• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALU ASI PROSES PEMBELA JARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALU ASI PROSES PEMBELA JARAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi. Metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.

Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik. Observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya . melalui observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami kesulitan .melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami perilaku anak dengan lebih baik , observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi.

B. Rumusan Masalah

Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan batasan masalah yang akan di teliti dalam penilitian ini agar diperoleh pemahaman yang lebih baik.

1. Apa pengertian observasi? 2. Apa fungsi dan tujuan observasi? 3. Apa manfaat observasi?

4. Sebutkan jenis-jenis observasi!

5. Sebutkan kekurangan dan kelebihan observasi! 6. Bagaimana cara merancang observasi?

(2)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Observasi

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental)

maupun konteks alamiah.

Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada ketetapan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu, teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah laku yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi yang alami.

Pengamatan juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan data hasil pengamatan harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan analisis hal yang sangat penting adalah menyertakan semua data atau hal tentang objek yang diamati

Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada kondisi yang baik. Pengamat yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan mempengaruhi hasil pengamatan

Observasi merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam mencatat fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena tersebut. Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63)

menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap

(3)

tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi, diantaranya:

alasan pemanfaatan pengamatan,

macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001: 125).

Pengertian observasi Menurut Flick (2002: 135)

menjelaskan tentang observasi sebagai berikut: disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diintegrasikan.

Pengamatan merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki

Sebagai salah satu teknik nontes observasi memiliki nilai :

(a). Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain. (b). Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain, (c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui. (d). Pengamatan bersifat selektif.

(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan B. Fungsi dan Tujuan Observasi

fungsi dari diadakannya observasi:

1. untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.

2. untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung

3. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat gejala terjadi.

4. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam. Dalam hal ini,biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.

5. Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan metode observasi.

(4)

Dalam melakukan pengamatan, konselor harus memiliki kriteria spesifik untuk melakukan observasi. Kita melakukan observasi untuk suatu tujuan, oleh karena itu kita melihat karakteristik individu untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu menjadi dasar untuk mengidentifikasi kriteria spesifik yang akan mengarahkan pada kita apa yang akan diamati.

Tujuan tersebut adalah:

1. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya

2. Mendeskripsikan kejadian, orang, kegiatan dan maknanya bagi mereka (bukan bagi

observer).

3. Memperoleh data ilmiah yang akan digunakan untuk penelitian maupun untuk tujuan assesment.

4. untuk dapat mendeskripsikan Setting yang akan dipelajari atau di teliti, dengan observasi ini juga kita dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang terlibat dalam aktifitas yang di teliti, selain itu kita juga dapat mengetahui makna dari setiap kejadian yang terjadi. 5. mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus

dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.

Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:

1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak. 2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama. 3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

C. Manfaat Observasi

(5)

dari observasi biasanya deskriptif sehingga membuat peneliti menjadi lebih objektif dan terbuka terhadap permasalahan yang di teliti.

Mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks yang diteliti atau yang terjadi. Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif.

Penelitidapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu.

Memperoleh data tentang hal-halyang tidak diungkapkan secara terbuka dengan wawancara.

Mengatasi persepsi selektif yang biasanya dimunculkan individu pada saat wawancara Memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan Impresi dan perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena D. Jenis-jenis Observasi

Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation) dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).

1. Pengamatan partisipasi

Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang diobservasi. Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.

2. Pengamatan nonpartisipasi

(6)

melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati

3. Pengamatan sistematis/terstruktur

Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.

Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan.

4. Pengamatan nonsistematis

Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses pengamatan.

5. Free situation

Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.

6. Manipulasi situasi

Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format eksperimen.

7. Percampuran antara dua situasi

Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas E. Kelebihan dan Kekurangan Observasi

Kelebihan dan kekurangan

(7)

Untuk itu akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan metode pengamatan berikut ini: Kelebihan observasi

(a). Membarikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain. (b). Memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain (c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat observasi tidak diketahui (d). Pengamatan bersifat selektif.

