• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

disusun oleh :

KELOMPOK 04

1. ARIS WIDANARKO D 100 100 005 2. WAHYUPURNOMOJATI D 100 100 006 3. RIKSA DARU W D 100 100 022

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

“Laporan Paraktikum Ilmu Ukur Tanah” ini telah diperiksa, disetujui dan disahkan oleh Asisten Dosen dan Dosensebagai tugas Mata Kuliah Ilmu Ukur TanahProgram StudiTeknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Diajukan Oleh :

KELOMPOK 04

1. Aris Widanarko D 100 100 005 2. Wahyu Purnomojati D 100 100 006 3. Riksa Daru W D 100 100 022

Surakarta, Juni 2011 Dosen Pengampu Asisten Dosen

Anto Budi L, ST, M Sc Bayu Arif Setiyawan

Mengetahui,

Ka. Lab. Ilmu Ukur Tanah. Fakultas TeknikJurusan Teknik Sipil

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Penulis mengucapkan puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis dalam pengerjaan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis yang mana telah mendukung dalam pengerjaan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini.

Dalam penyusunan Laporan Praktikum Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanahini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Anto Budi L, ST, MT sebagai dosen pembimbing Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah.

2. Qunik Wiqoyah,ST,MT Ilmu Ukur Tanah,Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil.

3. Asisten Dosen praktikum yang membantu penyusunan laporan ini.

4. Rekan-rekan Teknik Sipil UMS angkatan 2010 yang telah banyak memberikan saran dan bantuan yang membangun dalam pengerjaan Laporan Praktikum Bahasa Pemrograman ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam pengerjaanLaporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dalam kesempurnaan praktikum ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, juli 2011

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

LEMBAR ASISTENSI...iii

KATA PENGANTAR...xi

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR TABEL...xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB II WATERPASS...2

BAB III POLYGON...34

PENUTUP...80

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gb.2.1 Bidang referensi...2

Gb.2.2 Waterpass dengan instrumen di tengah antara 2 titik...2

Gb.2.3 Waterpass dengan instrumen tidak di tengah antara 2 titik...3

Gb.2.4 Mendapatkan pengukuran tinggi titik untuk B, apabila A telahDiketahuitingginya...4

Gb.2.5 Pengukuran tgv dengan titik A diketahui tingginya...4

Gb.2.6 Waterpass memanjang...5

Gb.2.7 Pembacaan Waterpass pergi...8

Gb.2.8 Pembacaan Waterpass pulang...9

Gb.2.9 Sketsa titik cross...10

Gb.2.10 Pengukuran kipas pada jalan...12

Gb.2.11 Pesawat waterpass...12

Gb.3.1 kontur...35

Gb.3.2 Poligon...36

Gb.3.3 Pengukuran jarak miring...42

Gb.3.4 Pengukuran sudut horizontal...42

Gb. 3.5 Pengukuran kipas pada sungai...48

Gb.3.6 Pengukuran kipas pada bangunan jalan...48

Gb.3.7.Poligon primer...50

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Limitasi kesalahan dalam pengukuran waterpass...6

Tabel 2.2. Perhitungan waterpass...7

Tabel 3.1 Perhitungan koordinat...38

Tabel 3.2 Contoh kesalahan penutup poligon dan imbangannya...40

Tabel3.3 Pengukuran kipas bila menjumpai bangunan...47

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengukuran yang akan kita lakukan adalah untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat suatu gambaran secara planimetris dan topografis.

Yang dimaksud Planimetris adalah kedudukan bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia, sedangkan konigurasi dari keadaan tanah disebut sebagai topografi.

Peta yang menunjukan gambaran planimetris dan topografis disebut topografimap.Di mana dalam peta tersebut ditunjukkan sekaligus jarak-jarak horizontal dan vertikal dari suatu dataran.

Dalam mempersiapkan pembuatan peta topografi, diperlukan pengukuran di lapangan termasuk penentuan titik-titik tetap, pekerjaan hitungan dan penggambaran.

1.2 Pemetaan

Definisi : peta adalah sarana guna memperoleh informasi ilmiah mengenai keadaan permukaan bumi dengan cara menggambar berbagai tanda dan keterangan sehingga mudah di baca dan dimengerti.

(8)

BAB II

WATERPASS

2.1 Waterpass

Perhitungan waterpass dimaksud untuk mengetahui ketinggian suatu titik di atas permukaan tanah.Ketinggian di sini adalah perbedaan vertikal antara dua titik atau jarak dari bidang referensi yang telah ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal.

H H : Elevasi titik Muka air laut

Bidang referensi Gb.2.1 Bidang referensi

2.2 Metode dan jenis waterpass

a. Penentuan beda tinggi antara dua titik

Blk muka

HA

HB

H  HB = HB – HA

(9)

Selisih tinggi antara titik a dan b adalah sebesar H. Arah bidikan ke titik A disebut pembacaan baak belakang dan titik B disebut baak muka dan untuk mengurangi kesalahan diusahakan letak instrumen di tengah-tengah antara titik A dan B.

Selisih tinggi besarnya adalah :

ΔH = BT blk – BT muka Dimana :

BT blk = Pembacaan benang tengah pada baak belakang. BT muka = Pembacaan benang tengah pada baak muka. Jika hasil ΔH positif maka kondisi permukaan tanah dari titik A ke titik B naik, sebaliknya bila ΔH negatif maka titik A ke B turun. Pembacaan dilakukan melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat dari teropong. Pembacaan mana terlihat dalam suatu bidang diafragma di mana benang atas (BA), benang tengah (BT), benang bawah (BB), di mana :

ΔH = BT blk – BT muka Dan untuk mencari jarak :

D = 100 x (BA - BB)

Angka yang tercantum menunjukkan jarak antara angka tersebut dengan alas mistar.

