Praktikum : Analisis Semen
Hari/tanggal praktikum : Senin, 14 November 2016
Waktu : 16.00 - 19.00 WIB
Tempat : Laboratorium Zoologi Fakultas Biologi
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan pemeriksaan semen seorang pria,
menganalisis hasil pemeriksaan dan menarik kesimpulan mengenai hasil pemeriksaan apakah seorang pria fertil atau infertil.
II. Dasar Teori
Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, yakni semen (air mani), mengandung sperma dan sekret vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper, dan mungkin kelenjar uretra. Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL setelah beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume semen dan hitung sperma menurun cepat bila ejakulasi berkurang. Walaupun hanya diperlukan satu sperma untuk membuahi ovum, setiap milliliter semen normalnya mengandung 100 juta sperma. Lima puluh persen pria dengan hitung sperma 20-40 juta/mL dan pada dasarnya, semua pria dengan nilai hitung yang kurang dari 20 juta/mL dianggap mandul. Adanya banyak spermatozoa yang immotil atau cacat juga berkorelasi dengan infertilitas. Prostaglandin dalam semen, yang sebenarnya berasal dari vesikula seminalis, kadarnya cukup, namun fungsi turunan asam lemak in di dalam semen tidak diketahui.
Tabel 2.3 Komposisi Semen Manusia (Ganong, 2008)
Warna : putih
Berat jenis spesifik : 1,028
pH : 7,35-750
Hitung sperma : Rerata sekitar 100 juta/mL, dengan bentuk abnormal kurang dari 20% Komponen lain:
Fruktosa (1,5-6,5 mg/ml)
Dari vesikula seminalis Fosforilkolin, ergotionein
(membentuk 60% volume total) Asam askorbat, flavin , prostaglandin
Spermin Asam sitrat
Dari prostat Kolesterol, fosfolipid
(membentuk 20 % volume total) Fibrinolisin, fibrogenase
Sel sperma adalah gamet jantan, atau sel-sel yang berfungsi dalam reproduksi generatif, sebelum pembuahan. Gamet bergabung dengan gamet lain, dalam hal ini sel telur perempuan, untuk membentuk zigot. Sebuah zigot adalah ovum, atau telur, setelah pembuahan. Sperma adalah singkatan dari spermatozoon, dan spermatozoa dalam bentuk jamak.
1.1 Morfologi Sperma
Morfologi sperma menunjukkan persentasi bentuk abnormal yang ditemukan dalam semen. Terdapat dua klasifikasi yang digunakan untuk menentukan morfologi sperma yaitu berdasarkan kriteria WHO, dan kriteria Kruger’s strict. Teratozoospermia (<15% morfologi normal sperma) dapat terjadi pada keadaan demam, varikokel, dan stress.
World Health Kruger’s Strict Criteria Organization (WHO)
Kisaran referensi nomal ≥ 4% > 14%
Kepala
Bentuk Oval Oval, pinggiran halus
Akrosom 40%-70% dari permukaan 40%-70% dari permukaan kepala
Ukuran
kepala
Panjang 4-5, 5 mm, lebar Panjang 3-5mm
Vakuola
2, 5-3, 5 mm, P/l 1,5-1,72 Lebar 2-3 mm <20% area kepala ≤ 1/4 area kepala
Bagian tengah
Bentuk Lurus regular, melengkung Kurus, lurus regular, melengkung
Ukuran
aksial aksial
<1/3 area kepala Lebar < 1mm, panjang 1,5 x kepala
Droplet sitoplasma
<1/3 area kepala <1/3 area kepala
Ekor
Tampilan Lebar Kurus , tidak melengkung Bentuk sama, tidak melengkung,
Panjang
Struktur sel-sel sperma meliputi kepala yang mengandung enzim yang dirancang untuk membantu sel menembus sel telur. Sedangkan telur manusia sangatlah kecil, gamet pria jauh lebih kecil, dan dinding luar sel telur pada dasarnya adalah sebuah dinding tak tertembus tanpa enzim untuk membantu sel-sel membuat jalan masuk. Daerah yang memanjang dari kepala disebut flagela dan bertindak untuk menghidupkan sel-sel ketika mereka bergerak melalui saluran reproduksi. Ekor ini nantinya akan mengantarkan ke tujuan mereka.
1.2 Analisa Karakteristik Semen
1. Pemeriksaan makroskopik
analisis semen yang ditentukan oleh sekresi vesika seminalis dan prostat. pH normal adalah sekitar 7,2 hingga 8,0. Karena sekresi vesika seminalis bersifat alkali, pH asam mengindikasikan terdapat hipoplasia vesika seminalis yang biasa ditemui pada pasien azoospermia.