(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan. Kekurangan observasi

(a). Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa peserta didik sekaligus

(b). Hasil pengamatan pada suatu kejadian tidak dapat diulang pada waktu lain.

(c). Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil, pengamatan perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang panjang

(d). Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat subjektif, sehingga diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat

(e). Sikap pengamat, jarak waktu yang panjang antara satu situasi dengan situasi yang diamati, dan objektivitas pencatatan akan sangat mempengaruhi validitas pengamatan.

(f). Orang akan salah tingkah jika ia tahu menjadi objek observasi yang dapat menyebabkan tidak alaminya pengamatan

F. Pedoman Observasi

Langkah Penyusunan Pedoman Observasi

Penyusunan skala penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar menggambarkan kriteria tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati. Adapun langkah-langkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:

1. Menetapkan tujuan

2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.

3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan

4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang digunakan, banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan kolom komentar, dsb)

5. Membuat format skala penilaian

6. Membuat pedoman pengisian yang jelas

Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:

(8)

(a). Minat di sekolah

(b). Relasi dengan teman sebaya (c). Relasi dengan guru

(d). Gaya dalam memecahkan masalah 3. Membuat deskriptor dari setiap kriteria.

(a). Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada kegiatan kelas, kesiapan untuk belajar

(b). Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap teman, persahabatan dengan sebaya

(c). Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap terhadap guru, sikap guru.

(d). Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi masalah, dapat mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat bekerja, dsb.

G. Cara Merangcang Observasi

Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman pengamatan, pelaksanaan pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan

1. Penyusunan pedoman pengamatan

Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang pedomannya agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu: A. Menetapkan tujuan pengamatan

B. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan

C. Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format pencatatan hasil pengamatan.

D. Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji coba pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala penilaian yang akan digunakan reliabel atau tidak. 2. Pelaksanaan pengamatan

Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.

(9)

B. Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan

C. Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati

D. Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat. E. Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai kebutuhan.

F. Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,

G. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan situasi yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya, pada format pencatatan hasil pengamatan yang sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang diamati. Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka pendapat, pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.

H. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama dengan seluruh pengamat

3. Analisis hasil pengamatan

A. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengamat dikumpulkan

B. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil pengamatannya.

C. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan dalam tim pengamat.

(10)

H. Alat Pencatat Observasi

Pada metode pengamatan, seseorang pengamat dalam hal ini konselor memerlukan alat untuk mencatat berbagai informasi hasil pengamatannya dengan cara yang tepat dan sistematis, sehingga hasil yang diperoleh merupakan gambaran apa adanya, objektif sesuai dengan situasi dan kondisi saat dilakukan pengamatan. Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai dengan tujuannya, adapun beberapa alat pencatat observsi adalah catatan anekdot dan skala penilaian

1. Catatan anekdot

Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang didengar dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian dalam situasi seperti apa adanya.

2. Skala penilaian

Skala penilaian merupakan metode mengandung penilaian dari pengamat terhadap orang yang diamati. Nilai skala ini terletak pada kebermaknaan karakteristik-karakteristik yang akan dinilai. Karakteristik yang akan dinilai berupa tingkah laku maupun sifat yang ditunjukan oleh individu yang diamati.

Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala penilaian numerik skala penilaian grafis dan skala penilaian grafis.

(a). Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang akan diamati.

(b). Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang menggunakan suatu garis kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis dengan menyajikan rangkaian deskripsi singkat dibawah garisnya.

(11)

BAB III PENUTUP A.Saran

Dalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik , bukan yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan observasi berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah suasana senarutal mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi tersebut.

B. Kesimpulan

(12)

DAFTAR PUSTAKA Riduwan. 2004. metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta

http://kautsarz.wordpress.com/2011/03/26/teknik-pengambilan-data-observasiwawancarakuisionersampling/ http://rialovelyjim.blogspot.com/2013/06/makalah-observasi.html

(13)

CONTOH OBSERVASI

Lembar Observasi Aktivitas Guru

Nama Guru :

Kelas/Semester : Hari/Tanggal :

Siklus Penelitian : Siklus ke.... Petunjuk penggunaan:

Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-aspek penilaian aktivitas guru dalam pembelajaran.