HB

HA H

Gb.2.3 Waterpass dengan instrumen tidak di tengah antara 2 titik Cara lain untuk menentukan beda tinggi, seperti terlihat pada gambar 8. Instrumen ditempatkan di sebelah kanan titik B atau di sebelah kiri titik A. Selisih tinggi (H) besarnya :

(10)

Dimana, H = selisih tinggi (m)

HB = pembacaan benang tengah di titik B HA = pembacaan benang tengah di titik A

Pembacaan pada rambu di titik B bisa dianggap pembacaan muka, sedangkan pada rambu di titik A adalah pembacaan belakang.

b. Pengukuran tinggi dengan garis tinggi bidik

Apabila seliaih tinggi (H) telah di ketahui, maka suatu titik dapat dicari,

bila tinggi titik lainnya diketahui.

BT

Tp TA

Gb.2.4 Mendapatkan tinggi titik pengukuran untuk B, bila titik A telah diketahui tingginya.

Tinggi garis vizir / bidik (tgv) adalah : t.g.v = Tp + TA

Dimana :

t.g.v = garis tinggi vizir Tp = tinggi pesawat

TA = tinggi titik A Tinggi titik B dapat di cari yaitu :

TB = t.g.v – BT

Pengukuran cara ini dipakai untuk pengukuran titik detail/kipas, yang akan diuraikan kemudian. Cara lain untuk mencari garis vizir adalah :

t.g.v = BT + TA BT dimana, tgv = tinggi garis

vizir BT = benang tengah

(11)

c. Waterpass memanjang

Waterpass memanjang / berantai dimaksud untuk memperoleh suatu rangkaian / jaring-jaring.

H1 H2 H3 H4 H5

b3 m3 b4 m4 b5 m5

b1 m1 b2 m2

5 4

3 A 1 2

Gb.2.6 Waterpass memanjang

Untuk menentukan h antara titik A dan B dibagi dalam jarak-jarak yang lebih kecil.Jarak-jarak tersebut 1 slag, sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah dan teliti.

h1 = b1 – m1

h2 = b2 – m2

h3 = b3 – m3

h4 = b4 – m4

1n h = (b + b + …+ b) – (m + m + …+ m)

n 1 h =  n 1 b -  n 1 m

dimana, h = jumlah beda tinggi (m)

 b = jumlah pembacaan benang tengah belakang

(12)

Untuk memberikan hasil yang teliti maka dilakukan pengukuran pergi pulang, dimana apabila hasil antara dua pengukuran mempunyai selisih terhadap hasil rata-rata antara dua pengukuran tersebut maka harganya harus memenuhi toleransi yang disyaratkan. Toleransi tersebut dinyatakan dalam rumus :

E = k  s

Dimana, E = nilai kesalahan K = konstanta S = jarak

Tabel berikut adalah toleransi kesalahan pada berbagai tingkat pengukuran

Tabel 2.1. Limitasi kesalahan dalam pengukuran waterpass Tingkat

Dalam praktikum ini tingkat pengukuran waterpass dikategorikan pada tingkat ketiga.

d. Waterpass lapangan

(13)

Titik-titik di lapangan diukur sudut horizontal dan vertikalnya serta jarak optisnya dengan menggunakan theodolit. Dengan cara ini semua titik-titik dilapangan dapat ditentukan letak situasi maupun tingginya. Cara ini diuraikan lebih lanjut pada pengukuran detail pada pengukuran sub bab 251.

(14)

muka

belakang

A 1

30 m 30 m

Toleransi pengukuran untuk tingkat ketiga 10s = 10 0.326 = 5.7 mm (6 mm diulangi) kesalahan lebih besar dari toleransi yang syaratkan.

PETUNJUK PRAKTIKUM

PENGUKURAN WATERPASS MEMANJANG

 Alat yang digunakan :

1) Pesawat ukur Waterpass 2) Bak ukur 2 buah

3) Statif

4) Pegas ukur dan perlengkapan lain (unting-unting, dll)  Langkah/tahapan praktikum

1). Pengukuran Waterpass Memanjang Pergi Lakukanlah pengukuran sepanjang 60m.

Letakkan pesawat pada titik 30m, kemudian setimbangkan kedudukan nivo nya dengan menggunakan 3 sekrup penyetel..

Ukur tinggi pesawat.

Lakukan pengukuran memanjang pergi, baca BA, BT, BB.

Gambar 2.7 Pembacaan Waterpass pergi

(15)

muka belakang

A 1

30 m 30 m

Langkahnya sama seperti pengukuran waterpass memanjang pergi, Cuma tinggi pesawat dibedakan, bias ditinggikan atau direndahkan.

Gambar 2.8 Pembacaan Waterpass pulang

(16)

PETUNJUK PRAKTIKUM PENGUKURAN CROSS SECTION

 Alat yang digunakan :

1) Pesawat ukur Waterpass 2) Bak ukur 2 buah

3) Statif

4) Pegas ukur dan perlengkapan lain (unting-unting, dll)

 Langkah/tahapan praktikum

Lakukanlah pengukuran kedepan sepanjang 50 m.

Letakkan pesawat pada titik awal (A), kemudian setimbangkan kedudukan nivo nya dengan menggunakan sekrup 3 penyetel.

Ukur tinggi pesawat.

Lakukan pengukuran melintang jalan.

Buat sketsa dimana titik-titik cross dilakukan, serta beri keterangan. Pindahkan pesawat ketitik 50m dan lakukan pengukuran cross section, begitu seterusnya.

