• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAN II.1. Kerangka Teori II.1.1. Organisasi - Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAN II.1. Kerangka Teori II.1.1. Organisasi - Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAN

II.1. Kerangka Teori II.1.1. Organisasi

Sebelum diberikan kepastian tentang pengertian organisasi ada baiknya

disini dikutipkan beberapa pengertian organisasi menurut para ahli. Menurut

Oliver Sheldon (1923) organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang

para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat

yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa memberikan

saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan

terkoordinasi dari usaha yang tersedia. Tidak juh berbedan dengan James D.

Money (1974), menurut James organisasi adalah bentuk perserikatan manusia

untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan Daniel E. Griffiths (1959)

mengemukakan organisasi adalah seluruh orang-orang yang melaksanakan

fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi saling berhubungan dan dikoordinasikan supaya

sebuah tugas atau lebih dapat diselesaikan. menurut sutarto organisasi adalah

sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang berkerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu.

Dari defenisi diatas dapat di temukan kesepakatan bahwa ada beberapa

faktor yang dapat menumbuhkan organisasi yakni orang-orang, kerjasama, dan

tujuan tertentu. Orang-orang merupakan sekumpulan anggota organisasi yang

(2)

17 organisasi, beberapa orang memiliki beberapa fungsi tetapi untuk mencapai tujuan

yang sama, inilah hakekat organisasi. Beberapa faktor yang disebut diatas saling

mempengaruhi dan tidak terpisahkan.

II.1.1.1. Syarat-syarat Terbentuknya Organisasi

Organisasi yang terbentuk harus memiliki visi maupun misi agar

pergerakan organisasi dapat terarah dan jelas mau dibawa kemana perkumpulan

tersebut dan disamping itu keselarasan tujuan pun merupakan faktor terpenting

dalam perjalanan sebuah organisasi. Apabila salah satu anggota dari organisasi

tidak selaras atau sejalan dengan tujuan organisasi maka kegagalan organisasi

akan terjadi.

Di samping visi dan misi serta keselarasan tujuan syarat-syarat

terbentuknya suatu organisasi adalah adanya struktur jabatan atau umumnya

dikenal dengan struktur organisasi yakni adanya penerapan posisi atau kedudukan

yang jelas dari setiap individu atau anggota yang terkait dalam organisasi contoh

pemimpin, asisten pemimpin, bawahan atau karyawan dan sebagainya.

Selanjutnya syarat terbentuknya organisasi yang terakhir adalah adanya

pembagian kerja yang jelas jadi setelah struktur terbentuk disitulah akan terbentuk

pula pembagian kerja yang jelas yakni adanya bidang pekerjaan yang menjadi

tanggung jawab bagi setiap anggota kelompok atau individu yang telah ditetapkan

peranannya dalam organisasi. Jadi ada syarat terbentuknya organisasi mencakup :

1. Adanya visi dan misi,

Berdirinya suatu organisasi yaitu harus mempunyai visi, dimana visi

(3)

18 merupakan suatu cara untuk menjalanlan misi. Misi merupakan tujuan

utama yang ingin dicapai oleh suatu organisasi yang berdiri

2. Keselarasan tujuan,

Tujuan organisasi akan memudahkan untuk melakukan koordinasi antar

anggota, membuat struktur organisasi, membagi kerja dan lainnya yang

pada intinya mempermudah perumusan arah pergerakan organisasi.

3. Adanya struktur jabatan, dan

Sebuah perkumpulan dinamakan organisasi apabila memiliki struktur

organisasi yang terikat, dan diisi oleh pejabat-pejabat organisasi yang

sesuai dengan kemampuan bidangnya.

4. Adanya pembagian kerja.

Setiap organisasi memiliki bagian tugasnya masing-masing. Dimana

pembagian tugas ini untuk mempercepat penyelesaian tugas-tugas pokok

organisasi

II.1.1.2. Jenis-Jenis Organisasi

Terkait dengan jenis-jenis organisasi, secara umum organisasi dibedakan dalam

beberapa jenis, diantaranya :

1. Organisasi Formal

Organisasi dinamakan formal apabila mempunya struktur yang dijabarkan

dengan baik yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan, wewenang,

kekuasaan,akuntabilitas, dan tanggung jawab. Organisasi formal mempunyai

(4)

19 dinyatakan dengan tegas. Status, prestise, gaji, pangkat dan lainnya diatur dan

dikontrol secara baik.organisasi formal tahan lama dan terencana sebab

penempatannya sesuai peraturan, mereka relatif tidak fleksibel. Keanggotaan dan

organisasi formal diperoleh dengan sadar, organisasi formal bentuknya seperti

organisasi perusahaan, pemerintah pusat dan daerah, universitas dan organisasi

resmi yang dinyatakan secara undang-undang.

2. Organisasi Informal

Berlawanan dengan organisasi informal organisasi informal disusun secara

bebas, fleksibel, tak pasti dan spontan. Keanggotaan organisasi informal mungkin

diperoleh dengan sadar atau tidak sadar, dan hal itu sering sukar untuk

menentukan waktu yang pasti kapan seseorang menjadi anggota. Dalam

organisasi informal keanggotaan seseorang atau keterlibatannya mungkin hanya

“tumbuh” melalui waktu. Situasi yang pasti, hubungan antar anggota dan bahkan

tujuan organisasi tidak dirinci. Beberapa perkumpulan organisasi informal adalah

perkumpulan pesta, makan malam, perkumpulan orang sedang mengantri. Dan

lainnya yang tidak memiliki struktur terikat undang-undang.

