Desa Sidomulyo terletak di Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur,
wilayah Kecamatan Kongbeng sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Berau,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karang dan Kecamatan Bengalon,
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Muara Wahau, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Muara Wahau1. Desa Sidomulyo adalah salah satu dari
tujuh (7) desa di kecamatan Kongbeng.
Latar belakang desa Sidomulyo sebelumnya berasal dari transmigrasi yang
datang pada tahun 1988 dan dari berbagai daerah antara lain : Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara Timur, yang pada awalnya berjumlah dua ratus (200) Kepala Keluarga
(KK), tiga belas (13) Rukun Tetangga (RT)2. Batas desa, disebelah utara berbatasan
dengan desa Marga Mulya Kecamatan Kongbeng, disisi selatan berbatasan dengan
desa Karya Bakti Kecamatan Muara Wahau, sebelah barat berbatasan dengan desa
Karya Bakti Kecamatan Muara Wahau, Di sisi Timur berbatasan dengan desa
Sripantun Kecamatan Kongbeng.3 Luas wilayah desa Sidomulyo 19.20 Km2. Jumlah
penduduk desa Sidomulyo, jumlah kepala keluarga, jumlah penganut Agama sesuai
tabel berikut :
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Desa Sidomulyo Menurut Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
1.394 1.153 2.547
Sumber : data, kantor desa
1
Sumber Data Observasi wawancara dengan ketua BPD desa Sidomulyo; dengan cek //kutimkab. bps.go.id/webbeta/website/pdf_ publikasi/Kecamatan-Kongbeng-Dalam-Angka-2017 pdf.
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Kepala Keluarga Desa Sidomulyo
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
440 KK 687 KK 851 KK
Sumber: data, Kantor Desa
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Desa Sidomulyo
Islam Kristen Hindu Katolik Jumlah Penduduk
2.027 210 250 50 2.547
Sumber: data, Kantor Desa
Desa Sidomulyo dipimpin oleh seorang warga yang beragama minoritas,
Kepala Desa beragama Hindu dan berasal dari suku Bali. Melihat konteks saat ini,
jika ada kelompok mayoritas pasti akan ada usaha untuk mengatur dan berkuasa
terhadap kelompok minoritas. Tetapi hal ini tidak terjadi di desa Sidomulyo.
Desa Sidomulyo yang terdiri dari tiga belas (13) RT, penduduknya memiliki
pola interaksi sosial menarik untuk diteliti, karena dari tiga belas (13) RT,
penduduknya berlatar belakang berbeda-beda suku budaya dan agama. Mereka
memperlihatkan pola kehidupan rukun dan damai yang saling menghargai dan
menghormati. Hal ini dapat dijumpai dalam kegiatan gotong royong dalam
lingkungan RT, gotong royong membangun rumah dan gotong royong bersih desa
dalam rangka persiapan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Namun
hal ini tidak terjadi disemua RT yang ada di desa Sidomulyo. Selanjutnya yang
menarik untuk diteliti, karena dari tiga belas RT ada yang ada, ada lima RT yang
memperlihat pola kehidupan rukun dan damai sedangkan di delapan RT lain tidak,
padahal mereka dalam satu lingkungan desa.
Penduduk desa Sidomuyo di lima Rukun Tetangga (RT) berlatar-belakang
berasal dari daerah Lumajang, Purwodadi, Tulung Agung dan beberapa daerah
lainnya), suku Bali (berasal dari daerah Gianyar dan Karang Asem Singaraja) dan
Nusa Tengara Timur (berasal dari daerah Sabu Barat, Ende dan Soe). Penduduk desa
Sidomulyo adalah pendatang melalui jalur transmigrasi. Sedangkan di delapan RT
yang lainnya, warga dalam desa lingkungan RT penduduknya didominasi satu kultur
budaya dan suku, misalnya Jawa, dari Kediri dan lainnya.
