BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor
jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Bersama dengan
industri teknologi dan informasi, industri pariwisata diperkirakan menjadi
penggerak utama perekonomian abad 21. Perkembangan pariwisata Indonesia tak
terlepas dari perkembangan pariwisata dunia.
Pertumbuhan pariwisata internasional juga memberikan dampak positif
pada sektor ekonomi. Pertumbuhan tersebut sudah tentu juga akan berpengaruh
pada perekonomian Indonesia. Namun, untuk bisa mendapatkan dampak positif
pertumbuhan pariwisata internasional tersebut di Indonesia, maka masyarakat
Indonesia khususnya para pelaku bisnis kepariwisataan, harus dapat secara
sistematis memperkenalkan aset-aset kepariwisataan Indonesia, termasuk budaya
lokal, sumber daya alam dan manusia demikian juga dalam hal jasa dan barang.
Penanganan industri pariwisata melibatkan hampir semua sektor ekonomi
(multi sektor) baik yang tergolong fasilitas yang dibutuhkan wisatawan seperti
hotel dan restoran. Jumlah industri berskala kecil dan menengah yang terkait dan
menerima dampak multiplier dari pariwisata sangat banyak. Di Indonesia,
pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang prospeknya cerah, dan
Peluang dimaksud didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti letak dan
keadaan geografisnya. Berdasarkan letak dan keadaan geografisnya yang strategis
maka dipastikan akan ada banyak wisatawan asing untuk melakukan perjalanan ke
Indonesia.
Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip
pengembangan adalah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan tentang Pembangunan Kepariwisataan (Pasal 6: Pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan
dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan
alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata, Pasal 8: 1) Pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan
kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan
nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk
pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota. 2) Pembangunan kepariwisataan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana
pembangunan jangka panjang nasional. Pasal 11: Pemerintah bersama lembaga
yang terkait dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan.
Adapun beberapa faktor yang menjadi alasan kuat mengapa pemerintah
berkeinginan untuk meningkatkan pariwisata antara lain: 1) Semakin menurunnya
peranan minyak dan gas bumi sebagai penghasil devisa dibanding yang lalu, 2)
memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten, 4) Potensi alam
maupun budaya yang dimiliki kaitannya sebagai modal dasar dalam
perkembangan pariwisata. Kondisi ini secara faktual memposisikan sektor
pariwisata menjadi penting peranannya dalam pembangunan nasional. Dimana
tidak ada kegiatan ekonomi yang berdimensi luas ke semua sektor, tingkatan dan
kepentingan seperti Pariwisata. Oleh karena itu adalah sangat vital untuk
mengintegrasikan rencana pengembangan pariwisata dengan pembangunan
nasional.
Salah satu Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Sumatera Utara adalah
Kabupaten Toba Samosir. Kabupaten ini dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli
Utara sesuai dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 pada tanggal 9 Maret
1999, terdiri dari 16 kecamatan. Pembangunan di Kabupaten Toba Samosir
didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik berat pada pengembangan sektor
pariwisata dengan karakter kebudayaan Batak Toba serta sektor industri kecil dan
kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Dengan semangat otonomi daerah yang pada dasarnya memberikan
wewenang kepada daerah untuk mengatur dan mengurus setiap kepentingan
masyarakat setempat, maka dalam rangka percepatan proses pembangunan daerah
Kabupaten Toba Samosir, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus benar-benar
menangkap pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagai salah satu peluang yang
menjadi andalan untuk memperoleh PAD dan memajukan masyarakat di daerah.
Tujuan dan sasaran strategis merupakan unsur strategi yang sangat vital
menjadi dasar pengukuran berhasil atau tidaknya suatu strategi. Dalam situasi
lingkungan yang penuh dengan dinamika ini, manajemen organisasi harus dituntut
untuk dapat menciptakan organisasi yang dapat mengembangkan dan
mengimplementasikan strategi secara efektif yang antisipatif terhadap
kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan mempertahankan posisi
bersaingnya. Maka untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata
andalan diperlukan adanya suatu perencanaan strategi yang baik, implementasi
dan adanya introspeksi terhadap isu/faktor strategis, sehingga dengan adanya
strategi dan implementasi strategi yang baik dalam pengembangan sektor
pariwisata maka akan meningkatkan penerimaan bagi pendapatan asli daerah
(PAD) dengan demikian dapat mengetahui prospek perkembangan sektor
pariwisata daerah kedepannya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Toba Samosir memberikan
pendapatnya mengenai kondisi pariwisata di Kabupaten Toba Samosir dalam satu
mass media elektronik yang dapat dilihat seperti dibawah ini.