II.1.2. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian

kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi

dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi tidak hanya

dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh proses kebijakan. ada

enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:

(5)

20 b. Analisis terhadap masalah

c. Deskripsi dan Standarisasi kegiatan

d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi

e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari

kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.

f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.8

II.1.2.1 Pendekatan Evaluasi

Menurut william N Dun (2003;611-612), evaluasi kebijakan merupakan

dua aspek yang sangat berhubungan; penggunaan berbagai macam metode untuk

memantau hasil kebijakan publik dan program dan aplikasi serangkaian nilai

untuk kegunaan hasil terhadap beberapa orang.Dun menjelaskan terdapat tiga

pendekatan evaluasi, antara lain :

1. Evaluasi Semu (prosudeo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi

yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha

untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut

terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi

utamanya adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan

sesuatu yang datat terbukti sendiri tanpa adanya kontraversial.

8

(6)

21 2. Evaluasi formal (formal Evaluation) merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid

dan dapat dipercaya megenai hasil kebijakan, tetapi mengevaluasi hasil

tersebut atau dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara

formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi

utamanya adalah tujuan dan target diumumkan secara formal merupakan

ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.

3. Evaluasi keputusan teoritis (decicion theorytic evaluation) merupakan pendekatan yang mengunaan metode deskriptif untuk menghasilkan

informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid mengenai

hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai pelaku kebijakan.

Pendekatan pokok evaluasi ini yakni evaluasi keputusan teoritis berusaha

untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku

kebijakan, baik yang tersembunyi maupun yang dinyatakan.

Tabel 1

Pendekatan Evaluasi (Dun, 2003;12)

Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-Bentuk Utama

(7)

22

Lanjutan Tabel 1.

hasil kebijakan secara formal diumumkan sebagai tujuan program kebijakan. hasil kebijakan yang secara eksplisit

Kemudian evaluasi dalam konteks manajemen organisasi, Evaluasi

diperlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan dan kenyataan”. Hal yang

sangat dipentingkan dalam semua kegiatan evaluasi adalah kesempurnaan dan

keakuratan data. Evaluasi pada dasarnya merupakan kajian mencari faktor-faktor

penyebab timbulnya permasalahan, bukan hanya sekedar gejala yang tampak

dalam permukaan. Karena itu evaluasi merupakan kegiatan diagnostik,

menjelaskan interpretasi hasil analisis data dan kesimpulan.

Selanjutnya sebagai indikator organisasi berkinerja tinggi dapat diukur

dari hasil kerja organisasi (kinerja) organisasi itu sendiri. Bila hasil evaluasi

ternyata menunjukkan kinerja yang tinggi berarti organisasi tersebut telah berhasil

melakukan perubahan menjadi organisasi berkinerja tinggi, demikian juga

sebaliknya. Bila organisasi tidak berhasil melakukan perubaha-perubahan lebih

baik menjadi organisasi yang berkinerja tinggi maka organisasi tersebut telah

gagal menjalankan perannnya. Apabila hasil evaluasi menyatakan organisasi telah

(8)

23 II.1.3. Evaluasi Kinerja Organisasi

EvaluasiKinerja adalah salah satu fungsi utama dalam Sistem Manajemen.

Evaluasi ini berkaitan dengan Performa Individu dan Manajemen (Tim) untuk

menuju Pengembangan Karir dan Pertumbuhan Organisasi. Evaluasi Kinerja

terkait dengan Productivity, Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, Environment. Evaluasi Kinerja bertujuan untuk peningkatan Pembelajaran dan Pertumbuhan Organisasi yang sangat bergantung pada Pengembangan Sumber

Daya Manusia yang Handal.

Proses evaluasi terhadap kinerja organisasi ini penting dilakukan, karena

tanpa evaluasi tidak akan diketahui sampai sejauhmana organisasi tersebut telah

efektif melakukan perubahan menuju organisasi berkinerja tinggi. Dari hasil

evaluasi bisa diketahui apa kekurangan dalam mewujudkan organisasi berkinerja

tinggi dan kemudian dapat dilakukan langkah-langkah penelitian untuk

memperbaiki kondisi yang ada.

Mengingat pentingnya evaluasi kinerja organisasi untuk mengetahui

tingkat perubahan dalam mewujudkan organisasi berkinerja tinggi, maka

pertanyaan yang muncul adalah indikator apa saja yang pertu diukur sehingga

evaluasi yang dilakukan dapat memberi informasi keadaan yang sebenarnya dari

tingkat kinerja yang ada?

Berikut akan dijelaskan beberapa indikator yang dipaparkan peneliti untuk

mengevaluasi kinerja organisasi. Model indikator berikut ini telah sering

dilakukan oleh para evaluator organisasai untuk melakukan evaluasi kinerja.

untuk mengevaluasi kinerja organisasi bisa dilakukan dengan indikator-indikator

(9)

24

Pemberdayaan pegawai sampai sejauh mana pegawai diberdayakan dalam rangka proses pencapaian visi dan misi, motivasi dilakukan terhadap individu-individu di dalam organisasi?

Fleksibel sejauhmana organisasi menyesuaikan dengan perubahan dan sejauhmana pula learning organization/penciptaan iklim belajar terus menerus dilakukan?

berkomunikasi dengan stakeholders/pihak terkait dengan kinerja organisasi

sejauh mana organisasi/individu organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat/ pelanngan?

