• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH (1)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN JALAN DENGAN THEODOLIT

Dosen Pembimbing:

Ir H Soeharto, M. Eng

Disusun oleh :

1. Sri Wahyuni NIM 2015140004 /TA: 2015

2. Ardiyanto NIM 2015140005 /TA: 2015

3. Bachtiar Nurly R NIM 2015140009 /TA: 2015

4. Dedi Sarwono NIM 2015140011 /TA: 2015

5. Sarofah NIM 2015140028 /TA: 2015

6. Tri Farid Sahputra NIM 2015140036 /TA: 2015

7. Ahmad Barokah NIM 2014140042 /TA: 2015

8. Habibulloh Malik NIM 2015140045 /TA: 2015

9. Joko Adi Wicaksono NIM 2015140056 /TA: 2015

TENIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM) UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

(2)
(3)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

Jl. Raya Kalibeber Km. 03 Tlp. (0286)3226054, Fax. (0286) 324160 Wonosobo 56351

LEMBAR PENGESAHAN Judul : Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Pengukuran Jalan dengan Teodolit Lokasi/Objek : Jalan Munggang

Ketua Tim : Habibulloh Malik

Anggota : 1. Sri Wahyuni NIM 2015140004 /TA: 2015 2. Ardiyanto NIM 2015140005 /TA: 2015 3. Bachtiar Nurly R NIM 2015140009 /TA: 2015 4. Dedi Sarwono NIM 2015140011 /TA: 2015 5. Sarofah NIM 2015140028 /TA: 2015 6. Tri Farid Sahputra NIM 2015140036 /TA: 2015 7. Joko Adi Wicaksono NIM 2015140056 /TA: 2015

Laporan ini ditujukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah, dengan hal tersebut semoga laporan ini dapat diterima dan disahkan, sehingga dapat digunakan sebagai kelengkapan tugas sebagai mahasiswa mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Sains Al – Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.

Wonosobo, 1 Juni 2017

DISETUJUI OLEH

Dosen Pembimbing

Ir H Soeharto, M.Eng.

Kaprodi Teknik Sipil

Ir H Soeharto, M.Eng.

Dekan Fastikom

Wiji Lestarini, ST, MT.

Kata pengantar

(4)

kaum musdz’afin, yang beliau merasa ingin membunuh dirinya dengan melihat kebodohan dan kejahiliahan umat manusia. Sungguh sangat menjadi kerinduan ku untuk bisa menjadikan Beliau sebagai inspirasi perjuanganku.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan laporan ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Mukhotob Hamzah, MM selaku Rektor Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.

2. Wiji Lestari, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer (FASTIKOM) Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo

3. Ir H Soeharto, M.Eng. sebagai Dosen Pembimbing sekaligus Kaprodi Teknik Sipil Unsiveraitas Sains Al – Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo

4. Ibu dan bapak tercinta yang tiada hentinya mendoakan kami dan berharap besar terhadap kesuksesan kami.

5. Kawan-kawan kami mahasiswa dan mahasiswi Teknik Sipil angkatan 2015 yang sama-sama berjuang, semoga kedepannya nanti lebih baik.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan yang sepadan dari Allah SWT.

Penyusun menyadari bahwa eksperimen ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga dengan adanya eksperimen ini sangat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Teknik, khususnya dalam bidang Teknik Sipil dan bagi seluruh pembaca tiada gading yang tak retak bahwa hidup harus tetap termotivasi dan harus diarahkan agar menjadi lebih baik dan lebih bermakna.

Wonosobo, 1 Juni 2017

(5)

Lembar Pengesahan ……….………… i

Kata Pengantar ……… ii

Daftar Isi ………. iii

A. Tujuan ………. 1

B. Dasar Teori ………. 1

C. Peralatan ……….. 12

D. Cara Pengukuran ………..… 13

E. Pembagian Tugas ………... 13

F. Hasil Pengukuran ………..…… 14

G. Analisa Data ……….. 15

1. Pengukuran Elevasi ……….…… 15

(6)

A. Tujuan Praktikum

1. Menentukan beda tinggi permukaan tanah dengan menggunakan Theodolite. 2. Menbuat garis kontur berupa peta dari sebidang tanah.

3. Membuat profil pada suatu polygon untuk menentukan beda tinggi pada permukaan tanah, diantaranya profil memanjang dan profil melintang.

