• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas praktikum metodologi penelitian be (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "tugas praktikum metodologi penelitian be (1)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA DAN SENSITIVITAS USAHATANI

KACANG TANAH DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN

TEPUS KABUPATEN GUNUNG KIDUL

PROVINSI JAWA TENGAH

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi Penelitian pada Laboratorium Komunikasi Penyuluhan Pertanian

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing : Riza Meilina Putri Rahardjo

Oleh : Susilo Setiowati

131510601119

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian penduduknya bergantung pada sektor pertanian, sehingga indonesia dikatakan sebagai negara agraris. Pertanian memegang peranan penting dalam sektor perekonomian suatu negara. Sektor pertanian selain berperan sebagai penyedia bahan pangan, penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan devisa, sektor pertanian juga berperan

strategis dalam pengurangan kemiskinan.

Menurut Godam (2001), pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Pertanian dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan pengelolaan tanah. Pengelolaan ini dimaksudkan untuk kepentingan kehidupan tanaman dan hewan, sedangkan tanah digunakan sebagai wadah atau tempat kegiatan pengelolaan tersebut, yang kesemuanya itu untuk kelangsungan hidup manusia.

Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin (Ismpi, 2009).

(3)

penduduk yang ada di pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Pembangunan pertanian memiliki arti penting dalam terjaganya kondisi suatu daerah ataupun negara, karena hal tersebut berkaitan erat dengan penyedian kebutuhan konsumsi masyarakat suatu daerah atau negara tersebut.

Sektor pertanian meliputi subsektor pangan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Salah satu subsektor pertanian yaitu sektor pangan yang merupakan penyedia utama konsumsi kebutuhan masyarakat di Indonesia. Selama ini sektor pangan yang menyediakan kebutuhan pokok manusia salah satunya yaitu beras. Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap komoditas beras menyebabkan pemerintah mulai melakukan program difersivikasi pangan untuk mengatasi kelangkaan. Tanaman yang tepat dan mampu memenuhi kebutuhan pangan demi terwujudnya ketahanan pangan ini adalah tanaman semusim. Komoditas pangan semusim yang bagus di Indonesia selain beras dan jagung adalah kacang.

Kacang tanah (Arachys hypogaea L. Merr.) umumnya ditanam petani di lahan kering/tegalan dan tadah hujan serta lahan bukaan baru pada musim hujan maupun di awal musim kemarau (70%) dan selebihnya (30%) ditanam di lahan sawah beririgasi pada musim ke-marau setelah padi. Kacang tanah merupakan tanaman komersial dan sebagai sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering dan lahan bekas sawah. Risiko kegagalan panen kacang tanah akibat serangan hama dan penyakit lebih kecil dibanding-kan dengan kedelai. Budi daya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lain seperti jagung, kedelai, dan kacang hijau (Sudjadi, 2001).

Menurut Departemen Pertanian dalam Litbang (2014), luas tanam kacang tanah Indonesia adalah 702.163 Ha dengan produksi 826.351 ton dengan

produktivitas mencapai 1,17 ton/ha. Indonesia menempati urutan ketujuh setelah India, Cina. Nigeria, Senegal, Amerika Serikat, dan Brasil. Produktivitas kacang tanah Indonesia dinilai masih rendah yaitu 1 ton per hekar. Sementara itu

(4)

produktivitas 12,92 Ku/ha dan produksi mencapai 743.754 ton. Kebutuhan kacang tanah nasional terus meningkat rata-rata 900.000 ton/tahun, sementara produksi rata-rata 771.022 ton/tahun (85,67 %) dengan volume impor rata-rata 163.745 ton/tahun. Ketersediaan kacang tanah digunakan untuk benih, industri (makanan dan bukan makanan), tercecer dan dikonsumsi bahan makanan (per kapita 3,25 kg/tahun).

Tanaman kacang tanah sudah di tanam di berbagai daerah di Indonesia. Provinsi penghasil kacang tanah terbesar adalah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kacang tanah ditanam ketika musim kering datang dan biasanya banyak petani yang memanfaatkannya sebagai tanaman pengganti padi. Tanaman kacang tanah biasanya ditanam di daerah tegalan ataupun lahan sawah.

Perkembangan produktivitas kacang tanah dapat dilihat berdasarkan tabel luas panen, produktivitas, dan produksi kacang tanah Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Provinsi Jawa Tengah 2009 - 2013

Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas

2009 124,178 124,178 128,03

2010 119,565 161,222 143,687

2011 94,662 122,306 122,306

2012 105,679 143,687 161,222

2013 92,454 128,03 162,43

Sumber : BPS Jateng, 2014

Berdasarkan tabel di atas produksi kacang tanah Provinsi Jawa Tengah selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Produktivitas kacang tanah pada tahun 2009 sebesar 128,03 dengan luas panen sebesar 124,178 dan produksi sebesar 124,178. Berbeda dengan tahun 2010 yang produktivitas kacang tanah mengalami

(5)

Kabupaten Gunung Kidul termasuk daerah beriklim tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Berdasarkan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunung Kidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan (Pemkab, 2012).

Potensi hasil pertanian di Gunung Kidul belum dilaksanakan secara

maksimal, salah satunya yaitu kacang tanah. Kacang tanah bisa di panen dua kali dalam setahun untuk daerah yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan. Daerah yang sumber pengairannya dari irigasi, maka panen kacang tanah bisa 3 kali dalam satu tahun. Produktivitas kacang tanah dapat dilihat berdasarkan tabel produksi, luas lahan, dan rata-rata produksi kacang tanah pada setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Gunung Kidul. Salah satu penghasil kacang tanah di Kabupaten Gunung Kidul adalaa Kecamatan Tepus.