Fokus pada penetapan hasil sampai sejauh mana pengukuran kinerja dilakukan dalam mencapai visi dan misi? Berkompetisi sejauh mana pemupukan semangat berusaha

dilakukan, ketangguhan pegawai menghadapi masalah dan semangat pegawai yang senantiasa berusaha dan tidak mudah menyerah?

Sumber : Diklat Teknis Evaluasi Kinerja Organisasi LAN 2012

Melalui evaluasi dapat dilihat realitas pelaksanaan program maupun

peranan organisasi dalam melaksanakan kebijakan. Dari evaluasi, evaluator dapat

mengidentifkasi masalah, kondisi dan aktor yang mendukung keberhasilan atau

kegagalan kebijakan. Dari hasil identivikasi nantinya akan mampu mendorong

umpan balik untuk kelangsungan organisasi kedepannya.

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh

para pelaku, baik birokrasi maupun para pelaku lainnya sesuai standar dan

prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun pembuat kebijakan.

(10)

25 II.1.4. Agama.

Agama yang berbeda-beda dan dianut secara berbeda-beda pula oleh orang

beragama merupakan obyek penelitan ilmu agama. Ilmu agama melakukan

penelitian terhadap agama-agama yang ada tanpa membeda-bedakan mana yang

“benar” dan “palsu”.

a. Pengertian Agama

Secara etimologi kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaki

pemisahan dari dua kata “a” artinya tidak dan “gama” artinya kacau berarti agama

itu artinya “tidak kacau”. Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal

dari kata religare yang arti dasarnya ialah “keterikatan” maksudnya ialah setiap orang yang menganut agama dengan sungguh tentulah terikat pada agama yang

dianutnya. Agama dalam bahasa Semit yaitu Din, yakni Undang-Undang atau Hukum, karena setiap agama itu memiliki undang-undang dan hukum, tetapi

bukanlah mutlak hanya agama yang memiliki undang-undang atau hukum.

Dari ketiga istilah tersebut, maka dapat ditarik pengertian bahwa agama

adalah hal yang mengikat pengikutnya secara langsung atau tidak langsung

kepada undang-undang atau hukum yang berlaku dalam ajaran agama tersebut

sehingga kehidupan diharapkan tidak kacau balau.

Defenisi lain dari agama adalah kepercayaan yang dipersatukan dan

disertai takut yang sungguh-sungguh kepada Allah, takut disini bukan berarti lari

atau tidak berani, melainkan rasa hormat dan taat, kepada Allah, serta tidak

(11)

26 Memang sejatinya pengertian agama tidak bisa dikaji dengan defenisi

yang amat lengkap, dimana defenisi agama itu tidak bisa diterima oleh semua

orang, selalu ada perdebatan mengenai pengertian agama. Untuk itu perlu

pendekatan lain untuk menyamakan persepsi tentang agama, maka pendekatan

yang dilakukan adalah pendekatan unsur. Dimana agama memiliki unsur-unsur

tertentu yang semua unsur tersebut bisa diterima oleh semua orang. unsur-unsur

utama yang pada dasarnya dimiliki oleh agama ialah ;

1. Ada oknum yang disembah ; kadang kala oknum ini disembah

sebagai yang ilahi, yang berbeda jauh diluar manusia, yang kudus,

yang memiliki kekuatan gaib atau misterius, dewa atau dewi,

ataupun Allah.

2. Adanya pengakuan, keyakinan dan kepercayaan ; adanya kekuatan

gaib yang misterius yang jauh diluar dari manusia, apakah

kekuatan itu berbentuk oknum atau tidak, tetapi diresponi manusia

dengan kenyataan, rasa hormat dan takut bahkan dengan rasa

ketergantungan kepadanya. Manusia itu mempercayai bahwa

keberuntungan hidupnya dalam dunia ini, bahkan di alam baka,

tergantung pada hubungan yang harmonis dengan kekuatan gaib

tersebut. Bila hubungan harmonis itu tidak tercapai, maka yang

terjadi adalah malapetaka dalam hidupnya.

3. Adanya pemujaan atau penyembahan : pemujaan berarti

(12)

tempat-27 tempat tertentu yang dianggap mempunyai kaitan erat dengan

kekuatan misterius dari yang disembah.

4. Adanya realisasi moralitas : maksudnya dalam bentuk usaha untuk

menaati aturan-aturan agama yang dianut, manusia diharapkan

mampu mengendalikan tingkah laku sehari-hari sesuai dengan

ajaran yang dikehendaki oleh agama tersebut.

Implikasi unsur-unsur agama diatas amatlah penting bagi Indonesia,

dimana masyarakat Indonesia berlandaskan pancasila. Dalam masyarakat ini,

gejala agama merupakan gejala yang amat penting. Kepercayaan warga negara

terhadap Tuhan telah memiliki unsur dasar yang tidak bisa disangkal bahwa

Indonesia memiliki kekhasan yang membuatnya berbeda satu dengan yang

lainnya.

b. Hakekat Agama

Setiap ajaran agama mengandung ajaran keimanan atau kaidah-kaidah

azasi yang dipercayai kebenarannya secara mutlak yang dari padanya dijabarkan

dalam sistem nilai dan norma hidup bermayarakat, segenap pola sikap dan tingkah

laku pribadi. Tuhan Yang Maha Esa (YME) menyatakan kehendak-Nya melalui

ajaran agama guna menjadi pegangan umat manusia dalam hidupnya. Ajaran

agama memberi pedoman mengenai hubungan manusia dengan Tuhan Yang

Maha Esa (YME), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan

alam sekitarnya, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan

(13)