4. Dapat membuat peta situasi (site plant) dengan cara menentukan sudut bangunan yang nampak dan diterjemahkan dalam bentuk data dan dalam bentuk gambar.

B. Dasar Teori

1. Pengukuran Jarak

Jarak antara dua buah titik adalah panjang garis lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut. Dalam ukur tanah ada jarak miring dan jarak datar, jarak miring digunakan untuk perhitungan volume dan jarak datar digunakan untuk pengambaran peta/situasi. Panjang jarak untuk keperluan perhitungan elevasi maksimum 60 m (karena bumi bulat).

Macam-macam cara pengukuran jarak: - Cara sederhana

 Langsung

 Tak langsung - Mengunakan alat

 Optis

 Otomatis

a. Pengukuran jarak cara sederhana secara langsung Jarak < Panjang pita ukur

Jarak > Panjang pita ukur

o Jarak kurang dari panjang pita ukur Peralatan : Pita ukur dan patok

o Jarak lebih dari panjang pita ukur Peralatan : Pita ukur, Yalon, Patok Cara mengukur:

1. Pasang patok di titik yang akan diukur.

2. Buat garis lurus dengan memasang patok diantara kedua titik tersebut dengan jarak kurang dari pita ukur (dengan bantuan yalon)

3. Ukur jarak masing-masing patok, lalu dijumlahkan.

A C D B dijumlahkan

(7)

Lihat ∆ ABC dan ADE

AD

AC=

DE

CB DE=

AD

AC X CB FG=

AF

AC X BC

caranya:

1. Buat garis bantu AC, ukur panjang AC, ukur panjang CB. 2. Buat mal sudut ∆ACB.

3. Geser mal sudut ke titik D yang terletak pada garis AC, ukur panjang AD. 4. Hitung DE

DE=AD

AC X CB

5. Panjang patok E.

6. Perpanjang garis BE sampai halangan (titik H).

7. Geser mal sudut ke titik yang terletak pada garis AC, ukur panjang AF. 8. Hitung FG

FG=AF

AC X BC

9. Panjang patok G.

10. Perpanjang garis AG sampai halangan (titik I).

Antara A dan B ada Halangan Tanah Tinggi

Dari samping

Yang komando C = A Yang komando D = B

Langkah kerja:

1. Letakkan yalon C dititik sembarangan, tetapi bias kelihatan oleh B dan A (ditanah yang ketinggiannya sama dengan B).

2. Selanjutnya letakkan yalon D yang lurus dengan titik A dan C (segaris). 3. Majukan yalon C ke garis yang lurus antara D dan B (segaris).

(8)

Untuk A dan B terdapat sungai/jurang.

Lihat ∆ABD dan DEF

Langkah kerja:

1. Buatlah garis bantu C yang lurus antara A dan B (garis perpanjangan A,B). 2. Buatlah garis siku-siku di C, dengan cara menambahkan patok E ( E ┴ CB). 3. Hubungkan titik E dan B.

4. Buatlah garis tegak lurus pada garis CB di A, dan beri tanda D pada pertemuan garis tersebut dengan garis EB.

5. Buatlah titik F, yang tegak lurus di garis EC dan titik D lalu buatlah garis. 6. Selanjutnya hitung dengan rumus berikut.

AB

DF=

AD

EF AB=

AD

EF X DF

c. Pengukuran Jarak Optis Peralatan : - Patok

- Teropong dengan benang silang - Baak ukur

Cara pengukuran:

1. Pasang patok pada titik yang akan diukur.

2. Tempatkan teropong di salah satu titik (A) dan tempatkan baak di titik lainnya (B).

3. Stel teropong.

4. Baca baak pada ketiga benang silangnya (atas,tengah dan bawah) misalnya ba, bt, bb.

5. Maka jaraknya adalah

(9)

d. Pengukuran Jarak Otomatis

Peralatan : - ADM (Automatic Distance Messurer) - Target

- Patok

Cara mengukur:

 Pasang patok pada titik yang akan diukur (misal A dan B).

 Pasang ADM dititik A.

 Pasang target pada titik B.

 Jarak AB dapat langsung dibaca pada ADM.