“Masih banyak objek wisata yang belum mendapat sentuhan pariwisata secara maksimal di Kabupaten berpenduduk 175.277 jiwa yang terletak di bagian tengah provinsi Sumatera Utara tersebut,” kata Plt. Kadis Pariwisata Toba Samosir, Ultri Sonlahir Simangunsong di Balige. Dikatakannya, sejumlah obyek wisata cukup potensial di wilayah tersebut akan dikelola secara profesional, untuk menambah minat wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal menikmati keindahan panorama alam indah kawasan pinggiran Danau Toba sebagai salah satu tempat wisata terbaik di Indonesia.
Menurut dia, pertumbuhan sektor ekonomi dan pembangunan yang sedang berkembang, perlu diimbangi dengan keberadaan obyek pariwisata yang mendukung, karena walau bagaimanapun wisatawan yang berkunjung tujuannya adalah untuk berdarma wisata.
Memang, kata Simangunsong, untuk memaksimalkan potensi pariwisata di daerah tersebut, para pelaku industri wisata harus berani membuat terobosan baru hingga mampu menghasilkan perubahan dan kemajuan sektor pariwisata itu sendiri, seperti menggelar atraksi Paralayang dari puncak bukit Dolok Tolong ataupun olah raga pemacu adrenalin arung jeram di sepanjang perbatasan Sungai Asahan.Selain itu, kata dia, berbagai kuliner khas Batak dan kesenian daerah akan dikembangkan, guna menambah minat wisatawan lokal maupun asing untuk menikmati keindahan panorama alam yang bernilai jual tinggi tersebut. “Diperlukan pembenahan infrastruktur lebih memadai dengan penanganan lintas sektoral secara bersinergi antara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait untuk memudahkan wisatawan menikmati liburannya,” kata Simangunsong.
(http://lipsus.kompas.com/gebrakan-jokowibasuki/read/xml/2012/11/22/21462833/Tobasa.Belum.Maksimal.Te rsentuh.Pariwisata)
Dengan latar belakang potensi wisata yang ada di Kabupaten Toba
Samosir sebagai salah satu daerah destinasi wisata yang mempunyai objek wisata
yang menarik untuk dikembangkan, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata
seni dan budaya atau wisata lainnya belum seluruhnya dikelola secara profesional,
maka peranan pemerintah sebagai fasilitator sangat strategis dalam mewujudkan
upaya-upaya ke arah pengembangan pariwisata tersebut melalui kepemimpinan
institusinya bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu; perencanaan
(planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development) fasilitas
utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, dan
pembuatan dan penegakan peraturan (regulation). Maka daripada itu pariwisata
memiliki potensi wisata yang bukan saja bernilai historis melainkan aset wisata
yang berpotensi ekonomis. Dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesempatan kerja, maka industri pariwisata dijadikan salah satu
sektor andalan dimana pariwisata dianggap sebagai salah satu industri yang
menimbulkan efek ganda bagi sektor lainnya.
Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan pada
studi penelitian difokuskan untuk menganalisa dan mengetahui pelaksanaan
strategi-strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan pariwisata daerah
Kabupaten Toba Samosir ditinjau dari sektor strategi dengan judul: "Implementasi
Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Kabupaten Toba Samosir"
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka diperlukan
perumusan masalah yang sangat berguna bagi arah dan langkah penelitian supaya
lebih jelas dalam melakukan penelitian. Adapun perumusan masalah yang
diajukan oleh peneliti adalah “Bagaimana Implementasi Strategi Pengembangan
Sektor Pariwisata Kabupaten Toba Samosir?”
