BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendegaran, penciuman,
rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo,2003), pengetahuan mempunyai enam tingkat yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah
mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Paham (Comprehension)
Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan
dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek kedalam
komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dalam menggambarkan atau membuat bagan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru. Misalnya dapat
menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.
Pengalaman yang diperoleh dapat memperluaskan pengetahuan seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang
lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.
3.Keyakinan
maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
4. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
adalah majalah, radio, Koran, televisi, buku dan lain-lain.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namum, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan
fasilitas yang lebih baik.
6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan,
persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.2 Kanker Payudara
2.2.1. Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara kemudian
tumbuh didalam jaringan payudara. Kanker biasa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Hal ini terutama menyerang wanita,
tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada pria.
2.2.2. Jenis-Jenis Kanker Payudara
Berdasarkan, The World Health Organization (WHO) tahun 2008, kanker payudara
dibagi atas karsinoma non invasif dan invasif.
1. Karsinoma Non-invasif
Karsinoma non-invasif sering disebut juga dengan In Situ Breast Cancer. In situ
breast cancer adalah tipe kanker yang mana sel kanker tetap berada dalam
selubung tempat asalnya. Jadi sel kanker tidak menyerang jaringan disekitar
saluran air susu atau kelenjar air susu. Jenisnya antara lain:
a) Ductal Carsinoma In Situ (DCIS)
Gambar 2.1: Ductal Carsinoma In Situ (DCIS)
A. Normal duct cells
B. Duct cancer cells
C. Basement membrane
D. Lumen (centre of duct)
Adalah suatu sel abnormal di sepanjang saluran air susu yang tidak menyerang
jaringan sekitar payudara. Ini adalah kanker payudara stadium awal. Beberapa
ahli menganggap DCIS adalah kondisi sangat awal dari kanker. Hampir semua
wanita dengan DCIS ini bisa disembuhkan. Tapi ada juga yang berkembang
menjadi kanker payudara invasif. Karsinoma duktus in situ dapat terjadi baik pada
wanita pre-menopause maupun pasca-menopause, biasanya pada kelompok umur
40-60 tahun.
b) Lobular Carsinoma In Situ (LCIS)
Gambar 2.2: Lobular Carsinoma In Situ (LCIS)
A. Normal Lobular cells
B. Lobular cancer cells
Adalah suatu sel abnormal yang masih berada dalam kelenjar air susu, dan tidak
menyerang jaringan disekitarnya. LCIS terjadi terutama pada wanita
pre-menopause. Apabila setelah menopause, biasanya dihubungkan dengan adanya
karsinoma infiltratif. LCIS ditemukan pada 6% dari seluruh karsinoma mammae.
Masalah utamanya, tumor ini secara klinis tidak teraba, dan ditemukan pada hasil
biopsi yang dilakukan atas indikasi adanya kista atau lesi palpable jinak lainnya.
Masih menjadi kontroversi diantara ahli-ahli kanker bahawa apakah LCIS
merupakan suatu stadium awal dari kanker atau hanya merupakan penanda bahwa
itu dimasa datang akan berubah menjadi kanker. Tetapi para ahli juga sepakat
bahwa apabila seseorang mempunyai LCIS, berarti di kemudian hari dia
mempunyai resiko untuk mempunyai kanker pada salah satu payudaranya. Pada
payudara yang terdapat LCIS bisa berubah menjadi invasive lobular breast cancer.
Bila kanker berkembang pada payudara yang lain, maka bisa menjadi Invasive
Lobular atau Invasive Ductal Carsinoma.
2. Invasive Breast cancer ( kanker payudara yang invasif )
Invasive (infiltrating) breast cancer adalah jenis kanker yang sel kankernya
telah keluar / lepas dari mana dia berasal, menyerang jaringan sekitar yang
mendukung saluran dan kelenjar-kelenjar payudara. Sel-sel kanker ini bisa
menyebar keberbagai bagian tubuh, seperti ke kelenjar getah bening.
