• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM NOISE DAN MAPPING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM NOISE DAN MAPPING"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM AKUSTIK– P2

NOISE MAPPING

Disusun Oleh :

DIONISIUS ANDY KRISTANTO NRP. 2412 100 106

Asisten :

AMRON BASUKI NRP. 2412 100 057

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

(2)
(3)

i

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM AKUSTIK– P2

NOISE MAPPING

Disusun Oleh :

DIONISIUS ANDY KRISTANTO NRP. 2412 100 106

Asisten :

AMRON BASUKI NRP. 2412 100 057

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

(4)

ii ABSTRAK

Semakin kompleksnya kehudupan manusia maka kebisingan juga semakin meningkat. Kebisingan yang semakin meningkat membuat sebuah lingkungan kurang nyaman untuk ditinggali. Pada laporan ini akan dibahas tentang noise mapping atau pemetaan kebisingan, dengan luas daerah 8x8 dan tingkat tekanan bunyi diukur tiap jarak 1 m dari sumber bunyi. Sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa letak dan arah dari sebuah sumber bunyi sangat mempengaruhi tingkat kebisingan sebuah wilayah.

(5)

iii ABSTRACT

The increasing complexity of human kehudupan the noise also increased. Increasing noise create an environment less comfortable place to live. In this report will be discussed on noise mapping or mapping noise, with a broad area of 8x8 and sound pressure level measured every 1 m distance from the sound source. Thus lead to the conclusion that the location and direction of a sound source greatly affects the noise level of a region.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum Akustik dan getaran ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. JerrySusatio, MT selaku dosen pengajar mata kuliah Akustik dan getaran.

2. Saudara asisten yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktikum Akustik dan getaran.

3. Rekan-rekan yang telah membantu terlaksananya kegiatan praktikum Akustik dan getaran.

Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 7 Mei 2014

(7)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB II DASAR TEORI 2.1Kebisingan (Noise) ... .4

2.2Jenis-Jenis Kebisingan………..….5

2.3Pengaruh bising pada manusia……….6

2.4 Tingkat Kebisingan (NoiseLevel)………...7

2.5 Sound Level Meter (SLM)………....8

2.6 Noise Mapping……….8

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Peralatan dan Bahan ... 10

3.2 Prosedur Percobaan ... 10

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sound Level Meter ... ……8 Gambar 2.2 Gambar 2.2 noise mapping dengan denah

berwarna………...…..9

Gambar 3.1 Ragkaian Peralatan Percobaan……….10

Gambar 3.2 Ilustrasi Peletakan Sumber Bunyi………....11

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai pengukuran dari setiap titik….………...10

(10)
(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebisingan meningkat seiring dengan semakin kompleks nya kehidupan manusia. Kebisingan yang berlebihan dapat menimbulkan keluhan di kalangan masyarakat baik di lingkunga perumahan terutama di perkotaan. Berdasarkan penelitian yang ada, kebisingan disebabkan oleh adanya

Tingkat Tekanan Bunyi (TTB). Seiring dengan

perkembangannya maka hal tersebut dapat dijadikan sebuah penelitian yang dilakukan dengan beberapa metode. Sehingga dengan adanya hal tersebut, manusia meneliti tentang kebisingan suara pada lingkungan salah satunya adalah penelitian pemetaan kebisingan.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada praktikum akustik dan getaran tentang Noise Mapping kali ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana pola distribusi kebisingan suatu area berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi yang sama tetapi dengan frekuensi yang berbeda ?

b. Bagaimana menganalisis pola distribusi kebisingan pada suatu area ?

c. Bagaimana menentukan kelayakan suatu area

(12)

2

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari praktikum akustik dan getaran tentang Noise Mapping kali ini adalah sebagai berikut.

a. Praktikan mampu mengetahui pola distribusi kebisingan suatu area berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi yang diukur.

b. Praktikan mampu menganalisis pola distribusi kebisingan pada suatu area.

c. Praktikan mampu menentukan kelayakan suatu area berdasarkan tingkat kebisingannya.

