BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pernahkah kalian memikirkan proses tumbuhnya badan bayi hingga dewasa? Dari bayi, kita dapat tumbuh menjadi bentuk seperti sekarang ini disebabkan sel-sel di dalam tubuh kita terus-menerus memperbanyak diri melalui pembelahan sel. Oleh karena itu, pembelahan sel merupakan faktor penting dalam hidup kita. Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh kita. Setiap sel dapat memperbanyak diri dengan membentuk sel-sel baru melalui proses yang disebut pembelahan sel atau reproduksi sel . Pada organisme bersel satu (uniseluler ), seperti bakteri dan protozoa, proses pem-belahan sel merupakan salah satu cara untuk berkembang biak. Protozoa melakukan pembelahan sel dari satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dan dari empat sel menjadi delapan, dan seterusnya.
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel mengakibatkan bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi-lah proses pertumbuhan pada makhluk hidup. Pembelahan sel juga berlangsung pada sel kelamin atau sel gamet yang bertanggung jawab dalam proses perkawinan antar individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada tubuh manusia memb elah membentuk sel-sel kelamin.
Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita menghasilkan sel telur atau ovum di dalam ovarium.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi ovum dan sperma ?
2. Bagaimana Struktur ovum dan sperma ?
3. Bagaimana proses pembentukan ovum ( Oogenesis) ?
4. Hormon apa saja yang mempengaruhi proses pembentukan ovum ? 5. Bagaimana proses pembentukan sperma (spermatogenesis) ?
6. Hormon apa saja yang mempengaruhi proses pembentukan sperma ? 7. Apa saja kelainan pada Ovum dan Sperma ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami teori- teori dalam memahami tentang“ sperma dan ovum “ selama proses belajar mengajar, sehingga dapat menerapkan secara nyata dan untuk menambah pengetahuan secara luas serta meningkatkan pemahaman tentang sperma dan ovum.
Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami tentang struktur sperma dan ovum
2. Memahami tentang pembelahan pada sperma dan ovum
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Sel telur (ovum) adalah sel reproduksi (gamet) yang dihasilkan oleh ovarium dari organisme berjenis kelamin betina. Berbeda dengan hewan (termasuk manusia), tumbuhan betina juga menghasilkan sel telur yang terlindung oleh bakal biji (ovulum). Sel telur manusia, berbentuk bulat, berdiameter lebih-kurang 145 µm, dengan jumlah kromosom 23 (haploid / n). Pewarisan sifat (informasi genetik) dari pihak wanita, terdapat dalam sel telur ini. Sel telur manusia, tidak dapat diperbaharui.
Sel telur manusia hanya dibuat sekali, yaitu pada saat masih janin (dalam kandungan ibu). Indung telur (ovarium) tidak memproduksi sel telur. Ovarium hanya melepaskan sel telur yang telah matang / siap dilepaskan, dan itupun dapat dipastikan "hanya sebulan sekali". Sel telur tersebut adalah sel telur yang bertumbuh-kembang sejak masa janin. Akibatnya, jumlah sel telur senantiasa berkurang, sejalan dengan bertambahnya peluang kalainan pada "mainboard" sistem informasi genetik manusia. Semakin tua seorang wanita saat hamil, akan semakin besar pula peluang / kemungkinan terjadinya anak dengan kelainan / kecacatan. Secara umum, batasan usia reproduksi sehat bagi wanita berkaitan dengan.
Sperma istilah berasal dari kata Yunani (σπέρμα)”sperma” (yang berarti "benih") dan mengacu ke sel-sel reproduksi laki-laki. Dalam jenis reproduksi seksual dikenal sebagai anisogamy dan oogamy, ada perbedaan ditandai dalam ukuran gamet dengan yang lebih kecil yang disebut sel "laki-laki" atau sperma.
mengurangi kualitas sperma. Sel sperma datang dalam dua jenis; "laki-laki" dan "perempuan". Sperma sel-sel yang menimbulkan perempuan (XX) keturunan setelah pembuahan berbeda dalam bahwa mereka membawa kromosom X, sedangkan sperma sel-sel yang menimbulkan laki-laki (XY) keturunan membawa kromosom Y.
