5 pagi hingga pukul 6 sore, selebihnya kawasan mulai sepi.

II.2.2 Julukan “Parijs van Soematra”

“Kota Medan pernah dijuluki Parijs van Soematra. Itu mungkin karena pada masa itu kota ini begitu mulus, indah,

dan tertib. Setiap hari mobil penyapu jalan dengan sapunya

yang bundar, berkeliling menyusuri sudut kota untuk

membersihkan jalan dari segala macam sampah, termasuk kotoran

kuda dan lembu. Di belakangnya menyusul mobil mengangkut

sampah dan kotoran tersebut untuk dibawa ke tempat

pembuangannya.

Jalan di masa itu pun masih sangat mulus. Kalau pun

ada yang berlubang segera ditambal, tanpa harus menunggu

bopeng tersebut membesar dan parah baru diperbaiki. Suasana

kota begitu nyaman dan tidak bising oleh suara-suara klakson,

apalagi sampai macet. Maklumlah, di zaman itu kendaraan

bermesin seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat

masih sangat sedikit. Hanya pengendara sepeda saja yang

banyak terlihat hilir mudik di dalam kota untuk beraktivitas. Bila ada yang mengendarai sepeda ‘Fongrer’, maka dia pun pantas untuk membusungkan dadanya penuh rasa bangga, karena

di masa itu sepeda ini termasuk kendaraan yang mahal.

Di antara decitan rem sepeda, derap tapak kaki kuda

menarik sado yang menjadi angkutan umum dalam kota juga

menjadi hal yang biasa. Sesekali lonceng sado yang dipijak

oleh sais untuk meminta jalan atau memanggil penumpang bisa

menjadi irama yang indah. Jejeran sado di depan stasiun besar

kereta api Medan yang menunggu penumpang turun dari kereta

(10)

Selain sado ada juga ‘angkong’, yakni kereta yang ditarik

oleh manusia sambil berlari kecil. Banyak masyarakat yang mengumpamakan orang yang menarik angkong itu ibarat ‘kuda merokok’ …”6

Demikianlah penuturan dari seorang sejarahwan kota Medan Drs.H.Muhammad TWH. Kota Medan pada zaman penjajahan Belanda pernah mendapat julukan Parijs van Soematra. Nama besar yang disandang kota ini dulunya tak hanya ditujukan pada satu wilayah, namun menyeluruh. Hanya saja yang menjadi pusat perhatian julukan Parijs van Soematra saat itu berada di sekitar kawasan Kesawan. Keindahan, ketertiban, kebersihan, ketentraman, dan tata kota yang teratur pada zaman dahulu membuat kota Medan mendapat julukan ini. Tidak ada yang mengetahui darimana julukan ini berasal. Julukan ini seakan-akan muncul dengan sendirinya sebagai apresiasi dari kota Medan pada era kolonial Belanda. Menurut seorang sejarahwan Tengku Luckman Sinar, SH, Istilah Parijs van Soematra merupakan istilah yang digunakan oleh kalangan pers.

Karena julukan ini dibesarkan dari bahasa pers pada masa itu, maka istilah ini pun hanya beredar di kalangan masyarakat kota Medan. Belanda ataupun wisatawan mancanegara tidak mengetahui apapun mengenai julukan kota Medan ini.

Kota Medan 7 pada era kolonial Belanda direncanakan sebagai sebuah kota modern. Dalam bingkai itu, termasuklah taman-taman, alokasi perumahan bagi orang-orang Eropa dan beberapa kawasan untuk kelompok orang Tionghoa, India dan pribumi. Ini merupakan hasil dari model quarter system, dimana tiap-tiap populasi tinggal di lokasi yang sudah ditentukan. Sistem seperti ini memunculkan suatu peraturan ketat berupa perizinan untuk meninggalkan wilayah populasi tiap-tiap etnis.