28 Tuhan Yang Maha Esa menghendaki terjadinya kerukunan diantara

sesama umat manusia, tidak menghendaki adanya pertentangan dan permusuhan,

melainkan persatuan, persaudaraan dan perdamaian. Umat manusia dengan

berbagai agama yang dianutnya adalah mahluk ciptaan Tuhan YME. Dan dengan

jalan kebasan manusia dapat memilih jalan yang hendak dipergunakan dalam

menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Agama memberikan nilai-nilai moral dan kaidah-kaidah sosial untuk

mengendalikan tingkah laku dalam bermayarakat agar terwujud kedamaian dan

tata tertib dalam pergaulan hidup bangsa dan umat manusia. Ajaran agama

menyatakan supaya menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda

karena berdasarkan kitab suci agama masing-masing semua menyembah Tuhan

Yang Maha Esa menurut keyakinannya masing-masing.

Hakekat agama ialah wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang dituangkan

dalam kitab suci/ajaran agama yang berisikan pokok-pokok iman dan

hukum-hukum Tuhan Yang Maha Esa yang antara lain mengatur hubungan manusia

dengan Tuhan Yang Maha Esa serta hubungan manusia dengan sesama. Agama

mengajarkan kebaikan, kerukunan, dan sejahtera secara spiritual dan material.

Tidak ada satu agama pun yang menghendaki supaya agama yang berbeda binasa

dan sensara, atau menghendaki manusia lain susah dan memderita.

c. Agama-Agama di Indonesia

Secara resmi ada 6 (enam) agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam,

Khatolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Sehubungan dengan

(14)

29 kelompok besar agama atau organisasi yang berbasis keagamaan di indonesia

yaitu :

1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

2. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) 3. Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) 4. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) 5. Perwalian Umat Budha di indonesia (WALUBI)

6. Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (MATAKIN)

lembaga agama inilah yang mengatur kehidupan manusia dalam kaitanya dengan

keagamaan masing-masing untuk meningkatkan kualitas hidup keagamaan setiap

umat beragma.

II.1.5.Tinjauan Tentang Kerukunan Umat Beragama

II.1.5.1. Defenisi Kerukunan Umat Beragama

Pengertian tentang kerukunan merujuk kepada pengertian yang

dikemukakan oleh Frans Magnis Suseno, bahwa kerukunan berasal dari kata

rukun yang diartikan “berada dalam keadaan selaras, tenang dan tentram, tanpa

perselisihan dan pertentangan dan bersatu dalam maksud untuk membantu”.

Dalam PBM No. 9 & 8 tahun 2006 yang dimaksud dengan kerukunan

umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi

(15)

30 bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Dalam praktik beragama dan berkeyakinan, tidak bisa dipungkiri

ketegangan sering timbul dalam interen umat beragama dan antar umat beragama,

hal ini disebabkan oleh :

1. sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau

misi

2. kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri

dan agama lain. Arti keberagamannya lebih kepada sikap fanatisme

dan kepicikan (sekedar ikut-ikutan).

3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri sehingga kurang

menghormati agama lain.

4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan

toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik interen

umat beragama maupun ekstern umat beragama

6. Kurang mau mebuka diri dan saling pengertian mengenai masalah

perbedaan pendapat.

7. Tidak terbinanya dialog atau intervaith movement antar umat yang berbeda agama.

Penyebab-penyebab diatas telah nyata terjadi ditengah-tengah masyarakat

Indonesia, bahkan telah mnyasa semua agama yang ada. sehingga membuat

(16)

31 II.1.5.2. Aspek Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan dalam peraturan bersama menteri agama dan menteri dalam

negri Nomor 9 dan 8 tahun 20069 adalah meliputi tiga aspek :

1. Intern Umat Beragama

Kerukunan juga bisa dilihat dari sesama pemeluk agama tertentu. Semakin

orang menghargai dan menghormati kepercayaan atau bisa madzhap yang

diperlukan akan memunculkan kehidupan yang rukun. Tidak mengklaim madzap

yang dianutnya paling benar. Karena menghormati privasi warga negara untuk

menentukan pilihan agama adalah hak setiap individu. Tidak mengecam privasi

orang yang meyakini keyakinan tertentu bisa disebut rukun secara privasi.

Dalam hal ini penting juga untuk meninjau pernyatan dari Zuhairi,

Menurut Zuhairi Mirawi10 perlu adanya rekonstruksi pandangan perihal

pentingnya mengukuhkan toleransi sebagai kebajikan hak setiap individu. ada dua

hal yang dibutuhkan untuk membangun toleransi sebagai nilai kebajikan,

pertama, toleransi membutuhkan interaksi sosial melalui percakapan dan pergaulan intensif. Kedua membangun kepercayaan diantara berbagai kelompok dan aliran (mutual Trust).

2. Antar Umat Beragama

Kehidupan antar umat beragama sudah diatur dalam PBM tersebut,

dimana antar umat beragama harus bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,

9

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Balitbang Dan Diklat, PBM Agama Dan Dalam Negri Nomor 9 Dan 8 Tahun 2006. Hal 10

10

(17)

32 berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945. Sikap toleransi antar umat begarama dapat ditujunjukkan dalam kehidupan

sehari-hari melalui :

a. saling menghargai dan menghormati ajaran masing-masing agama.

b. Menghormati atau tidak melecehkan simbol-simbol maupun kitab suci

masing-masing agama.

c. Tidak mengotori atau merusak tempat ibadah agama orang lain, serta ikut

menjaga ketertiban dan ketenangan kegiatan keagamaan.

