• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Nasabah Perempuan Terhadap Keputusan Menjadi Debitur Kredit Peduli Usaha Mikro (KPUM) Sumut Sejahtera Bank Sumut Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Nasabah Perempuan Terhadap Keputusan Menjadi Debitur Kredit Peduli Usaha Mikro (KPUM) Sumut Sejahtera Bank Sumut Di Medan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku konsumen berusaha memahami tentang bagaimana konsumen mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu.

Beberapa keputusan mengenai aktivitas kehidupan seringkali harus dilakukan oleh konsumen setiap hari. Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan. Disiplin perilaku konsumen berusaha mempelajari bagaimana konsumen mengambil keputusan dan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.

Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004:289) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan, maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Misalnya, seorang konsumen yang ingin membeli sebuah sedan, ia dihadapkan kepada beberapa merek kendaraan: Toyota, Suzuki, Hyundai dan Honda. Dengan demikian ia harus mengambil keputusan merek apa yang akan dibelinya, atau ia harus memilih satu dan beberapa pilihan merek.

(2)

Menurut Kotler (2003:219) terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen saat mengambil keputusan. Dua faktor dasar tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari pribadi konsumen. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar pribadi si konsumen. Faktor ini meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, dan kelompok referensi.

Faktor internal dan eksternal ini tak hanya dimiliki oleh kaum laki-laki saja saat akan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Kaum perempuan pun kerap mempertimbangkan faktor internal dan eksternal ketika mengambil keputusan.

Stereotip terkait kaum perempuan yang berkembang adalah kebanyakan masyarakat memandang bahwa status perempuan sebagai ibu rumah tangga yang tinggal di dalam rumah, menganggur dan tidak punya kesibukan lain kecuali hanya merawat anak dan suami, mencuci pakaian, menyetrika, mencuci piring, menyapu dan lain-lain. (Murniati et al. 2001:26).

(3)

Persoalan meningkatkan ekonomi keluarga sebenarnya tak hanya menjadi peran laki-laki, tapi juga perempuan. Potensi perempuan serta jaringan yang dimilikinya sangatlah mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan. Bentuknya bisa berupa usaha yang dibangun dari penguatan komunitas dan peningkatan kapasitas setiap individunya. Artinya perempuan memiliki semangat dan potensi besar untuk mendukung peningkatan ekonomi keluarga.

Perempuan memang selalu dianggap sebagai manusia lemah. Tapi itu pun terjadi hanya karena perempuan tak diberi kesempatan untuk menunjukkan potensinya dan hanya untuk beberapa hal. Untuk urusan pemberdayaan ekonomi keluarga, perempuan patut diacungi jempol. Hal ini didukung dengan tumbuhnya fasilitas-fasilitas kredit mikro yang dikhususkan bagi perempuan. Contohnya: program Kredit Peduli Usaha Mikro Sumut Sejahtera (KPUM Sumut Sejahtera)

KPUM Sumut Sejahtera adalah program kredit yang dimiliki oleh Bank Sumut. Program ini sama dengan program-program kredit usaha mikro lainnya yang ada di bank konvensional, namun KPUM Sumut Sejahtera berbeda dari sisi penerima kredit, KPUM Sumut Sejahtera adalah kredit tanpa agunan dengan sistem angsuran tetap yang diberikan kepada pemilik usaha mikro dalam rangka meningkatkan kemapuannya untuk menggembangkan usaha.

KPUM Sumut Sejahtera ini diberikan untuk memberdayakan perempuan pra sejahtera. Plafon kredit mulai dari Rp 500 ribu sampai maksimal Rp 5 juta yang disalurkan secara bertahap.

(4)

ekonomi keluarga. Bahkan lebih dari itu, menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

Lima contoh sukses yang diperoleh perempuan (debitur) KPUM Sumut Sejahtera dipaparkan dalam contoh berikut.