6 Tuturan kisah dari sejarahwan Medan, Drs.H.Muhammad TWH

7 A plantation City on the East Coast of Sumatra 1870-1942 (Planters, the

(11)

Pemerintah kolonial Belanda kemudian merencanakan wilayah Kota Medan dengan mengadopsi gaya Eropa dengan mempergunakan aturan-aturan yang ada di dalamnya. Belanda kemudian membangun gedung-gedung bernuansa Eropa di seputar kawasan Lapangan Merdeka (dulu bernama Esplanade), Kesawan dan sekitarnya, yang kemudian dipadukan dengan perumahan elit bangsa Belanda. Karena banyaknya perumahan Belanda yang dibangun, maka kawasan pusat kota Medan pernah mendapat julukan “Garden City”. Keasrian dan keteraturan Kota Medan tempo dulu, juga diakui orang-orang Eropa pada zaman dahulu, terbukti dengan hadirnya kota Medan dalam beberapa buku karangan penulis-penulis Eropa pada masa itu.

Istilah Parijs van Soematra kemudian hilang secara perlahan saat Belanda meninggalkan kota Medan. Kedatangan bangsa Jepang pada masa itu membawa dampak dan perubahan yang signifikan pada perkembangan kota Medan yang sudah terlebih dahulu dikembangkan oleh bangsa Belanda. Sejak itu, istilah Parijs van Soematra tidak pernah terdengar lagi di kalangan

masyarakat kota Medan hingga sekrang, yang tersisa hanya peninggalan-peninggalan bekas keindahan kota Medan pada era kolonial Belanda yang dibiarkan terbengkalai.

II.2.3 Sejarah Kawasan

(12)

Gambar II.1 Peta pembagian kawasan kelurahan Kesawan secara historis

Pembagian kawasan berdasarkan peta diatas meliputi: 1. Kawasan Putri Hijau (Boolweg/Laboeanweg) merupakan kawasan

yang memiliki banyak bangunan untuk fasilitas kesehatan (rumah sakit, laboratorium patologi, barak kuli dan asilum).

2. Kawasan Tembakau Deli (Deli Mijlaan/Serdangweg) merupakan kawasan tempat berdirinya kantor perusahaan perkebunan Deli (Deli Maatschappij) dan rumah manajernya, serta lokasi perusahaan Deli Atjeh Maatschappij dan perusahaan percetakan N.V. De Deli Courant.

3. Kawasan Lapangan Merdeka (Cremerweg/Societeitweg/ Stationweg/Nienhuijsweg) merupakan kawasan sentral tempat

didirikannya sarana publik (balaikota, bank sentral, kantor pos, stasiun kereta api, pusat perkumpulan, hotel, lapangan terbuka).

4. Kawasan Pasar Lama (Oude Markt/Huttenbachstraat/ Moskeestraat) merupakan kawasan yang terbentuk oleh Pasar

Lama/Pasar Hindu serta mesjid tua. Kawasan ini sekarang banyak ditempati oleh penjual aksesoris sepeda motor dan percetakan.

5. Kawasan Kesawan (Kesawan/Nieuwemarkt/Spoorstraat) merupakan kawasan perdagangan yang didominasi oleh ruko serta pasar tradisional.

1

2

3

(13)

Pasar Lama sendiri tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kesawan. Menurut sejarahwan Tengku Luckman Sinar, SH, kata

“Kesawan” berasal dari kata “Kesawahan” yang berarti pergi ke

sawah, de naam spreekt van een landelijk verleden (nama itu berbicara mengenai pedesaan di masa lampau) [“Gids voor de Oostkust van Sumatra”, 1940:28]. Penduduk pindah dari Labuhan–kawasan yang lebih dahulu berkembang sebelum Medan, terletak di sumbu Belawan-Medan pada pertengahannya yang termasuk kota tua sebelum akhirnya wilayahnya juga dimasukkan ke administrasi Medan– pindah ke Kesawan dengan menaiki kereta lembu karena jalan dipenuhi lumpur setinggi lutut. Selain menaiki kereta, tuan-tuan besar Belanda ditandu oleh

“orang-orang setrapan” (orang yang dihukum) melewati jalan raya ini dengan memakan waktu kurang lebih 5 jam.