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan
masalah yang telah dikemukakan di atas, adapun yang menjadi tujuan peneliti
adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Strategi Pengembangan Sektor
Pariwisata di Kabupaten Toba Samosir.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Adapun
manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Secara subyektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah, sistematis bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan menuliskan karya ilmiah di lapangan berdasarkan kajian-kajian
teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang strategi
pengembangan potensi kepariwisataan pada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Toba Samosir, selain itu sebagai sumbangan pemikiran, saran dan
sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toba
Samosir.
3. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
1.5 Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis perlu mengemukakan
teori-teori sebagai kerangka berpikir yang berguna untuk menggambarkan dari
sudut mana penelitian melihat masalah yang akan diteliti. Menurut Singarimbun
(2008: 37), teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Kerangka teori merupakan bagian dari penelitian, tempat
peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
variabel pokok, subvariabel atau masalah pokok yang ada dalam penelitian
(Arikunto, 2002: 92). Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.5.1 Strategi
1.5.1.1 Pengertian Strategi
Strategi sebagai sebuah kosa kata pada mulanya berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “strategos”. Kata “strategos” ini berasal dari kata “stratos” yang berarti
militer dan “ag” yang artinya memimpin oleh Purnomu dan Zulkieflimansyah
(dalam Triton PB, 2007: 13). Berdasarkan pemaknaan ini, maka kata strategi pada
awalnya bukan kosa kata disiplin ilmu manajemen, namun lebih dekat dengan
bidang kemiliteran.
Kata strategi dalam bidang manajemen pernah dibahas oleh Drucker pada
strategis yang didefinisikan sebagai “semua keputusan pada sasaran bisnis dan
pada cara untuk mencapai sasaran tersebut”.
Bryson (2005:189) menjelaskan bahwa strategi merupakan pola tujuan,
kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang
menekankan pada bagaimana organisasi, apa saja yang dikerjakan, dan alasan
organisasi mengerjakannya. Strategi yang efektif harus memenuhi kriteria seperti
harus dapat bekerja, secara politik dapat diterima oleh stakeholder, sesuai filosofi
dan nilai organisasi, memiliki etika, moral, hukum organisasi, serta harus mampu
menghadapi isu strategis yang mesti diselesaikan (Bryson, 2005:69-70).
Crown Dirgantoro (2001:5) menyatakan definisi strategi adalah hal yang
menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya dalam
bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan
keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan dalam pasar.
Menurut Karyoso (2005:70) strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan
dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui
hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling
menguntungkan. Sedangkan menurut Amstrong (dalam Triton PB, 2007:15)
strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang
lebih panjang, yang menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang
berubah dan secara khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggan dan kliennya
1.5.1.2 Ciri-Ciri Strategi
Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh
pimpinan sebuah organisasi yang mengacu kepada arah perjalanan sebuah
organisasi dimasa yang akan datang. Dan kemudian sebuah strategi yang telah
dirumuskan akan mengalami perubahan ketika sebuah organisasi akan mengalami
perubahan lingkungan serta strategi yang telah dirumuskan tidak lagi sesuai
dengan lingkungan yang ada. Untuk lebih jelas mengenai seperti apa itu strategi,
Pardede (2011:57-58) memberikan beberapa ciri-ciri sebagai berikut ini.
1. Mempengaruhi setiap tingkat manajemen.
Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap tingkat
manajemen strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga manajemen
terendah dari organisasi. Namun pemberlakuan dari strategi tersebut menjadi
tanggung jawab seorang manajemen tertinggi.
2. Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang.
Pembuatan putusan-putusan strategi dapat dibuat dalam waktu yang lebih
singkat namun sebuah keputusan yang dibuat dalam waktu singkat tersebut
akan berpengaruh terhadap jangka panjang dari aktivitas sebuah organisasi.
3. Berwawasan masa depan.
Putusan strategi dimaksudkan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan dimasa
yang akan datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh sebuah analisis
yang menyangkut masa yang akan datang seperti peluang, ancaman, kekuatan
dan kelemahan dari organisasi.