Jenisnya antara lain :
• Invasive Ductal carsinoma ( IDC )
Gambar 2.3: Invasive Ductal Carsinoma (IDC)
A. Normal duct cells
B. Ductal cancer cell breaking through basement membrane
Dianggap sebagai penyebab terbesar kanker payudara yang invasif (85%). Jika
seorang wanita mempunyai IDC, maka sel kanker yang berada di sepanjang saluran
air susu akan keluar dari dinding saluran tersebut dan menyerang jaringan disekitar
payudara. Sel kanker bisa saja tetap terlokalisir, berada didekat tempat asalnya atau
menyebar (metastasis) kebagian tubuh yang lain, terbawa oleh peredaraan darah atau
system kelenjar getah bening. Untuk jenis IDC solid tubular, meskipun invasif tapi
masih lumayan terkendali dibanding jenis invasif lain.
• Invasive lobular Carsinmo ( ILC )
Gambar 2.4: Invasive Lobular Carsinoma (ILC)
A. Normal cells
B.Lobular cancer cells breaking through the basement membrane
C. Basement membrane
Meskipun tidak sebanyak IDC (10%), tipe ini juga mempunyai sifat
yang mirip. ILC, berkembang dari kelenjar yang memproduksi susu dan
kemudian menyerang jaringan payudara disekitarnya. Juga bahkan ke
tempat yang lebih jauh dari asalnya. Dengan ILC, penderita mungkin
tidak akan merasakan suatu benjolan, yang dirasakan hanyalah adanya
semacam gumpalan atau suatu sensasi bahwa ada yang berbeda pada
payudara. ILC, bisa diditeksi hanya dengan menyentuh, dan kadang
juga bisa tidak terlihat dalam mammogram. ILC ini bersifat seperti
cermin, kalau payudara kanan ada berjolan, biasanya sebelah kiri juga
2.2.3. Anatomi Payudara
Payudara merupakan aksesoris kulit yang berfungsi menghasilkan susu. Dasar payudara
terletak pada iga kedua sampai iga keenam dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaries
media. Pria dan wanita memiliki payudara bentuk yang sama bila belum dewasa. Hanya saja
pada masa pubertas payudara wanita lama-kelamaan membesar menbentuk setengah lingkaran,
sedangkan pria tidak. Pembesaran ini terjadi akibat pengaruh hormon-hormon ovarium dan
penimbunan lemak (Snell, 2006).
Payudara terdiri dari 15-20 lobus yang tersusun radial dan berpusat pada putting payudara.
Saluran utama dari setiap lobus bermuara di putting payudara dan mempunyai ampulla yang
melebar tepat sebelum ujungnya, dasar dari putting payudara dikelilingi daerah kulit berwarna
gelap atau disebut areola mammae. Pada areola mamma terdapat tonjolan-tonjolan halus yang
diakibatkan oleh kelenjar areola dibawahnya. Payudara mencapai ukuran maksimal selama masa
laktasi (Snell, 2006).
Sumber pendarahan arteri pada payudara dari rami perforans arteriae thoracicae
internae dan arteriae intercostales. Selain itu, arteri axillaris juga mengalirkan darah ke kelenjar
payudara. Untuk vena, pendarahannya mengikuti arteri (Snell, 2006).
Untuk keperluan klinis, aliran limfe payudara dibagi menjadi kuadran-kuadran. Kuadran
lateral mengalirkan cairan limfe ke nodi axillaries anterior atau kelompok pektoralis. Sedangkan
kuadran medial mengalirkan cairan limfenya melalui pembuluh-pembuluh yang menembus
ruangan intercostalis dan masuk ke dalam kelompok nodi thoracales internae (Snell, 2006).
Untuk membagi lokasi dari kanker, payudara dibagi menjadi beberapa kuadran
(Dalimartha, 2004), yaitu:
1. Kuadran atas bagian medial
2. Kuadran atas bagian lateral
3. Kuadran bawah bagian medial
4. Kuadran bawah bagian lateral
Gambar 2.5: Anatomi Payudara
Sumber 2008: Trialsight Medical Media
2.2.4. Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, yaitu tumbuh sangat
cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan
menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan
penyakit yang menular (Diananda, 2009).
Istilah tumor tidak sama dengan kanker. Tumor adalah istilah umum untuk setiap benjolan
abnormal. Sedangkan kanker adalah tumor yang bersifat ganas. Dengan demikian, kanker itu
sama dengan tumor yang ganas (Diananda, 2009).
Jadi kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
maupun karingan ikat pada payudara) dan berasal dari jaringan lain yang merupakan metastase
dari kanker lain (Diananda, 2009).