2.2 Struktur Sperma Dan Ovum Struktur Sperma
2. Bagian tengah mengandung mitokondria yang berperan dalam pembentukan energi yang digunakan untuk pergerakan ekor sperma.
3. Bagian ekor, sebagai alat gerak sperma agar dapat mencapai ovum. Panjang ekor 9 sampai 10 kali panjang kepala, dengan bentuk lurus memanjang dari kepala atau membentuk alur gelombang . Ekor dapat di bagi menjadi 3 bagian:
Middle piece : Midpiece ; yang berdekatan dengan leher, panjang 10 µm. Terdiri dari aksonema yang mempunyai struktur seperti silia (9 mikro tubulus yang mengelilingi sepasang tubulus sentral). Pada keadaan normal leher dan midpice berada salam satu sumbu dengan sumbu panjang kepala.
Principal piece; bagian utama dengan panjang 40-45µm merupakan bagian terpanjang. Lapisan mitokondria di midpice disini sudah digantikan dengan serabut fibrus.
End pice ; bagian terminal dengan panjang sekitar 2-5µm. Pada bagian ujung ini sudah tidak ada lagi serabut fibrus dengan bagian ujung ini susunannya seperti silia biasa.
Struktur Ovum
Ovum, selayaknya spermatozoon juga didesain khusus untuk memuat muatan genetis berupa 23 kromosom, dan merupakan gamet dari wanita. Dan untuk melindungi muatan genetis tersebut, ovum harus memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1. Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum.
2. Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. 3. Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar
oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Ovum merupakan gamet betina yang nantinya akan melakukan fusi (penyatuan) dengan spermatozoon untuk membentuk zigot pada proses pembuahan. Ovum pada manusia bersifat microlechital yaitu ovum dengan kuning telur yang sedikit dan memiliki ukuran kecil dengan rata-rata berdiameter 1,5µ
2.3 Proses Pembentukan Spermatogenesis Dan Oogenesis Gametogenesis
Oleh karena itu, ketika terjati pembelahan dan dua gamet haploid bersatu, pada keadaan normal terbentuk Zigod yang mengandung 46 kromosom (diploid) .
[ CITATION Ben08 \l 1057 ]
Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis, tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensisasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
testosterone. Spermatogenesis terdiri dari pembelahan sel secara mitosis termasuk proliferasi dan maintenance dari spermatogonia.
a. Spermatogonium
Sel yang paling dekat dengan membrana basalis tubulus seminiferus.Besar sel bervariasi(±12αm) terdiri atas 2 macam sel :
1. Spermatogonium A pucat (Ap)
Karakteristik :lokasinya pada membrana basalis ,bagian atas di tutup oleh sitoplasma sel sertoli .Bentuk sel oval /bulat .ini bulat terwarna pucat oleh karena kromatin halus dan tersebar. Anak inti :biasanya satu menempel pada dinding inti,kromatin halus tersebar rata. Sitoplasmanya jernih mengandung organela-organela (mitokondria,krista,vesikel Golgi ,jala-jala endoplasma ,dan ribosom)
Terdapat sejumlah gambar spermatogonium A yang karakterristik
Mitokondria tersusun padat dan jarang dipisahkan oleh material homogen
Kristal Lubarsch ,benang-benang mikro(mikro filamen yang diselingi granula halus atau benang –benang mikro yang bersilang).
2. Spermatogonium A gelap (Ad)
Berbeda dengan spermatogium Ap, Spermatogonium Ad bentuknya lebih memanjang. Inti lebih gelap oleh karena densitas kromatinnya lebih padat, kadang-kadang terdapat vakuola yang tidak tegas batasnya. spermatogoium Ap dan Ad tidak dapat dibedakan dengan melihat sitoplasmanya.
