• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. ADDINDA QORRI AINI (1342620097)

2. ADELLIA NANDA DWI MARTHA PUTRI (1342620085)

3. ADHI DHARMA TRI NATA (1342620101)

4. AGHNIA MELINDA (1342620059)

5. AGNES KENYO ATVONDA (1342620004)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

(2)

Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Negara Oleh Kelompok 11

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Pancasila merupakan warisan dari para pendahulu kita yang wajib kita jaga dan kita terapkan dalam kehidupan bangsa saat ini. Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa adalah sebuah wujud pemikiran yang terlatarbelakangi dari kemajemukan masyarakat nusantara, multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras yang tergambar dalam semboyan bhineka tunggal ika agar menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Kedudukan dan fungsi Pancasila sangat penting karena segala tingkah laku dan tindakan warga Indonesia diatur oleh Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Sebagai warga negara Indonesia kita harus memahami makna-makna yang terkandung dalam setiap butiran Pancasila. Oleh karena itu setiap warga negara sangat berperan penting dalam pengamalannya. Memperjuangkan norma-norma yang terkandung di dalam Pancasila berarti kita sebagai bangsa Indonesia telah berjuang menjadi bangsa yang masyarakatnya bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Apabila kita menganut setiap makna yang terkandung dalam Pancasila, maka kehidupan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang bermoral tinggi, berkeadilan, dan persatuan bangsa akan terjaga. Manusia Indonesia akan menjadi baik secara moralnya jika menaati norma-norma dalam Pancasila. Didalam Pancasila terkandung isi dan arti yang menuntun cara berperilaku masyarakat Indonesia yang seharusnya, serta mengatur hukum yang berlaku di Indonesia

Sangat memprihatinkan jika kita melihat bagaimana kondisi bangsa kita saat ini jauh dari gambaran kehidupan yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Belum secara keseluruhan kondisi bangsa Indonesia telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang mendasari cara berkehidupan bernegara dan berbangsa yang baik. Keadilan seakan dikesampingkan demi kepentingan pribadi maupun

(3)

golongan. Sering pula masyarakat terpecah belah karena hanya memilih seorang pemimpin dan bentrokpun tak terhindarkan. Mengaku berTuhan yang Maha Esa tetapi malah bertuhan “uang” karena hanya mengejar materi saja tidak memikirkan kondisi kanan kirinya, yang terpenting hanyalah untuk isi perutnya.

Sebagai warga negara yang baik hendaknya kita lebih mengenal dasar negara kita yaitu Pancasila secara lebih dalam dan menyeluruh agar kita lebih menghargai dan menjunjung tinggi serta mengimplementasikan ideologi negara kita.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1) Apakah yang mendasari Pancasila digunakan sebagai ideologi negara Indonesia?

2) Mengapa Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia?

3) Bagaimana implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat ?

1.3. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan latar belakang dan masalah yang ada, tujuan penulisan ini didiskripsikan sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia.

2) Untuk memberikan argumentasi Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia.

3) Untuk menjelaskan implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

(4)

2.1. Faktor-Faktor yang Mendasari Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia Menurut Alfian, ideologi diartikan sebagai suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan. Sedangkan ideologi Pancasila diartikan sebagai suatu ideologi yang mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila baik itu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan (Hudiarini dkk., 2014: 108-112).

Pancasila sebagai ideologi mempunyai tiga dimensi yaitu : a. Dimensi Realitas

Dimensi realitas menunjukkan kemampuan ideologi mencerminkan realitas yang hidup dalam masyarakat bangsa penganutnya.

b. Dimensi Idealitas

Dimensi idealitas, merujuk pada kemampuan ideologi dalam memberi janji peningkatan kualitas kehidupan masyarakat bangsa sesuai dengan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam masyarakat bangsa.

c. Dimensi Fleksibilitas

Dimensi fleksibilitas menurut pada kemampuan ideologi dalam menghadapi tantangan internal maupun eksternal tanpa harus kehilangan jati dirinya. Bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa Pancasila yang sekarang menjadi dasar dan falsafah negara, pandangan hidup, dan jiwa bangsa Indonesia merupakan sistem nilai yang telah berjalan selama berabad-abad (Santosa, 2004: 99).

Mengenai kedudukan Pancasila, menurut Notonagaro, bahwa di antara unsur-unsur pokok kaidah negara yang fundamental, asas kerohanian Pancasila mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia. Pancasila memiliki kedudukan yang tinggi, yakni sebagai cita-cita dan pandangan bangsa dan negara Republik Indonesia (Trianto dkk., 2006: 43).