3. Umat Beragama Dengan Pemerintah

Pemerintah dengan umat beragama harus saling mendukung dalam

menjaga keharmonisan hubungan umat beragama. Jika tidak, maka kerukunan

tidak akan pernah terjalin. Pemerintah dengan umat beragama adalah dua sisi

mata uang, tidak bisa dipisahkan karena saling membutuhkan. Jika hubungan baik

itu ada, maka akan mudah terjalin kerukunan umat bergama.

Dalam PBM tersebut disebutkan bahwa pemerintah dengan umat

beragama bersama-sama dalam bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan

umat beragama. Selain itu pemerintah mempermudah dalam perizinan rumah

ibadah dengan syarat memenuhi ketentuan yang berlaku.

II.1.5.3. Indikator Kerukunan Antar Umat Beragama

Untuk mempermudah pemahaman tentang kerukunan antar umat

(18)

33 bersama tentang indikator kerukunan, dalam hal ini indikator kerukunan dirunut

dari PBM no 9 dan 8 tahun 2006, Aspek kerukunan dalam PBM tersebut adalah :

1. keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi.

2. Saling pengertian.

3. Saling menghormati.

4. Menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya.

5. Kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Sejalan dengan indikator kerukunan berdasarkan PBM tersebut, sebagai

pelengkap untuk memahami indikator kerukunan perlu juga meninjau pernyataan

dari Risnawati, menurut Risnawati Sinulingga11 kerukunan umat beragama yang

diharapkan antara lain adalah tercapainya kondisi sebagai berikut :

a. tidak adanya konflik intern umat beragama atau konflik ekstern

antar golongan-golongan agama.

b. Keharmonisan hubungan dalam kehidupan bermasyarakat yang

saling mengisi dan menguatkan.

c. Secara simpel dan praktis berupa pengendalian diri, sehingga

setiap penganut agama menghormati kebebasan tiap orang

dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sesuai dengan

agamanya, bertenggang rasa, dan tidak untuk memaksakan

agamanya kepada orang lain.

11

(19)

34 II.1.5.4. Konsep Kerukunan Hidup Beragama Dalam Kitab Suci Agama-agama Di Indonesia

Tabel 3.

Konsep kerukunan dalam kitab suci agama-agama di Indonesia No Agama Konsep Kerukunan Dalam Kitab Suci

1 Islam Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. (QS. An-Nahl/16:90)

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah:8-9)

Hai manusia, sesungguhnya kami telah menjadikan kamu manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu bangsa-bangsa, dan bergolongan-golongan supaya kami saling mengenal. (QS.AlHujarat/49:13)

Dan janganlah kamu maki sembahan yang mereka seru selain dari Allah, karena mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS. Al-An’am/6:108) Hai orang yang beriman, janganlah suatu kaum

mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang dimengolok-olok- diolok-olok lebih baik dari mereka yang megdiolok-olok-diolok-olok. (QS. Al-Hujarat/49:11)

Hai orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. (QS. Al-Hujarat/49:12)

2 Kristen Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (matius 5 :9)

Sungguh alangkah baik dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama hidup rukun! (mazmur 133 :1)

Tetapi aku berkata kepadamu, janganlah kamu melawan orang-orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa yang menampar pipi kanan mu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (matius 5 : 39)

Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu. Dan seiapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (matius 5 : 40-41)

(20)

35 44)

Kasihilah Tuhan Allah mu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (matius 22 : 37,39)

3 Khatolik Hukum kasih tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. (matius 22:37; Roma 13;10; 1Kor.13:4-7) 4. Konghuchu Di empat penjuru samudera, kita semua manusia adalah

bersaudara dan seorang yang berperi cinta kasih itu ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lain pun tegak; ia ingin maju, maka berusaha agar orang lain pun maju. Yang dimaksud saling tenggang rasa adalah apa yang diri-sendiri tiada inginkan janganlah dilakukan kepada orang lain. (kitab mengze Bab II.B1/4).

5. Hindu Wahai Manusia! Pikirkanlah bersama. Satukanlah hati dan pikiran dengan yang lain. Aku anugerahkan pikiran yang sama dan fasilitas yang sama pula untuk kerukunan hidupmu. (Rg. Veda X191.4).

Wahai manusia! Milikilah perhatian yang sama. Tumbuhkan saling pengertian diantara kamu. Dengan demikian engkau dapat mewujudkan kerukunan dan kesatuan. (Rg. Veda X.191.4).

Wahai umat manusia. Aku memberimu sifat ketulus-ikhlasan, mentalitas yang sama, persahabatan tanpa kebencian, seperti halnya induk sapi mencintai anaknya yang baru lahir. Begitu seharusnya kamu mencintai sesamamu. (Arthava Veda III.30.1),

Hendaknya harmonis dengan penuh keintiman diantara kamu, demikian pula dengan orang-orang yang dikenal maupun asing. Semoga dewa asvina menganugerahkan rahmatNya untuk keharmonisan antar sesama. (Arthava Veda VII.52.1). 6. Budha Rasa belas kasihan yang ada pada diri-sendiri, bila

dipergunakan untuk mencintai semua makhluk yang mengalami penderitaan untuk melakukan kasihan itu, setelah melaksanakan rasa kasih sayang sebagaimana halnya ia mencintai semua manusia, inilah yang disebut satwalambana-karuna. (sangyangkamahayanikan ayat 79).