Gambaran Makroskopik Analisis Semen (WHO, 2010)
Parameter Nilai Abnormalitas Signifikansi Klinik
Normal
pH ≥ 7,2 Asam, <7,2 Dengan volume rendah
dan non koagulasi;
Koagulasi Tidak ada koagulasi Ketiadaan vesika pengenceran dan dan pemanjangan seminalis kongenital.
pengenceran pengenceran >60 dalam 15-60 menit.
Warna menit.Putih keabu- Kekuning-kuningan, Jaundice, karotenemia, abuan. merah kecoklatan. obat, inflamasi vesika
Viskositas ≤2cm >2cm urinaria.Berhubungan dengan
Volume
motilitas yang rendah. ≥1,5 mL 0 (azoospermia) Ejakulasi retrograde
<1,5mL pengumpulan yang (hypospermia) tidak lengkap, ejakulasi
retrograde parsial, abstinensi seksual.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
b. Jumlah dan konsentrasi: Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi pengenceran cairan semen. Jumlah sperma normal ≥ 20 juta sperma per mL. Bila jumlahnya < 20 juta sperma/mL maka disebut sebagai oligospermia.
Azoospermia (ketiadaan sperma) dapat disebabkan karena adanya gangguan saat spermatogenesis, disfungsi ejakulasi ataupun karena adanya obstruksi. Laboratorium WHO menetapkan batas toleransi jumlah sperma terendah yang masih dikatakan normal adalah ≥ 20juta sperma/mL atau jumlah sperma total ≥ 39 juta/ejakulasi (WHO, 2010).
c. Motilitas: Motilitas dikenali sebagai prediktor yang terpenting dalam aspek fungsional spermatozoa. Motilitas sperma merupakan refleksi perkembangan normal dan kematangan spermatozoa dalam epididimis. Menurut WHO tahun 2010, motilitas spermatozoa dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
• Progressive motility (PR): Spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun lingkaran besar, dalam kecepatan apapun.
• Non-progressive motility (NP): semua jenis spermatozoa yang tidak memiliki kriteria progresif, seperti berenang dalam lingakran kecil, ekor/ flagel yang sulit menggerakkan kepala, atau hanya ekor saja yang bergerak.
• Immotility (IM): tidak bergerak sama sekali
Yang dikatakan memiliki nilai motilitas normal yaitu Progressive motility (PR)≥ 32% atau PR + NP≥ 40% . Disebut asthenospermia (motilitas yang tidak sesuai dengan kriteria WHO) dapat disebabkan oleh antibodi antisperma (15%), periode abstinensi yang panjang, infeksi traktus genitalia obstruksi duktus parsial, dan varikokel. Hal ini dapat menurunkan motilitas sperma dalam penetrasi ke mukosa servikal.
IV. Pembahasan
Dari hasil praktikum didapatkan warna sperma yang putih keabu-abuan, hal ini menunjukkan bahwa warna sperma normal karena warna sperma yang normal adalah seperti lem kanji encer yaitu putih keabu-abuan. Didapatkan volume sperma yaitu 4 ml, hal ini dikarenakan waktu pemeriksaan dengan dikeluarkannya sperma jaraknya lebih dari 1 jam, sehingga sperma encer, karena normal volume sperma adalah 2-3 ml. Bau sperma mr.D khas. pH sperma yaitu 7,0. Normal pH sperma adalah 7,2 sampai 7,8. Didapatkan pH 7,0 dimungkinkan pemeriksaan pH lebih dari 1 jam post-ejakulasi, karena pemeriksaan pH harus dilakukan secepat mungkin post-ejakulasi. pH yang rendah bisa dikarenakan adanya aktivitas spermatozoa dalam menguraikan fruktosa.
Viskositas sperma mr.D normal yaitu 3 cm. Viskositas diperngaruhi oleh enzim likuifaksi dari kelenjar prostat dan zat koagulasi dari vesikula seminalis. Motilitas sperma yaitu 82% ini menandakan motilitas sperma normal. Jumlah spermatozoa nomal yaitu 125,6 juta/ml.
Didapatkan morfologi spermatozoa normal sebesar 64% dan spermatozoa abnormal sebesar 36%, kepala abnormal yaitu ada yang panjang da nada spermatozoa dengan kepala dua. Inti spermatozoa tidak pecah dan ekor spermatozoa ada yang pendek. Ini menunjukkan spermatozoa normal, karena menurut literatur semen normal 60-70% dan abnormal 30-40%.
V. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan kesimpulan bahwa sperma mr.D pada pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis normal.
VI. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41150/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh pada 19 November 2016
http://www.sridianti.com/struktur-sperma.html. Diunduh pada 19 November 2016
http://www.sridianti.com/pengertian-sel-sperma.html. Diunduh pada 19 November 2016