1.4 Sistematika Laporan

(13)

3

3

(14)

4

BAB II DASAR TEORI

2.1

Kebisingan (Noise)

Kebisingan biasa di definisikan sebagai bunyi yang tidak di inginkan, suara yang mengganggu dan bunyi yang

menjengkelkan. Menurut Mc-Graw Hill Dictionary of

Scientific and Technical Terms (Parker, 1994), noise adalah “sound which is unwanted” (bunyi yang tidak dikehendaki). Sesungguhnya, gangguan yang ditimbulkan noise tidak harus berupa bunyi yang keras. Bagi mereka yang sedang sakit gigi dan sangat membutuhkan istirahat, bahkan bunyi tetesan air pun dapat menjadi gangguan. Noise senantiasa dihubungkan dengan ketidaknyamanan yang diakibatkan olehnya. Belum banyak orang yang menyadari bahwa munculnya noise juga dapat mengakibatkan penurunan kesehatan. Sebagai contoh, orang yang sulit beristirahat karena di sekitar rumahnya selalu ramai dengan bunyi yang tidak dikehendaki, lambat laun dapat menurun tingkat kesehatannya. Selanjutnya, masalah psikologi pun dapat muncul akibat dari istirahat yang kurang mencukupi, sepert i cepat lelah dan mudah marah (Nilson, 1991). Noise yang berasal dari bunyi yang keras bahkan dapat secara langsung menurunkan kemampuan organ pendengaran, meskipun hal itu secara bertahap.

Noise bersifat subjektif, sehingga batasan noise bagi orang yang satu bisa saja berbeda dengan batasan noise bagi orang yang lain.

(15)

5

2.2 Jenis-Jenis Kebisingan

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan berdasarkan spektrum frekuensi dan sifat sumber bunyi, bising dapat dibagi atas:

a. Bising terus menerus (continuous noise)

Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa henti, misalnya blower, pompa, kipas angin, gergaji sirkuler, dapur pijar, dan peralatan pemprosesan. Bising terus-menerus adalah bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Wide Spectrum

Adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.

2. Norrow Spectrum

Adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, dan katup gas.

b. Bising terputus-putus (intermittent noise)

(16)

6

c. Bising tiba-tiba (impulsive noise)

Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba. Efek awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar, seperti akibat ledakan, misalnya dari mesin pemancang, pukulan, tembakan bedil atau meriam, ledakan dan dari suara tembakan senjata api. Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan, suara ledakan mercon, dan meriam.

d. Bising berpola (tones in noise)

Merupakan bising yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan atau pengulangan yang

ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola gangguan misalnya disebabkan oleh putaran bagian mesin seperti motor, kipas, dan pompa. Pola dapat diidentifikasi secara subjektif dengan mendengarkan atau secara objektif dengan analisis frekuensi.

e. Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.

2.3 Pengaruh bising pada manusia

Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas:

a. Bising yang mengganggu (Irritating noise)

(17)

7

b. Bising yang menutupi (Masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang

jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

c. Bising yang merusak (Damaging/Injurious noise) Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

2.4 Tingkat Kebisingan (Noise Level)

Tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam decibel

(dB). Telinga manusia mempunyai sensitivitas yang

logaritmik, oleh karena itu besaran yang dipakai merupakan logaritma dari rasio tekanan terhadap suatu tekanan acuan. Rasio yang dipakai tersebut biasanya kita kenal dengan nama Tingkat Tekanan Bunyi (Sound Pressure Level), dengan rumus sebagai berikut.

dB = 20 log (p/po)………(1)

Dimana :

p = tekanan bunyi yang akan dinyatakan dalam dB

(18)

8

2.5 Sound Level Meter (SLM)

Sound Level Meter (SLM) merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan. SLM ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Uji ini juga merupakan pengukuran terhadap tingkat kebisingan yang mungkin tercipta dari suatu ruangan kerja

Gambar 2.1 Sound Level Meter

Pada umumnya SLM & Noise dosimeter diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta. Untuk keperluan mengukur kebisingan di suatu ruangan kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan beberapa kali pencatatan dari SLM.

2.6 Noise Mapping

(19)

9 adalah melakukan pengukuran intensitas suara atau tingkat kebisingan pada beberapa titik pengukuran sekitar sumber bising dimana ada pekerja yang terpapar bising dan titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta menunjukan tempat yang memiliki intensitas suara yang sama.

Dalam bidang industri biasanya noise mapping bertujuan untuk dijadikan pedoman alam mengabil langkah-langkah SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) berdasarkan peta yang dibuat,serta untuk mengetahui dimana lokasi yang tepat untuk pemakaian APP (ear muff atau ear plug) berdasarkan sound intensity. Dan banyak lagi fungsi dibuatnya noise mapping ini.