Tabel. 1.2 Produksi, luas lahan, dan rata-rata produksi kacang tanah pada setiap kecamatan

Kecamatan Luas Panen Produksi Rata-rata produksi

Panggang 759 926,89 12,21

Purwosari 308 441,05 14,32

Paliyan 2.328,00 2224,48 9,56

Saptosari 7.326,00 7548,33 10,3

Tepus 2.539,00 2047,9 8,07

tanjungsari 2075 2126,22 10,25

Rongkop 2610 2328,83 8,92

Girisubo 3069 2827,82 9,21

Semanu 5591 5548,31 9,92

Ponjong 6895 7312,35 10,61

Karangmojo 3433 4091,43 11,92

Wonosari 3380 3184,8 9,42

Playen 1442 1594,04 11,05

Patuk 3139 3199,72 10,91

Gedangsari 1481 1673,65 11,3

Nglipar 3107 3011,39 9,69

Ngawen 564 619,05 10,98

52658 52069,3 10,08

(6)

Berdasarkan tabel diatas rata-rata produksi kacang tanah di Kecamatan tepus berada pada posisi terbawah. Produksi kacang tanah di Kecamatan Tepus sebesar 2047,9 dengan luas lahan sebesar 2.539,00 dan rata-rata produksi sebesar 8,07. Kecamatan Tepus hampir tiap tahun mengalami kekeringan. Hal tersebut tidak menurunkan semangat petani untuk menanam tanaman pangan. Petani kacang tanah sempat merasakan hasil panen yang kurang maksimal akibat adanya perubahan cuaca diluar dugaan masyarakat atau petani di daerah Tepus, Gunung Kidul. Akibat perubahan cuaca tersebut, selain hasil panen menurun petani juga rugi dalam biaya usahatani yang mereka keluarkan, serta kualitas kacang tanah yang tidak baik sehingga menyebabkan harga jual rendah.

Berdasarkan permasalahan petani kacang tanah di daerah Tepus, Gunung Kidul tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang faktor yang

menyebabkan menurunnya kualitas hasil panen kacang tanah, perbedaan efisiensi biaya usahatani kacang tanah ketika perubahan cuaca, serta analisis sensitivitas usahatani kacang tanah. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti mengambil judul “Analisis Biaya dan Sensitivitas Usahatani Kacang Tanah di Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul Jawa Tengah”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya kualitas hasil panen kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul? 2. Bagaimana perbedaan efisiensi biaya usahatani ketika terjadi perubahan cuaca pada usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul?

3. Bagaimana analisis sensitivitas usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul?

(7)

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas

hasil panen kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul

2. Untuk mengetahui perbedaan efisiensi biaya usahatani ketika tejadi perubahan

cuaca pada usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul

3. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Untuk petani kacang tanah, sebagai bahan atau alat tinjauan dalam

memperbaiki usahatani kacang tanah yang mereka lakukan.

2. Untuk pemerintah, sebagai tolak ukur terhadap keadaan kacang tanah di

Indonesia serta menjadikan bahan dalam meperbaiki keadaan produksi kacang tanah di Indonesia sebagai komoditas pangan.

3. Untuk peneliti, sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian

(8)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Hasil penelitian Rumagit, dkk, (2011) yang berjudul “Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa kanonang II Kecamatan Kawangkoan” menyatakan bahwa dalam melakukan usahatani di bidang pertanian, lahan merupakan faktor penting untuk menghasilkan suatu produksi. Keadaaan lahan serta luas lahan akan mempengaruhi produksi dan penggunaan tenaga kerja dari suatu usahatani. Lahan, tenaga kerja, dan input lainnya mempengaruhi kualitas produksi kacang tanah. Petani kacang tanah di Desa kanonang II Kecamatan Kawangkoan memiliki kisaran luas lahan antara 0,25 – 2 hektar dengan luas rata – rata 1,3 hektar. Pola penanaman kacang tanah di Desa Kanonang II pada

umumnya tidak mengikuti jarak tanam yang ditentukan untuk tanaman kacang tanah, karena di pengaruhi oleh keadaan topografi wilayah yang ada sebagian merupakan tanah berbukit. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Penerimaan yang didapatkan sebesar Rp

6.053.800 dan biaya rata – rata yang diterima petani adalah Rp 2.871.223 sedangkan dilihat dari rata – rata pendapatan per hektar adalah sebesar Rp 2.676.625.

(9)

Menurut Utami (2013), dalam penelitian yang berjudul “Analisis sensitivitas pendapatan usahatani kakao di Desa Buranga Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong” menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk melihat mengenai perubahan harga kakao terhadap pendapatan petani. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa faktor tersebut merupakan bagian terbesar dari arus biaya dan manfaat usahatani kakao biji. Untuk perubahan harga kakao dilakukan iterasi, dihitung sebesar 5% dan 15%. pendapatan usahatani kakao yang dinaikkan dan diturunkan sebesar 5%. Pendapatan semula sebesar Rp.10.271.755,56/Ha. Usahatani ketika harga Rp.19.000 dinaikkan sebesar 5% maka harga rata-rata menjadi Rp. 19.950. Hal ini akan berpengaruh terhadap total penerimaan rata-rata menjadi Rp. 13.722.644,44/Ha. Jadi, keuntungan yang diperoleh adalah

Rp.10.925.214,81/Ha, sehingga ada kenaikkan keuntungan sebesar Rp. 653.459,26.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Subsektor Pangan

Subsektor pangan merupakan menyedia bahan konsumsi sehari – hari masyarakat di suatu negara. Produksi pangan dalam jumlah dan ragam yang cukup, maka masyarakat tidak akan mengalami kekurangan gizi. Kurangnya pangan yang cukup untuk dimakan merupakan salah satu sebab utama rendahnya keadaan penghidupan keluarga. Produksi pertanian yang rendah menyebabkan pendapatan petani berkurang. Berdasarkan hal tersebut, pertanian di Asia

Tenggara harus menyediakan cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk pedesaan yang mengerjakan lahannya. Mengusahakan tanaman pangan untuk dijual, maka petani dapat menyediakan pangan bagi penduduk daerah perkotaan dan dapat mencukupi kebutuhan kelompoknya sendiri (Suhardjo, dkk, 2009).