Bagian dari organisasi merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan
antara satu dengan yang lain. Maka ketika putusan-putusan strategi
mempengaruhi satu bidang maka secara otomatis akan mempengaruhi bidang
yang lain. Tentunya besar kecilnya pengaruh tergantung kepada seberapa
besar tingkat keterikatan atau ketergantungan satu bidang dengan bidang
lainnya.
5. Berwawasan terbuka.
Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu
dipengaruhi oleh berbagai hal yang terdapat di luar organisasi. Oleh karenanya
keputusan strategi itu harus berwawasan terbuka karena dapat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungan di luar organisasi.
6. Memberikan kerangka pengambilan keputusan pada manajemen tingkat yang
lebih rendah.
Manajer tertinggi merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam
berjalannya sebuah organisasi. Namun tidak jarang terjadi dalam pengambilan
keputusan sehari-hari manajer tingkat yang lebih rendah harus membuat
berbagai keputusan dalam kegiatannya oleh karena itu putusan strategi
menjadi sebuah landasan kerangka berpikir dari manajer tingkat yang lebih
rendah untuk mengambil sebuah keputusan sehingga tidak bertentangan
dengan manajer tertinggi dan arah tujuan organisasi.
7. Membutuhkan sumber daya.
Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya yang
1.5.1.3 Manfaat Strategi
Sebuah strategi dibuat dalam sebuah organisasi tentu saja memiliki manfaat
untuk organisasi tersebut, baik itu menyangkut tentang bagaimana organisasi
dapat berjalan, dapat berkembang menunjukkan pertumbuhan ke arah yang
positif, mampu bertahan bahkan mampu untuk menjadi sebuah sektor organisasi
yang unggul dibandingkan organisasi lainnya. Oleh karena itu, Dirgantoro
(2001:7) memberikan beberapa manfaat dari strategi untuk memperoleh
pernyataan di atas seperti di bawah ini.
1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan menentukan
jalan mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
2. Untuk meningkatkan keuntungan organisasi walaupun kenaikan keuntungan
organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi.
3. Membantu mengidentifikasi, memprioritaskan dan mengeksploitasi peluang.
4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen problem.
5. Menggambarkan framework untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol
terhadap aktivitas.
6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan.
7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang ditetapkan.
8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif.
9. Membantu perilaku yang lebih terintegrasi.
1.5.2 Manajemen Strategis
1.5.2.1 Pengertian Manajemen Strategis
Manajemen strategis merupakan suatu proses yang dinamik karena berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu memerlukan
peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan. Salah satu
alasan utama mengapa demikian halnya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh
satu organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah
pula. Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi
satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil
adalah organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya makin lama makin
tinggi.
Hadirnya manajemen strategis sebagai suatu hal penting yang dibutuhkan oleh
organisasi dan pemimpinnya kemudian berkembang menjadi suatu ilmu yang
banyak dipelajari dan diajarkan untuk dapat membantu dalam berpikir kritis.
Dengan manajemen strategis maka perencana strategi atau pemimpin perusahaan
akan berpikir atau memandang perusahaan atau organisasi secara keseluruhan
bukan setengah-setengah seperti yang dilakukan oleh manajer tiap divisi atau
bagian, sehingga akan mudah dan cepat baginya untuk mengidentifikasi
masalah-masalah strategik (umumnya saling berkaitan) yang muncul (Agustinus Sri
Wahyudi, 1996:5)
Menurut Fred R. David (2006 : 5) manajemen strategis dapat didefinisikan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuannya. Menurut Crown Dirgantoro (2001:9) manajemen strategis
adalah kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan
dan mengevaluasi keputusan yang bersifat cross-fungsional yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya. Sedangkan menurut Agustinus Sri Wahyudi
(1996:15) manajemen strategis adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan
(formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating)
keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi
mencapai tujuan-tujuan masa datang.