(20)
(21)

8 BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan ini adalah sebagai berikut.

a. Sound Level Meter (alat ukur tingkat tekanan bunyi)

b. Meteran

a. Diurlah panjang dan lebar tempat dengan ukuran 8 x 8 meter.

b. Dirangkailah peralatan seperti pada gambar di bawah.

Gambar 3.1 Ragkaian Peralatan Percobaan

c. Dibuka softwere real time analyser (RTA) dan dimainkan bunyi dengan frewkensi 8000 hz secara terus menerus.

(22)

d. Diletakkan sumber bunyi di tengah-tengah area pengukuran seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.2 Ilustrasi Peletakan Sumber Bunyi

e. Diukur Tingkat Tekanan Bunyi pada tiap titik (sabin) dari sumber bunyi (speaker aktif) sebanyak 3 kali

pengukuran dengan menggunakan Sound Level Meter

(SLM).

f. Diulangi langkah 3 sebanyak tiga kali untuk tiap titik pengukuran dalam selang waktu 5 detik tiap titik. g. Dicatat hasil pengukuran pada tabel di bawah.

Tabel 3.1 Nilai pengukuran dari setiap titik

(23)

11 h. Dimasukkan nilai rata-rata dari tabel di atas ke dalam

denah titik ukur.

(24)

13

(25)

31

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Pada praktikum akustik dan getaran tentang Noise Mapping ini didapatkan data tentang Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) yang dikur setiap 1 meter dari pusat tempat sumber bunyi dietakkan. Sehingga dengan luas area 8x8 meter didapatan 80 titik pengambilan data TTB, dimana pada setiap titik dilakukan pengambilan data sebanyak tiga kali. Pada tabel 4.1 berikut adalah data-data yang diperoleh dari percobaan ini.

Tabel 4.1 TTB pada 80 Titik Pengambilan Data Titik

ke-

NilaiPengukuranke- (dB) Rata –

(26)
(27)

33

Data-data TTB yang diperoleh tersebut kemudian di olah ke dalam softwere surfer untuk kemudian di plot hingga membentuh semacam kontur dengan warna berbeda untuk tiap TTB, dalam kasus ini TTB sebagai representasi noise level itu

(28)

sendiri, karena sumber bunyi yang dipakai dalam praktikum ini di anggap sebagai sumber noise. sehingga kita bisa megetahui daerah mana yang memiliki tingkat kebisingan tinggi dan tingkat kebisingan rendah. Pada gambar berikut diperlihatkan hasil plot dengan menggunakan program surfer

dalam bentuk denah kontur 2 dimensi dan 3 dimensi.

Gambar 4.1 Hasil Plot noise mapping dalam bentuk 2D

(29)

35

4.2 Pembahasan

Praktikum akustik dan getaran kali ini adalah tentang noise mapping. Yang bertujuan untuk mengetahui pola distribusi kebisingan suatu area berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi yang diukur. Dengan meletakkan sumberbunyi berupa dua buah speaker aktif yang mengeluarkan bunyi dengan frekwensi yang sudah ditentukan, dan letak sumber bunyi tersebut saling membelakangi. Diletakkan pada tengah tengah daerah dengan luas 8x8 meter dan dilakukan pengukuran TTB setiap beda 1 meter dari titik pusat sumber, sehingga diperoleh 80 data dari 80 titiik pengukura. Pengukuran dilakukan setiap beda 1 meter dari titik pengukuran dilakukan, dengan alasan berbedaan TTB dari suatu titik terhadap titik berikutnya baru dapat dirasakan minimal dengan jarak kedua titik tersebut sebesar 1 meter.

Setelah didapatkan data dari 80 titik pengukuran dimana pada tiap titik pengukuran dilakukan pengambilan data sebanyak 3 kali yang bertujuan sebagai reduksi error untuk menambah akurasi dan presisi sebuah pengukuran, lalu ketiga data tersebut dirata-rata sehingga diperoleh 80 data yang

kemudian di olah menggunakan program surfer untuk

mendapatkan pola noise mapping nya berupa denah kontur berwarna.

(30)

bunyi tidak mengarah pada daerah tersebut. Karena TTB sebagai fungsi jarak, sehingga semakin jauh daerah dari sumber bunyi maka semakin kecil TTB dari daerah tersebut.