(5)

Pendapat diatas menjelaskan betapa fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai dengan pembukaan UUD 1945, dan yang hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum (Ibid).

Jika dilihat dari sudut sejarah, sebenarnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan sebelum negara Indonesia terbentuk. Namun, sebagai dasar negara Pancasila pertama kali diusulkan oleh Ir. Soekarno melalui pidatonya pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, dalam upaya mencari kemerdekaan Indonesia. BPUPKI merupakan badan bentukan Jepang sebagai wujud upaya pemerintahan Jepang dalam usaha kemerdekaan Indonesia (Kaelan, 2014: 20-36., Sutrisno, Slamet, 2006: 133-138).

Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia. Di dalam badan ini, Ir. Soekarno dan beberapa tokoh lain mengusulkan beberapa rumusan dasar negara. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengusulkan 5 dasar negara :

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia). 2. Internasionalisme (Perikemanusiaan). 3. Mufakat atau Demokrasi.

4. Kesejahteraan Sosial.

5. Ketuhanan yang Berkebudayaan (Ibid).

Kelima hal ini diberi nama Pancasila oleh Ir.Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh sebab itu, setiap tanggal 1 Juni 1945 diingat sebagai hari lahirnya Pancasila namun tidak secara resmi karena tanggal 10 Oktober yang dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Setelah melalui beberapa proses, akhirnya tersusunlah rumusan Pancasila seperti yang ada pada rumusan Pancasila saat ini (Ibid).

(6)

1. Azas ketuhanan. 2. Azas kemanusiaan. 3. Azas kebangsaan. 4. Azas kedaulatan.

5. Azas keadilan sosial (Ibid).

Dari segi yuridis, ada beberapa ketetapan yang menjadi dasar dijadikannya Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu :

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4

Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-empat dinyatakan sebagai berikut : “...yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan; serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Sudah jelas bahwa pada Pembukaan UUD 1945 alinea keempat terdapat unsur-unsur Pancasila yang diakui sebagai dasar negara dan ideologi negara. b. Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998, disebutkan bahwa : “Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara”.

Hal ini menjelaskan bahwa dasar negara yang dimaksud dalam ketetapan ini didalamnya mengandung makna ideologi nasional sebagai cita-cita dan tujuan negara. Dengan demikian tidak perlu diragukan lagi bahwa Pancasila telah ditetapkan oleh bangsa Indonesia sebagai ideologi nasional bagi bangsa Indonesia, yang bermakna bahwa Pancasila bukan ideologi bagi suku atau golongan tertentu dari bangsa Indonesia, tetapi merupakan ideologi seluruh bangsa Indonesia.

(7)

di dalam masyarakat sehingga dapat menjawab tantangan sesuai visi Indonesia masa depan”.

Sebuah ideologi harus mengandung gagasan dasar, nilai dasar, konsep dan prinsip yang membentuk suatu sistem nilai yang utuh, bulat dan mendasar. Konsep-konsep yang terdapat dalam Pancasila tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan suatu rangkaian yang merupakan suatu kesatuan sistemik dan integral. Kehilangan salah satu konsep akan menghilangkan eksistensi Pancasila. Dengan kata lain bahwa Pancasila memenuhi syarat bagi suatu ideologi. Sementara itu, konsep yang terdapat dalam Pancasila merupakan kenyataan hidup dalam masyarakat pada umumnya (Pitoyo dkk. 2011. file:///E:/BANK/BUKU%20PANCASILA%20(LPPKB).html).

2.2. Alasan Pancasila Dijadikan sebagai Ideologi Negara Indonesia

Pancasila merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat Indonesia sesungguhnya. Pancasila bukan merupakan ide baru atau perenungan dari suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya berlaku bagi seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

Alasan dijadikannya Pancasila sebagai ideologi negara diantaranya adalah : a. Pancasila mampu membentuk identitas bangsa karena Pancasila merupakan

bentuk dari cerminan nilai yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat bangsa Indonesia, yang terdiri beberapa nilai yaitu:

1. Keimanan

Keimanan adalah suatu sikap yang menggambarkan keyakinan akan adanya kekuatan transendental yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. 2. Kesetaraan

(8)

segenap bidang kehidupan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

3. Persatuan dan Kesatuan

Persatuan dan kesatuan adalah keadaan yang menggambarkan masyarakat majemuk bangsa Indonesia yang terdiri atas beranekaragamnya komponen namun mampu membentuk suatu kesatuan yang utuh.