1. Ibu Suminem yang tinggal di Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan. Perempuan berusia 38 tahun ini mempunyai usaha pembuatan tempe tradisional. Sebelumnya, Sumijem memadatkan tempe dengan injakan kaki. Setelah mendapat bantuan Rp 500.000 dengan bunga rendah 1,5% per bulan, Sumijem mulai beralih dengan membeli alat mesin kompres tempe. Sumijem telah lebih enam bulan menjadi peserta pembiayaan (debitur) KPUM Sumut Sejahtera.

2. Ibu Riani yang tinggal di Desa Sijambe Pasar Traktor, Tanjung Balai sukses mengembangkan usaha ternak itik setelah mendapat bantuan tahap pertama sebesar Rp 1.000.000. Dengan modal tersebut, Ibu Riani membangun kandang dan membeli 60 ekor anak bebek. Enam bulan kemudian, ia telah memetik hasil 45 butir telur per hari dengan harga jual Rp 1.000 per butir. Berkat usaha Riani, kini suaminya, Jaharudin, yang dulunya menafkahi keluarga sebagai buruh bangunan, ikut membantu istrinya mengurusi bebek petelur.

(5)

membayar mingguan, ibu tersebut kemudian menyiasati kebunnya dengan cara tumpang sari dengan menanam cabai di antara lahan jagung serta tanaman sawi dan kol di pinggiran lahan. Karena masa panennya berbeda, ibu tersebut akhirnya bisa memenuhi cicilan.

4. Ibu Padang di Sidikalang. Melalui program KPUM sumut Sejahtera ini, Ibu Padang mendapat pinjaman modal sebesar Rp 1.000.000 untuk ternak babi. Selain ternaknya telah berkembang dari dua ekor menjadi 14 ekor, Ibu Padang lalu mengembangkan usaha sampingan dengan membuka usaha pulsa handphone.

5. Ibu Yanti di Belawan, Medan. Awalnya, Ibu Yanti hanya berdagang sayur dengan modal sebuah meja reot (lapak) di depan rumahnya. Tak sampai setahun setelah menerima bantuan modal Rp 1 juta dari KPUM Sumut Sejahtera, usaha Ibu Yanti telah berkembang menjadi warung kelontong yang menjual kebutuhan dapur.

6. Ibu Yeni yang tinggal di Kampung Baru, Medan awalnya menjual minuman dingin dan buah di kawasan sekolah di daerah Kampung Baru Medan. Setelah mendapat pinjaman Rp 1.000.000 dari KPUM Sumut Sejahtera, saat ini Ibu Yeni mengembangkan usahanya dengan menyewa lahan kosong di dekat sekolah lengkap dengan meja dan kursi. Kini selain menjual minuman dingin dan buah, Ibu Yeni juga menjual burger dan roti bakar.

(6)

assintence dari Asia Development Bank (ADB), Bank Sumut mengembangkan model pembiayaan dengan mereplikasi pola Grameen Bank yang kemudian diberi nama Kredit Peduli Usaha Mikro (KPUM) Sumut Sejahtera guna memulihkan kembali perekonomian keluarga prasejahtera di kabupaten paling tertinggal di Sumatera Utara (Sumut) tersebut.

Debitur perempuan prasejahtera di Nias berhasil bangkit dan semakin percaya diri untuk mengembangkan usahanya saat itu tercatat sekitar 4.000-an orang. Sukses dengan pilot project-nya di Nias, program ini kemudian dikembangkan pada tahun 2009 secara bertahap di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara dan hingga kini telah menyebar di 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara.

(7)

Program KPUM Sumut Sejahtera tidak hanya menyalurkan bantuan pinjaman modal usaha, tapi juga mendidik debiturnya untuk terbiasa menabung berupa tabungan wajib dan tabungan sukarela. Dari seluruh debitur perempuan prasejahtera itu, telah terkumpul tabungan wajib dan sukareka Rp 11.039.934.776.