Menurut Crown Dirgantoro (2001:12), secara garis besar terdapat tiga
elemen besar yang membentuk manajemen strategis, yaitu:
1. Analisis Lingkungan (Internal dan Eksternal)
Analisis lingkungan dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan peluang yang bisa muncul serta
kemungkinan-kemungkinan ancaman yang bisa terjadi yang diakibatkan
oleh adanya perubahan-perubahan, yang terjadi baik pada tingkatan
lingkungan bisnis/industri, maupun lingkugan internal organisasi.
Analisis juga dilakukan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
atau yang ada dalam organisasi untuk melihat seberapa besar organisasi
dapat memanfaatkan peluang yang ada atau mengantisipasi ancaman
dan tantangan yang muncul.
Menetapkan visi dimaksudkan untuk memberikan arahan tentang akan
menjadi apa atau seperti apa organisasi atau perusahaan dimasa yang
akan datang atau secara lebih ringkas suatu pandangan ke depan tentang
perusahaan. Misi lebih spesifik lagi dibandingkan dengan visi. Misi
akan secara spesifik menekankan tentang produk yang diproduksi, pasar
yang dilayani dan hal-hal lain yang secara spesifik berhubungan
langsung dengan bisnis. Secara singkat visi memberi penjelasan tentang
apa bisnis perusahaan. Objective lebih oleh kepada penetapan target
secara spesifik dan sedapat mungkin terukur yang ingin dicapai oleh
perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu.
3. Strategi (Formulasi, Implementasi, Pengendalian)
Pada tahapan strategi ada tiga hal yang penting untuk dipahami, yaitu:
a) Formulasi Strategi
Pada tahap ini penekanan lebih diberikan kepada aktivitas-aktivitas
utama yang antara lain adalah:
1. Menyiapkan strategi alternatif
2. Pemilihan strategi
3. Menetapkan strategi yang akan digunakan
b) Implementasi Strategi
Tahap ini adalah tahapan dimana strategi yang telah diformulasikan
tersebut kemudian diimplementasikan. Pada tahap implementasi ini
beberapa aktivitas atau cakupan kegiatan yang mendapat penekanan
1. Menetapkan tujuan tahunan
2. Menetapkan kebijakan
3. Memotivasi karyawan
4. Mengembangkan budaya yang mendukung
5. Menetapkan struktur organisasi yang efektif
6. Menyiapkan budget
7. Mendayagunakan sistem informasi
8. Menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance
perusahaan
c) Pengendalian strategi
Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari
implementasi strategis, maka dilakukan tahapan berikutnya, yaitu
evaluasi strategi yang mencakup aktivitas-aktivitas utama sebagai
berikut:
1. Review faktor eksternal dan internal yang merupakan dasar
dari strategi yang sudah ada
2. Menilai performance strategi
1.5.2.2 Proses Manajemen Strategi
Menurut M.Qudrat Nugraha (2007:113) manajemen strategi dapat dicapai
melalui tahapan-tahapan yang kolektif, dimana setiap tahapan memiliki fungsi
dan tujuannya masing-masing dan harus dikerjakan karena sangat penting dalam
menentukan keberhasilan dari manajemen strategis tersebut.
Proses dari manajemen strategi tersebut terdiri dari:
1. Formulasi Strategi
Formulasi strategi meliput i mengembangka n visi dan misi,
mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari luar
organisasi, menetapkan tujuan-tujuan (sasaran-sasaran) jangka
panjang, menghasilkan strategi-strategi tertentu untuk dijalankan.
2. Implementasi Strategi
Implementasi strategi menghendaki supaya menetapkan
sasaran-sasaran per tahun, menetapkan kebijakan-kebijakan, memotivasi
karyawan dan mengalokasikan sumber daya agar strategi yang telah
dirumuskan dapat dilaksanakan, pengimplementasian strategi
mencakup membangun suatu budaya yang mendukung strategi,
menciptakan sebuah struktur organisasi yang efektif, mengarahkan
kembali usaha-usaha pemasaran, menyiapkan anggaran,
mengembangkan dan menggunakan sistem informasi dan
3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi.
Dalam hal ini para manajer berusaha keras mengetahui kapan
strategi tertentu tidak berjalan dengan baik, penilaian strategi
merupakan alat utama untuk memperoleh informasi ini.