2 3 4 5 6

1 2

3

4 5 7

(17)

Gambar.2.9 Sketsa titik cross PETUNJUK PRAKTIKUM PENGUKURAN PENGIPASAN

 Alat yang digunakan :

 Pesawat ukur Waterpass

 Bak ukur 2 buah

 Statif

 Pegas ukur dan perlengkapan lain (unting-unting, dll)

 Ketentuan teknis

a. Jumlah titik kipas tidak terbatas, tergantung pada keadaan lapangan. b. Setiap pengukuran harus disertai sketsa dimana di dalamnya ditunjukkan

mengenai kedudukan titik-titik dan bangunan yang diukur serta diberi nomor urut sesuai dengan arah saat pengukuran.

c. Pada waktu pengukuran titik kipas dari suatu kedudukan titik harus overlap dengan pengukuran yang sama dari titik yang lain.

d. Titik pesawat diukur dari permukaan tanah sampai garis bidik

 Langkah / tahapan praktikum

1. Tempatkan pesawat di atas titik tetap kemudian stel alat seperti yang dijelaskan.

2. Ukur tinggi pesawat, kemudian catat.

(18)

4. Bacalah BA, BT, BB dan sudut horizontal, sudut vertikal, kemudian catat pada formulir data.

5. Buat sketsa situasi dimana pengukuran kipas dilakukan,khusus untuk jalan dan sungai pengukuran dilakukan dengan kerapatan yang memadai sehingga didapatkan arah jalan ataupun aliran sungai apabila digambar

Cp2

Gambar.2.10 Pengukuran kipas pada jalan

(19)

Gambar.2.11 Pesawat waterpass

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 25 April 2011 Halaman

PERHITUNGAN WATERPASS MEMANJANG

No Titik BT Pergi Jarak BT Pulang

Beda Tinggi ( m ) Pergi Pulang Belakang Muka ( m ) Belakang Muka T 1 T 2

1 2 3 4 5 6 7 8

A 1,305 1,266 60,20 1,002 1,039 0,039 -0,038

1

1,211 1,241 60,30 1,211 1,183 -0,029 0,028 2

1,252 1,220 52,30 1,310 1,342 0,031 -0,031 3

1,291 1,270 60,20 1,128 1,149 0,021 -0,021 4

1,211 1,205 60,20 1,269 1,285 0,016 -0,016 5

1,200 1,176 60,10 1,076 1,102 0,025 -0,025 6

1,636 1,686 60,30 1,549 1,543 -0,051 0,051 7

1,515 1,527 25,30 1,379 1,367 -0,011 0,011

B

(20)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Jarak 60,2 60,3 52,3 60,2 60,2 60,1 Jarak dari titik A (m) 0,0 60,2 120,5 172,8 233,0 293,2

Tinggi titik (m) 0,480 0,519 0,490 0,521 0,542 0,558

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 25 April 2011 Halaman

DATA WATERPASS MEMANJANG PERGI

No Titik

Tinggi

BT BA D = Jarak ( m ) ΔH ( m ) Alat (TP) BB D=(BA-BB)x100 BT blk - BT muka

( m ) Belakang Muka Belakang Muka Belakang Muka

0 1 2 3 4 5 6 7 8

A

1,280 1,305 1,266 1,455 1,417 30,0 30,2 0,039

1 1,155 1,115

(21)

3 1,100 1,110

1,320 1,291 1,270 1,402 1,460 22,2 38,0 0,021

4 1,180 1,080

1,300 1,221 1,205 1,372 1,355 30,2 30,0 0,016

5 1,070 1,055

1,460 1,200 1,176 1,350 1,326 30,0 30,1 0,025

6 1,050 1,025

1,525 1,636 1,686 1,786 1,837 30,1 30,2 -0,051

7 1,485 1,535

1,532 1,515 1,527 1,580 1,588 13,0 12,3 -0,011

B 1,450 1,465

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 25 April 2011 Halaman

DATA WATERPASS MEMANJANG PULANG

No Titik

Tinggi BT BA D = Jarak ( m ) ΔH ( m ) Alat (TP) BB D=(BA-BB)x100 BT blk - BT muka

( m ) Belakang Muka Belakang Muka Belakang Muka

0 1 2 3 4 5 6 7 8

B

1,476 1,379 1,367 1,440 1,432 12,3 13,0 0,011

7 1,317 1,302

1,480 1,594 1,543 1,745 1,693 30,3 30,0 0,051

6 1,442 1,393

1,385 1,076 1,102 1,227 1,252 30,2 30,1 -0,025

5 0,925 0,951

1,360 1,269 1,285 1,419 1,435 30,1 30,1 -0,016

4 1,118 1,134

1,214 1,128 1,149 1,318 1,210 38,0 12,2 -0,021

3 0,938 1,088

1,320 1,310 1,342 1,420 1,492 22,0 30,1 -0,031

2 1,200 1,191

1,310 1,211 1,183 1,362 1,333 30,2 30,0 0,028

1 1,060 1,033

1,070 1,002 1,039 1,153 1,189 30,3 30,0 -0,038

A 0,850 0,889

(22)

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

CROSS SECTION TITIK A

Titik 1 2 3 4 5 6

Jarak ( m ) 7,5 7,3 7,0 0,0 11,5 20,8 Jarak dari titik 1

( m ) 0,0 0,2 0,5 7,5 19,0 28,3 Tinggi titik ( m ) 0,417 0,785 0,414 0,480 0,444 0,404

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 Apeil 2011 Halaman

DATA CROSS SECTION 1

Tempat Tinggi No. Titik Benang Jarak Tinggi Titik ( m ) Alat Pesawat Atas Tengah Bawah ( m ) V = TP - BT

1 2 3 4 5 6 7 8

1

1,300 1 1,390 1,370 1,350 4,00 -0,070 1,300 2 1,080 1,062 1,043 3,70 0,239 1,300 3 1,355 1,338 1,320 3,50 -0,037

4 1,300 0,00 0,000

1,300 5 1,290 1,268 1,245 4,50 0,033

0.0 3.0 6.0 9.0 12.0 15.0 18.0 21.0 24.0 27.0 30.0

Jarak dari titik 1 (m)

(23)

1,300 6 1,100 1,073 1,045 5,50 0,228 1,300 7 1,275 1,250 1,225 5,00 0,050 1,300 8 1,250 1,213 1,175 7,50 0,088 1,300 9 1,390 1,330 1,270 12,00 -0,030 1,300 10 1,097 1,036 0,975 12,20 0,264 1,300 11 1,275 1,213 1,150 12,50 0,088

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 Apeil 2011 Halaman

PROFIL CROSS SECTION 1

Titik 1 2 3 4 5 6 7

Jarak dari titik 1 (m)