Perbedaan suku budaya tidak menjadi halangan di lima RT untuk melakukan
dan melaksanakan ritual kebudayaan, hal ini dapat dijumpai di acara seperti :
selamatan Satu Suro khususnya suku Jawa, dan Ngaben atau upacara pembakaran
mayat, arak-arakan Ogoh-Ogoh pada malam sehari menjelang hari raya Nyepi dari
suku Bali. Sekalipun ada perbedaan mereka tetap saling mendukung dan
berpartisipasi, terlebih dalam kegiatan yang memerlukan sebuah persiapan dan
melibatkan banyak orang seperti : acara perkawinan, sunatan, tasmia, namun kegiatan
seperti itu tidak nampak di kedelapan RT lainnya.
Kerukunan dalam perbedaan beragama di lima RT dapat dilihat dan dijumpai
dari acara hari besar keagamaan seperti hari besar agama Islam Idul Fitri. Satu hari
sebelum Idul Fitri, tetangga yang bukan Muslim memberi hantaran yang bisa
disamakan dengan parsel. Hal ini diberlakukan kepada mereka yang Hindu dan
Kristen dan sebaliknya. Jika ada acara keagamaan warga melakukan perkunjungan
dan memberi ucapan selamat seperti: Om Swastiastu, untuk yang agama Hindu, Minal
Aidin wal Faizin untuk yang beragama Islam dan untuk agama Kristen selamat
Natal dan Tahun Baru.
Kegiatan pemberian hantaran dan ucapan selamat tidak terlaksana di delapan
umum untuk kerukunan umat beragama dapat dilihat dari adanya tempat-tempat
ibadah seperti : Gereja, Masjid dan Pura sebagai tempat pelaksanaan ritual agama.
Kehidupan yang rukun dan damai dalam perbedaan suku, budaya dan agama
menjadi sebuah kekuatan serta memberikan semangat kepada setiap individu untuk
meningkatkan ekonomi keluarga. Karena dengan situasi rukun dan damai setiap
individu mampu hidup berdampingan dan mendatangkan kesejahteran dan
pemerataan hidup dari nilai pancasila4.
Kerukunan dan kedamaian di Desa Sidomulyo adalah interaksi sosial yang
berhubungan antara orang-orang dan perorangan, antara kelompok-kelompok dengan
individu. Georg Simmel memberi perhatian kepada masalah-masalah kecil terutama
dalam tindakan dan interaksi individual dalam bentuk-bentuk interaksi sosial
(misalnya Konflik)5
Seperti yang diuraikan di atas, bahwa kehidupan rukun dan damai itu adalah
bagian dari interaksi karena didalamnya tidak hanya satu individu, satu subyek tetapi
lebih dari satu, yang di perlihatkan di Lima RT yang berbeda suku, budaya dan
agama. Seperti dalam teori Georg Simmel dalam interaksi ada nilai pertukaran yang
timbal balik menciptakan persatuan6, nilai timbal balik didalam pertukaran bisa
berdampak pada kerugian atau keuntungan berkaitan persaingan Ekonomi secara
Individu dan komunitas atau kelompok7. Sehingga interaksi yang dilakukan oleh
masyarakat desa Sidomulyo apakah mempunyai nilai? Menurut Georg Simmel Ilmu
pengetahuan sosiologi bertujuan untuk mendeskripsikan, menafsirkan,
4
M, Taopan, Keunggulan Pancasila sebagai Filsafat Kenegaraan. (Bandung : PT Cirta aditya bakhti.1996).,42. masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi.(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama .1993).,95.
7
mengklasifikasikan, menganalisis dan penyelidiki tentang bentuk-bentuk hubungan
sosial yang terjadi di masyarakat8.