Menurut Tejasari (2005), komoditas pangan adalah segala sesuatu yang bersala dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

(10)

tiga kelompok yaitu pangan sebagai sumber energi, pangan sebagai sumber zat pembangun, dan pangan kaya zat pengatur. Pangan terdiri dari serealia dan produk olahannya. Sereal dan produk olahan pangan memberi sumbangan lebih dari 50 persen kebutuhan kalori penduduk Indonesia. Jenis serealia di Indonesia

diantaranya padi, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau, singkong, dan lain sebagainya. Jenis serealia utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah beras, gandum, dan jagung. Namun demikian, masyarakat di beberapa daerah seperti Ambon, dan beberapa desa di pulau Jawa biasa mengkonsumsi jenis umbi – umbian seperti sagu, singkong, ubi jalar, dan garut sebagai makanan pokok sumber energi.

2.2.2 Komoditas kacang

Menurut Dharmaningtyas (2011), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong – polongan (legum) terpenting kedua setelah kedelai di Indonesia. Klasifikasi kacang tanah seperti berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Subfamilia : Faboideae

Genus : Arachis

Spesies : A. Hypogaea

Nama Binomial : Arachis hypogaea L.

(11)

Budidaya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi daripada tanaman palawija lainnya. Kacang tanah merupakan tanaman komersial dan sebagai sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering. Pengembangan produksi kacang tanah antara lain dapat ditempuh dengan melakukan perbaikan budidaya melalui usaha intensifikasi dan penggunaan faktor produksi. Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani kacang tanah meliputi sarana produksi berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja (Muklis, 2012).

Menurut Bina Karya tani (2014), petani dalam budidaya kacang tanah perlu memperhatikan pemilihan tempat, waktu tanam, syarat tumbuh, pembibitan, pengolahan tanah, pemberian pupuk, pengairan, dan penyiangan. Hal tersebut perlu dilakukan agar hasil panen yang didapatkan para petani memuaskan. 1. Syarat Tumbuh

Usahatani kacang tanah di Indonesia perlu memperhatikan syarat tumbuh yang terdiri dari iklim dan kondisi tanah. Tanaman kacang tanah cocok ditanam di dataran yang berketinggian di bawah 500 mdpl. Iklim yang sesuai untuk kacang tanah adalah bersuhu antara 25oC – 32oC. Usahatani kacang tanah cocok

dilakukan dengan kondisi curah hujan kisaran 800 mm – 1300 mm per tahun. Tanah yang diperlukan dalam usahatani kacang tanah adalah bertekstur gembur dan ringan. Kondisi tanah yang gembur akan memudahkan petani dalam penanaman, pemeliharaan, dan pascapanen. Tanah yang terlalu asam tidak baik untuk tanaman kacang tanah. Menanam kacang tanah dapat menggunakan lahan kering serta sawah bekas tanaman padi.

2. Pembibitan

(12)

3. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar

pertumbuhan akar dan pengisap zat hara oleh tanaman dapat berlangsung dengan baik. Petani perlu memperhatikan kondisi tanah ketika melakukan pengolahan tanah. Perlakuan pada kondisi tanah agar tetap gembur, lembab, dan tidak terlalu basah yaitu dengan membuat drainase yang baik. Pengolahan tanah pada

usahatani kacang tanah dilakukan sesuai dengan kondisi lahan, karena lahan yang digunakan terdiri dari bekas tanaman padi sawah, tebu, tembakau, lahan kering atau tadah hujan.

4. Penanaman

Penanaman benih kacang dapat dilakukan setelah pengolahan tanah selesai dan lahan sudah siap tanam. Petani perlu memperhatikan beberapa hal seelum penanaman seperti alat yang diperlukan untuk menanam benih, kesehatan benih, jarak tanam, dan jumlah benih yang diperlukan berdasarkan luas lahan yang akan ditanami. Benih sebelum ditanam sebaiknya dijemur terlebih dahulu selama 2 sampai 3jam. Penjemurana bertujuan agar ketika ditanam proses pengambilan air dari dalam tanah lebih mudah. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm. Waktu tanam yang paling baik pada musim hujan untuk usahatani kacang tanah di lahan kering, sedangkan untuk lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April – Juni atau bulan Juli – september.

5. Pemeliharaan

Usahatani kacang tanah di lahan kering atau lahan sawah perlu dilakukan pemeliharaan tanaman agar memperoleh hasil yang maksimal. Pemeliharaan yang perlu dilakukan yaitu pemupukan, pengairan, penyiangan dan pendangiran, dan penyulaman. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk nitrogen, pupuk fospat, pupuk kalium, dan pupuk urea. Pengairan dilakukan dengan mengikuti posisi bedengan. Pengairan terhadap bedengan dilakukan di sore hari setelah jam 15.00 dengan menutup sementara pintu air keluar, setelah air sudah tergenang segera membuka kembali semua pintu yang telah ditutup. Penyiangan dan pendangiran yang dilakukan pada usahatani kacang tanah yaitu mencabut atau membuang

(13)

menjadi longgar dan tetap dalam ondisi remah dan lembab. Kegiatan

pemeliharaan yang terakhir yaitu penyulaman. Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas lubang tanam terdahulu.