Nienhuijs, sang pionir pembentukan perusahaan perkebunan Deli, mula-mula mendirikan kantor pusat Deli Maatschappij di kampung Medan

Putri untuk pindah dari Labuhan, dengan alasan letaknya agak lebih tinggi dan tidak mudah terkena banjir pada saat musim hujan serta lokasinya yang berada di tengah pusat perkebunannya (Gambar 2.2). Karena pusat perkebunan berada di situ, maka semakin ramai lah jumlah orang yang berdatangan dan pada akhirnya menetap di kampung Kesawan.

Gambar 2.2 Peta lokasi perkebunan pertama Nienhuijs di Labuhan Deli

(sumber: ”Tabak Maatschappij Ardensburg (1877-1927)”, A. Hoynck,

(14)

Pasar Lama sendiri mengacu pada Pasar Hindu yang sudah lama terbentuk seiring dengan berkembangnya kawasan Kesawan sebagai pasar yang menaungi kawasan sekitarnya sebelum pada akhirnya dibangun suatu pasar baru, yaitu Pasar Ikan Lama di seputaran jalan Perniagaan sekarang. Pasar Lama dalam Bahasa Belanda disebut Oude Markt.

Etnis Tionghoa sendiri juga menyebutnya hingga

sekarang sebagai 杀 (Hanyu Pinyin: Lǎo Bāshā; Hokkian Peh-ōe-jī: Lāu Pa-sat), dikarenakan etnis Tionghoa pada tahun 1900-an umumnya menyebut nama suatu kawasan ataupun jalan dengan sebutan yang digunakan sejak zaman kolonial Belanda.

Beberapa penduduk di sana menyebutkan bahwa bangunan-bangunan yang masih menghadap ke arah sisi jalan Ahmad Yani masih belum termasuk kawasan Pasar Lama (walaupun persepsi ini bukan menjadi patokan mutlak). Beberapa penanda/landmark dari kawasan ini antara lain:

1. Masjid Lama Gang Bengkok, 2. Pasar Hindu,

3. Ruko bekas bengkel reparasi Ford (sekarang percetakan Bin Harun),

4. Bioskop Deli (sekarang menjadi ruko), 5. Yayasan Perguruan Kebudayaan,

6. Kedai Kopi Apek, 7. Restoran Delima, 8. Yoga Life,

9. Gedung bekas Royal Dutch Shell/PT. Yuki Taxi (sudah

diruntuhkan),

10.Gedung bekas Borsumij (sudah diruntuhkan),

11.Gedung bekas Depnaker (sekarang ditempati oleh organisasi AMPI),

(15)

Gambar 2.3 Suasana di jalan Hüttenbach (sekarang jalan Ahmad Yani VII) (sumber: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde)

Kesawan sendiri pada awalnya merupakan kampung etnis Melayu, tetapi sejak 1873 orang-orang etnis Tionghoa yang berdagang semakin banyak berdatangan dari seberang (umumnya dari Malaka, Semenanjung Malaya) dan dari China yang kemudian membuat suasana kawasan ini menjadi seperti daerah pecinan/Chinatown, terutama disebabkan oleh pihak perkebunan memberikan kesempatan kepada mereka menjadi leveransir perkebunan (sayur-sayuran, ternak babi, barang-barang kedai sampah, dan lain-lain) dengan terlebih dahulu menyetor persekot. Pada tahun 1889 sempat terjadi kebakaran besar yang menghancurkan 67 rumah kayu dan toko-toko (Naudin ten Cate, 1905:43).

Sejak saat itu, terjadi pertumbuhan pesat bangunan-bangunan ruko dengan bahan batu bata dengan suatu

“galeri” di bawahnya.