Perkreditan bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Kredit dapat digunakan sebagai media penyaluran dana kepada masyarakat agar pemerataan pembangunan dan upaya peningkatan kesejahteraan dapat segera diwujudkan. Sedangkan bagi pihak perbankan itu sendiri, kredit adalah sarana untuk memperoleh laba untuk menunjang kelangsungan hidup dan perluasaan pasar kredit tersebut.

Minat masyarakat yang tinggi untuk memperoleh bantuan dana melalui perkreditan memberikan peluang bagi pengelola bank untuk terus memberikan layanan kredit kepada masyarakat sehingga memperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Muncullah bermacam-macam jenis kredit. Ada kredit yang menurut tujuan, jangka waktu, jaminan, pencairan, penggunaan dan sumber dana.

(8)

Salah satu jenis kredit yang banyak dijalankan perbankan saat ini adalah kredit usaha mikro. Sesuai dengan namanya, mikro, maka kredit ini disediakan dalam jumlah yang kecil, berbunga rendah dan biasanya tanpa agunan.

Beberapa faktor telah mendasari perbankan mengeluarkan kredit usaha mikro. Faktor pertama adalah bahwa pemerintah telah cukup lama menggulirkan kebijakan kredit usaha mikro dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang telah lama menggerogoti sebagian besar rakyat Indonesia. Hal menarik untuk dicermati terkait dengan kebijakan pemerintah mengenai kredit usaha mikro, yaitu upaya-upaya penanggulangan kemiskinan yang telah dikaitkan dengan pengembangan usaha mikro. Pada kenyataannya, kredit usaha mikro ini memang mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.

Faktor kedua adalah tingginya minat masyarakat untuk memperoleh bantuan dana melalui kredit usaha mikro, memberikan peluang bagi pengelola bank untuk terus memberikan layanan kepada masyarakat sehingga memperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, bank diharapkan mampu bersaing dengan bank lainnya dalam memperluas pangsa pasar dan laba yang diperoleh.

(9)

Jaringan kantor yang menyalurkan antara lain Gunung Sitoli-Teluk Dalam Nias, Padang Sidempuan, Kabanjahe. Stabat, Sukaramai Medan, Cabang Utama Medan, Iskandar Muda Medan, Balige, Lubukpakam, Tebingtinggi, Sidikalang dan Sibolga.

Lima besar daerah penyalur KPUM Sumut Sejahtera di Sumatera Utara pada tahun 2010 ditunjukkan dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Lima besar daerah penyalur KPUM Sumut Sejahtera per 31 Desember 2010

No Wilayah Debitur Jumlah Kredit

1 Gunung Sitoli 4.815 orang Rp 27.924.600.000 2 Padang Sidempuan 4.291 orang Rp 14.790.500.000

3 Medan 3.579 orang Rp 9.773.778.000

4 Lubuk Pakam 2.943 orang Rp 6.582.300.000

5 Stabat 2.023 orang Rp 5.443.400.000

Sumber: Laporan Realisasi KPUM Sumut Sejahtera Per 31 Desember 2010 (Data Diolah)

Bank Sumut menilai kalau program KPUM Sumut Sejahtera ini berhasil. Indikatornya adalah, selain pengembalian kredit yang lancar, tercipta pula tabungan nasabah. Hal ini menunjukkan berkembangnya usaha mikro yang digeluti debitur.

(10)

Bank sebagai kreditur harus memahami perilaku nasabah (debitur). Artinya untuk dapat mempengaruhi keputusan perempuan dalam mengambil KPUM Sumut Sejahtera, maka Bank Sumut harus mampu mengetahui dan memahami perilaku nasabah dan mempelajari bagaimana mereka berperilaku, bertindak dan berpikir.

Peneliti, berdasarkan fenomena di atas, meneliti perilaku nasabah dalam hal ini nasabah perempuan terhadap pengambilan keputusan menjadi debitur KPUM Sumut Sejahtera pada Bank Sumut di Medan dari segi internal dan eksternal si nasabah perempuan. Faktor internal mencakup: motivasi, persepsi, sikap dan faktor eksternal mencakup: kelas sosial, kelompok referensi dan keluarga.