2.2.3 Teori Regresi Linier

Menurut Nawari (2010), analisis regresi adalah suatu faktor sederhana untuk melakukan investigasi tentang hubungan fungsional di antara beberapa variabel. Hubungan antara variabel tersebut diwujudkan dalam suatu model matematis. Model regresi membedakan variabel menjadi dua bagian yaitu variabel respon (response) atau biasa juga disebut variabel bergantung (dependent variable) serta variabel explanory atau bisa juga disebut variabel penduga ( prediktor variabel) atau disebut juga variabel bebas (independent variable. Variabel bergantung dinyatakan sebagai fungsi dari variabel penduga yang dirumuskan dalam persamaan:

Y = f (X1, X2,...,Xn)

Nilai Y menyatakan dugaan terhadap variabel bergantung (Y) dan X1 menyatakan variabel penduga. Kenyataanya nilai dugaan (Y) yang diberikan oleh model regresi tidak selalu sama persis dengan nilai sebenarnya (Y), melainkan terdapat selisih. Selisih inilah yang kemudian disebut sebagai error atau residu, atau disebut juga dengan galat (e). Oleh karena itu, model persamaan regresi juga bisa dituliskan dengan rumus:

Yi = f (x1i, x2i,..., xni) + e

Analisis regresi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu variabel berpengaruh pada variabel satu atau variabel lainnya. Analisis regresi merupakan bagian integral dalam peramalan. Tanpa pengetahuan statistik yang sesuai untuk itu dapat menguji keabsahan data, kita tidak akan memperoleh kesimpulan yang baik sehingga ramalan menjadi tidak tepat (Sunyoto, 2012).

(14)

anilisis regresi dapat menggambarkan garis regresi. Semakin dekat jarak antara data dengan titik yang terletak pada garis regresi, berarti prediksinya semakin baik. Jarak antara data sesungguhnya dengan garis regresi dikuadratkan dan dijumlahkan. Oleh karena itu analisis regresi juga dikenal dengan anlisis Ordinary Least Square atau analisis kuadrat terkecil (Winarno, 2007).

Menurut Marsudi (2009), data yang diperoleh di lapangan, ditabulasikan dan kemudian dipindahkan ke dalam bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan. Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Rumus:

Y = a + b1X1+b2X2+…+bnXn Y = variabel terikat

a = konstanta

b1,b2 = koefisien regresi X1, X2 = variabel bebas 2.2.4 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendanai aktivitas produksi. Biaya selalu melekat dengan obsesi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan atau keuntungan yang lebih besar. Peningkatan nilai merupakan titik akhir dari mata rantai mulai dari penggunaan input, proses produksi, dan hasil produksi. Biaya produksi

diharapakan bisa minimal tetapi produksi maksimal (Rasul, 2012).

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi juga merupakan biaya yang melekat pada atau berhubungan dengan produk. Jenis-jenis biaya produksi menurut Samryn dalam Rotinsulu (2013) adalah sebagai berikut : 1. Biaya bahan langsung, yang terdiri dari bahan-bahan baku yang menjadi

(15)

2. Biaya tenaga kerja langsung, yang terdiri dari biaya-biaya tenaga kerja pabrik yang dapat ditelusuri hubungannya dengan mudah ke dalam produk-produk tertentu. Biaya ini juga sering disebut touched labor karena biaya ini

dibayarkan kepada para pegawai atau buruh yang secara langsung

melaksanakan proses produksi biaya ini terjadi karena adanya penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi.

3. Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya yang berhubungan dengan pabrik selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung.

Biaya merupakan semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan seperti pengorbanan dan pengorbanan yang perlu untuk produksi. Pengorbanan yang sesungguhnya adalah pemakaian faktor – faktor produksi atau sumber – sumber ekonomi seperti bahan – bahan habis pakai, waktu dan tenaga yang dicurahkan, peralatan dan mesin yang terpakai, upah karyawan yang harus di bayar dan sebagainya. Besarnya biaya produksi jelas berhubungan dengan banyak sedikitnya jumlah produk yang dihasilkan dengan menambah jumlah barang yang dihasilkan, sehingga produksi akan ikut

bertambah. Tegasnya ketika output atau jumlah produk yang dihasilkan diperbesar, maka biaya total akan bertambah tetapi biaya per satuan bisa berkurang (Gilarso, 2007).

Menurut Hardani (2010), suatu perusahaan dalam menghitung biaya produksi perlu mengetahui berapa kuantitas, kombinasi input yang diperlukan dalam pembuatan suatu produk, dan berapa banyak biaya input yang digunakan. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat menghasilkan output. Seorang pengusaha yang ingin melakukan produksi harus terlebih dahulu menyediakan faktor-faktor produksi. Ada dua jenis biaya yaitu: 1. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung kepada besarnya

(16)

meskipun outputnya nol, sedangkan biaya tetap rata – rata merupakan rasio antara biaya tetap total dengan jumlah unit output.

2. Biaya variabel merupakan jumlah biaya yang beragam sesuai tingkat output dalam jangka pendek. Suatu perusahaan jika ingin memproduksi output yang lebih banyak maka input yang digunakan juga lebih banyak. Biaya output tambahan tergantung langsung pada berapa input tabahan yang diperlukan dan berapa banyak biayanya.

Perusahaan memiliki biaya tertentu dalam jangka pendek yang tergantung pada tingkat output yang dipilih. Jenis biaya tersebut disebut biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel merupakan penyusun biaya total. Sistematika biaya total sebagai berikut :

TC = TFC + TVC Keterangan :

TC (Total Cost) : Biaya total TFC (Total Fixed Cost) : Biaya tetap total TVC (Total Variabel Cost): Biaya variabel 2.1.5 Teori Efisiensi Biaya

Menurut Rataq, dkk, (2013), efisiensi adalah pengukuran kinerja yang melihat dari segi pengerjaan sesuai dengan waktu (time) yang direncanakan, bahkan akan lebih baik jika bisa dilakukan penghematan secara lebih intensif. efisiensi produksi adalah bagaimana sumber - sumber daya (input) digunakan dengan baik dan benar tanpa adanya pemborosan biaya dalam proses produksi dalam menghasilkan output. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh faktor produksi yang akan digunakan dalam

menciptakan barang yang diproduksi.

(17)

Menurut Hartati (2009), analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi usaha adalah analisis R/C ratio. Nilai R/C ratio dapat diketahuii dengan membagi total pemndapatn dengan total biaya produksi. Nilai R/C ratio secara matematis ditulis dengan rumus :

R/C= TR TC

kriteria:

R/C = 1 : usaha mencapai titik impas

R/C < 1 : usaha mengalami kerugian/tidak efisien R/C > 1 : usaha memperoleh keuntungan/efisien 2.1.6 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Analisis sensitivitas digunakan untuk memperoleh jumlah perkiraan permintaan yang lebih dapat dipercaya. Perkiraan jumlah permintaan produk pada masa yang akan datang, disusun berdasarkan berbagai macam asumsi. Contoh permintaan tidak elastis terhadap perubahan jumlah pendapatan penduduk atau perubahan harga. Setiap perkiraan tambahan, dimasukan pengaruh perubahan faktor determinan tertentu terhadap permintaan produk. Hasil dari metode analisa kepekaan adalah perkiraan jumlah permintaan yang sifatnya optimistis, pesimistis dan realistis (Sutojo, 2002).

Analisa sensitivitas adalah unsur dinamis dari sebuah hirarki. hal tersebut memiliki arti penilaian yang dilakukan pertama kali dipertahankan untuk suatu jangka waktu tertentu dan adanya perubahan kebijakan atau tindakan yang cukup dilakukan dengan analisa sensitivitas untuk melihat efek yang terjadi. Analisa sensitivitas pada AHP (Analytical Hierarchy Process) dapat terjadi untuk memprediksi keadaan apabila terjadi perubahan yang cukup besar. Misal

(18)

Menurut Herjanto (2008), analisis sensitivitas merupakan penyelidikan perubahan nilai parameter terhadap efek pada penyelesaian yang optimal. Perubahan nilai parameter dalam masalah primal juga akan mengakibtakan perubahan nilai pada masalah dual, maka berdasarkan hal tersebut dapat dipilih salah satu untuk peyelidikan. Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan – perubahan sebagai berikut :

1. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dsb.

2. Penurunan produktivitas

3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek

Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C ratio, dan payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi.

2.2 Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bertumpu dan bekerja pada pertanian, sehingga Indonesia disebut sebagai negara agraris. Potensi sumber daya alam yang potensial untuk pengembangan pertanian menjadi salah satu pendorong masyarakat untuk berkecimpung dalam sektor pertanian. Pertanian merupakan sector terbesar dalam hampir setiap ekonomi di suatu negara berkembang. Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam memberikan lapangan pekerjaanbagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada dengan menghailkan bahan mentah, bahan bakuatau bahan penolong bagi kegiatan suatu industri. Selain itu, sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara, sehingga pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian secara khusus.

(19)

meningkat. Kekurangan atau kelangkaan dalam mencukupi kebutuhan akan pangan dapat menyebabkan konflik nasional, karena dapat menyebabkan kelaparan. Salah satu tanaman pangan yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan yaitu kacang tanah.

Kacang tanah merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki prospek pengembangan yang baik dan tingkat permintaan yang tinggi. Harga jual kacang tanah dapat meningkatkan pendapatan petani, karena saat ini harga pemasaran kacang tanah relatif tinggi. Kacang tanah merupakan tanaman

komersial dan sebagai sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering dan lahan bekas sawah. Budidaya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya.

Usahatani kacang tanah sangat cocok dilakukan di daerah Sidoharjo, Gunung Kidul. Kondisi lahan yang kebanyakan lahan tadah hujan sesuai dengan lahan yang digunakan untuk membudiayakan tanaman kacang. Proses budidaya yang benar dapat menghasilkan produktivitas dan kualitas kacang tanah yang maksimal. Hal tersebut tidak dapat menjamin pendapatan seorang petani baik, karena meskipun proses usahatani yang dilakukan sudah benar tetapi jika terjadi sesuatu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya juga dapat menyebabkan

usahatani tersebut terkendala.

Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas kacang tanah yaitu kondisi lahan, biaya, potensi tenaga kerja, dan kondisi alam. Tenaga kerja

merupakan salah satu faktor produksi yang penting dan merupakan penentu keberhasilan usahatani kacang tanah. Selain itu, terdapat komponen yang mempengaruhi tingkat produksi suatu kacang tanah, seperti faktor curah hujan dapat menyebabkan kualitas kacang tanah menurun sehingga berdampak pada produktivitas dan pendapatan para petani kacang tanah. Biaya yang digunakan petani kacang tanah lebih besar ketika usahatani kacang tanah mengalami berbagai kedala seperti kondisi cuaca yang diluar prediksi.

(20)

dapat menyebabkan keuntungan yang didapatkan petani menurun atau tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai kendala tersebut perlu adanya penanganan khusus agar peningkatan produktivitas Usahatani kacang tanah dapat terlihat dengan jelas dan nyata.

Berdasarkan penjelasan diatas untuk menganalisa mengenai permasalahan yang ada perlu menggunakan teori – teori yang sesuai sebagai acuan pembahasan penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa teori sebagai berikut teori Analisis regresi linier, teori analisis biaya produksi, teori pendapatan, teori efisiensi biaya, dan teori sensitivitas. Penggunaan teori – teori tersebut berdasarkan kesesuaian dengan fenomena atau permasalahan yang ada.

Teori regresi digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu variabel berpengaruh pada variabel satu dengan variabel yang lain. Teori ini digunakan untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas hasil panen kacang. Variabel yang digunakan yaitu kualitas dan faktor – faktor yang mempengaruhi.