1.5.3 Implementasi Strategi
Penerapan strategi sering kali disebut “tahap aksi” dari manajemen strategis.
Menerapkan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk
melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Serin kali dianggap sebagai tahap
yang paling sulit dalam manajemen strategis, penerapan atau implementasi
strategi membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal. Penerapan
strategi yang berhasil bergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi
karyawan yang lebih merupakan seni daripada pengetahuan, strategi tersebut
dirumuskan bila tidak diterapkan tidak ada gunanya.
Crown Dirgantoro (2001:12) membagi tahapan implementasi strategi, yaitu:
a) Menetapkan tujuan tahunan
b) Membuat kebijakan
c) Memotivasi karyawan
1.5.3.1 Tujuan Tahunan
Penetapan tujuan tahunan merupakan sebuah aktivitas terdesentralisasi yang
secara luas melibatkan seluruh manajer dalam suatu organisasi tujuan tahunan
penting bagi penerapan strategi karena (1) merupakan landasan untuk alokasi
sumber daya, (2) merupakan mekanisme utama untuk mengevaluasi manajer, (3)
merupakan instrumen utama untuk memonitor kemajuan ke arah pencapaian
tujuan jangka panjang dan (4) menetapkan prioritas organisasional, divisional,
departemental.
Tujuan tahunan berfungsi sebagai pedoman tindakan, mengarahkan dan
menyalurkan berbagai upaya dan aktivitas dari para anggota organisasi. Tujuan
tahunan memberikan sumber legitimasi di suatu bisnis dengan cara
menjustifikasikan aktivitas di hadapan para pemangku kepentingan. Tujuan
tahunan menjadi standar kinerja. Tujuan tahunan berfungsi sebagai sumber
motivasi dan identifikasi yang penting.
1.5.3.2 Kebijakan
Secara luas, kebijakan (policy) mengacu pada pedoman, metode, prosedur,
aturan, bentuk dan praktik administratif spesifik yang diterapkan untuk
mendukung dan mendorong upaya untuk mencapai tujuan tersurat. Kebijakan
merupakan instrumen untuk menerapkan strategi. Kebijakan menerapkan
batas-batas, hambatan dan limit atas beragam jenis tindakan administratif yang dapat
mengklarifikasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dalam usaha mencapai
tujuan suatu organisasi.
Kebijakan memungkinkan baik karyawan maupun manajer mengetahui apa
yang diharapkan dari mereka, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa
strategi akan mampu diterapkan dengan baik. Kebijakan memberikan dasar bagi
pengendalian manajemen, memungkinkan koordinasi antar unit organisasi dan
menekan waktu yang dihabiskan para manajer dalam pengambilan keputusan.
Kebijakan juga mengklarifikasi pekerjaan apa yang telah dilakukan dan oleh
siapa. Banyak organisasi memiliki manual kebijakan uang berfungsi untuk
menuntun serta mengarahkan perilaku.
1.5.3.3 Motivasi Karyawan
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan
memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi
manajer, manajer perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat
mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi.
Motivasi juga merupakan subjek yang membingungkan, karena motif tidak dapat
diamati atau diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang
yang tampak.
Teori-teori motivasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a) Teori-teori Petunjuk (prescriptive theories) mengemukakan bagaimana
b) Teori-teori Isi (content theories) kadang-kadang disebut teori kebutuhan
adalah berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku atau
memusatkan pada pertanyaan “apa” dari motivasi.
c) Teori-teori Proses (process theories) berkenaan dengan bagaimana perilaku
dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan aspek “bagaimana” dari motivasi.
1.5.3.4 Alokasi Sumber Daya
Alokasi sumber daya merupakan kegiatan manajemen yang memungkinkan
pelaksanaan strategi. Di dalam organisasi-organisasi yang tidak menggunakan
pendekatan strategis untuk mengambil keputusan, alokasi sumber daya sering kali
didasarkan pada faktor politis atau personal. Manajemen strategis memampukan
sumber daya dialokasikan berdasarkan prioritas yang diterapkan dalam tujuan
tahunan.