(24)

Jarak dari titik 1 (m) 0,0 0,2 0,5 6,0 7,5 8,5 9,5 13,0 Tinggi titik ( m ) 0,449 0,758 0,482 0,519 0,552 0,747 0,569 0,607

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

DATA CROSS SECTION 2

Tempat Tinggi No. Titik Benang Jarak Tinggi Titik ( m ) Alat Pesawat Atas Tengah Bawah ( m ) V = TP - BT

1 2 3 4 5 6 7 8

2

1,510 1 1,495 1,468 1,440 5,50 0,043 1,510 2 1,242 1,216 1,190 5,20 0,294 1,510 3 1,600 1,575 1,550 5,00 -0,065

4 1,510 0,00 0,000

1,510 5 1,535 1,528 1,520 1,50 -0,017 1,510 6 1,215 1,203 1,190 2,50 0,308 1,510 7 1,510 1,491 1,471 3,90 0,020 1,510 8 1,497 1,464 1,430 6,70 0,047 1,510 9 1,580 1,525 1,470 11,00 -0,015 1,510 10 1,262 1,206 1,150 11,20 0,304 1,510 11 1,483 1,427 1,370 11,30 0,083

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

(25)

Titik 1 2 3 4 5 6 7 Jarak ( m ) 5,5 5,2 5,0 0,0 1,5 2,5 3,5 Jarak dari titik1(m) 0,0 0,3 0,5 5,5 7,0 8,0 9,0

Tinggi titik ( m )

0,53

3 0,784 0,425 0,490 0,473 0,798 0,510 0,537

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

DATA CROSS SECTION 5

Tempat Tinggi No. Titik Benang Jarak Tinggi Titik ( m ) Alat Pesawat Atas Tengah Bawah ( m ) V = TP - BT

1 2 3 4 5 6 7 8

1,520 1 1,645 1,625 1,605 4,00 -0,105

5

1,520 2 1,445 1,427 1,408 3,70 0,094 1,520 3 1,770 1,753 1,735 3,50 -0,233

4 1,520 0,00 0,000

1,520 5 1,642 1,621 1,600 4,20 -0,101 1,520 6 1,360 1,338 1,315 4,50 0,183 1,520 7 1,688 1,663 1,638 5,00 -0,143

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0

Jarak dari titik 1 (m)

(26)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

PROFIL CROSS SECTION 5

Titik 1 2 3 4 5

Jarak ( m ) 4,00 3,7 3,5 0,0 4,2 Jarak dari titik 1 ( m ) 0,0 0,3 0,5 4,0 8,2 Tinggi titik ( m ) 0,453 0,652 0,326 0,558 0,457

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

(27)

DATA CROSS SECTION 6

Tempat Tinggi

No. Titik Benang Jarak Tinggi Titik ( m ) Alat Pesawat Atas Tengah Bawah ( m ) V = TP - BT

1 2 3 4 5 6 7 8

6

1,430 1 1,325 1,303 1,280 4,50 0,128 1,430 2 1,258 1,235 1,212 4,60 0,195 1,430 3 1,542 1,521 1,500 4,20 -0,091

4 1,430 0,00 0,000

1,430 5 1,553 1,536 1,518 3,50 -0,106 1,430 6 1,258 1,242 1,225 3,30 0,189 1,430 7 1,620 1,600 1,580 4,00 -0,170

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

PROFIL CROSS SECTION 5

(28)

Titik 1 2 3 4 5 Jarak ( m ) 4,00 3,7 3,5 0,0 4,2 Jarak dari titik 1 ( m ) 0,0 0,3 0,5 4,0 8,2 Tinggi titik ( m ) 0,453 0,652 0,326 0,558 0,457

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek : Barat Lapangan Sepakbola Tanggal : 26 April 2011 Halaman

DATA CROSS SECTION 6

Tempat Tinggi

No. Titik Benang Jarak Tinggi Titik ( m ) Alat Pesawat Atas Tengah Bawah ( m ) V = TP - BT

1 2 3 4 5 6 7 8

3

1,430 1 1,325 1,303 1,280 4,50 0,128 1,430 2 1,258 1,235 1,212 4,60 0,195 1,430 3 1,542 1,521 1,500 4,20 -0,091

4 1,430 0,00 0,000

1,430 5 1,553 1,536 1,518 3,50 -0,106 1,430 6 1,258 1,242 1,225 3,30 0,189 1,430 7 1,620 1,600 1,580 4,00 -0,170

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

(29)

Titik 1 2 3 4 5 Jarak ( m ) 4,4 4,2 4,00 0,0 3,6 Jarak dari titik 1 ( m ) 0,0 0,2 0,40 4,4 8,0 Tinggi titik ( m ) 0,671 0,758 0,481 0,532 0,427

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek : Jembatan Utara Gdg. Psikolog Tanggal : 26 April 2011 Halaman

DATA CROSS SECTION B

Tempat Tinggi

No. Titik Benang Jarak Tinggi Titik ( m ) Alat Pesawat Atas Tengah Bawah ( m ) V = TP - BT T = Cp + V

1 2 3 4 5 6 7 8

B

1,203 1 1,078 1,062 1,045 3,30 0,142 1,203 2 1,195 1,180 1,165 3,00 0,023

3 1,203 0,00 0,000

1,203 4 1,215 1,205 1,195 2,00 -0,002 1,203 5 1,240 1,216 1,192 4,80 -0,013 1,203 6 1,080 1,055 1,030 5,00 0,148

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

Jarak dari titik 1 (m)

(30)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek Tanggal : 26 April 2011 Halaman

PROFIL CROSS SECTION B

Titik 1 2 3 4

Jarak ( m ) 3,3 3,0 0,0 2,0 Jarak dari titik 1 ( m ) 0,0 0,3 3,3 5,3 Tinggi titik ( m ) 0,663 0,544 0,521 0,519

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek : Pertigaan Depan Gedung J Tanggal : 26 April 2011 Halaman

DATA PENGIPASAN DI TITIK 4

Tinggi Benang Sudut Jarak No. Alat Atas Tengah Belakang Azimut Horizonta

l Vertikal Optis Datar

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

Jarak dari titik 1 (m)

(31)

Titik

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek : Tikungan Selatan Lapangan Sepak Bola Tanggal : 26 April 2011 Halaman

DATA PENGIPASAN DI TITIK 3

Tinggi Benang Sudut Jarak No.