Penelitian ini mengunakan teori interaksi sosial Georg Simmel untuk
mendapatkan nilai-nilai dan bentuk-bentuk kerukunan. Apakah nilai-nilai kerukunan
dan kedamaian yang ditemukan itu didasarkan pada nilai-nilai tertentu atau
berdasarkan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa kehadiran orang lain ?, serta
bagaimana mempertahankan nilai-nilai itu tetap berlaku dalam kemajemukan di lima
RT di desa Sidomulyo Kutai Timur.
Adapun penelitian yang meneliti tentang memahami kerukunan hidup
beragama di desa Sidomulyo, Kutai Timur dari perspektif Georg Simmel belum ada,
atas dasar inilah penulis melihat bahwa pola kehidupan warga masyarakat desa
Sidomulyo itu perlu dilakukan penelitian. Hal ini mengkuatirkan, sebab dalam satu
lingkungan desa yang berjumlah tiga belas RT, hanya ada lima RT yang hidup rukun
dan damai.
Rumusan Masalah
Permasalahannya yang perlu diajukan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kerukunan hidup umat beragama di desa Sidomulyo Kutai Timur?
2. Apa dasar kerukunan hidup beragama penduduk di desa Sidomulyo Kutai
Timur ?
8
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian yang dilakukan di lingkungan warga
masyarakat di desa Sidomulyo anatara lain:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kerukunan hidup beragama di desa
Sidomulyo?
2. Menganalisa dasar kerukunan hidup beragama di desa Sidomulyo.
Manfaat Penelitian
Signifikasi dari penelitian memberikan sumbangan dan manfaat bagi kampus
secara akademis, untuk bahan masukan dan refleksi, dalam menyikapi
persoalan-persoalan disintergritas dalam kerukunan umat beragama dan bagi pemerintahan desa
Sidomulyo memberikan masukan dalam membangun dialog kerukunan agama yang
ada, menjadi masukan dan saran untuk referensi pembinaan kerukunan dan
kedamaian. Sebagai penerapan nilai-nilai kebenaran kerukunan dan damai yang harus
terus menerus di implementasikan warga masyarakat desa Sidomulyo, serta bagi
Gereja yakni GPIB dapat dijadikan Perspektif bagi perencanaan program dalam
pendekatan hidup di masyarakat yang majemuk sebagai tugas dan peran Gereja hadir
didalam kemajemukan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (Fielld Research) kualitatif9.
Penelitian kualitatif membantu penulis menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau dari lisan orang-orang atau perilaku yang dapat diamati10. Penulis
9
Mengunakan metode pengumpulan data. Dengan memperhatikan apa, di
mana, dan beberapa data yang diperlukan di dalam suatu penelitian untuk
pengumpulan datanya.11 sehingga penulis melakukan pengamatan secara menyeluruh
terhadap interaksi masyarakat (observasi invention), wawancara secara mendalam
(in-depth-interview) untuk mendapat informasi secara lisan dari para informan,
dokumentasi untuk memperoleh data monografi dan demografi penduduk.
Selanjutnya menganalisis data dengan menelaah data, kemudian direduksi untuk dapat
dikategorikan sesuai tipe masing-masing data, setelah itu ditulis secara deskriptif
analisis dalam bentuk tulisan sesuai dengan hasil penelitian.
Garis Besar Penulisan
Bab satu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian signifikansi
tulisan , metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab. Dua riwayat hidup Simmel, pemikiran-pemikiran Simmel tentang
masyarakat, teori Simmel tentang kerukunan hidup dalam masyarakat.
Bab. Tiga mendeskripsikan kerukunan umat beragama di desa Sidomulyo,
Kutai Timur
Bab. Empat menganalisis data berdasarkan pemikiran yang dibangun sebagai
teori Georg Simmel tentang interaksi sosial.
Bab. Lima kesimpulan dan sara
10 Neuman Lawrence W. Sosial Researcrh Methods:Qualitative and QuantitativeApproaches, (Jakarta: PT Indeks, 2016.,22-24., di dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Licconh. Hand Book Of Qualitative Research. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar.2009).,341-343.
11