• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk Hukum | Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produk Hukum | Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan serta upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dipandang perlu melakukan strategi pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan daerah;

b. bahwa seluruh proses pembangunan pengarusutamaan gender merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan kegiatan fungsional semua lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah di tingkat pusat dan daerah,

(2)

d. bahwa sehubungan hal tersebut di atas dan dalam rangka mendorong, mengefektifkan serta mengoptimalkan upaya pengarusutamaan gender secara terpadu dan terkoordinasi dipandang perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 35 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3475);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara 3886);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 fahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

(3)

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Udang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembina dan Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

(4)

12. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belrtung Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja lnspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik serta Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 3 Seri D)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut Azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

(5)

pemerintahan daerah.

5. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.

6. Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.

7. Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender manjadi satu dimensi integral dan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan Program Pembangunan Daerah.

8. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam proses pembangunan.

9. Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan.

10. Analisa gender adalah proses yang dibangun secara sistematik untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja atau peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati.

(6)

12. Diskriminasi gender adalah perbedaan perlakuan, fasilitas, prioritas, hak, kesempatan yang diberikan kepada laki karena ia laki-laki atau yang diberlakukan pada perempuan karena ia perempuan.

13. Kesadaran gender digunakan dalam pengertian

kemampuan seseorang untuk

mengidentifikasikan masalah ketimpangan gender dan upaya untuk memecahkannya.

14. Lembaga non pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan keswadayaan atau kemandirian masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan serta mencapai kehidupan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.

15. Harkat dan martabat perempuan adalah derajat dan potensi perempuan.

16. Pemberdayaan perempuan adalah proses peningkatan kualitas sumber daya perempuan dalam segala aspek pembangunan.

17. Sensitif gender adalah kemampuan memahami ketimpangan gender utamanya dalam pembagian kerja dan pembuatan keputusan yang telah mengakibatkan kurangnya kesempatan dan rendahnya status sosial perempuan dibandingkan laki-laki.

(7)

19. Kelompok kerja pengarusutamaan gender adalah wadah konsultasi bagi para pelaksana dan penggerak pengarusutamaan gender dan berbagai instansi atau lembaga pemerintah.

20. Data terpilah adalah data yang menggambarkan peran, kondisi umum dari perempuan dan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.

21. Perencanaan Berperspektif Gender adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki.

22. Anggaran Responsif Gender (ARG) adalah penggunaan atau pemanfaatan anggaran yang berasal dari berbagai sumber pendanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender.

BAB II

AZAS MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1).Pengarusutamaan Gender berazaskan pada penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.

(2).Maksud pengarusutamaan gender adalah upaya menciptakan kesetaraan dan keadilan gender.

(8)

Pasal 3

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertujuan:

a. menjamin terwujudnya kesetaraan gender dalam berbagai bidang pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

b. menjamin penerapan pengarusutamaan gender sebagai strategi pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

c. memberikan acuan bagi semua pihak, baik Pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maupun Pihak Swasta, Dunia Usaha, Organisasi Masyarakat, Media Massa Perguruan Tinggi dalam menyusun strategi pengintegrasian gender.

d. mewujudkan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki;

e. menghapus prasangka, kebiasaan dan segala praktik lainnya yang didasarkan atas inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau berdasarkan peranan bagi perempuan dan laki-laki;

f. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan, dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki sebagai insan dan sumberdaya pembangunan; dan

(9)

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4

Ruang lingkup Pengarusutamaan Gender dalam Peraturan Gubernur ini meliputi seluruh perencanaan penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

BAB IV TANGGUNGJAWAB

Pasal 5

(1).Pemerintah daerah memiliki kewajiban merumuskan kebijakan, strategi dan pedoman tentang pelaksanaan Pengarusutamaan gender.

(2).Pelaksanaan pengarustamaan gender meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan daerah.

(3).Kewajiban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), dapat melibatkan unsur masyarakat, Perguruan Tinggi dan lembaga pendidikan lainnya yang berfungsi sebagai pusat rujukan, informasi, kajian, advokasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan upaya melaksanakan pengarustamaan gender.

(4).Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerah berkewajiban:

(10)

b. menyelenggarakan komunikasi, informasi, edukasi, advokasi dan sosialisasi tentang pelaksanaan pengarustamaan gender; dan

c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif gender dan pengarustamaan gender.