2. Pengukuran Elevasi

Elevasi adalah ketinggian suatu titik terhadap permukaan air laut rata-rata. Elevasi suatu titik dapat dicari dengan bantuan sebuah titik yang sudah diketahui elevasinya, dengan rumus:

Elevasi B = Elevasi A + ∆h

B = titik yang dicari elevasinya

A = titik yang elevasinya diketahui (titik ikat)

∆h = selisih ketinggian titik B dengan titik A (±)

Bila tidak ada atau susah mendapatkan titik ikat, dapat menggunakan elevasi local.

Macam cara pengukuran elevasi

Sederhana Optis Automatis

(10)

- Selang air

a. Pengukuran Elevasi Cara Sederhana

Misalnya akan diukur elevasi titik B, yang letaknya dekat dengan titik A, dimana elevasi A= +100,00

Caranya:

1. Pasang patok di A dan B.

2. Pasang pula batang tegak di A dan B. 3. Ambil selang air yang panjangnya >AB.

4. Isi ulang air dengan air sampai penuh, setelah penuh kedua ujung-ujung selang ditutup.

5. Tempatkan ujung-ujung selang pada batang A dan B, diikat/diplester dengan ketinggian kira-kira sama.

6. Buka ikatan pada ujung selang, tunggu sampai muka air di selang terang. 7. Ukur ketinggian muka air di selang dititik A, misalnya = a, maka ketinggian

muka air selang di titik B, misalnya b. 8. Maka ∆h = a-b

9. Elevasi B = elevasi titik A + (a-b)

b. Pengukuran Elevasi Cara Optis

 Dengan Waterpass Caranya:

1. Pasang patok di A dan B

2. Pasang alat W>P diantara A dan B (disetel). 3. Pasang baak di A dan B.

4. Baca benang tengah baak A (misal: bta) dan benang tengah baak B (misal btb).

5. Maka ∆h = bta-btb

(11)

 Pengukuran Elevasi dengan Teodolit Pengukuran ini dilakukan:

- Bentuk pemetaaan yang memerlukan elevasi/konstur. - Bila permukaan tanah ketinggiannya sangat tidak beraturan,

Alat yang dipakai:

1. Patok 2. Pita ukur

3. Teodolit + Statif 4. Baak ukur

Cara pengukuran

Misalnya yang akan diukur elevasi titik B

1. Cari titik ikat (A) dekat titik B. 2. Pasang patok pada titik A dan B.

3. Tempatkan teodolit di titik A, dan di stel.

4. Ukur ketinggian teodolit dengan pita ukur, misalnya = ta 5. Tempatkan baak ukur di titik B.

6. Bidik baak ukur dengan teodolit, baca: a. Pembacaan benang tengah (bt) b. Sudut vertical teropong (∂) 7. Maka:

Elevasi titik B = elevasi A + ta + ∆t – bt Karena ∆t = dm cos ∂

dm = (ba-bb) x 100 sin ∂ maka ∆t = (ba-bb) x 100 x sin ∂ cos ∂ sehingga :

El B = El A + ta + (ba-bb) x 100 sin ∂ cos ∂ - bt

Contoh:

El A = + 60.00 ba = 1.425 bb = 0.815 bt = 1.120

(12)

∆t = 60.96 x cos 88o = 2.13 m

El B = +60.00 + 1.121 + 2.13 – 1.12 = + 62.22

Table pengukuran elevasi dengan waterpass

Titik Tempat koordinatnya, misalnya titik A. Koordinat B dapat dihitung kalau:

- Jarak AB diketahui - Sudut arah AB diketahui

Y

d=cos

X

(13)

∆ Y=dAB xcos

∆ X=dAB xsin

Koordinat B

XB = XA + ∆X = XA + dAB x sin AB

YB = YA + ∆Y = YA + dAB x cos AB

180o = π rad

360o = 2 π rad

1o = π

180 rad

1 rad = 180o

π

Contoh = 36o51’23’’

= 36

o

51'23' ' 180 π

= 36

o(51x60 +23)

3600 π

= 36,856 180 π

Pengukuran koordinat biasanya dilaksanakan dengan cara polygon, baik dengan poligon memanjang atau polygon tertutup. Rumus yang dipakai:

XB = XA + dAB x sin AB

YB = YA + dAB x cos AB

A = titik ikat (diketahui koordinatnya)

B = titik yang dicari koordinatnya

dAB = jarak AB

(14)