4. Mufakat

Mufakat adalah suatu sikap terbuka untuk menghasilkan kesepakatan bersama secara musyawarah. Keputusan sebagai hasil mufakat secara musyawarah harus dipegang teguh dan wajib dipatuhi dalam kehidupan bersama.

5. Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah kondisi yang menggambarkan terpenuhinya tuntutan kebutuhan manusia, baik kebutuhan lahiriah maupun batiniah sehingga terwujud rasa puas diri, tenteram, damai dan bahagia.

b. Berasal dari pemikiran bangsa Indonesia sendiri dan bukannya berasal dari bangsa lain.

c. Pancasila dinilai mampu memberikan arahan, kebijakan, dan stabilitas bermasyarakat dalam mencapai suatu cita-cita.

d. Pancasila dinilai dapat menjadi pemersatu dari bangsa Indonesia.

e. Nilai-nilai dari Pancasila dapat langsung diterapkan dalam kehidupan (Abdulkarim, Aim. 2012. http://books.google.co.id.html., Marsudi, Al Subandi. 2008. https://bisikankalbu.files.wordpress.com).

2.3. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bermasyarakat Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan ideologi yang terbuka. Artinya Pancasila memiliki nilai-nilai yang bersifat tetap dan tidak dapat berubah, namun dalam prakteknya Pancasila dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengubah kandungannya

(9)

Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu dalam mengimplementasikan ideologi Pancasila perlu diperhatikan faktor intern maupun faktor ekstern yang berpengaruh terhadap berkembangnya ideologi Pancasila. Sifat pluralistik bangsa, ditinjau dari keanekaragaman suku, adat budaya dan agama yang dipeluk masyarakat, sangat mungkin dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Sementara itu arus globalisasi juga dapat mengganggu perkembangan dan stabilitas ideologi nasional (Ibid).

Dalam praktek keseharian, masyarakat Indonesia dapat tetap memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya :

1. Memelihara sikap toleransi antar umat beragama.

2. Menjujung nilai-nilai kemanusiaan dengan tidak berpihak atau memberatkan sebelah pihak.

3. Mencintai produk dalam negeri.

4. Turut aktif dalam pemilihan umum, baik pemilihan legislatif maupun eksekutif.

5. Ikut berpartispasi aktif dalam menjaga ketertiban dan keamanan umum. Namun pada prakteknya, sebagian masyarakat Indonesia belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Masih banyak praktek yang mencerminkan penyelewengan dari nilai Pancasila, seperti :

1. Pelanggaran terhadap sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa contohnya konflik Poso yaitu serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen.

(10)

pengunduran diri Presiden Soeharto. Namun saat bentrok, terjadi penembakan terhadap 4 mahasiswa Universitas Trisakti hingga tewas. 3. Pelanggaran terhadap sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia

contohnya adalah munculnya beberapa gerakan merdeka di beberapa wilayah Indonesia seperti GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan OPM (Organisasi Papua Merdeka)

4. Pelanggaran terhadap sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Contohnya adalah kasus pornografi yang menyandung salah satu anggota DPR yang videonya tersebar luas di media sosial.

5. Pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia contohnya adalah kemiskinan, ketimpangan pendidikan, dan ketimpangan pelayanan kesehatan (Usman, Done A.

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/05/30/31969/oh_pan casila_dimana_nilai_luhurmu_kini/#.VIW5tMnW71U).

Sesungguhnya Pancasila telah memiliki kemampuan untuk menjadi benteng bagi masyarakat Indonesia terhadap faham-faham yang tidak sesuai dengan nilai bangsa Indonesia. Seperti faham liberalisme yang mendukung prinsip kebebasan dan kesetaraan menyuburkan berkembangnya sikap materialistik, konsumeristik dan hedonistik sehingga melumerkan sikap terpuji sebagai pencerminan ideologi nasional Pancasila. Demikian pula ideologi yang mengusung prinsip-prinsip agama tertentu, kemungkinan menjadikan suatu ideologi sempit yang tidak akomodatif terhadap kemajemukan bangsa dapat mengundang terjadinya konflik yang dapat bermuara pada pertumpahan darah. Kita harus mampu membentengi diri dengan saling menghormati antar umat beragama dan berkepercayaan dengan tidak merasa benar sendiri, merasa bahwa agama dan kepercayaanya yang paling benar dan menganggap salah suatu agama atau kepercayaan yang lain (Ibid).

Perlu pula diwaspadai kemungkinan berkembangnya komunisme, dalam berbagai dimensi dan lembaga kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar tetap diingat bahwa komunisme/Marxisme/Leninisme masih dilarang di negara ini, karena bertentangan dengan ideologi nasional Pancasila (Ibid).