Oleh karena itu, kerukunan yang dianjurkan dengan pengertian bahwa semua orang hendaknya mendengar dan bersedia mendengar ajaran yang dianut orang lain. (prasasti Batu Kalingan No XII dari raja Asoka abad ke-3 SM).

(21)

36 Setiap agama di Indonesia nyatanya menekankan dan mewajibkan semua

penganutnya menanamkan jiwa kerukunan. Oleh karena itu meskipun kita

berbeda-beda suku, adat-istiadat dan agama namun kita telah bertekad untuk

menjadi bangsa Indonesia yang satu, maka kerukunan hidup beragama antar kita

pun harus kita jaga dan bina terus agar bertambah kokoh. Lewat gambaran

kerukunan dari kitab suci berbagai agama tersebut menegur kita agar Jangan kita

mencar-cari perbedaan diantara kita, lebih-lebih jangan kita menggunakan

perbedaan agama untuk memperuncing perbedaan pendapat yang mungkin timbul

diantara kita.

II.1.5.5. Menjaga Kerukunan Umat Beragama

Upaya menjaga kerukunan umat beragama berarti suatu usaha dalam

rangka membangun, memelihara dan memberdayakan umat beragama. Menjaga

kerukunan merupakan tugas semua elemen masyarakat, pemerintah, tokoh agama

dan akademisi.

Dalam hal penelitian ini menjaga kerukunan umat beragama difokuskan

kepada peran para tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB). Para tokoh agama tersebut memiliki tugas pokoknya

tersendiri dalam upayanya menjaga agar masyarakat yang berbeda-beda agama

tetap toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan

dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik

(22)

37 II.1.6. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKUB

adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah

dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama

untuk kerukunan dan kesejahteraan.

a. Dasar pembentukan FKUB

Berdasarkan Peraturan Berama Menteri (PBM) Agama dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 9 dan 8 tahun 2006,12 pada Bab III secara rinci dibahas mengenai

FKUB. Mengacu pada PBM tersebut yang tertera di pasal 8, maka dasar

pembentukan FKUB adalah :

1) FKUB dibentuk di Provinsi dan Kabupaten (kota).

2) Pembentukan FKUB dilakukan oleh masyarakat difasilitasi oleh

pemerintah.

3) FKUB memiliki hubungan yang bersifat konsultatif.

b. Tugas Pokok FKUB

Kemudian pada pasal 9 mengkaji tentang tugas Pokok FKUB di tingkat

Provinsi, maka tugas pokok FKUB di tingkat Provinsi adalah sebagai Berikut :

1) Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;

2) Menampung aspirasi organisasi masyarakat (ormas) dan aspirasi rakyat;

12Selengkapnya berjudul “Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

(PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.” PBM .

(23)

38 3) menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk

rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan

4) Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di

bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan

pemberdayaan masyarakat.

c. Keanggotaan FKUB

Kemudian pada pasal 10 PBM tersebut memberi penjelasan bahwa (1).

Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat. (2). Jumlah

anggota FKUB Provinsi paling banyak 21 orang. (3). Komposisi kenggotaan

FKUB di Provinsi ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama

setempat dengan keterwakilan minimal 1(satu) orang dari setiap agama yang ada

di provinsi. (4). Kemudian dalam hal komposisi jabatan FKUB dipimpin oleh 1

(satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 2 (dua)

orang wakil sekretaris yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Menjawab PBM tersebut, diterbitkan regulasi yang sejalan dengan itu serta

menguatkan keberadaan FKUB di tingkat Provinsi Sumatera Utara, yakni Surat

Keputusan FKUB Provinsi Sumatera Utara nomor : 06.0-6/FKUB-I/VI/201213,

pada pasal 13 menyebutkan bahwa (1) keanggotaan FKUB adalah pemuka agama

setempat yang menjadi panutan serta memiliki perhatian dan kepedulian terhadap

kerukunan umat beragama dan tidak sedang menjadi pengurus partai politik

13

(24)

39 (2.)keanggotaan FKUB diusulkan oleh majelis-majelis agama dan dikukuhkan

oleh gubernur/Bupati/Walikota Sesuai tingkatannya.

d. Dewan Penasehat FKUB

Dalam melaksanakan tugas pokok dan Fungsinya FKUB memiliki Dewan

Penasehat di tingkat Daerah. berdasarkan Surat Keputusan FKUB Provinsi

Sumatera Utara nomor : 06.0-6/FKUB-I/VI/2012 di pasal 8 menyebutkan

keberadaan keberadaan Dewan Penasehat ini fungsinya adalah sbagai berikut :

1. Dewan penasehat berfungsi sebagai fasilitator dan mitra pengurus

FKUB dalam membangun, memelihara dan memberdayakan

kerukunan umat beragama.

2. Dewan penasehat bertanggungjawab untuk penyediaan anggaran bagi

kelangsungan program kerja FKUB serta menjadi fasilitator bagi

FKUB agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

3. Dewan penasehat mengadakan rapat dengan pengurus FKUB

sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

4. Ketua dewan penasehat dapat melimpahkan pelaksanaan tugasnya

kepada wakil ketua dewan penasehat.