Teori yang dijadikan acuan untuk membahas mengenai perbedaan efisiensi biaya pada kegiatan usahatani kacang tanah yaitu teori biaya produksi dan teori efisiensi biaya. Teori biaya produksi merupakan jumlah keseluruhan modal yang digunakan oleh petani dalam meakukan kegiatan usahatani. Pada usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul relatif besar ketika terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dan diluar prakira. Petani melakukan usahatani sebisa mungkin minim biaya tetapi produksi maksimal. Teori efisiensi merupakan usaha petani bagaimana caranya agar biaya yang digunakan untuk usahatani tersebut sedikit tetapi efisien.

(21)
(22)

Indonesia negara agraris

Sektor pangan

Komoditas kacang tanah

Efisiensi biaya ketika terjadi perubahan cuaca Penurunan kualitas

kacang tanah

Usahatani kacang tanah di Sidoharjo, Tepus,

Gunung Kidul

Sensitivitas Usahatani kacang tanah Faktor – faktor :

1. Kondisi lahan 2. Biaya

3. Tenaga Kerja

Analisis regresi linier berganda

Analisis biaya

Analisis sensitivitas

Peningkatan produktivitas usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung kidul Y = a + b1X1 + b2X2+ ... bnXn

TC = TFC + TVC

Gambar 2. (Skema Kerangka Pemikiran) Teori efisiensi biaya

R/C=

TR TC

(23)

Hipotesis :

1. Faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul adalah tenaga kerja, dan kondisi lahan.

2. Biaya yang digunakan dalam usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul ketika terjadi perubahan cuaca efisien.

(24)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan berdasarkan metode secara sengaja (purposive method). Purposive method adalah penentuan daerah penelitian ditentukan berdasarkan metode sampling secara sengaja (Choiron, 2010). Penelitian dilaksanakan di Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karena Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul merupakan daerah yang memiliki potensi untuk usahatani kacang tanah.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif dan analitik. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang akan diselidiki. Metode analitik digunakan untuk menguji hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan (Nazir,2005).

3.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling (Yunianto, 2013). Metode tersebut memungkinkan untuk mengambil semua anggota populasi petani kacang tanah secara acak dan berstrata berdasarkan kriteria tingkat luas lahan, yaitu luas, sedang dan sempit yang

penyebaran populasinya tidak merata. Jumlah populasi petani kacang tanah yang terdapat dan melakukan usahatani kacang tanah adalah 130 petani, sedangkan jumlah sampel yang diambil untuk penelitian adalah 98 petani. Jumah tersebut diambil berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan atau error 5%. Rumus Slovin :

n= N

(25)

Keterangan : n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : tingkat kesalahan

n= 130 1+130(0,05)2

n= 130 1,325 n=98

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dari 130 petani kacang tanah di Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus diperoleh sampel sebanyak 98 petani kacang tanah. Semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Perhitungan pengambilan sampel untuk setiap strata sebagai berikut :

n = (Populasi kelas / Populasi keseluruhan) x Sampel ( Slovin) Tabel 3.2 Data Populasi dan Sampel Petani Kacang tanah Desa Sidoharjo

Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul

No. Strata Kriteria Populasi Sampel 1. Luas > 5 Ha 20 15 2. Sedang > 2 – 5 Ha 52 39 3. Sempit 0,5 – 2 Ha 58 44

Total 130 98

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut Hermawan (2012), pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber data, yaitu:

1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian. Data primer diperoleh langsung dari petani kacang tanah dengan menggunakan metode wawancara atau metode kuisioner berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data yang didapatkan dari data primer berupa modal,

pendapatan, biaya variabel yang meliputi biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja dan biaya tetap.

(26)

sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain BPS, Dinas Pertanian Kecamatan Tepus, dan Kantor Kelurahan Sidoharjo. Data yang didapatkan dari instansi – instansi tersebut berupa data produksi, luas lahan, dan produktivitas.

3.5 Metode Analisa Data

Pengujian hipotesis pertama yaitu mengenai faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kacang tanah di Desa Sidoharjo peneliti menggunakan rumus regresi linier. Menurut Nawari (2010), analisis regresi adalah suatu faktor sederhana untuk melakukan investigasi tentang hubungan fungsional diantara beberapa variabel. Rumus regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Keterangan

Y : dugaan variabel bergantung b1- b2 : koefisien regresi

X1 : kondisi lahan

X2 : tenaga kerja

X3 : biaya

Penggunaan analisis regresi linier berganda perlu dilakukan asumsi klasik atau uji prasyarat analisis regresi linier berganda, sehingga persamaan regresi linier berganda yang diperoleh benar-benar dapat digunakan untuk memprediksi variabel terikat atau bebas. Pengujian yang dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas mempengaruhi secara bersama-sama atau sendiri-sendiri terhadap variabel.terikat.yaitu.digunakan:

1. Pengujian Hipotesis Distribusi F Pada Model Regresi Berganda

Tabel F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji F ini menggunakan rumus sebagai berikut:

F ratio =

R2/k (1−R2)/(nk−1)

Keterangan :

(27)

k = banyaknya variabel bebas n = banyaknya responden Perumusan hipotesis:

Ho : variabel bebas (biaya, lahan, dan tenaga kerja) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan).

Ha : varibel bebas (biaya, lahan, dan tenaga kerja) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan).

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Jika Fhitung ≥ F tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima, jadi semua variabel bebas (biaya, lahan, dan tenaga kerja) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan).

b. Jika Fhitung < F tabel, berarti Ho diterima dan Ha ditolak, jadi variabel bebas (biaya, lahan, dan tenaga kerja) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan).