(32)

10 1,425 1,413 1,400 309º 309º 90º 2,50

TitikAwal= 0,521

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Telp ( 0271 ) 717417-219 Tromol Pos I Surakarta 57162

Diukur Oleh : Kelompok 4 Lokasi Praktek : Pintu Keluar Belakang Kampus II Tanggal : 26 April 2011 Halaman

DATA PENGIPASAN

Tinggi Benang Sudut Jarak

No. Alat Atas Tengah Belakang Azimut Horizontal Vertikal Optis Datar Titik TP BA BT BB  awal

 H V

D=(BA-BB)x100 sinaVD= D

(33)

BAB III

POLYGON

3.1 Skala

Topografi map adalah representasi dari suatu daerah atau bagian dari bumi, jarak dari dua titik yang diperlihatkan di peta harus diketahui dengan suatu perbandingan tertentu dengan keadaan tertentu, perbandingan itu disebut skala. Ada beberapa macam skala dari peta misalnya 1:1.000 artinya 1 cm di peta sama dengan 1.000 cm atau 10 m di lapangan. Pemilihan skala tergantung dari pada penggunaan dari peta, hal ini kerena menyangkut masalah ketelitian yang didapat dari hasil pengukuran. Oleh karena itu skala peta harus ditentukan dahulu sebelum pekerjaan dimulai.

3.2 Kontur

(34)

Angka pada garis kontur tersebut menunjukkan ketinggian dari kontur, kita dapat mengetahui bentuk konfigurasi permukaan tanah. Kontur seperti pada gambar 2 menunjukkan adanya suatu aliran air (sungai).

3.3 Poligon

Maksud dilakukannya pengukuran poligon adalah menentukkan arah dan kedudukkan titik-titik yang di ukur. Perhitungan poligon tertutup terbagi dalam:

231. Perhitungan sudut dan jarak 232. Perhitungan azimut

233. Perhitungan koordinat

 = Azimut

(35)

BM

CP 4 CP 3 CP 2

CP 1

U

Gb.3.2 Poligon.

3.3.1 Perhitungan sudut

Sudut yang di perhitungkan meliputi sebagai berikut :

a. Sudut yang diperoleh dalam pembacaan yang lebih lanjut diterangkan dalam bab pengukuran theodolit.

b. Perhitungan sudut poligon

c. Data yang diperoleh dari lapangan pada poligon tertutup apabila menggunakan sudut harus memenuhi syarat (n-2) x 1800 , bila

menggunakan sudut luar adalah (n-360) - (n-2) x 1800 dimana n= jumlah

titik pengukuran.

Dalam poligon terbuka harus memenuhi syarat : Yakhir – Yawal = n x 180º - K

Dimana  = jumlah sudut

(36)

Kesalahan perhitungan sudut akan berpengaruh pada kesalahan penutup poligon, atau kata lain poligon tidak akan menutup. Kesalahan tersebut tergantung pada jarak, kedudukan titik dan skala peta. Dalam praktikum ini kesalahan tersebut di abaikan, biasanya toleransi kesalahan adalah sebesar 20” n untuk jarak, rata-rata 100 m – 200 m dan skala peta 1/1000 – 1/3000.

3.3.2 Perhitungan azimut

Perhitungan azimut dapat di hitung bila sudut-sudut yang diperhitungkan telah memenuhi syarat dan azimut awal atau akhir diketahui pada waktu pengukuran. Pada poligon tertutup perhitungan berdasarkan azimut awal (Yawal) sedangkan pada poligon terbuka berdasarkan azimut awal dan akhir.

Sudut yang terpakai dalam perhitungan tiap-tiap titik poligon seyogyanya dipakai sudut luar.

3.3.3 Perhitungan koordinat

Syarat yang harus dipenuhi untuk perhitungan koordinat adalah : a. Sudut telah terkoreksi untuk tiap titik

b. Jarak masing-masing titik pengukuran diketahui

c. Koordinat titik awal A (XA ; YA) atau titik Z (XZ ; YZ) diketahui.

Selanjutnya dengan diketahuinya koordinat awal, maka dapat dihitung koordinat titik yang diukur dengan menggunakan rumus :

Absis Xn = Xm + D SinY atau

Ordinat Yn = Ym + D CosY

Dimana Xn/Xn = absis/ordinat yang akan dicari

Xm/Ym = absis/ordinat yang telah di ketahui

(37)

Tabel 3.1Perhitungan koordinat

syarat yang harus dipenuhi adalah :

(38)

1n Dsin Y  0 dan 1n Dcos Y  0

kesalahan yaitu :

sebesar AX dan AY sehingga mempengaruhi kedudukan titik dan mengakibatkan poligon X dan Y tidak tertutup. Kesalahan ini akibat

pengukuran sudut, jarak dan azimut.

Besarnya kesalahan tersebut adalah sebesar :

X1= D1 X n1 Dsin Y ………Untuk Absis

n1

Y1= D1 X n1 Dcos Y ………Untuk Ordinat

n1 D

Dimana, X dan Y = koreksi besarnya kesalahan absis/ordinat

n1 = jumlah jarak poligon

n1 Dsin Y = jumlah jarak dikali Sin sudut azimut (untuk absis)

n1 Dcos Y = jumlah jarak dikali Kosinus sudut azimut (untuk

ordinat)

Akibat kesalahan tersebut, maka perhitungan koordinat juga di koreksi, misalnya diketahui koordinat awalnya di titik BM adalah Xp dan Yp dan titik akhir n adalah juga titik BM perhitungan menjadi sebagai berikut :

XBM = Xp

X1 = Xp + Dsin Y + X1

(39)

X(n-1) = X(n-2) + D(n-1)Sin Y + X(n-1)

Xn = X(n-1) + DnSin Y + Xn

Oleh karena Xn = XBM = Xp maka harga X tersebut harus sama dengan Xp.