(11)

3.1. Faktor-Faktor yang Mendasari Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Faktor-faktor yang mendasari Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi historis dan segi yuridis. Secara historis, Pancasila muncul dari hasil perundingan BPUPKI mengenai dasar negara. Dari situ Pancasila dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan UUD 1945. Sedangkan secara yuridis, Pancasila ditetapkan sebagai ideologi negara seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998 dan TAP MPR RI No. V/MPR/2000.

3.2. Alasan Pancasila Dijadikan sebagai Ideologi Negara

Ada beberapa alasan yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara diantaranya adalah Pancasila mampu membentuk identitas bangsa karena Pancasila merupakan bentuk dari cerminan nilai yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat bangsa Indonesia; berasal dari pemikiran bangsa Indonesia sendiri dan bukannya berasal dari bangsa lain; Pancasila dinilai mampu memberikan arahan, kebijakan, dan stabilitas bermasyarakat dalam mencapai suatu cita-cita; dan Pancasila dinilai dapat menjadi pemersatu dari bangsa Indonesia.

3.3. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bermasyarakat Dalam penerapannya, Pancasila merupakan ideologi yang bersifat terbuka, karena mampu mengikuti perkembangan zaman dengan tanpa kehilangan nilai kandungannya. Sebagai bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila sebagai ideologi negara, masyarakat Indonesia juga bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya memelihara sikap toleransi antar umat beragama, mencintai produk dalam negeri, dan turut serta dalam menjaga ketertiban umum. Namun pada prakteknya masih sering terjadi penyelewengan nilai-nilai Pancasila seperti kasus Poso, tragedi Trisakti, munculnya gerakan-gerakan merdeka seperti GAM dan OPM, kasus pornografi DPR, kemiskinan, dan tidak meratanya pendidikan dan kesehatan.

(12)

Abdulkarim, Aim. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan : Membangun Warga

Negara yang Demokratis. http://books.google.co.id.html (diakses pada

Minggu, 16 November 2014 pukul 20.00 WIB)

Hudiarini, Sri dkk. 2014. Pendidikan Pancasila Dalam Perspektif Historis dan

Ketatanegaraan Republik Indonesia. Malang. UPT MKU Politeknik Negeri

Malang

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Paradigma

Marsudi, Al Subandi. 2008. Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma

Reformasi. https://bisikankalbu.files.wordpress.com (diakses pada Minggu,

16 November 2014 pukul 18.00 WIB)

Pitoyo dkk. 2011. Buku Pancasila. file:///E:/BANK/BUKU%20PANCASILA%20 (LPPKB).html (diakses pada Sabtu, 15 Nopember 2014 pada pukul 11.40 WIB)

Rusdianto, 2006. Pancasila sebagai Ideologi Negara.

http://blog.uki.ac.id/megaintan/assigment/pancasila/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa/). (diakses pada jumat, 14 November 2014 pukul 18.30) Santosa, dkk. 2004. Paradigma Pancasila dan UUD 1945. Yogyakarta. AK

Group Yogyakarta

Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta. Andi Yogyakarta.

Trianto, dkk. 2007. Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Prestasi Pustaka Publiser

Usman, Done A. 2013. Artikel : Oh, Pancasila dimana Nilai Luhurmu Kini?

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/05/30/31969/

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada kenyataannya perusahaan leasing termasuk FIF Finance kota Palangka Raya, demi alasan keamanan perusahaan dan perjanjian kontrak, FIF Finance melakukan

 Peserta didik dalam kelompok mengamati benda-benda yang ada di kelompok masing- masing dan memilih benda yang akan dibeli sesuai dengan uang yang tersedia.  Peserta

Program ini yang juga merupakan salah satu program di bawah Pelan Induk Pelancongan Luar Bandar adalah bermatlamat untuk menggalakkan penyertaan masyarakat luar bandar

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan

Jadi, kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau

Penelitian tentang Pengaruh Motivasi Belajar dan Latar Belakang Sosial Ekonomi Orangtua terhadao Hasil Belajar IPS Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Lumar Kabupaten

Pada penelitian ini akan dilakukan penganalisaan dan pemodelan objek yang abnormal pada video digital dengan metode Spektral Residual, yaitu dengan menganalisa

Variabel bebas adalah faktor pasien mencakup usia dan jenis kelamin, intervensi yang diberikan meliputi tindakan pembedahan dan terapi obat, dan faktor pembedahan