3. Spermatogonium B
Bentuk bulat ,inti sferis di tengah terisi oleh 1-2 anak inti yang lepas dari dinding inti, lebih berhubungan dengan kromatin di sekelilinginya.Sitoplasmanya menyupai sitoplasma spermatogonium A tetapi lebih banyak mengandung ribosom.
b. Spermatosit I
Besarnya 8 ±αm,menyerupai spermatogonium .inti besar sekali dan terlihat jelas.pada stadium interfase terlihat butir-butir kromatin halus tersebar merata.spermatosit I masih mengandung kromosom diploid (2n).sitoplasmanya mengandung organela yang berbeda dengan spermatogonium
Spermatosit I ini akan mengalami pembelahan menjadi spermatosit II melalui pembelahan Meiosis,dimana waktu profase agak lama dimana terjadi perubahan yang hebat dari benang-benang kromatinnya.
c. Spermatosit II
Bentuk bulat besar 12µm inti menunjukkan pemadatan kelompok kromatin yang dihubungkan dengan benang-benang kromatin . spermatosit II sukar dilihat oleh karena itu masa interfasenya pendek.
d. Spermiogenesis
Oogenesis
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
2.4 Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses pembuahan. Pembuahan didahului oleh peristiwa
ovulasi, yaitu lepasnya sel telur yang masak dari ovarium Setelah ovulasi sel telur ditangkap oleh infundibulum dan segera menuju ke saluran fallopi, di saluran inilah terjadi pembuahan (fertilisasi). Fertilisasi terjadi ketika ada sperma masuk, dan sperma tersebut membuahi ovum. Sperma yang sebelumnya ditampung dalam vagina saat kopulasi, selanjutnya bergerak melalui uterus menuju saluran telur (tuba fallopi). Sementara itu umumnya hanya sebutir telur yang dihasilkan, sedangkan jumlah sperma yang tertampung berkisar antara 200-300juta. Dari sekian banyak sperma, hanyasatu yang dapat membuahi sel telur Setelah sebuah sperma dapat menembus permukaan luar sel telur saat proses fertilisasi, sel telur segera menyusun penghalang kimiawi. Artinya sel telur dilapisi oleh senyawa-senyawa tertentu sehingga jutaan sperma yang lain tidak ikut membuahi sel telur tersebut. Saat sel telur dengan sperma menyatu pada proses fertilisasi, zigot yang terbentuk mempunyai 46 kromosom dalam intinya.
Sel telur yang sudah dibuahi membentuk zigot, kemudian zigot bergerak menuju rahim dan menempel pada dinding rahim melalui plasenta dan berkembang di dalam rahim. Sejalan dengan waktu, zigot mengalami pembelahan sel. Setelah kurang lebih 7 hari, kumpulan sel-sel yang berbentuk bola hasil pembelahan zigot akan tertanam dalam dinding uterus. Sebelum zigot tertanam, dinding uterus telah lebih dahulu menebal yang siap menerima zigot. Di dalam uterus zigot akan tumbuh selama 9 bulan sampai saat bayi dilahirkan.
Jika ovum tidak dibuahi sperma, jaringan dalam dinding rahim yang telah menebal dan banyak pembuluh darah akan rusak dan luruh sehingga terjadi menstruasi
2.5 Kehamilan
9 bulan 10 hari. Di dalam rahim embrio mendapat makanan dari tubuh induk melalui plasenta (ari-ari). Embrio di dalam rahim dilindungi selaput pembungkus berikut.
1. Amnion, merupakan selaput yang membatasi ruangan tempat terdapatnya embrio. Dinding amnion mengeluarkan getah berupa air ketuban yang berguna untuk menjaga embrio agar tetap basah dan menahan goncangan. 2. Korion, merupakan suatu selaput yang berada di sebelah luar amnion.
Korion dan alantois akan tumbuh membentuk jonjot pembuluh darah yang berhubungan dengan peredaran darah induknya melalui plasenta.
3. Sakus vitellinus (kantong kuning telur) terletak di antara amnion dan plasenta. Sakus vitelinus merupakan pemunculan sel-sel dan pembuluh darah yang pertama.
4. Alantois terletak di dalam tali pusat. Alantois berfungsi untuk respirasi, saluran makanan, dan ekskresi. Waktu embrio berkembang, jaringan epitelnya menghilang dan tinggal pembuluh darah yang berfungsi sebagai penghubung embrio dan plasenta.
Pola perkembangan embrio manusia berdasarkan usia disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Pola perkembangan embrio manusia berdasarkan usia.
alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.