Nilai F tabel yang diperoleh dibandingkan dengan nilai F hitung apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel terikat dengan variabel bebas. 2. Pengujian Hipotesis Distribusi t Pada Model Regresi Berganda

Nilai statisik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independent secara indi vidual terhadap variabel dependennya.

Formulasi hipotesis :

H0 : 

H0 : paling tidak, ada satu  i ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

a. thitung ≤ ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel independent bukan merupakan penjelas variabel dependen.

b. thitung > t tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen merupakan penjelas variabel dependen.

(28)

waktu yang direncanakan dan menggunakan biaya yang seminimal mungkin. Menurut Hartati (2009) efisiensi biaya menggunakan rumus sebagai berikut :

R/C ratio = TR/TC TR = P.Q TC = FC + VC Keterangan:

TR = Total Revenue / Total Penerimaan (Rp) TC = Total Cost / Total Biaya (Rp)

FC = Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp) VC = Variable Cost / Biaya Variabel (Rp) Q = jumlah produksi kacang tanah P = Harga kacang tanah (Rp) Kriteria pengambilan keputusan:

a. R/C ratio > 1, maka penggunaan biaya produksi usahatani kacang tanah efisien.

b. R/C ratio = 1, maka penggunaan biaya produksi usahatani kacang tanah berada pada titik impas (Break Event Point).

c. R/C ratio < 1, maka penggunaan biaya produksi usahatani kacang tanah tidak efisien.

Pengujian hipotesis ketiga mengenai sensitivitas usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo yaitu menggunakan rumus

NPV=

t=0 t=n

(BtCt)(DF)

Keterangan :

B = Benefit pada tahun ke-t C = biaya pada tahun ke-t

DF = Discount Factor (tingkat suku bunga yang berlaku) n = lamanya periode waktu

Kriteria pengambilan keputusan :

(29)

c. NPV = 0, maka usahatani kacang tanah berada pada kondisi break even point

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Nilai Net B/C > 1, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan b. Nilai Net B/C < 1, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk dilakukan c. Nilai Net B/C = 1, maka usahatani kacang tanah dalam keadaaan break even

point (BEP) yaitu TR = TC.

PV (B) : present value (benefit) PV (C) : present value (cost)

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Gross B/C > 1, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan b. Gross B/C < 1, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk dilakukan c. Gross B/C = 1, maka usahatani kacang tanah berada pada kondisi Break Even

(30)

i1 = Tingkat suku bunga pertama saat NPV+ i2 = Tingkat suku bunga kedua saat NPV

-Kriteria pengambilan keputusan :

a. IRR > Discount factor, maka usahatani kacang tanah layak dilakukan b. IRR < Discount factor, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk

dilakukan

c. IRR = discount factor, maka usahatani kacang tanah berada pada posisi break even point (BEP)

PP= investasi

net benefit rataratatiap tahun Kriteria pengambilan keputusan :

a. Semakin cepat pengembalian modal untuk usahatani kacang tanah, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan.

PR=PV Net benefit PV investasi Kriteria pengambilan keputusan :

a. PR > 1, maka usahatani kacang tanah layak untuk dilakukan b. PR < 1, maka usahatani kacang tanah tidak layak untuk dilakukan

c. PR = 1, maka usahatani kacang tanah berada pada kondisi Break Even Point (BEP)

3.6 Definisi Operasional

1. Usahatani kacang tanah adalah usaha dalam bidang pertanian khususnya sektor pangan yang memanfaatkan lahan disekitar yang cocok untuk budidaya kacang tanah.

2. Responden adalah petani kacang tanah yang di Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul.

3. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan agar memperoleh faktor produksi untuk menciptakan barang yang diproduksi perusahaan. 4. Produktivitas kacang tanah adalah hasil kacang tanah yang diperoleh dari

(31)

5. Total biaya produksi adalah semua korbanan yang digunakan untuk satu kali proses produksi dimana total biaya produksi tediri dari atas biaya tetap dan biaya variabel.

6. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dimana besar kecilnya tidak tergantung dengan jumlah produksi. Biaya tetap pada usahatani meliputi biaya sewa tanah, pajak dan iuran irigasi (Rp).

7. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dimana besar kecilnya tergantiung jumlah produksi. Biaya variabel pada usahatani meliputi biaya penggunaan pupuk dan upah tenaga kerja (Rp).

8. Penerimaan adalah hasil produksi fisik berupa kacang tanah dikalikan dengan harga dan diukur dalam satuan rupiah.

9. Efisiensi adalah penggunann input atau faktor-faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan output yang maksimal.

10. Pendapatan adalah total penerimaan ditambah biaya.

11. Lahan adalah bidang yang digunakan petani sebagai media dalam menanam dan mengusahakan tanaman kacang tanah (ha).

12. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja di lahan mulai dari pengolahan hingga panen yang berasal dari dalam maupun luar keluarga (HKP).

13. Analisis sensitivitas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan – perubahan yang terjadi.

14. R/C rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang digunakan.

15. Net present Value (NPV) adalah jumlah dari perkalian antara Net Benefit per tahun pada usahatani kacang tanah dengan discount factor.

16. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga yang dapat membuat Net Present Value pada usahatani kacang tanah sama dengan nol.

17. Net B/C Ratio adalah perbandingan antara Net Present Value positif dengan Net Present Value negative pada usahatani kacang tanah.

(32)
(33)

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Fajdhika. 2008. Analisis Perbandingan Efisiensi Biaya produksi Sebelum dan Sesudah Penerapan Total Quality Management. Skripsi. Bandung : Universitas Widyatama.

Bina Karya Tani. 2014. Pedoman Bertanam Kacang Tanah. Bandung : Widya Studio.

BPS. 20007. Produksi Padi Dan Palawija ( Angka Sementara Tahun 2006). [serial online]. http://jateng.bps.go.id/. Diakses 22 Maret 2015.