Demikian pula untuk perhitungan ordinat (Yp) identik seperti di atas, jadi harga-harga X1, X2, 1/4, X(n-1), Xn dan Y1, Y2, ¼, Y(n-1), Yn yang didapat

dariperhitungan adalah saling berkaitan, jingga akhirnya Xn = Xp dan Yn =

Yp. Toleransi atau limitasi kesalahan dalam praktikum ini (SX dan SY) tidak

melebihi 1m.

Dalam pengukuran yang sesungguhnya toleransi kesalahan ini berfariasi tergantung dari pengadaan peta, sebagai contoh adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 contoh kesalahan penutup poligon dan imbangannya Panjang Rata-rata Kesalahan penutup

Sudut

Imbangan kesalahan Penutup (skala peta) 700 m – 1000 m 8” + n 1/20.000

400 m – 700 m 10” + n 1/10.000 200 m – 400 m 15” + n 1/5.000 100 m – 200 m 20” + n 1/3.000

3.4 Pengukuran detail

Yang dimaksud pengukuran detail atau pengukuran kipas adalah pengukuran atau semua benda-benda atau titk di lapangan yang merupakan kelengkapan dari pada sebagian permukaan bumi baik benda buatan seperti jalan, jembatan, bangunan, dan sebagainya ataupun, benda alam seperti gunung, sungai, dan sebagainya.

Dari pengukuran ini kedudukan titik dari keadaan lapangan dapat diketahui, kemudian dapat digambarkan kembali dan akhirnya berujud suatu peta.

3.4.1 Metode pengukuran

(40)

Pada praktikum ini digunakan metode extrapolasi, dikenal ada 2 cara untuk menentukan titik detail yaitu dengan System Koordinat Orthogonal dan System Koordinat Kutub.

Sistem koordinat kutub adalah cara pengukuran yang cepat dan dapat mencakup daerah yang luas, alat yang dipakai theodolit.

C 5 2

3

D

4 4

2 3

2 5

3

4

4 B

6 A 5 1 5

Titik-titik A, B, C, D, E. F, G, dan H ketinggiannya diketahui dari pengukuran waterpas memanjang. Pengukuran ketinggian titik-titk 1, 2, 3, 4, 5, dst dapat dijangkau dari tiap-tiap kedudukaninstrumen dari titik-titik A, B, C, D, dst maka didapatkan kedudukan titik-titik detail tersebut.

3.4.2 Pengukuran dengan jarak miring

Untuk mengetahui kedudukan titik detail tersebut maka dapat dilakukan dengan pengukuran jarak miring dimana siukur sudut vertikal, horizontal, dan jarak optisnya, selisih tinggi (h) dapat dihitung dengan rumus :

H = (TP – BT) ± D Cos

α

V

1

1

(41)

TP

Gb.3.3 Pengukuran jarak miring

Untuk mencari jarak D, yaitu jarak optis antara titik tetap (A) dan titik detail (1), adalah sebagai berikut :

Dimana, B = konstanta, diambil 100 BA = pembacaaan baak/rambu

 = Sudut vertical

D = B Sin v (BA – BB)

Sudut horizontal

Pengukuran sudut horizontal dimaksud untuk mengetahui arah dan kedudukan dari titik-titik detail terhadap titik tetap.

A

(42)

Pembacaan dimulai dari titik A (instruman berdiri dititik tetap) dengan posisi pembacaan sudut horizontal 0 dan berakhir pada titik E. Pada setiap arah sudut horisontalnya dibaca secara komulatif, artinya besarnya sudut yang dicari adalah selisih antara pembacaan titik yang diarah dengan titik yang diarah sebelumnya.

3.4.3 Perhitungan titik kipas / detail

a. Mencari selisih tinggi (h) antara titik tetap dengan titik kipas/detail

b. Mencari jarak

(43)

PETUNJUK PRAKTIKUM PENGUKURAN POLYGON

 Tujuan : untuk mengetahui kedudukan suatu titik dan sudut arah dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak dilapangan

 Alat yang digunakan : 1. Pesawat Theodolit 2. Rambu ukur/bak ukur 3. Statif

4. Yaloon (patok)

5. unting-unting dan perlengkapan lainnya

 Ketentuan teknis

1. Jarak tiap titik tidak terbatas kecuali apabila dipengaruhi oleh hambatan seperti : undulasi udara, fatamorgana dan bangunan-bangunan.

2. Setiap pembacaan sudut harus selalu dikontrol, sudut yang dibaca adalah sudut luar.

3. Setiap penyetelan alat harus memenuhin syarat garis vizir/garis bidik sumbu.

 Langkah/tahapan Poligon

1. Tentukan titik-titik polygon nya (BM dan CP).

2. Letakkan pesawat theodolit di titik BM, setimbangkan kedudukan nivonya dengan menggunakan sekrup 3 penyetel.

3. Arahkan pesawat theodolit ke utara, kemudian setel pesawat dengan sudut vertikal 90000’00” dan sudut horizontalnya 0000’00” Putar pesawat ke titik

CP 1, sehingga didapatkan sudut, yang selanjutnya disebut Ψawal . Baca

(44)

U

maks

CP1

CP2

4. Catat tinggi pesawat.

5. Tentukan sudut yang akan dipakai dalam pengukuran.

Sudut Dalam

Arahkan pesawat theodolit ke titik sesudahnya, kemudian setel pesawat dengan sudut vertikal 90000’00” dan sudut horizontalnya 0000’00”

kemudian putar searah jarum jam ke titik sebelumnya. Catat BA, BT, BB, serta sudut horizontalnya. Sudut yang didapatkan tersebut disebut sudut horizontal dalam.