4. Pengukuran sudut arah

a. Mengukur sudut arah (azimuth) matahari, tinggi matahari terhadap garis AB. b. Menggunakan dua titik ikat, misalnya A dan A’.

c. Mengukur sudut antara arah utara dengan garis AB. 1. Pengukuran arah dan tinggi matahari

Peralatan : - teodolit

- Table azimuth matahari - Patok

Cara pengukuran:

a. Tempatkan teodolit di titik A, sistel

b. Arahkan teropong ke matahari, baca sudut horizontal dan sudut vertical. c. Arahkan teropong ke titik B, baca sudut horizontal B.

d. Cari dalam table azimuth, besarnya sudut arah matahari pada tgl,jam, ketinggian (sudut vertical) dari hasil pengukuran tersebut,

e. α AB = α + β

α = azimuth matahari

β = sudut matahari A, B 2. Menggunakan 2 titik ikat (A dan A’)

Peralatan : - teodolit - Patok

Cara pengukuran:

a. Tempatkan teodolit di titik A (distel).

b. Arahkan teodolit ke titik A’, baca sudut horizontal. c. Arahkan teodolit ke titik B, baca sudut horinzontal. d. αABA'AB−δ

βA'AB = sudut horizontal B- sudut horizontal A’

(15)

= arc tan (X A

'XA) (Y A'−YA)

3. Mengukur sudut horizontal utara dan sudut horizontal titik B Caranya:

a. Tempat teodolit di A, distel.

b. Arahkan teodolit ke utara, baca sudut horizontal utara (misal 30o).

c. Arahkan teodolit ke titik B, baca sudut horizontal titik B (misal 102o).

d. αAB = 102o – 30o = 72o

Pengukuran arah titik selanjutnya rumus:

αBC=αAB+180osudut dalam ABC

Berdasarkan rumus diatas, untuk mengukur αBC , cukup mengukur sudut dalam ABC yang besarnya:

Sudut ABCdalam = sudut horizontal A – sudut horizontal C

C. Peralatan

1. Teodolit 1 buah

(16)

3. Baak ukur 1 buah

4. Patok 20 buah

5. Kompas 1 buah

6. Meteran Gulung ukuran 50 m 2 buah

7. Pilok 1 buah

8. Kertas sketsa secukupnya

9. Pensil 1 buah

10. Penghapus 1 buah

11. Papan untuk kertas 1 buah

D. Cara Pengukuran

1. Pasang patok pada daerah pengukuran (peta) dan sket titik-titik patok dengan buku sket, dalam pemasangan patok harus diperhatikan beberapa hal:

a. Ditempat aman.

b. Mudah menempatkan alat. c. Saling dapat terkait. d. Jarak maksimal ( ± 50).

2. Buatlah sketsa potongan melintang pada titik (ukur lebar dan tinggi). 3. Pasang pesawat pada tripod dan atur pesawat tepat diatas patok. 4. Pasang unting-unting pada pesawat untuk ketepatan pada patok-patok. 5. Atur kedataran pesawat dengan Nivo yang tersedia pada pesawat.

6. Pasang baterai pada pesawat dan hidupkan kemudian atur monitor pada pesawat. 7. Mulailah membidik kearah utara terlebih dahulu.

8. Tugaskanlah salahsatu asisten untuk memegang bak ukur atau yalon pada patok lain dan bidik dari patok yang dipasangi pesawat.

9. Setelah tepat segera kunci pesawat.

10. Baca sudut yang tertera pada monitor dan tulis hasilnya.

11. Baca juga antara benang atas, tengah dan benang bawah, segera catat hasilnya.

12. Setelah selesai pindah kepatok selanjutnya dan lakukan pekerjaan seperti poin-poin diatas dan seterusnya sampai kepatok terakhir.