Adapun kriteria skor adalah 0 = tidak sesuai/tidak tampak; 1 = kurang baik;

1. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan seksama 0 1 2 3 4 2. Tujuan pembelajarannya dinyatakan dalam kalimat yang jelas dalam RPP 0 1 2 3 4 3. Materi pembelajaran yang akan diberikan memiliki kaitan atau dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran sebelumnya 0 1 2 3 4

4. Guru mempersiapkan media pembelajaran 0 1 2 3 4

5. Guru mempersiapkan seting kelas untuk pembelajaran 0 1 2 3 4

6. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan mental 0 1 2 3 4

B. Presentasi/Penyampaian Pembelajaran 0 1 2 3 4

8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 0 1 2 3 4 9. Guru memotivasi siswa, menarik perhatian agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik 0 1 2 3 4 10. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan teknik-teknik tertentu sehingga

jelas dan mudah dipahami siswa 0 1 2 3 4

11. Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan urutan yang logis 0 1 2 3 4 12. Petunjuk-petunjuk pembelajaran singkat dan jelas sehingga mudah dipahami 0 1 2 3 4 13. Materi pembelajaran baik kedalaman dan keluasannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa 0 1 2 3 4 14. Selama proses pembelajaran guru memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa 0 1 2 3 4 15. Apabila siswa bertanya, maka guru memberikan jawaban dengan jelas dan memuaskan 0 1 2 3 4 16. Guru selalu mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada akhir

kegiatan atau akhir sesi tertentu 0 1 2 3 4

(14)

-17. gPembelajaran dilakukan secara bervariasi selama alokasi waktu yang tersedia, tidak monoton dan membosankan 0 1 2 3 4 18. Apabila terjadi suatu permasalahan maka guru dapat bertindak dengan mengambil

keputusan terbaik agar pembelajaran tetap berlangsung secara efektif dan efisien 0 1 2 3 4 19. materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan 0 1 2 3 4 20. selama pembelajaran berlangsung guru tidak hanya berada pada posisi tertentu tetapi bergerak secara dinamis di dalam kelasnya 0 1 2 3 4

21.

Apabila tampak ada siswa yang membutuhkan bantuannya di bagian-bagian tertentu kelas, maka guru harus bergerak dan menghampiri secara berimbang dan tidak terfokus hanya pada beberapa gelintir siswa saja

0 1 2 3 4

22. Guru untuk mengenali dan mengetahui nama setiap siswa yang ada di dalam

kelasnya 0 1 2 3 4

23. Selama pembelajaran berlangsung guru memberikan reinforcement (penguatan) kepada siswa-siswanya dengan cara yang positif 0 1 2 3 4 24. Ilustrasi dan contoh dipilih secara hati-hati sehingga benar-benar efektif dan bukannya malah membuat bingung siswa 0 1 2 3 4 25. Media pembelajaran di dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan secara efektif 0 1 2 3 4

26. latihan diberikan secara efektif 0 1 2 3 4

27. Guru selalu bersikap terbuka dan tidak menganggap negatif apabila siswa

melakukan kesalahanan dalam proses belajarnya 0 1 2 3 4

D.. Karakteristik Pribadi Guru

-29. gGuru sabar terutama untuk memancing respon siswa 0 1 2 3 4 30. Guru berupaya memancing siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran 0 1 2 3 4

31. Guru bersikap tegas dan jelas 0 1 2 3 4

32. Penampilan guru menarik dan tidak membosankan 0 1 2 3 4

33. Guru menggunakan bahasa yang baik dan berterima 0 1 2 3 4

34. Guru selalu menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang selalu punya

inisiatif,kreatif, dan berprakarsa 0 1 2 3 4

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,