(16)

Bangunan di kawasan ini pada umumnya berlantai dua, dengan papan nama toko bertuliskan nama toko dan apa-apa saja yang mereka perdagangkan dengan aksara Mandarin. Hal ini berlangsung hingga tahun 1960 karena munculnya larangan menggunakan aksara Mandarin karena alasan politik negara pada saat itu.

Seluruh pasar yang ada di Medan saat itu dioperasikan oleh Tjong Bersaudara (Tjong Yong Hian dan Tjong A Fie). Pada tahun 1886, Pasar Lama didirikan di jalan Mayjend Sutoyo Siswomihardjo (dulu jalan Perdana), kemudian Pasar Ikan Lama pada tahun 1888 di jalan Kereta Api, dan Pasar Baru pada tahun 1906 di jalan Perniagaan.

II.3 Tinjauan Kelayakan

II.3.1 Tinjauan Latar Belakang

(17)

Dengan direalisasikannya proyek ini, akan banyak pihak yang diuntungkan. Kota Medan tentunya akan mendapatkan keuntungan dari segi pariwisata, selain identitasnya tetap akan terjaga. Masyarakat kota juga akan merasakan keuntungan dari direalisasikannya proyek ini karena adanya pariwisata alternatif terbaru yang sesuai dengan gaya hidup, namun tetap mempertahankan secara utuh nilai sejarah. Wisatawan lokal dan mancanegara juga akan diuntungkan dengan adanya tujuan pariwisata baru sehingga tidak mudah bosan saat berada di kota Medan. Pemerintah Kota Medan juga akan mendapatkan keuntungan dari segi pariwisata kota yang dipimpinnya. Pihak swasta yang mengelola kawasan ini tentunya mendapatkan keuntungan langsung dari dibukanya kawasan revitalisasi ini.

II.3.2 Tinjauan Lokasi

II.3.2.1 Lokasi Proyek

Lokasi proyek terletak di jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara. Lokasi proyek memiliki luas lahan sebesar ± 25000 m2 / ± 2.5 Hektar. Di atas lahan pada lokasi proyek masih terdapat beberapa bangunan peninggalan era kolonial Belanda yang masih utuh ataupun sudah menjadi reruntuhan. Bangunan eksisting yang terdapat di atas lahan ini antara lain gedung bekas kantor Depnaker (sekarang digunakan oleh organisasi AMPI), reruntuhan gedung bekas PT. Yuki Taxi,, restoran Delima, Yoga Life, ruko yang digunakan oleh LBH, serta ruko-ruko bergaya khas kolonial yang sebagian besar digunakan oleh wirausaha percetakan.

(18)

mengunjunginya. Kawasan ini memiliki beberapa generator aktivitas yang menarik pengunjung. Bangunan yang sekarang digunakan oleh organisasi AMPI pada masa kolonial Belnada merupakan satu-satunya department store (Medan’s Warenhuis) yang ada di kota Medan yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat kota pada masa itu. Selain itu, pasar Hindu sebagai pasar pertama yang hadir di kota Medan juga menjadi generator aktivitas di kawasan ini. Kawasan ini pernah menjadi kawasan yang sangat hidup pada masa Medan masih mendapat julukan Parijs van Soematra, berbeda dengan sekarang. Kawasan ini sekarang seakan-akan terlantar. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah dibiarkan terlantar tanpa ada perawatan, padahal apabila ada tindakan pelestarian yang serius, kawasan ini bisa menjadi pariwisata baru kota Medan dan menarik masyarakat serta wisatawan untuk mengununginya.

(19)
(20)
(21)
(22)

II.4 Tinjauan Fungsi

II.4.1 Pengguna

Ada 4 pengelompokkan pengguna pada proyek Parijs van Soematra ini:

1.Kelompok pengawas (pihak Pemerintah Kota Medan), 2.Kelompok pengelola (pihak swasta),

3.Kelompok penjual/pedagang/penyewa retail, 4.Kelompok pengunjung/pembeli.

II.4.2 Karakteristik Pengguna

Ada 4 pengelompokkan karakteristik pengguna pada proyek Parijs van Soematra ini:

1.Kelompok pengawas (pihak Pemerintah Kota Medan)

Pihak Pemerintah Kota Medan sebagai pemilik lahan bertugas untuk mengawasi secara langsung ataupun tidak langsung keberlangsungan Parijs van Soematra.

2.Kelompok pengelola (pihak swasta)

 Memanajemen seluruh keberlangsungan Parijs van Soematra,

 Mengawasi keutuhan bangunan-bangunan peninggalan sejarah di kawasan proyek,

 Melakukan perawatan secara berkala pada bangunan-bangunan peninggalan sejarah di kawasan proyek,

 Melakukan koordinasi dengan pemilik lahan (Pemerintah Kota Medan) mengenai perkembangan proyek Parijs van Soematra,

 Mempromosikan Parijs van Soematra kepada masyarakat kota Medan khususnya dan wisatawan lokal maupun mancanegara umumnya,

(23)

 Membayar biaya hak pemakaian lahan kepada Pemerintah Kota Medan,

3.Kelompok penjual/pedagang/penyewa retail

 Menggunakan fasilitas yang ada di kawasan Parijs van Soematra,

 Berwirausaha yang sesuai dengan fungsi kawasan, dengan cara menyewa salah satu retail yang telah disediakan oleh pihak pengelola,

 Membayar biaya sewa retail kepada pihak pengelola.

4.Kelompok pengunjung/pembeli

 Menggunakan fasilitas yang ada di kawasan Parijs van Soematra,

 Berbelanja di kawasan Parijs van Soematra,

 Menginap di kawasan Parijs van Soematra

 Berwisata di kawasan Parijs van Soematra,

 Menyewa beberapa fasilitas (misalnya amphiteatre) untuk mengadakan kegiatan kepada pihak pengelola.

II.4.3 Alur Kegiatan Pengguna

Berikut ini adalah diagram alur pengguna pada proyek Parijs van Soematra ini:

1.Kelompok pengawas (pihak Pemerintah Kota Medan)

Diagram 2.1 Alur kegiatan kelompok pengawas

2.Kelompok pengelola (pihak swasta)

(24)

Diagram 2.2 Alur kegiatan kelompok pengelola

3.Kelompok penjual/pedagang/penyewa retail

Diagram 2.3 Alur kegiatan kelompok penjual

4.Kelompok pengunjung/pembeli

Datang

Berbelanja

Menginap

Makan & minum

Kegiatan lain

Pulang

Diagram 2.4 Alur kegiatan kelompok pengunjung/pembeli

II.4.4 Struktur Organisasi

Berikut ini adalah diagram struktur organisasi pada proyek Parijs van Soematra ini:

Diagram 2.5 Struktur organisasi

II.4.5 Aktivitas

No. Aktivitas Umum Sifat Aktivitas Khusus

1. Kegiatan Utama Kegiatan utama pada kawasan Parijs van

 Pengelolaan kawasan Datang Ke Ruangan

Rapat

Mengawasi

Istirahat Pulang

Datang Ke Retail

(Berjualan) Pulang

General Manager

Bag. Finansial

Bag. Fungsional

Pemasaran Edukasi Konservasi &

(25)

Soematra adalah Tabel 2.1 Tabel Aktivitas

II.4.6 Uraian Kegiatan

Berikut ini merupakan uraian kegiatan berdasarkan keutamaannya:

1. Kegiatan Utama

Parijs van Soematra merupakan proyek revitalisasi kawasan

(26)

Medan khususnya dan wisatawan lokal maupun mancanegara pada umumnya.