13. Catat semua hasil pengukuran pada buku laporan dan terus hitung hasil pengukurannya.

E. Pembagian Tugas

Ketua : Habibulloh Malik Pemasang patok : Bachtiar Nurly R

Dedi Sarwono Pembuat sketsa : Habibulloh Malik Pengukur : Ahmad Barokah

Tri Farid Sahputra Pembaca : Joko Adi Wicaksono Pemegang baak : Ardiyanto

(17)

F. Hasil Pengukuran

ST

A TinggiAlat BidikTitik

Pembacaan Baak Pembacaan Sudut

B.A B.T B.B Vertikal Horizontal Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik

(18)

11 P11 148,5

P10 1,76 1,57 1,38 95 32 35 26 48 5

P12 1,92 1,74 1,55 86 35 20 216 12 15

12 P12 148,5

P11 1,96 1,78 1,59 92 33 0 85 13 50

P13 1,95 1,79 1,63 84 30 15 251 5 25

G. Analisa Data

1. Pengukuran Elevasi

a. Menghitung Sudut Derajat Dalam Desimal

Sudut vertical (Oo) + (sudut vertical (O’)/60) + (sudut vertical (O’’)/3600)

(19)

P11 = 84 + (23/60) + (50/3600) = 84,397 P11=> P10 = 95 + (32/60) + (35/3600) = 95,543 P12 = 86 + (35/60) + (20/3600) = 86,589 P12=> P11 = 92 + (33/60) + (0/3600) = 92,550 P13 = 84 + (30/60) + (15/3600) = 84,504

b. Menghitung Sudut Derajat Radian Dalam Desimal Vo x π /180

P1 => U = 0 x π /180 = 0 P2 = 89,231 x π /180 = 1,557 P2 => P1 = 92,163 x π /180 = 1,609 P3 = 88,094 x π /180 = 1,538 P3 => P2 = 92,411 x π /180 = 1,613 P4 = 87,917 x π /180 = 1,534 P4 => P3 = 93,851 x π /180 = 1,638 P5 = 88,040 x π /180 = 1,537 P5 => P4 = 93,118 x π /180 = 1,625 P6 = 89,313 x π /180 = 1,559 P6 => P5 = 90,874 x π /180 = 1,586 P7 = 86,743 x π /180 = 1,514 P7 => P6 = 92,783 x π /180 = 1,619 P8 = 86,003 x π /180 = 1,501 P8 => P7 = 94,086 x π /180 = 1,642 P9 = 83,503 x π /180 = 1,457 P9 => P8 = 96,160 x π /180 = 1,678 P10 = 86,257 x π /180 = 1,505 P10=> P9 = 100,145 x π /180 = 1,748 P11 = 84,397 x π /180 = 1,473 P11=> P10 = 95,543 x π /180 = 1,668 P12 = 86,589 x π /180 = 1,511 P12=> P11 = 92,550 x π /180 = 1,615 P13 = 84,504 x π /180 = 1,475

c. Menghitung Δh (b.a – b.b) Titik baak

(20)
(21)

= 120,318

P10 = 120,318+ 1,498 + 0,14 x 100 x sin(86⁰15’25”) x cos(86⁰15’25”) – 0,7 = 122,028

P11 = 122,028+ 1,50 + 0,39 x 100 x sin(84⁰23’50”) x cos(84⁰23’50”) –1,4 = 125,917

P12 = 125,917+ 1,485 + 0,37 x 100 x sin(86⁰35’20) x cos(86⁰35’20) – 1,74 = 127,859

(22)

STA TinggiAlat BidikTitik

Pembacaan Baak Pembacaan Sudut

BA-BB DerajatSudut RadianSudut Sin V Cos V Elevasi B.A B.T B.B Vertikal

Derajat Menit Detik

P1 155,5

utara - - - 0 0 0 0,000 0,000 0,000 0,000 1,000 100,000

P2 1,08 0,86 0,6 89 13 50 0,48 89,231 1,557 1,000 0,013 255,105

P2 147

P1 1,22 0,98 0,74 92 9 45 0,48 92,163 1,609 0,999 -0,038

P3 1,17 0,94 0,7 88 5 40 0,47 88,094 1,538 0,999 0,033 408,324

P3 145,5

P2 1,67 1,39 1,10 92 24 40 0,565 92,411 1,613 0,999 -0,042

P4 1,14 0,89 0,65 87 55 0 0,49 87,917 1,534 0,999 0,036 562,726

P4 144

P3 0,85 0,61 0,36 93 51 5 0,49 93,851 1,638 0,998 -0,067

P5 0,96 0,72 0,47 88 2 25 0,49 88,040 1,537 0,999 0,034 689,465

P5 149,7

P4 1,24 1 0,76 93 7 5 0,48 93,118 1,625 0,999 -0,054

P6 14,9 12,9 10,9 89 18 45 0,4 89,313 1,559 1,000 0,012 831,064

P6 149,3

P5 1,79 1,59 1,39 90 52 25 0,4 90,874 1,586 1,000 -0,015

(23)