Pasal 6

(1).Lembaga non pemerintah berhak ikut serta dalam Pengarusutamaan Gender meliputi perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan daerah.

(2).Perguruan Tinggi dan lembaga pendidikan lainnya berfungsi sebagai pusat rujukan informasi, kajian, advokasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan upaya melaksanakan Pengarusutamaan Gender.

Pasal 7

Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayal (1) lembaga pemerintah:

a. menyelenggarakan kegiatan penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi serta pengendalian kegiatan dalam melaksanakan Pengarusutamaan gender;

b. menyelenggarakan komunikasi, informasi dan edukasi advokasi dan sosialisasi tentang pelaksanaan Pengarusutamaan gender;

c. menyelengarakan pendidikan dan pelatihan sensitif gender dan Pengarusutamaan Gender.

Pasal 8

(11)

perspektif gender terintegrasi dalam perumusan kebijakan pembangunan.

(2).Penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

(3).Hasil penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan wajib dipublikasikan.

Pasal 9

(1).Lembaga pemerintahan daerah, wajib melakukan pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7

(2).Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi di tingkat pemerintah dilakukan dengan kerja sama dan koordinasi antara Bappeda, Inspektorat, Keuangan dan Badan Pemberdayaan Perempuan, KB dan Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

(3).Kerja sama dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwujudkan dalam satu wadah yang bernama Tim Teknis Anggaran Daerah Responsif Gender,

(4).Gubernur menetapkan pedoman pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan Pengarusutamaan Gender.

BAB V

PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER

Pasal 10

(12)

(2).Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender, Gubernur menetapkan unit kerja di lingkungan Sekretariat Daerah atau Instansi dan lembaga pemerintah provinsi sebagai koordinator dan penanggungjawab pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di daerah provinsi.

(3).Dalam rangka percepatan melembaganya Pengarusutamaan Gender di seluruh instansi dan lembaga pemerintah provinsi harus dibentuk kelompok kerja dan focal point atau gugus tugas atau sebutan lain yang sejenis.

(4).Pembentukan kelompok kerja dan focal point atau gugus tugas pada ayat (3) di atas harus memperhatikan representasi unsur masyarakat.

Pasal 11

Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender

(1).Tugas Kelompok Pengarusutamaan Gender :

a. mempromosikan dan memfasilitasi dialog antar unit kerja pada unit-unit dinas di provinsi;

b. mengembangkan jaringan kerja sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi dan kewenangan yang diberikan oleh pimpinan dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender;

c. menyusun program kerja kelompok kerja dalam rangka pelaksanaan dan review Pengarusutamaan gender untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender;

d. membuat mekanisme kerja kelompok kerja agar para focal point atau gugus tugas Pengarusutamaan gender setempat semakin handal dan efektif;

(13)

kerja masing-masing;

f. membuat dan menyampaikan laporan program dan kegiatan kelompok kerja Pengarusutamaan Gender kepada pimpinannya;

(2).Fungsi kelompok kerja Pengarusutamaan gender : a. sebagai koordinator mengembangkan ide dan

pemikiran para focal point atau gugus tugas di lingkungan unit-unit kerja masing-masing tentang perspektif gender pada proses pengambilan keputusan, khususnya dalam perencanaan kebijakan dan program serta isu gender yang berkembang di lingkungannya.

b. sebagai wadah komunikasi penyelenggaraan pertemuan dengan para pengambil keputusan di masing-masing atau antar instansi, lembaga, organisasi dan unit organisasi dalam berbagai bentuk pertemuan dan diskusi mengenai pengarusutamaan gender.

c. tata kerja kelompok kerja diatur sesuai dengan kewenangan Sekretariat Daerah guna melaksanakan program pemberdayaan perempuan sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daeratr dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Biro atau Badan atau Dinas atau Bagian yang ditugasi menangani pemberdayaan perempuan menjadi Sekretaris Kelompok Kerja.

d. Ketua Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender bertanggungjawab kepada pimpinan instansinya.