Tidak ada yang lebih menghambat manajemen strategis dan keberhasilan
organisasi melebihi sumber daya yang dialokasikan secara tidak konsisten dengan
prioritas yang diterapkan dalam tujuan tahunan.
Semua organisasi mempunyai setidak-tidaknya empat jenis sumber daya
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan: sumber daya
keuangan, sumber daya fisik, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi.
Nilai nyata dari program alokasi sumber daya terletak dalam pencapaian
tujuan suatu organisasi. Alokasi sumber daya yang efektif tidak menjamin
penerapan strategi yang berhasil karena program, personel, pengendalian dan
Manajemen strategis sendiri kadang disebut sebagai “proses alokasi sumber
daya”.
1.5.4 Pariwisata
1.5.4.1 Pengertian Pariwisata
Menurut Oka A. Yoeti (2000; 21), pariwisata adalah suatu perjalanan
yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat
ketempat lain dengan tujuan bukan untuk berusaha (business) atau mencari
nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan
tersebut.
Sedangkan menurut Robert C. Lonati dalam Nyoman S.Pendit (2006:3)
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan persediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya
sebagai sektor yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik, seperti
industri kerajinan tangan dan cendramata. Penginapan dan transportasi secara
ekonomis juga dipandang sebagai industri.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Dalam Undang-
Undang ini yang dimaksud dengan:
a) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
d) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan pengusaha.
e) Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.
f) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
g) Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
h) Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata.
i) Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
j) Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam,
daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
1.5.4.2 Bentuk-Bentuk Pariwisata
Menurut Wahab (1989:5-6) bentuk-bentuk pariwisata dapat dibedakan menjadi
berbagai macam menurut jumlahnya, wisatawan dibedakan atas:
1. Individual Tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisata yang
dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami-istri.
2. Family Group Tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang
dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hunungan
kekerabatan satu sama lain.
3. Group Tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang
dilakukan bersama-sama dengan pemeimpin oleh seorang yang bertanggung
jawab atas keselamatan dan kebutuhan anggotanya.
1. Holiday Tour (wisata liburan), yaitu suatu perjalanan wisata yang
diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur,
bersenang-senang dan menghibur diri.
2. Familiarization Tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan yang
dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang
mempunyai kaitan dengan pekerjaannya.
3. Educational Tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi banding ataupun
pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya.
4. Scientfic Tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang tujuan
pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan dan penyelidikan terhadap
sesuatu bidang ilmu pengetahuan.
5. Pileimage Tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang
dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.
6. Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus), yaitu suatu perjalanan
wisata yang dilakukan dengan maksud khusus, misalnya misi dagang,
kesenian dan lain-lain.
7. Hunting Tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang
dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan
oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata.
1.5.5.3 Tujuan Pariwisata
Menurut UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Tujuan Pariwisata
adalah :
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. menghapus kemiskinan
d. mengatasi pengangguran
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f. memajukan kebudayaan
g. mengangkat citra bangsa
h. memupuk rasa cinta tanah air
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
1.6Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (2008:33) konsep adalah istilah dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan,
kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah
untuk memberi batasan terhadap pembahasan dari permasalahan yang akan
diteliti. Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah:
1. Strategi adalah penentuan rencana sasaran dan tujuan jangka panjang dari
organisasi yang disusun secara menyeluruh dan terpadu, dengan
memanfaatkan segala sumber daya serta memberikan respon terhadap
lingkungan untuk pencapaian tujuan organisasi.
2. Manajemen Strategi adalah proses manajemen yang memperhatikan
unsur-unsurnya dalam membuat rencana strategis dan kemudian bertindak
berdasarkan rencana tersebut.
3. Implementasi Strategi adalah penerapan strategi mengharuskan perusahaan
untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi
karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi-strategi yang
1.7Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data,
Kerangka Berpikir.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi serta
struktur organisasi.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil pengumpulan data di lapangan. Dalam bab ini
akan dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau dari
lokasi penelitian selama proses penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisis data-data yang diperoleh saat penelitian
dilakukan dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diteliti.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang