• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS Pada Anak Anak Dan Dewasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS Pada Anak Anak Dan Dewasa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH :

Anung Anindita Fahmi S. Kep

113 114 047

PRODI PROFESI NERS

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

Nama Mahasiswa : Anung Anindita Fahmi, S. Kep NIM : 113 114 047

Diagnosa : Hidrosefalus

A. DEFINISI

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010) Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:

1. Waktu Pembentukan

a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan

b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).

2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus

a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)

b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)

3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal

a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.

b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).

(3)

a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).

b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).

B. ETIOLOGI

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi intrauterine meliputi :

Stenosis aquaductus sylvi

- Spina bifida dan kranium bifida - Syndrom Dandy-Walker

- Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan - Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis. - Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

- Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA; 1. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar

(4)

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.

1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun

- Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala. - Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut. - Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan

pelebaran vena-vena kulit kepala.

- Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.

- Perubahan pada mata.

a. bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang seakan-akan terbenam

b. strabismus divergens c. nystagmus

d. refleks pupil lambat

e. atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum f. papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka. 2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.

- Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

E. PATOFISIOLOGI

(5)

untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

Pathway HIDROSEFALUS

Produksi CSS Absrobsi

-Post infeksi : Meningitis -Tumor space occupying Penumpukan cairan (CSS) dalam ventrikel otak secara aktif (hidrosefalus)

Penatalaksanaan Obstruksi aliran pada shunt diventrikel otak

Pemasangan VP Shunt Peningkatan Volume CSS

Immobilisasi Resiko Infeksi TIK

Gangguan Integritas Kulit F. KOMPLIKASI

- Peningkatan tekanan intrakranial - Kerusakan otak

- Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,a bses otak.

- Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.

- Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.

(6)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Pemeriksaan fisik:

a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal b. Transiluminasi

- Pemeriksaan darah:

Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus - Pemeriksaan cairan serebrospinal:

Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa

- Pemeriksaan radiologi:

a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.

b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H. MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

I. PENTALAKSANAAN MEDIS 1. Pencegahan

(7)

Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi Medikamentosa

Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus. 3. Pembedahan :

Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :

a. Ventrikulo Peritorial Shunt b. Ventrikulo Adrial Shunt

Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.

Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.

Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.

4. Terapi

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu : a. Mengurangi produksi CSS

b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi

c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial. Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan sementara

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.

2. Penanganan alternatif ( selain shunting )

(8)

Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

J. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN a. DP 1 : Resiko cidera

NOC :

Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan keluarga mampu menciptakan lingkungan kondusif dengan kriteria hasil:

- Keselamatan fisik dapat dipertahankan - Adanya pelindung dan alat bantu untuk klien NIC :

- Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam hari siapkan lampu panggil

- Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.

- Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.

- Beri alat bantu misal: tongkat

b. DP 2 : Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

NOC :

Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan sederhana dirumah dengan kriteria hasil:

- Berat badan ideal - Tidak muntah

- Tidak terjadi malnutrisi

NIC :

- Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.

- Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.

- Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..

(9)

- Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene) - Berikan makanan ringan diantara waktu makan

- Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan yang baik dikonsumsi anak

c. DP 3 : Deficit self care

NOC :

Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan keluarga dapat menciptakan lingkungan kondusif dengan kriteria hasil:

- Klien dapat melakukan perawatan diri dengan mandiri atau dibantu - Klien bersih dan tidak bau

NIC :

- Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri - Kaji tingkat fungsi fisik

- Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan

- Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan diri

- Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri meliputi:mandi, toileting , berpakaian.

d. DP 4 : Perubahan fungsi keluarga b.d situasi krisis ( anak dalam catat fisik )

NOC :

Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan Keluarga menerima keadaan anaknya, mampu menjelaskan keadaan penderita dengan kriteria hasil:

- Keluarga berpartisipasi dalam merawat anaknya dan secra verbal - Keluarga dapat mengerti tentang penyakit anaknya.

NIC :

- Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.

- Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti

- Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi - Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.

(10)

Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2006). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 http://www.pediatrik.com/isi03.php?

Referensi

Dokumen terkait

Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi pendi- dikan. Fungsi pendidikan keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan keluar- ga masih

Lansia perubahan fisik mengalami keterbatasan dalam aktivitasnya, selain itu perawat juga perlu bekerjasama dengan keluarga untuk meningkatkan fungsi afektif

Upaya keluarga dalam pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.A pada keluarga Tn N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA 2.. Resiko

Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah)

Upaya keluarga dalam pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil

1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga yang sakit Diabetes Melitus dibuktikan dengan

TUK 1 : Keluarga Mampu mengenal masalah Tingkat Pengetahuan L.12111 ● Pertanyaan tentang masalah yg dihadapi menurun TUK 2 : Keluarga mampu mengambil keputusan Manajemen