P8 1,34 1,1 0,86 86 0 10 0,48 86,003 1,501 0,998 0,070 1161,759

P8 147

P7 2 1,76 1,51 94 5 10 0,49 94,086 1,642 0,997 -0,071

P9 1,43 1,18 0,93 83 30 10 0,5 83,503 1,457 0,994 0,113 1353,973

P9 149,8

P8 1,74 1,5 1,25 96 9 35 0,49 96,160 1,678 0,994 -0,107

P10 0,77 0,7 0,63 86 15 25 0,14 86,257 1,505 0,998 0,065 1505,893

P10 150

P9 0,74 0,67 0,6 100 8 43 0,14 100,145 1,748 0,984 -0,176

P11 1,59 1,4 1,,2 84 23 50 0,39 84,397 1,473 0,995 0,098 1679,788

P11 148,5

P10 1,76 1,57 1,38 95 32 35 0,38 95,543 1,668 0,995 -0,097

P12 1,92 1,74 1,55 86 35 20 0,365 86,589 1,511 0,998 0,059 1832,567

P12 148,5

P11 1,96 1,78 1,59 92 33 0 0,37 92,550 1,615 0,999 -0,044

(24)
(25)

P8 => P7 = 119,844 x π /180 = 2,092

c. Mencari sudut dalam (β)

Sudut dalam = Hbelakang – Hdepan

(26)

e. Mencari jarak datar (D) D = (ba-bb)x100xsin2V

(27)

∆x P2-P4 = 47,93 x sin 92⁰24’40” = 47,888

∆x P3-P5 = 48,86 x sin 93⁰51’5" = 48,749

∆x P4-P6 = 43,68 x sin 93⁰51’5” = 43,814

∆x P5-P7 = 43,94 x sin 93⁰7’5” = 43,875

∆x P6-P8 = 47,83 x sin 92⁰47’0” = 47,774

∆x P7-P9 = 49,06 x sin 94⁰5’10” = 48,935

∆x P8-P10 = 31,19 x sin 96⁰9’35” = 31,009

∆x P9-P11 = 30,06 x sin 100⁰8’43” = 29,589

∆x P10-P12= 37,26 x sin 95⁰32’35” = 37,086

∆x P11-P13= 34,78 x sin 92⁰32’35” = 34,746

g. Mencari ∆y

∆y = ∆D ab´ x cos α

∆y Pu-P2 = 47,99 x cos 89⁰13’50” = 0,644

∆y P1-P3 = 47,45 x cos 92⁰9’45” = - 1,79

∆y P2-P4 = 47,93 x cos 92⁰24’40” = - 1,996

∆y P3-P5 = 48,86 x cos 93⁰51’5" = - 3,282

∆y P4-P6 = 43,68 x cos 93⁰51’5” = - 2,934

∆y P5-P7 = 43,94 x cos 93⁰7’5” = - 2,390

∆y P6-P8 = 47,83 x cos 92⁰47’0” = - 2,323

∆y P7-P9 = 49,06 x cos 94⁰5’10” = - 3,496

∆y P8-P10 = 31,19 x cos 96⁰9’35” = - 3,346

∆y P9-P11 = 30,06 x cos 100⁰8’43” = - 5,295

∆y P10-P12= 37,26 x cos 95⁰32’35” = - 3,599

(28)