3 bulan (12 minggu)
Ginjal, hati, tangan, lengan, tungkai, kaki, dan sistem pencernaantelah berkembang baik; alat kelamin luar antara pria dan wanitamulai dapat dibedakan; paru-paru mulai jelas; adanya gerakangerakan
kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi
kepala ke bawah sebagai persiapan untuk kelahiran
2.6 Hormon Yang Berpengaruh Dalam Oogenesis
Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
Hormon LH (Luteinizing Hormone) yang Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pengeluaran sel ovum)
Hormon progesteron yang berfungsi juga untuk menebalkan dinding
endometrium.
2.7 Hormon Yang Berpengaruh Dalam Spermatogenesis
Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung serta merangsang sel sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium dalam melakukan spermatogenesis.
Hormon LH yang berfungsi merangsang Sel Leydig untuk memperoleh
sekresi Testosterone (Suatu hormon seks yang penting untuk perkembangan sperma).
2.8 Kelainan Pada Sperma 1. Kelainan Spermatogenia
Spermatogenia dengan inti yang sangat besar sekali ,Polipoid atau sel – sel dengan multinuklei.Sitoplasma mengandung banyak vosikel, membran tertumpik– tumpuk.mitrokondria abnormal dan sitosom yang menyerupai lisosom. Spermatogonia sering terdapat pada orang sehat.
2. Kelainan spermatosit
Kelainan pada spermatosit I sering di temukan. Biasanya terjadi perubahan pada karioplasmanya,seperti perubahan transparasi dengan berkurangnya materi kromatin, inti sangat besar dengan sedikit karioplasma pengelompokan kromatin dan perlekatan kromatin pada membran inti.
3. Kelainan spermatid
Kelainan terjadi pada tingkatspermatid. Kelainan ini terjadi selama proses spermatogenesis, biasanya berupa gangguan pembentukan akrosom, kondensasi inti dan pembentukan ekor, baik sendiri ataupun kombinasi.
4. Kelainan akrosom
mengelilingi kelompok vesikel kelompok vesikel di dekat inti. Pada spermatid tua kelainan akrosomyang sering terlihat adalah :
Penebaln sebagian akrosom
Pelipatan lamina akrosom ke dalam inti dan membentukseptum. Terpisahnya sebagian akrosom dari inti
Terbentuknya tonjolan pada ujung kepala atau bentuk lipatan , kristal Berisi vakuola
5. Kelainan inti
Kelainan ini meliputi
Adanya inklusion dari vesikel
Membran yang tersusun konsentris sehingga terputus dengan dinding inti
Pertumbuhan dari membran yang berlebihan yang berasal dari lamina belakang akrosom
Adanya tubulus-tubulus yang besar dalam inti Adanya vakuola yang besar dalam inti
Berkurangnya karioplasma dengan pembentukan vesikel yang berlebihan.
Kelainan dalam kondensasi kromatin, tidak menjadi homogen tetapi merupakan kelompok butir- butir kromatin yang tersebar
6. Kelainan Ekor
Kelalaianan ekor lebih sering terjadi pada tempat insersinya. Dekpitasi spermatozoon, keadaan dimana kepala dan ekor terpisah atau membengkok pada lempeng basal. Ekor ganda bisa terjadi pada salah satu dari inti binuklei/ multinuklei.
Pada daerah leher kelainan bisa berupa :bertambah banyaknya insersi lempeng mitokondriadi bawah inti dan adanya mitokondria raksasa. Kelainan /varisan jumlah mitokondria sering berkaitan dengan penampilan normal spermatozoon. Banyak kepala bulat (round headed/globozoo spermia ) kehilangan lempeng mitokondria.
Jumlah sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan semen. Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. "Cairan semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-8," papar dr. Bowo. Nah, volume cairan semen dianggap rendah secara abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga dianggap abnormal.
Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan penentu keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria. Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan mempertahankan kualitas spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.
Salah satu kriteria kesuburan pria menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah terdapat 15 juta ekor sperma dalam setiap mililiter cairan mani. Jika ada kelainan jumlah, bisa dikatakan pria tersebut mengalami gangguan kesuburan. Beberapa kondisi medis memang bisa menyebabkan rendahnya kualitas sperma:
a) Kegemukan
Bobot tubuh berlebih tidak hanya memengaruhi jumlah sel sperma tapi juga meningkatkan kerusakan sel seperma. Menurut penelitian dari Harvard University, hal itu disebabkan karena kelebihan lemak bisa mengurangi kadar hormon testosteron dan meningkatkan estradiol, hormon seks wanita.