Insidensi kanker disetiap Negara tidak sama, baik insidens keseluruhan maupun insidens
spesifik (Wim de jong, 2005).
Tabel 2.1: Urutan kekerapan kasus baru kanker di Negara Barat dan Negara
yang Berkembang (Wim de jong, 2005)
Jenis kanker Indonesia Negara Berkembang Negara Barat Dunia Serviks 1 1 10 5 Hepar 2 7 14 8 Payudara 3 5 4 3 Paru 4 6 1 2 Leukemia 5 9 7 9 Nasofaring 8 3 8 6
Lambung 2 3 1
Kolon/Rektum 8 2 4 Esofagus 4 15 7
Penyakit kanker payudara terbilang penyakit kanker yang paling umum menyerang kaum wanita, namun pria memiliki kemungkinan mengalami penyakit ini dengan perbandingan 1
diantara 100 (Glance, 2007). Pada pria perjalanan penyakitnya karena tahap dini sudah melekat
kesekitarnya (Wim de jong, 2005). Insidensi kanker payudara lebih tinggi di Negara Barat dan
lebih banyak pada populasi kulit putih dibandingkan kulit hitam (Glance, 2007). Secara
geografik kanker payudara lebih tinggi di Amerika Utara dan Eropa Barat jika dibandingkan
2.2.5. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab (etiologi) kanker payudara,
namum beberapa faktor risiko terjadinya kanker payudara adalah:
1. Usia
Meningkat setelah usia 30 keatas (Robbins, 2007). Hal ini dapat dimengerti karena
pajanan pada karsinogen, inisiator, dan promoter lebih lama pada usia lanjut (Win de
jong, 2005).
2. Genetik
Sekitar 5 hingga 10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi herediter spesifik.
Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herediter memperlihatkan mutasi di
gen BRCA1 (Breast Cancer Gene 1) dan sepertiga di BRCA2 (Breast Cancer Gene 2).
Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduannya bekerja
sebagai gen penekan tumor karena muncul jika kedua sel inaktif atau cacat pertama
disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh mutasi somatik berikutnya
(Robbins, 2007).
3. Riwayat keluarga
Jika ibu atau saudara wanita mengidap kanker payudara maka risiko kanker payudara
meningkat dua kali lipat dibandingkan wanita lain yang dalam keluarganya tidak ada
penderita satupun (Tjindarbumi, 2002).
4. Tidak Kawin atau Nulipara
Wanita yang tidak kahwin akan meningkat risikonya 2-4 kali untuk menderita kanker
payudara dibandingkan dengan wanita yang kawin dan punya anak (Tjindarbumi, 2002).
5. Melahirkan Anak Pertama pada Usia lebih dari 35 tahun
Wanita yang melahirkan anak pertamanya pada usia lebih dari 35 tahun akan memiliki
risiko 2 kali lebih besar (Tjindarbumi, 2002).
6. Menarche
Wanita yang mendapat haid pertama kali (menarche) pada usia kurang dari 12 tahun
meningkat risikonya menjadi 1,7-3,4 dibandingkan dengan wanita menarche pada usia
normal atau lebih dari 12 tahun (Tjindarbumi, 2002).
7. Riwayat infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak payudara memiliki risiko 3-9 kali lebih
8. Wanita yang menopause lebih dari 55 tahun memiliki risiko 2,5-5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang menopause diusia normal (Tjindarbumi, 2002).
9. Adanya kanker pada payudara yang kontralateral akan meningkat risikonya menjadi 3-9
kali lebih besar dengan yang tidak (Tjindarbumi, 2002).
10.Pernah mengalami radiasi dinding dada memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi
(Tjindarbumi, 2002).
2.2.6. Gejala Klinis Kanker Payudara
Kanker payudara pada tahap awal biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita
merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu aktivitasnya. Tanda yang mungkin
dirasakan pada stadium ini adalah teraba benjolan kecil di payudara. Beberapa keluhan yang
muncul pada penderita kanker payudara adalah (Dalimartha, 2004):
1. Teraba benjolan pada payudara.
2. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
3. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati.
4. Gangguan lapisan kulit luar, berupa peradangan (eksim) pada putting susu dan sekitarnya
sudah lama tidak sembuh walau diobati.
5. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari putting atau keluar air susu pada wanita yang
tidak sedang hamil atau pun tidak sedang menyusui.
6. Putting payudara tertarik kedalam.
7. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange).
2.2.7. Diagnosa Kanker Payudara
Diagnosa pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis, yaitu pemeriksaan
jaringan payudara yang dicurigai kanker dibawah mikroskop. Bila hasilnya ganas maka operasi
definitif segera dilakukan. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara yaitu
(Tjindarbumi, 2002):
• Biopsy aspirasi (fine needle biopsy)
• Needle core biopsy dengan jarum Silverman
Beberapa hal yang umumnya dilakukan dokter dalam menegakkan diagnosa kanker
payudara adalah:
1. Anamnesa
Yaitu dokter bertanya pada penderita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kanker
payudara. Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita.
Pada umumnya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan selanjutnya mungkin
terasa sakit. Pertumbuhan tumor yang cepat merupakan indikasi kemungkinan tumor
ganas. Pada kasus yang meragukan, anamnesa lebih banyak diarahkan pada indikasi
golongan risiko (Tambunan, 1991).
2. Pemeriksaan Fisik
Meliputi 2 hal, yaitu inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dokter akan melihat payudara
kiri dan kanan apakah simetris, adakah kelainan papilla, letak dan bentuk, retraksi putting
payudara, adakah kulit, tanda radang, peau d’orange, dimpling, dan ulserasi. Inspeksi ini
dilakukan dalam keadaan penderita duduk, tangan pada panggul, dan kemudian dengan
memakai 3-4 telapak jari. Palpasi lembut akan dilakukan dari bagian tepi sampai areola
dan putting payudara. Seluruh payudara diperiksa ulang dengan posisi berbaring dengan
tangan pada belakang kepala. Selain payudara, aksilla juga diperiksa dalam posisi duduk.
Pemeriksaan dilakukan pada aksilla kanan dengan tangan kanan penderita diletakkan
lemas ditangan kanan pemeriksa dan aksilla diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa.
Begitu sebaliknya untuk aksilla kiri. Yang diraba adalah kelompok kelenjar getah bening
yang biasanya mempunyai hubungan yang erat dengan adanya kanker payudara.
Gambaran penting pada benjolan atau limfonodus adalah ukurannya bentuk, mobilitas,
atau fiksasi (Tjindarbumi, 2002).
3. Pemeriksaan Lanjutan
Yaitu apabila adanya kelainan pada payudara atau teraba benjolan. Pemeriksaan dapat
berupa yaitu mammografi, pemeriksaan petanda tumor, pemeriksaan USG dan MRI, serta
bila diperlukan dari histopatologi.
1. Mammografi adalah pemeriksaan radiologis khusus menggunakan sinar X dosis
rendah untuk mendeteksi kanker payudara sedini mungkin, bahkan sebelum
mammografi dikombinasikan dengan ultrasonografi (USG) akan meningkat
ketepatan diagnosis dari 70% menjadi 90% (Dalimartha, 2004).
2. USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk membuat gambar
dari jaringan payudara. USG dapat membedakan antara massa padat yang
mungkin kanker, dan kista berisi cairan yang biasanya bukan kanker (cancer.net)
3. MRI menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar
rinci dari tubuh. Sebuah media kontras (pewarna khusus) dapat disuntikkan ke
dalam vena pasien untuk menciptakan gambar yang lebih jelas. Menurut
American Cancer Society, perempuan berisiko tinggi untuk kanker payudara
(misalnya, wanita dengan kanker payudara mutasi gen BRCA2 atau riwayat
keluar kanker payudara) harus menerima MRI screening bersama dengan
mammogram. MRI sering lebih baik dalam melihat sebuah massa kecil di dalam
payudara seorang wanita dari mammogram atau USG, terutama bagi perempuan
dengan jaringan payudara yang sangat padat, namum memiliki tingkat lebih tinggi
hasil tes positif palsu (hasil tes yang menunjukkan kanker padahal mungkin tidak
hadir kanker) (cancer.net).
4. Pemeriksaan petanda tum0r untuk kanker payudara, seperti MCA (mucin-like
carcinoma antigen) (Dalimartha, 2004).