STA

utara 295 5 35 295,093 5,150 0,000 0,820 0

15,101 0,264

0,261 0,965 75

P2 1,08 1,04 0,6 310 11 40 310,194 5,414 0,480 0,583 28,007 0,261 0,965 47,985 0,644

P2 1,47

P1 1,22 0,98 0,74 226 29 25 226,490 3,953 0,480 0,526 25,248

-188,486 191,891

-0,251 -0,968

47,258 - 1,79

P3 1,17 0,92 0,7 38 0 15 38,004 0,663 4,700 0,379 178,182 -0,251 -0,968

P3 1,455

P2 1,67 1,39 1,1 107 5 20 107,089 1,869 5,650 0,914 516,211

0,000 195,033

0,251 0,968

47,888 - 1,996

P4 1,14 0,89 0,65 107 5 20 107,089 1,869 4,900 0,914 447,688 0,251 0,968

P4 1,44

P3 0,85 0,61 0,36 43 25 25 43,424 0,758 4,900 0,473 231,525

171,339 26,836

0,991 -0,132

48,749 - 3,282

P5 0,96 0,72 0,47 214 45 45 214,763 3,748 -2,300 0,325 -74,773 0,991 -0,132

P5 1,497

P4 1,24 1 0,76 283 43 5 283,718 4,952 0,480 0,944 45,301

-74,464 104,441

-0,695 -0,719

43,814 - 2,934

P6 1,49 1,29 1,09 209 15 15 209,254 3,652 4,000 0,239 95,525 -0,695 -0,719

P6 1,493

P5 1,79 1,59 1,39 25 16 5 25,268 0,441 4,000 0,182 72,882

163,908 -56,326

0,221 0,975

43,875 - 2,390

(29)

P7 1,48

P6 1,98 1,74 1,5 36 26 55 36,449 0,636 4,800 0,353 169,419

187,275 -240,459

-0,992 -0,127

47,774 - 2,323

P8 1,34 1,1 0,86 223 43 25 223,724 3,905 4,800 0,478 229,310 -0,992 -0,127

P8 1,47

P7 2,0 1,76 1,51 119 50 40 119,844 2,092 4,900 0,752 368,650

182,014 -419,331

0,997 -0,071

48,935 - 3,496

P9 1,43 1,1 0,93 301 51 30 301,858 5,268 5,000 0,721 360,703 0,997 -0,071

P9 1,498

P8 1,74 1,5 1,25 83 31 25 83,524 1,458 4,900 0,987 483,766

191,443 -607,633

0,965 -0,262

31,009 - 3,346

P10 0,77 0,7 0,6 274 58 0 274,967 4,799 1,400 0,993 138,951 0,965 -0,262

P10 1,50 P9 0,74 0,67 0,6 120 35 40 120,594 2,105 6,800 0,741 503,854 204,947 -809,438 0,888 0,460 29,589 - 5,295

P11 1,59 1,4 1,2 325 32 30 325,542 5,682 3,900 0,320 124,854 0,888 0,460

P11 1,485

P10 1,76 1,57 1,38 26 48 5 26,801 0,468 3,800 0,203 77,258

189,403 -995,700

-0,184 -0,983

37,086 - 3,599

P12 1,92 1,74 1,55 216 12 15 216,204 3,773 3,650 0,349 127,343 -0,184 -0,983

P12 1,485

P11 1,92 1,78 1,59 85 13 50 85,231 1,488 3,700 0,993 367,442

165,860 -1158,418

-0,738 -0,675

34,746 - 1,543

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Gambar 2. Pengukuran dengan Theodolit

Gambar

Table pengukuran elevasi dengan waterpass
Table azimuth matahari
Gambar 1. Tim Praktikum
Gambar 2. Pengukuran dengan Theodolit

Referensi

Dokumen terkait

Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan

• Mengatur garis bidik supaya mendatar, memasang Nivo sejajar dengan sekrup penyetel yaitu menempatkan gelembung Nivo tepat ditengah-tengah dengan memutar kedua

Prinsip ukur adalah mudah. Untuk menghasilkan pelan atau peta, dua titik di atas permukaan bumi dipilih dan jarak diantaranya diukur. Jarak di antara dua titik yang telah

Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk menentukan ketinggian dari titik-titik dilapangan sehingga mendapatkan gambaran lengkap tentang kedudukan tinggi dari

Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk menentukan ketinggian dari titik-titik di lapangan sehingga mendapatkan gambaran lengkap tentang kedudukan tinggi dari

struktur garis) dengan OX. Buat garis dari titik X yang tegak lurus OX. Garis ini memotong OA di titik W. Ukur jarak XW, misalkan jarak ini adalah d. Gunakan garis OY sebagai

Pokok bahasannya meliputi pengertian survei, pengetahuan peta, keandalan dan kesalahan pengukuran, jarak, sudut, azimut, bearing, poligon, pengukuran dengan pita

Sandi Dosen 1349 Topik: Pengukuran Waterpass Judul : Pengukuran Polar Kode : Waktu : 120 Menit Tanggal : Kamis, 23 Septembeer 2021 Nama : Kelompok 1 a Ukur tinggi pesawat jarak