Banyak faktor yang mempengaruhi perempuan untuk menjadi nasabah. Akan tetapi dugaan kuat, pada penelitian ini enam faktor yang disebutkan diatas menjadi pertimbangan yang utama nasabah perempuan sebagaimana yang diuraikan oleh Kotler. Faktor tersebut adalah: motivasi, persepsi, sikap (faktor internal) , kelas sosial, kelompok referensi dan keluarga (faktor eksternal).

(11)

sebenarnya tidak menjadi jaminan bahwa daerah tersebut perekonomiannya akan semakin maju dibandingkan yang masih berstatus kabupaten. Sebaliknya, Medan adalah salah satu daerah dengan jumlah keluarga miskin yang cukup besar di Sumut.

Menurut BPS Sumut (2010), jumlah penduduk miskin di Kotamadya Medan tercatat sebanyak 200.400 jiwa. Dengan rata-rata banyaknya anggota keluarga sebanyak 4,44 orang, maka terdapat 45.135 rumah tangga miskin di Medan. Berdasarkan jumlah penduduk miskin ini, berarti ada 9,45 persen rumah tangga (keluarga) di Medan yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Selengkapnya, jumlah penduduk miskin dan persentase rumah tangga miskin di Medan pada tahun 2009 ditunjukkan dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Jumlah penduduk miskin di Medan tahun 2009 Tahun Jumlah

200.400 4,44 45.135 9,45

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2010 (data diolah)

(12)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, perumusan masalah adalah sebagai berikut:

“Apakah ada pengaruh faktor internal (motivasi, persepsi, sikap) dan faktor eksternal (kelas sosial, kelompok referensi, keluarga) nasabah perempuan terhadap keputusan menjadi debitur program Kredit Peduli Usaha Mikro (KPUM) Sumut Sejahtera Bank Sumut di Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor internal yang terdiri dari motivasi, persepsi, sikap dan faktor eksternal yang terdiri dari kelas sosial, kelompok referensi dan keluarga nasabah perempuan terhadap keputusan nasabah perempuan menjadi debitur program KPUM Sumut Sejahtera Bank Sumut di Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi PT Bank Sumut dalam

menentukan kebijakan dan pengembangan perilaku konsumen yang sesuai kebutuhan pasar.

(13)

3. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan peneliti khususnya mengenai faktor internal dan eksternal konsumen yang berkaitan dengan pengambilan keputusan kredit.

Gambar

Tabel 1.1. Lima besar daerah penyalur KPUM Sumut Sejahtera  per 31   Desember 2010
Tabel 1.2. Jumlah penduduk miskin di Medan tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Waktu respon untuk melihat lama waktu yang dibutuhkan bagi sampel untuk mengalami perubahan arus dari lingkungan udara ke lingkungan gas hidrogen dan karakterisasi XRD

Konsep usahatani terpadu antara tanaman pangan, dalam hal ini padi maupun jagung dengan ternak sapi atau kerbau sebagai salah satu komponen dapat dikembangkan di daerah lahan

Indikator dari sasaran strategis pertama ini adalah (i) Persentase konsumen yang merasa puas dengan kualitas data statistik, target yang ingin dicapai sebesar 80 persen

Dalam rangka percepatan pencapaian target RPJMN 2015-2019 utamanya pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal, maka upaya yang akan dilaksanakan adalah: (1) Merumuskan kebijakan

[r]

Metode kerja dan fasilitas kerja yang digunakan dalam bekerja seharusnya dapat membuat pekerja merasa aman, nyaman dan tidak menimbulkan rasa lelah ( fatique ) yang

Daging sintetis sebagai bahan baku bakso sintetis, sebagian besar terbuat dari protein kedelai, konsentrat atau isolat protein kedelai, yang diproses menjadi protein pekar

Dari pengertian di atas struktur manajemen pemasaran strategis menggambarkan masukan yang digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi dan memilih strategi. Masukan