Kemudian masih di SK yang sama, di pasal ke 9 mengamanatkan keberadaan

dewan penasehat provinsi FKUB Provinsi dan susunan keanggotaannya dimana :

1. Ketua : Wakil gubernur;

2. Wakil Ketua : Kepala kantor wilayah depaertemen agama

(25)

40 3. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi;

4. Anggota : Pimpinan Instansi Terkait.

e. Keuangan dan kekayaan FKUB

Sumber pembiayaan FKUB berasal dari pertama APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) dan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).

Kedua bantuan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat. Dan ketiga Usaha lain yang sah dan halal.

f. Lambang dan bendera FKUB

Bentuk lambang atau logo dan stempel FKUB mengunakan latar belakang

logo daerahnya14. Kemudian bentuk-bentuk atribut FKUB seperti bendera dan

lain-lain yang belum diatur dalam ketentuan tertulis, akan diatur dalam ketentuan

sendiri.

g. Hubungan Kerja FKUB Provinsi dengan FKUB Kabupaten/Kota 1. Hubungan kerja FKUB Provinsi dan FKUB kabupaten/kota bersifat

koordinasi non struktural dan konsultatif meliputi :

a. Sosialisasi perundang-undangan dan pemahaman sosial keagamaan

dalam rangka kerukunan.

b. Pemberian rekomendasi pendirian rumah ibadat

c. Pemberian rekomendasi penggunaan bangunan untuk tempat

ibadah sementara.

d. Penyelesaian perbedaan pendapat maupun perselisihan.

14

(26)

41 2. Hubungan kerja yang bersifat koordinasi non struktural adalah :

a. FKUB Provinsi melakukan pengarahan/pemantauan/evaluasi

terhadap kinerja FKUB Kabupaten/kota.

b. FKUB provinsi bukan merupakan atasan FKUB Kabupaten/kota.

c. FKUB provinsi bukan dipilih ataupun diaspirasikan oleh FKUB

Kabupaten/kota.

d. Penetapan dan pergantian FKUB kabupaten/kota tidak ditentukan

oleh FKUB Provinsi.

3. Hubungan kerja bersifat konsultatif adalah :

a. FKUB Kabupaten/kota dapat menyampaikan usul dan aspirasinya

kepada FKUB Provinsi.

b. FKUB Provinsi dapat memberikan masukan/saran kepada FKUB

kabupaten/kota tentang permasalahan yang timbul dalam hubungan

antar umat beragama di tingkat kabupaten/kota.

II.7. Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama

Melakukan evaluasi terhadap kinerja FKUB berdasarkan tugas pokok

organisasi yang tercantum dalam pasal 9 di PBM tersebut. Kemudian melakukan

evaluasi melalui aspek lingkup arah kerjasama atau lingkup arah konsultasi

stakeholder dalam mensukseskan tugas pokok serta melakukan evaluasi kepada target atau sasaran yang dikenai tugas pokok yakni seluruh lapisan masyarakat.

(27)

42 Tabel 4.

Rincian tugas pokok FKUB

Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.

Menampung aspirasi organisasi keagamaan, organisasi masyarakat berbasis agama dan aspirasi masyarakat

Menyalurkan aspirasi organisasi keagamaan, organisasi masyarakat berbasis agama dan aspirasi masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur

Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkenaan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.

Keterangan defenisi tugas Pokok adala sebagai berikut

1. Melakukan dialog.

Dialog berasal dari bahawa yunani, dialogus, secara harafiah kata ini

berarti dwi-cakap, percakapan antara dua orang atau lebih. Dialog antar agama

adalah pertemuan hati dan pikiran antar pelbagai macam agama. ia merupakan

komunikasi antar dua orang beragama atau lebih dalam tingkat agamis. Dialog

bukan debat, melainkan saling memberi informasi tentang agama masing-masing,

baik mengenai persamaannya maupun perbedaanya.

Dialog adalah usaha atau kegiatan yang membutuhkan perencanaan yang

hati-hati dan perhatian terhadap kepekaan penganut-penganut agama lain. Dalam

dialog setiap pasangan berdialog harus saling mendengarkan dengan penuh

keterbukaan dan simpatik, berusaha memehami setepat mungkin masing-masing

pihak yang berdialog dari dalam. Dialog juga adalah interaktif kreatif yang

(28)

43 lantaran kelahiran dan seterusnya, mengarahkannya ke kebebasan yang spiritual,

memberinya suatu visi mengenai dimensi-dimensi kehidupan spiritual yang lebih

luas, seirama dengan kebersamaannya dalam berbagai kehidupan spiritualitas

yang lain.

Dialog sangatlah penting , bahkan amat esensial bagi kita yang berada di

asia, untuk mengurangi kesombongan, agresivitas dan hal-hal negatif yang

terdapat dalam cara-cara kita dalam menyebarkan agama masin-masing, apakah

itu misi ataupun dakwah. Dialog juga sangat esensial untuk menghilangkan

penilaian-penilaian negatif kita terhadap agama dan kepercayaan orang lain, yang

kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak efektif dan tidak pula

relevan.

2. Penampungan aspirasi

Berawal dari kata menampung, berarti menambil, menerima dan

mendapatkan dari sipemberi. Dengan demikian menampung adalah mengambil

informasi atau hal lain yang diberikan oleh pihak lain yang selanjutnya pemberian

tersebut menjadi hak sipenerima. Kemudian aspirasi adalah pesan, perkataan, atau

titipan dari sipemberi aspirasi. Aspirasi bisa dalam bentuk surat benda maupun hal

lainnya yang dititipkan kepada penerima. Dengan demikian aspirasi adalah

kata-kata pesan atau tiitipan dari sipemberi pesan.