2.Kegiatan Penunjang

Sebagai sebuah kawasan yang dikelola dengan tetap mempertahankan unsur-unsur sejarah, sudah sepantasnya Parijs van Soematra memfasilitasi jenis kegiatan yang

berbasis sejarah. Fasilitas penunjang galeri sejarah, dan amphiteatre menampung kegiatan-kegiatan yang sangat mendukung tercapainya tujuan dari revitalisasi kawasan ini.

3.Kegiatan Pelayanan

Kegiatan pelayanan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan dan membantu pengguna yang mengunjungi kawasan ini. Fasilitas seperti toilet, tempat ibadah, mesin ATM, pusat informasi, dan lain-lain dapat memudahkan pengunjung untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pelayanan ini.

II.4.7 Kebutuhan Ruang

Berikut ini merupakan uraian kebutuhan ruang berdasarkan aktivitas, perilaku, dan sifatnya:

(27)

 Sekretaris

(28)

No. Aktivitas Pelaku Sifat Ruang

Publik  Retail/toko

 Gudang

Publik  Retail/toko

 Pantry

Pengunjung Publik Bangunan eksisting

Publik  Retail/toko

(29)

menggunakan fasilitas-fasilitas di hotel

berbintang

Publik Restoran hotel

Coffee shop

Pengunjung Publik  Ruang terbuka publik di 6. Berfoto-foto Pengunjung Publik Entrance

kawasan

Pengunjung Publik  Bangunan eksisting peninggalan sejarah

(30)

dalam kawasan

Privat  Ruang kontrol

 Ruang genset & trafo

 Ruang tanki BBM

(31)

 Ruang chiller

Privat  Loker cleaning service

Tabel 2.2 Tabel kebutuhan ruang

II.5 Studi Kasus Proyek Sejenis

II.5.1 Kreta Ayer Road, Singapura8

(32)

abad ke-19, Kreta Ayer pernah mendapat sebutan “Greater Town

District”, dan merupakan warisan sejarah yang penting karena pernah menjadi hampir sebagian kemakmuran Singapura.

Jalan ini merupakan salah satu area konservasi Singapura yang terdapat di kawasan pecinan. Kawasan ini merupakan salah satu daerah komersil yang direvitalisasi dengan tetap mempertahankan bangunan bersejarahnya. Fungsi-fungsi seperti tempat perbelanjaan, wisata kuliner, fasilitas umum, serta permukiman terdapat di kawasan ini. Kondisi bangunan peninggalan sejarah terawat dengan baik. Selain itu, pedestrian yang sangat bersih dengan penataan vegetasi yang baik juga menambah keindahan kawasan ini.

Gambar 2.21 Kreta Ayer Road, Singapura

Tanggapan : Revitalisasi kawasan Kreta Ayer Road ini menitikberatkan pada perlindungan warisan sejarah Singapura, terbukti dengan terjaganya bangunan-bangunan bersejarah. Selain itu, kawasan ini juga direncanakan sebagai tempat pariwisata kota tua Singapura di kawasan pecinan.

II.5.2 Kota Tua Jakarta9

Kota Tua Jakarta juga dikenal dengan sebutan Batavia

Lama (Oud Batavia). Kota Tua Jakarta atau yang akrab disebut

Kota Tua adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta yang memiliki

luas 1,3 kilometer persegi yang melintasi Jakarta Utara dan

(33)

Jakarta Barat, mencakup daerah Pinangsia, Taman Sari dan Roa

Malaka.

Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan yang masih

kental unsur sejarah dan budaya baik itu peninggalan Belanda

maupun China. Wilayah Kota Tua ini telah resmi dijadkan

sebagai situs warisan oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada

tahun 1972. Peresmian Kota Tua sebagai situs budaya ini

bertujuan untuk menjaga arsitektur yang berada di dalam

wilayah Kota Tua. Arsitektur bangunan yang berada di kawasan

ini memang sangat melegenda dan kental dengan nuansa Belanda.

Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Kota Tua. Pengunjung yang datang tak hanya bisa menikmati sejarah serta arsitektur kota tempo dulu. Banyak penjual jasa yang

menawarkan ‘suasana’ bak Jakarta tempo dulu dengan menyewakan

sepeda ontel atau kostum menyerupai orang-orang Belanda seperti baju atau topi. Tak hanya itu, Kota Tua merupakan tempat yang bagus untuk berfoto, apalagi di malam hari. Selain karena arsitektur bangunannya yang sangat bersejarah, pemandangan Kota Tua di malam hari dengan lampu-lampu khas Belanda menambah suasana romantis. Selain menjadi tempat wisata, kawasan Kota Tua juga sering menjadi tempat digelarnya berbagai festival budaya.

Revitalisasi Kota Tua Jakarta memiliki visi

Terciptanya kawasan bersejarah Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan wisata budaya yang mengangkat nilai pelestarian

dan memiliki manfaat ekonomi yang tinggi”. Hal ini

(34)

Gambar 2.22 Kawasan wisata Kota Tua Jakarta

Tanggapan : Revitalisasi kawasan Kota Tua Jakarta merupakan upaya mempertahankan warisan sejarah kotanya, sekaligus menjadi pariwisata untuk meningkatkan perekonomian kota. Untuk menarik pengunjung, program revitalisasi Kota Tua Jakarta juga didukung oleh pihak-pihak yang menyelenggarakan kegiatan pendukung dan menyediakan fasilitas pendukung seperti jasa penyewaan sepeda ontel dan fotografi bertema kolonial.

II.5.3 Paris van Java mall, Bandung

Paris van Java10 Resort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris van Java Mall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Mall yang diresmikan pada bulan Juli 2006 ini dirancang dengan nuansa open air yang alami serta pemandangan burung-burung merpati hias yang berterbangan bebas. Faktor lain yang menjadi daya tariknya adalah konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa.

Paris van Java pada dibangun diatas kawasan bersejarah. Namun perencanaan proyek ini tidak melibatkan bangunan eksisting, melainkan membuat bangunan baru dengan tema kolonial. Fungsi utamanya adalah shopping center, pusat wisata kuliner, serta fungsi lifestyle masyarakat kota. Konsep shopping mall terbuka dengan bangunan bergaya kolonial membuat suasana kolonialnya kian terasa. Suasana berjalan

10

(35)

dibawah arcade di antara bangunan kolonia dapat dirasakan disini.

Gambar II.23 Suasana Paris van Java mall, Bandung

Gambar

Gambar II.1 Peta pembagian kawasan kelurahan Kesawan secara historis
Gambar 2.2 Peta lokasi perkebunan
Gambar 2.3 Suasana di jalan Hüttenbach (sekarang jalan Ahmad Yani VII)
Gambar 2.4 Peta lokasi proyek
+6

Referensi

Dokumen terkait

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang

Pada penelitian ini, permasalahan PDPTW dalam menentukan sejumlah rute kendaraan memenuhi kondisi sebagai berikut, (1) terdapat satu depot dan sejumlah kendaraan yang

literatur Harman (2000), menyatakan bahwa mekanisme pengendalian jamur fitopatogenik dilakukan melalui interaksi hifa langsung. harzianum di introduksikan ke tanah,

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

Peran ASEAN dalam menanggulangi masalah peredaran dan perdagangan narkotika ilegal di Asia Tenggara adalah sebagai fasilitator dengan mendorong negara-negara di

Konsep diri pada anak tunagrahita merupakan sebuah pandangan mengenai diri mereka dan juga pandangan yang dia peroleh dari orang lain atau masyarakat tentang

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasana dari hasil pengumpulan dan pengolahan data terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

No Atribut Yang dingin dinaikkan Yang terkena dampak Improving Feature Worsening Feature Matriks Kontradiksi Solusi dan Pengaplikasian Pada pengaplikasian yaitu