Sudut Luar

Arahkan pesawat theodolit ke titik sebelumnya, kemudian setel pesawat dengan sudut vertikal 90000’00” dan sudut horizontalnya 0000’00”

(45)

PETUNJUK PRAKTIKUM PENGUKURAN PENGIPASAN

( PENGUKURAN DETAIL )

 Tujuan : Untuk mengukur semua titik-titik atau bangunan-bangunan di lapangan sehingga didapatkan kedudukan tingginya, pengukuran ini disebut juga pengukuran detail.

 Alat yang digunakan : 1. Bak ukur/rambu ukur 2. Pesawat theodolit 3. Statif

 Ketentuan teknis

1. Jumlah titik kipas tidak terbatas, tergantung pada keadaan lapangan. 2. Setiap pengukuran harus disertai sketsa dimana di dalamnya ditunjukkan

mengenai kedudukan titik-titik dan bangunan yang diukur serta diberi nomor urut sesuai dengan arah saat pengukuran.

3. Pada waktu pengukuran titik kipas dari suatu kedudukan titik harus overlap dengan pengukuran yang sama dari titik yang lain.

4. Titik pesawat diukur dari permukaan tanah sampai garis bidik.

 Langkah / tahapan praktikum

1. Tempatkan pesawat theodolit di atas titik tetap kemudian stel alat seperti yang dijelaskan.

2. Ukur tinggi pesawat, kemudian catat.

3. Tempatkan bak ukur pada tempat yang telah ditentukan, apabila permukan tanah naik turun, maka bak ukur ditempatkan pada tempat yang memiliki perbedaan ketinggian.

(46)

5. Buat sketsa situasi dimana pengukuran kipas dilakukan,khusus untuk jalan dan sungai pengukuran dilakukan dengan kerapatan yang memadai sehingga didapatkan arah jalan ataupun aliran sungai apabila digambar

Tabel.3.3 Pengukuran kipas bila menjumpai bangunan No

. Nama Bangunan

Pengukuran kipas dilakukan

pada Sketsa

1 Jalan beraspal Kedua sisi tepi jalan lebar

jalan diukur dengan pegas

ukur

2 Jalan tak beraspal Tepi, tengah, tepi jalan, lebar jalan diukur dengan pegas ukur

3 Jembatan Setiap sudut jembatan, tengah jembatan dan lebar jembatan

x x

x

x x

x

4 Sungai Tebing atas kana kiri, tebing bawah kanan kiri, dasar sungai

5 Rumah Setiap sudut bangunan rumah apabila terhalang minimal dua sudut, yang lain diukur dengan

pegas ukur

6 Bangunan-bangunan lain

Pada batas-batas bangunan tersebut masih dapat di jangkau

atau dilihat dari pesawat

Cp

(47)

6. Pada pengukuran seperti pada f di atas, terutama pada bangunan jalan dan sungai pengukuran dilakukan dengan kerapatan yang memadai sehingga didapatkan arah jalan ataupun aliran sungai apabila digambar

Cp2

Cp1

BM

Gb. 3.5 Pengukuran kipas pada sungai

Cp2

Gb.3.6 Pengukuran kipas pada bangunan jalan

(48)

Tabel.3.4 Contoh formulir data pengukuran kipas

1.220 0.980 121019’10” 351011’30”

2 1.70

0

1.900 1.500 118035’10” 351011’35”

3 1.4 1

1.40 0

1.500 1.300 121010’25” 351045’00”

4 1.90

0

2.100 1.700 120007’50” 351017’30”

5 2.40

0

2.640 2.160 170010’00” 351018’70”

(49)

1 2 Cp1

4 5

BM 6

8 7 10 9

11

14 12

19 17 16 15 13 20 18

Gambar.3.7.Poligon primer

Sketsa pada pengukuran kipas Keterangan :

Tempat berdiri alat di BM

1. Tepi jalan 11. Tebing atas (kiri) sungai 2. Tepi jalan kanan 12. Tengah sungai

3. Garis BM ke Cp1 13. Tebing atas (kanan) sungai 4. Tepi jalan kiri 14. Tepi jalan kanan

5. Lapangan 15. Sudut kanan jembatan 6. Tengah jalan 16. Sudut kiri jembatan 7. Sudut kiri rumah 17. Tengah sungai

8. Tepi jalan kiri 18. Tebing atas (kanan) sungai 9. Sudut kanan rumah 19. Tebing atas (kiri) sungai 10. Tepi jalan kiri 20. Tengah sungai, dsb.

(50)

PESAWAT THEODOLIT

Gambar.3.8.Digital Elektrik

(51)

PENGIPASAN BM

Interval 0,01 Pengipasan :

1 D = 29

Δ h = 0,14

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 14,00

D' = D / Juml. Grade = 2,071

2 D = 27,5

Δ h = 0,15

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 15

D' = D / Juml. Grade = 1,833

3 D = 27,5

Δ h = 0,03

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 3

D' = D / Juml. Grade = 9,167

4 D = 25,5

Δ h = 0,04

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 4

D' = D / Juml. Grade = 6,375

5 D = 16,5

Δ h = 0,06

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 6

D' = D / Juml. Grade = 2,750

6 D = 46

Δ h = 0,12

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 12

(52)

7 D = 42,5

Δ h = 0,13

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 13

D' = D / Juml. Grade = 3,269

8 D = 33

Δ h = 0,13

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 13

D' = D / Juml. Grade = 2,538

PENGIPASAN CP 1

Interval 0,01 Pengipasan :

1 D = 23,5

Δ h = -0,28

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -28

(53)

2 D = 24

Δ h = -0,16

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -16

D' = D / Juml. Grade = -1,500

3 D = 25

Δ h = 0,13

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 13

D' = D / Juml. Grade = 1,923

4 D = 21

Δ h = -0,15

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -15

D' = D / Juml. Grade = -1,400

5 D = 21

Δ h = -0,02

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -2

D' = D / Juml. Grade = -10,500

6 D = 17

Δ h = -0,28

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -28

D' = D / Juml. Grade = -0,607

7 D = 19

Δ h = -0,24

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -24

(54)