Penampungan aspirasi adalah mengambil aspirasi dari sipemberi aspirasi

yang secara mutlak diperoleh oleh sipemberi aspirasi untuk selanjutnya aspirasi

(29)

44 3. Penyaluran aspirasi

Penyalur adalah media atau talang menyalurkan sesuatu kepada arah yang

akan ditujukan sesuatu, talang tersebut adlaah media yang menjadi penghubung

atau jembatan penghubung antara pemberi pesan dan tujuan dan sasaran pesan.

Penyalur aspirasi adalah kegiatan menyampaikan, menghubungkan dan

menghantarkan aspirasi dari si pemberi aspirasi kepada penerima aslpirasi.

Aspiasi yang sampai tersebut harus sesuai dengan pesan awal, kemudian

disalurkan ke tujuannya juga sesuai, tidak berlebih dan tidak kurang.

4. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat

Sosialisasi adalah mengajar, memberi tahu apa yang benar dan apa yang

salah, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak, sosialisasi juga

mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai oleh pihak yang mengerti pesan kepada

sipenerima pesan sehingga ada kegiatan mengajar, memberi tahu dan

menginformasikan. Pemberdayaan adalah memakai, memaksimalkan media dan

sarana yang telah ada untuk pencapaian tujuan tertentu, pemberdayaan juga berarti

memaksimalkan yang sudah ada sehingga keberadaannya lebih berdaya guna dari

sebelumnya.

Berdasarkan keterangan pengertian dari masing-masing tugas pokok diats

maka Kajian evaluasi ini dipaparkan satu-persatu secara kategorial, dengan dasar

mengevaluasi kinerja dan membandingkannya keadaan yang diharapkan, yakni

berdasarkan keadaan yang rukun, keadaan rukun ialah bahwa telah terjadi keadaan

(30)

45 saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya

dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD

1945. Evaluasi kinerja organisasi FKUB dalam menjaga kerukunan umat

beragama dilakukan adalah untuk melihat kesesuaian “antara harapan dengan

kenyataan”.

II.8. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan

menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.

(Singarimbun, 1995 :37)

Oleh karena itu untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing masing

konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari

penelitian ini yaitu:

1. Organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Evaluasi adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi

(31)

46 3. kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling

menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran

agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

pancasila dan UUD 1945.

4. Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKUB adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh

pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan

umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. FKUB terdiri dari

FKUB provinsi dan FKUB kabupaten/kota.

II.9. Operasionalisasi konsep

Dengan menggunakan kriteria berdasarkan tugas pokok dan fungsi FKUB

berdasarkan PBM agama dan dalam negri nomor 9 dan 8 tahun 2006, maka

hal-hal yang diukur untuk mengetahui kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama di

provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat, apakah kegiatan dan tujuan dialog, baik sesama pengurus FKUB

dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang

dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, hal ini

dilihat dari :

(32)

47

 terbangun tali persaudaraan, antara sesama pengurus

FKUB, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, sehingga

kerukunan tetap terjaga.

 Manfaat dari pelaksanaan dialog, baik dengan pengurus,

tokoh agama dan tokoh asyarakat.

2. Menampung aspirasi, dilihat dari :

 Kegiatan rutin dalam penampungan aspirasi, baik secara

aktif maupun pasif.

 Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi.

 Responsivitas, atau tanggapan FKUB atas inisiatif

masyarakat.

3. Menyalurkan aspirasi

 Mengkaji peranan dan keaktifan FKUB dalam menyalurkan

atau tindak lanjut aspirasi dari asyarakat.

 Kemudahan dan tata cara penyaluran aspirasi.

4. Sosialisasi dan Pemberdayaan masyarakat.

 Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan

sosialisasi oleh FKUB.

 Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan

masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan

yang dilakukan.

 Mengkaji keamanfaatan kegiatan dalam lingkup

(33)

48 Untuk memfokuskan arah penelitian ini maka Secara singkat dipaparkan

alur data dan arah penelitian ini akan disajikan dalam bentuk sebagai berikut :

Alur Skema I

Evaluasi Kinerja Organisasi Forum Keukunan Umat Beragama dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama

TUGAS POKOK

· Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.

· Menampung aspirasi organisasi keagamaan, organisasi

masyarakat berbasis agama.

· Menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur

Gambar

Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

6 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Olahraga Pendidikan di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Selatan tersebut yang menyebabkan masyarakat Sumsel hanya menjadi

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh peserta Indonesia dalam mengikuti olimpiade internasional serta tingkat kesukaran soal yang dilombakan dalam olimpiade tersebut,

Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 8 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Provinsi

Fasilitas pinjaman yang belum ditarik

Atas kejadian tersebut juga meluncurkan 2 Unit Mobil Water Kenon dari Ditsabhara dan Brimobda Sulteng ke TKP dan berusaha memadamkan Api tersebut dan dibantu 4 Unit

Pendekatan kurun waktu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk memecahkan masalah dengan menekankan urutan waktu kejadian

Berdasarkan studi pendahuluan di BKIA ‘Aisyiyah Karangkajen Yogyakarta, pada tanggal 15 Februari sampai 11 April, pasangan usia subur (PUS) yang menjadi akseptor

Penerbitan Surat Tilang dilakukan dengan pengisian dan penandatanganan Belangko Tilang, yang paling sedikit berisi kolom mengenai: (a) identitas pelanggar dan Kendaraan Bermotor