Tetapi ada sedikit keanehan pada hasil plot noise mapping ini dimana suatu daerah yang relative dekat degan sumber bunyi memiliki TTB yang lebih rendah dari daerah yang lebih jauh, yang ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut

Gambar 4.3 Anomali pada Hasil Plot noise mapping

Menurut praktikanhal tersebut terjadi karena error pada saat pengambilan data, error yang dimaksud yaitu dikarenakan tinggi dari sound level meter terhadap sumber bunyi yang dikur tidak sama untuk setiap titik pengukuran sehingga terjadi penyimpangan tersebut. Seharusnya pada pengukuran TTB pada tiap-tiap titik letak SLM haruslah sama, atau

menggunakan instrument bantu, yaitu sebuah trimpot.

(31)

37 Sehingga tidak terjadi penyimpangan seperti ini dan data sehingga plot noise mapping lebih akurat.

Dari data plot nose mapping tersebut kita dapat mengetahui daerah dengan TTB tinggi yang dalam kasus ini sebagai representasi daerah dengan noise tinggi dan daerah dengan TTB rendah. Yang dalam penerapan nya nanti dalam bidang industri, perancanaan pembangunan kota dan bidang lain nya, data noise mapping dari kontur berwarna yang telah du plot ini, dapat menjadi acuan dari seorang insinyur untuk menentukan dareh mana yang cocok untuk dibagun sebuah perumahan, sekolah, daerah mana yang perlu diberi noise barrier dan daerah mana yang perlu diberi peringatan berbahaya karena memeliki TTB yang diatas ambang.

(32)

21

(33)

39

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari praktikum akustik dan getaran tentang noise mapping yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain.

a.

Dalam pengukuran intensitas suara atau tingkat

kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan

sound level meter

(SLM). Namun perlu

diperhatikan

faktor

faktor

yang dapat

mempengaruhi

dalam

pengambilan

data

diantaranya penggunaan SLM, background noise

yang dapat mengganggu, serta jarak yang

digunakan dalam pengukuran.

b.

Cara pembuatan

noise mapping

dari tingkat

kebisingan yang di peroleh dari pengukuran

menggunakan SLM dapat dilakukan dengan

menggunakan software suffer, sehingga akan

diketahui persebaran titik

titik yang mempunyai

TTB tinggi dan rendah

c.

Manfaat dari pembuatan

noise mapping

ini adalah

untuk pemetaan tingkat kebisingan pada suatu

tempat. Selain itu juga dapat digunakan untuk

mengetahui kondisi dari suatu tempat sehingga

akan membantu dalam pembangunan bangunan

yang ideal.

5.1 Saran

(34)

a.

Sebaiknya digunakan tripod untuk tempat

sound

level meter

nya agar tinggi SLM pada saat

pengukuran sama sehingga data yang didapatkan

lebih valid.

b.

Sebaiknya suara

suara yang tidak termasuk

dalam pengukuran sebisa mungkin diminimalisir

agar data yang diperoleh benar-benar valid hanya

berasal dari tingkat kebisingan dari sumber noise

22

(35)

41

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim. Modul Percobaan P-2 Noise Mapping

Surabaya. LaboratoriumAkustik JTF-FTI-ITS

(36)

Gambar

Gambar 2.2 noise mapping dengan denah berwarna
Gambar 3.1 Ragkaian Peralatan Percobaan
Tabel 3.1 Nilai pengukuran dari setiap titik
Tabel 4.1 TTB pada 80 Titik Pengambilan Data
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi pekerja yang terpapar langsung dengan lingkungan fisik kebisingan di atas NAB dalam lama waktu perpapar bising berakibat pada risiko timbulnya gangguan

Gambar 10 Rancangan penelitian Mulai Pengukuran jarak sumber kebisingan ke objek Pengukuran kebisingan Penentuan titik pengukuran Kebisingan lingkungan Penentuan

1) Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh intensitas kebisingan terhadap pendengaran operator yang terpapar bising di atas nilai ambang batas. 2) Dapat

kernel , boiler, dan powerplant yang merupakan sumber kebisingan dan berdasarkan tingkat kebisingan pada setiap titik maka waktu lama pemaparan yang

Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, pelatihan bagi

Berdasarkan pola penyebaran kebisingan di lokasi penelitian, maka dilakukan perhitungan pada titik pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan intensitas tingkat kebisingan

paparan bising tergantung pada frekwensi bunyi, intensitas dan lamanya waktu paparan, dapat berupa: (1)Adaptasi, bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga

APAC INTI CORPORA Bawen, Semarang berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja dan hubungannya pada perubahan nilai ambang