8 D = 22

Δ h = -0,11

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -11

D' = D / Juml. Grade = -2,000

9 D = 26

Δ h = -0,33

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -33

D' = D / Juml. Grade = -0,788

PENGIPASAN CP 2

Interval 0,01 Pengipasan :

1 D = 22,5

Δ h = 0,19

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 19

D' = D / Juml. Grade = 1,184

2 D = 17,5

Δ h = 0,17

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 17

(55)

3 D = 11,5

Δ h = 0,13

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 13

D' = D / Juml. Grade = 0,885

4 D = 17

Δ h = 0,17

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 17

D' = D / Juml. Grade = 1,000

5 D = 25

Δ h = -0,25

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -25

D' = D / Juml. Grade = -1,000

6 D = 6

Δ h = 0,17

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 17

D' = D / Juml. Grade = 0,353

7 D = 17,5

Δ h = -0,2

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -20

D' = D / Juml. Grade = -0,875

8 D = 22,5

Δ h = -0,57

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -57

(56)

PENGIPASAN CP 3

Interval 0,01 Pengipasan :

1 D = 3,5

Δ h = 0,05

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 5

D' = D / Juml. Grade = 0,700

2 D = 40,5

Δ h = 0,07

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 7

D' = D / Juml. Grade = 5,786

3 D = 9

Δ h = 0,08

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 8

(57)

4 D = 28

Δ h = -0,62

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -62

D' = D / Juml. Grade = -0,452

5 D = 32

Δ h = -0,64

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -64

D' = D / Juml. Grade = -0,500

6 D = 24

Δ h = -0,74

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -74

D' = D / Juml. Grade = -0,324

7 D = 6,9

Δ h = -0,39

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -39

(58)

PENGIPASAN CP 4

Interval 0,01 Pengipasan :

1 D = 10

Δ h = 0,01

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 1

D' = D / Juml. Grade = 10,000

2 D = 8,7

Δ h = 0,02

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 2

D' = D / Juml. Grade = 4,350

3 D = 1,3

Δ h = 0,01

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 1

D' = D / Juml. Grade = 1,300

4 D = 9

Δ h = -0,01

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -1

(59)

5 D = 32,5

Δ h = 0,01

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 1

D' = D / Juml. Grade = 32,500

6 D = 51,5

Δ h = -0,04

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -4

D' = D / Juml. Grade = -12,875

7 D = 1

Δ h = 0,01

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 1

D' = D / Juml. Grade = 1,000

8 D = 5,7

Δ h = 0,01

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 1

D' = D / Juml. Grade = 5,700

9 D = 13,5

Δ h = -0,02

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -2

(60)

PENGIPASAN CP 5

Interval 0,01 Pengipasan :

1 D = 10,4

Δ h = -0,52

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -52

D' = D / Juml. Grade = -0,200

2 D = 14,8

Δ h = -0,51

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -51

D' = D / Juml. Grade = -0,290

3 D = 13,2

Δ h = -0,53

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -53

D' = D / Juml. Grade = -0,249

4 D = 11

Δ h = -0,03

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -3

D' = D / Juml. Grade = -3,667

5 D = 7

Δ h = 0,3

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 30

D' = D / Juml. Grade = 0,233

6 D = 7

Δ h = 0,9

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = 90

(61)

7 D = 18

Δ h = -0,5

Jumlah Grade = Δ h / 0.01 = -50

D' = D / Juml. Grade = -0,360

PENUTUP

(62)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT dan orang tua kami yang selalu mendoakan dan juga teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah dan akhirnya semua dapat terselesaikan. Dalam pembuatan laporan ini penyusun banyak sekali kendala yang menghambat dalam proses penyelesaian laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, namun demikian kami tidak hentinya berusaha untuk menyelesaikan laporan ini, berkat Allah SWT dan orang tua juga teman-teman yang selalu mendoakan kami akhirnya laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dapat selesai.

Dengan adanya praktikum Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini banyak memberikan pengetahuan lebih mengenai Ilmu Ukur Tanah. Adanya praktikum ini sangat membantu saya dalam pemahaman mengenai teori Ilmu Ukur Tanah.

Penyusun dalam pembuatan laporan ini banyak sekali mengalami kesalahan, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran menjadi lebih sempurna. Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(63)

Gambar

Tabel  berikut  adalah  toleransi  kesalahan  pada  berbagai  tingkat
Tabel 2.2.Perhitungan waterpass
Gambar 2.7 Pembacaan Waterpass pergi
Gambar.3.1 kontur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari percobaan yang telah dilakukan praktikan mendapatkan nilai dari azimuth pada theodolite.Sudut azimuth yaitu sudut yang terbentuk berdasarkan sumbu Y atau sudut yang

Dapat disimpulkan pula bahwa, untuk membuat suatu perpotongan garis dapat dilakukan dengan cara menempatkan jalon – jalon pada titik yang apabila ditarik garis dari dua

Waterpass juga bisa digunakan untuk mengukur jarak dengan cara mengetahui benang atas rambu ukur dikurangi benang bawah rambu ukur yang kemudian dari

Bentuk permukaan tanah itu akan dapat dilukiskan oleh garis-garis yang menghungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, sehingga diperoleh suatu peta

Pengukuran Beda Tinggi (BT) Pengukuran beda tinggi antara dua titik di lapangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung

Kegunaan dari poligon adalah untuk menentukan letak titik di lapangan dengan cara menghitung koordinat dan ketinggian letak titik di lapangan dengan cara menghitung

Membidik titik B dan melakukan pembacaan benang atas, batas tengah, batas bawah pada rambu sesuai dengan jarak yang diinginkan pada sketsa, serta sudut

f Menyiapkan bak ukur di titik yang ingin tinjau atau di patok g Pembacaan BA batas atas, BT Batas tengah dan BB Batas bawah serta pengukuran lainnya Jika pengukuran tidak jelas pada