2.2.8. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi
(antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan
penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan
terapi dilakukan secara individual.
a. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor,
umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor
(lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau
kemoterapi.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
c. Terapi hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
d. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker
oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel
kanker saja.
e. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara
khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor bisa
menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 unutk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.
f. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang mengalami
kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup. Meskipun demikian,
hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang harapan hidup pada pasien,
diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Focus terapi pada kanker
tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk
memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi
radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2-positif, ttastuzumab
2.2.9. Komplikasi Kanker Payudara
a. Gonore: Yang tidak diobati dapat menyebabkan kemandulan pada wanita atau penyakit radang panggul, dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Pria dan
wanita dapat mengalami infeksi diseminata disertai arthritis, endokarditis, atau
konjungtivitis yang dapat menyebabkan kebutaan. Apabila ditularkan ke bayi baru
lahir sewaktu persalinan, dapat terjadi kebutaan.
b. Siflis: Yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal jantung dan kelainan saraf. Apabila ditularkan ke janin selama kehamilan, kematian janin atau infeksi
neonatus dapat terjadi.
c. Infeksi klamidia: Dapat menyebabkan kemandulan pada pria dan wanita, dan epididimitis pada pria. Pada wanita yang terinfeksi dapat timbul penyakit radang
panggul dan kehamilan ektopik. Apabila ditularkan pada bayi baru lahir,
konjungtivitis dapat terjadi.
2.2.10. Prognosa Kanker Payudara
Prognosa tergantung pada kasus kelenjar getah bening (KGB), ukuran tumor, dan derajat
histologist yang secara keseluruhan angka ketahanan 10 tahun sebesar 80% (Glance,2007).
Kanker payudara dini memiliki angka harapan hidup 5 tahun untuk penderita stadium I
adalah 95% dan untuk stadium II adalah 80%, dengan angka kekambuhan lokal sekitar 6%.
Penderita dengan resiko tinggi mempunyai tumor dengan diferensiasi sitologis buruk, menembus
limfatik dan pembuluh darah, sirkumskripsi buruk. Indeks labeling timidin yang tinggi
(peninggian jumlah sel yang berkembang), dan negatifitas RE sekitar 50% (Schwartz, 2000).
Prognosa untuk penyakit stadium III telah meningkat dari 20% menjadi 40% pada 5
tahun dengan adanya pengobatan adjuvant. Kebanyakan penderita ini dapat menerima
kemoterapi pra-operasi. Penyakit stadium IV masih mempunyai harapan hidup 5 tahun kurang
dari 10 tahun (Schwartz, 2000).
Karsinoma peradangan (IIIb), sebelumnya diperkirakan sebagai kanker mematikan dari
semua karsinoma, sekarang memiliki harapan 5 tahunan hampir mencapai 30% pada penggunaan
pengobatan multimodal sekuensial (Schwartz, 2000).
Penderita yang mempunyai kanker payudara selama masa kehamilan dan menyusui
karena kesukaran dalam menilai ketebalan kelenjar payudara mereka. Mereka harus diobati sesuai
dengan yang diindikasikan stadiumnya (Schwartz, 2000).
2.2.11. Pencegahan kanker Payudara
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada penjamu, dan milestone. (Isti`anah Surury, 2009)
Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara ini
(Isti`anah Surury, 2009).
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus
haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode dini terus
mengalami perkembangan. Skrinning melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain :
1. Wanita yang sudah mencapai usia 40tahun dianjurkan melakukan cancer
riskassessmentsurvey.
2. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
3. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker
payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun
sensitivitas SADARI untuk medeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara
dini menjadi 75% (Isti`anah Surury, 2009).
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting
unutk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa
operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup
penderita. Bila kanker telah jatuh bermentastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif (Isti`anah Surury, 2009).
Berikut cara mencegah kanker payudara secara umum:
1. Kesadaran akan payudara itu sendiri
Lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh wanita itu sendiri. Perhatikan setiap
perubahan pada payudara menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita. Saat ini,
wanita disarankan untuk breast awareness. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa
payudara mereka di depan cermin, dan rasakan saat mandi atau terlentang pada periode
berbeda setiap bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak normal dapat diketahui
segera (Isti`anah Surury, 2009).