Meski pria berusia lanjut merupakan target obat disfungsi ereksi, kini makin banyak saja pria berusia muda yang ikut mengonsumsi pil biru dan sejenisnya tanpa resep dokter. Padahal hasil riset yang dilakukan di Inggris menemukan obat disfungsi ereksi seperti Viagra, Levitra dan Cialis bisa merusak kepala sperma sehingga sperma makin sulit untuk melakukan penetrasi ke dalam sel telur dan memulai pembelahan sel.
c) Kekurangan zinc
Sebuah studi menemukan kadar zinc pada pria yang subur lebih tinggi dibanding pada pria yang infertil. Para ahli menyebutkan zinc berperan untuk melawan radikal bebas penyebab kerusakan sel sperma. Penuhi kebutuhan akan zinc melalui sereal, multivitamin atau konsumsi daging.
d) Radiasi ponsel
Peneliti dari Cleveland Clinic menemukan makin sering pria menggunakan ponselnya, makin rendah jumlah sperma yang dihasilkannya. Penelitian terpisah yang dilakukan tim dari Australia menemukan sebabnya. Frekuensi 1,8 gigahertz yang dipakai dalam ponsel akan meningkatkan jumlah radikal bebas yang bisa merusak sel sperma dan mengurangi kemampuan gerak sperma.
e) Kurang asupan serat
Tim dari University of California menemukan pria yang kekurangan asam folat, memiliki sperma dengan jumlah kromosom yang salah 20 persen lebih tinggi dibanding pria yang cukup akan asam folat. Sumber terbaik asam folat adalah sayuran hijau, seperti bayam, asparagus, dan lain sebagainya.
f) Merokok
Kebiasaan merokok bukan hanya menyebabkan penyakit kronis, namun juga memengaruhi jumlah dan kualitas sperma. Para ahli percaya, saat merokok tubuh kita akan dibanjiri oleh radikal bebas. Bukan cuma menyebabkan sel kanker, hal ini juga akan memicu kerusakan DNA pada sperma.
g) Depresi
spermanya. Kerusakan DNA tersebut akan menyebabkan berkurangnya kesuburan dan meningkatkan risiko cacat pada janin
Kelainan Bentuk (Morfologi)
Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel telur.
Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan panjang. Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya cepat, bisa mencapai sel telur.
Kasus lemahnya pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap dijumpai. Adakalanya malah spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan spermatozoa dibagi dalam 4 kategori:a. Bergerak cepat dan maju lurusb. Bergerak lambat dan sulit maju lurusc. Tak bergerak maju (bergerak di tempat)d. Tak bergerak. Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama dengan 50% Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tak bergerak. "Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi," jelas Tri Bowo. Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel sperma.
Cairan Semen Terlalu Kental
kasus normal, saat diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.
Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang sangat halus. Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar. Umumnya hal ini disebabkan trauma pada benturan. Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin sehingga menyuburkan kehidupan virus atau bakteri.
Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti gondongan, gonorrhea, sifilis, dan sebagainya. Untuk diketahui, testis merupakan pabrik sperma. Dengan demikian kesehatannya harus dijaga. Soalnya, testis yang sehat akan menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan kuantitas. Testis ini sangat sensitif. Mudah sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Jika testis terganggu, produksi sperma bisa terganggu. Mungkin saat berhubungan, pria tetap mengeluarkan sperma. Hanya saja tanpa sel sperma (azoospermia).
2.9 Kelainan Pada Ovum
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulakn bahwa sperma merupakan suatu sel yang dihasilkan oleh pria yang diproduksi di testis yang membawa kromosom XY sebagai penentu sel kelamin pada anak yang di hasilkan nanti, setelah terjadinya konsepsi antara sel ovum dengan sperma.
DAFTAR PUSTAKA
baety, A. n. (2011). Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. In A. n. baety,
Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan (p. 7). Yogyakarta: Graha Ilmu. Benson and Pernoll's. (2008). Obsytri and genekologi. In D. wijaya, Handbook of obstetrics & Gynecology (p. 59). jakarta: EGC.
herman wibisono. (2010). atlas spermatologi. Badung: Refika Aditama.
https://sciencearsippe.wordpress.com/science-grade9/sistem-reproduksi-manusia/