Pasal 12

Focal Point atau Gugus Tugas

(14)

sektornya dalam ruang sektornya dalam ruang lingkup tugas, pokok dan fungsi instansinya untuk secara terencana mengambil langkah sepenuhnya apabila ada melihat kesenjangan gender;

b. mendorong dan membantu instansi atau lembaga atau organisasi atau unti organisasi untuk mereview dan memperbaiki mandat, kebijakan, program/ proyek, kegiatan dan anggaran agar lebih berspektif gender;

c. memfasilitasi pelaksanaan pelatihan sensitif gender, pelatihan analisis gender dan mengembangkan jaringan kerja gender dengan instansi atau lembaga atau organisasi dan unit kerjanya, baik pemerintah maupun non pemerintah;

d. mengupayakan terselenggaranya analisis gender sebagai salah satu tahap di dalam setiap proses pembangunan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi;

e. menjabarkan dan menindaklanjuti kebijakan-kebijakan dan program-program pelaksanaan yang tersirat dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah;

f. ikut serta dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok kerja dan atau kelompok kerja nasional pengarusutamaan gender;

(15)

(2).Fungsi Focal Point atau Gugus Tugas Pengarusutamaan Gender :

a. sebagai salah satu sumber informasi tentang konsep gender, Pengarusutamaan Gender, kesetaraan dan keadilan gender dan program pembangunan ;

b. sebagai penggerak atau perintis terbentuknya jejaring pengarusutamaan gender di lingkungan kerjanya, dan atau sektor di daerahnya;

c. sebagai Pelaksana dari setiap kegiatan pembangunan yang responsif gender;

BAB VI KERJASAMA

Pasal 13

Pemerintah Daerah dalam upaya melaksanakan Pengarusutamaan Gender dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi lainnya atau dengan Pemerintah Kabupaten/kota lainnya.

Pasal 14

Dalam pelaksanaan Pengarusutamaan Gender, masyarakat memiliki hak:

a. masyarakat sebagai warga negara baik sebagai individu atau kelompok, berhak berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan Pengarusutamaan Gender di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

(16)

BAB VII

PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 15

(1).Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melaporkan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender kepada Gubernur secara berkala setiap 6 (enam) bulan dengan tembusan kepada Ketua Pokja.

(2).Materi laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. pelaksanaan program dan kegiatan;

b. instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan;

c. sasaran kegiatan;

d. penggunaan anggaran yang bersumber APBN, APBD atau sumber lain;

e. permasalahan yang dihadapi; dan f. upaya yang telah dilakukan

Pasal 16

(1).Kepala Badan Perencanaan Daerah dan Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selaku Ketua Kelompok Kerja melakukan pemantauan dan evaluasi secara makro terhadap pelaksanaan Pengarusutamaan Gender berdasarkan RPJMD dan Rencana Kerja SKPD;

(2).Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan pada setiap SKPD yang dipimpinnya;

(3).Pematauan dan evaluasi pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dilakukan sebelum diadakannya penyusunan program atau kegiatan tahun berikutnya;

(17)

penyusunan kebijakan, program dan kegiatan tahun mendatang.

BAB VIII

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 17

Dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh instansi yang berwenang.

Pasal 18

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Gubernur ini sepanjang teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Keputusan Gubernur.

BAB IX ANGGARAN

Pasal 19

(1).Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, diupayakan minimal sebesar 5 % (lima persen);

(2).Pembiayaan pelaksanaan pengarusutamaan gender yang berasal dari pihak lain yang tidak mengikat, selain dari APBD Provinsi dapat dilakukan sepanjang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X PENUTUP

Pasal 20

(18)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ditetapkan di Pangkalpinang

pada tanggal 17 September 2012

GUBERNUR

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

dto

EKO MAULANA ALI Diundangkan di Pangkalpinang

pada tanggal 17 September 2012

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

BELITUNG,

dto

IMAM MARDI NUGROHO

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa kelas X-Sos I SMAN 2 Kudus yang memiliki percaya diri rendah.Permasalahan tersebut disebabkan karena banyak siswa yang

Scheele pada tahun 1776 melakukan sintesa dengan cara mengoksidasi gula (glukosa) dengan asam sitrat. Pada tahun 1784 telah dibuktikan bahwa asam oksalat merupakan asam dari

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi: Ada Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel promosi, pengetahuan nasabah dan motivasi memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada PT Al-Ijarah Indonesia

Pelanggan yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan informasi keunggulan suatu produk atas produk lainnya. Loyalitas kognitif lebih didasarkan pada

In the third step, the effective optical thickness of the ARAT samples has been compared to the adiabatic prediction with the geometrical thickness directly measured in situ, and

Layer Distribusi disebut juga layer workgroup yang menerapkan titik kumunikasi antara layer akses dan layer inti. Fungsi utama layer distribusi adalah menyediakan routing,

Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu, intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan hidrograf limpasan,