2. Berikan ASI pada bayi
Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI dan menurunnya
akan hal ini. Para peneliti mengklaim bahwa lebih muda dan lebih lama seorang ibu
memberikan ASI pada bayinya adalah semakin baik. Hal ini didasari pada teori bahwa
kanker payudara berkaitan dengan hormon estrogen. Penberian ASI secara berkala akan
mengurangi tingkat hormon tersebut (Isti`anah Surury, 2009).
3. Jika menemukan gumpalan, segera ke dokter
Penelitian menunjukkan banyak wanita menunda untuk ke dokter jika mereka
menemukan gumpalan pada payudaranya, mereka takut memiliki kanker. Ini adalah hal
terburuk yang mereka lakukan. Jika menemukan gumpalan, segera konsultasi ke dokter
karena ini akan membantu menenangkan pikiran. Jika gumpalan tersebut adalah kanker,
segera lakukan pengobatan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa (Isti`anah Surury,
2009).
4. Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga
Masih perlu banyak penelitian untuk memahami secara menyeluruh semua penyebab
kanker payudara. Tetapi satu hal yang perlu untuk diyakini adalah faktor gen. Faktor ini
setidaknya sebanyak 10% dari semua kasus kanker payudara. Hal ini dianggap satu
dalam 500 kurang menbawa gen yang dapat membuat mereka diduga memiliki penyakit
tersebut (Isti`anah Surury, 2009).
5. Perhatikan konsumsi alkohol
Dalam sejumlah penelitian, alkohol memiliki kaitan dengan kanker. Hal ini didasari pada
kenyataan bahwa alkohol meningkatkan estrogen.
6. Perhatikan berat badan
Obesitas nampaknya dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Para peneliti
menemukan wanita dengan berat 44 sampai 55 pound setelah umur 18 sebanyak 40%
memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker dibanding mereka yang berubah-ubah hanya
4 atau 5 pound semasa remajanya.
7. Olahraga secara teratur
Beberapa penelitian menyarankan bahwa olahraga dapat menurunkan resiko kanker
payudara. Hal ini karena penelitian menunjukkan bahwa semakin kurang olahraga,
semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.
8. Kurangi makanan berlemak
bahwa gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat meningkatkan resiko penyakit.
Pertahankan asupan makan rendah lemak, tidak melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini
akan membantu mempertahankan diet seimbang yang juga membantu menjaga berat
badan. Kita menyimpan estrogen di lemak tubuh, jadi lebih sedikit lemak yang kita bawa,
lebih baik.
9. Setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur.
Meskipun masih diperlukan banyak penelitian untuk menentukan penyebab kanker
payudara, satu dari faktor utama penyebab adalah faktor usia. 80% kanker payudara
terjadi pada wanita berumur diatas 50 tahun.
10.Belajar relaks
Banyak tercatat bahwa stress dapat menyebabkan semua jenis masalah kesehatan.
Meskipun masih banyak perdebatan atas temuan ini, menurunkan tingkat stress akan
menguntungkan untuk kesehatan secara menyeluruh, termasuk resiko kanker payudara.
11.Masukkan brokoli ke dalam menu harian
Kira-kira dalam sehari anda hanya membutuhkan secangkir brokoli. Tahukah Anda,
brokoli mengandung senyawa sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi
risiko kanker.
12.Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian
Pilihlah sayuran berwarna hijau. Makanlah tomat yang kaya dengan likopen. Konon
likopen juga agen yang berfungsi memerangi kanker.
13.Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan
Disamping minum teh hijau, kudaplah dark chocolate sesekali, karena secara ilmiah
terbukti cokelat sebagai agen yang memerangi kanker. Namun ingat jangan cokelat
manis, karena anda tidak akan mendapat manfaatnya.
14.Konsumsi kedelai dan olahannya
Di dalam kedelai terkandung 40% protein yang terdiri dari asam lemak esensial dengan
daya cerna yang sangat baik, 15% oligosakarida dan monosakarida, 15% serat, 20%
lemak yang sebagian besar terdiri dari asam lemak tak jenuh dan 10% adalah bahan
lainnya. Selain itu senyawa fotokimia pada kedelai memiliki aktivitas biologis, salah
satunya adalah isoflavon yang tetap stabil pada suhu panas sehingga tidak berubah