Dharmaningtyas, Khory Sanggasari. 2011. Analisis Usahatani Kacang Tanah (Arachis Hypogaea, L.) Di Desa Pasar Anom Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Skripsi. Jember : Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Dinarto, Wafit, dan Astriani, Dian. 2012. Produktivitas Kacang Tanah Di Lahan Kering Pada Berbagai Intensitas Penyiangan. Agrisains, 3 (4) : 33 – 42.

Dirjen. 2013. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman. Pangan. [serial online]. tanamanpangan .pertanian.go.id. Diakses 22 Maret 2015

.

Gilarso. 2007. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta : Kanisius.

Godam. 2001. Definisi/Pengertian Pertanian, Bentuk & Hasil Pertanian Petani Ilmu Geografi. [serial online]. http://www.organisasi.org/1970/01/definisi

pengertianpertanianbentukhasilpertanianpetaniilmugeografi.Html. Diakses 20 Maret 2015.

Hardani, Wibi dan D. Barnadi. 2010. Case Fair prinsip – Prinsip Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Hartati, Anny dan Altri Mulyani. 2009. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara (Virgin Coconut Oil/Vco) Di Kabupaten Cilacap. Agroland, 16 (2) : 130 – 140.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo.

Ismpi, Bpp. 2009. Kondisi Pertanian Indonesia saat ini Berdasarkan Pandangan Mahasiswa Pertanian Indonesia. [Serial Online].

(34)

Litbang. 2014. Strategi Pengembangan Kacang Tanah di Kabupaten Pati. [serial online]. http://litbang.patikab.go.id/. Diakses 22 Maret 2015.

Mora, Dona. 2009. Analisis Sensitivitas dan Pengaruhnya terhadaprutan Prioritas dalam Metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Muklis, Imam, I. A. Wicaksono dan U. Hasanah. 2012. Analisis Usahatani Kacang Tanah (Arachis Hypogaea, L.) Di Desa Pasar Anom Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Surya Agritama, 1 (2) : 46 – 55.

Nawari. 2010. Analisi Regresi Dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: Elex Media komputindo.

Pemkab. 2012. Kondisi Umum. [serial online]. http://Gunung Kidulkab.go.id. Diakses 22 Maret 2015.

Ratag, Nilisye Debora, D. P. E. Saerang, dan L. Mawikere. 2013. Penerapan Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Produksi Pada Pt. Tropica Cocoprima. Riset Akuntansi Going Concern, 8 (3) : 59 – 67.

Rotinsulu, Paula, D. P. E. Saerang, dan D. Affandi. 2013. Analisis Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus Pada Pt. Tropica Cocoprima). Riset

Akuntansi Going Concern, 8 (3) : 77 – 88.

Rumagit, Grace, O. Porajouw, dan R. Mirah. 2011. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Di Desa Kanonang Ii Kecamatan Kawangkoan. ASE, 7 (2) : 22–28.

Sudjadi, Muhammad dan Y. Supriati. 2001. Perbaikan Teknologi Produksi Kacang Tanah di Indonesia. Agrobio, 4(2):62-68.

Suhardjo, dkk. 2009. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.

Sunyoto, Danang. 2012. Statistik Induktif untuk Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: CAPS.

Sutojo, Siswanto. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta : Damar.

Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Utami, Sartika Sari, M. R. Yantu, dan Sisfahyuni. 2013. Analisis Sensitivitas Pendapatan Usahatani Kakao di Desa Buranga Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong. Agrotekbis, 1 (4) : 391 – 398.

(35)

UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULIHAN PETANIAN

KUISIONER

JUDUL : Analisis Biaya dan Sensitivitas Usahatani Kacang Tanah di Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul LOKASI : Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

Pekerjaan :

PEWAWANCARA

Nama : Susilo Setiowati

NIM : 131510601119

Hari / Tanggal Wawancara :

(36)

A. GAMBARAN UMUM

1. Berapa lama Bapak/Ibu berusahatani kacang tanah?

Jawab : ... 2. Sejak tahun berapa Bapak/Ibu berusahatani tanaman kacang tanah?

Jawab : ... 3. Mengapa Bapak/Ibu berusahatani kacang tanah?

a. Menguntungkan

b. Sudah warisan orang tua c. Mudah diusahakan d. Modal tidak besar

e. Tidak memerlukan keahlian khusus g. Lain – lain

Jawab : ... 4. Darimana tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam usahatani kacang

tanah?

a. Dalam keluarga b. Luar keluarga

Alasan : ... 5. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk usahatani kacang tanah?

a. < 10 orang b. 10 – 15 orang c. > 15 orang

Alasan : ... 6. Berapa gaji atau upah yang diberikan kepada tenaga kerja pada usahatani

kacang tanah? a. < Rp 50.000

b. Rp 50.000 – Rp 75.000 c. > Rp 75.000

Alasan : ...

7. Apakah lahan yang Anda gunakan untuk usahatani kacang tanah adalah milik pribadi?

a. Ya b. Tidak

Jawab : ... 8. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan benih kacang tanah yang digunakan untuk

(37)

b. Kelompok tani c. Milik sendiri

Alasan : ... 9. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan sarana produksi seperti obat-obatan dan

pupuk untuk kacang tanah? a. Toko pertanian

b. Petani lain c. Kelompok tani

Jawab : ... 10. Apakah sarana produksi yang digunakan pada usahatani kacang tanah mudah

didapatkan? a. Ya b. Tidak

Jawab : ... 11. Adakah sumber penghasilan lain selain berusaha tani kacang tanah?

a. Ada b. Tidak

Jawab : ... 12. Jika ada, usaha apa yang Bapak/Ibu jalankan selain usahatani kacang tanah?

a. Pedagang b. Nelayan c. Lain – lain

Jawab : ... B. PERMODALAN

1. Berapa biaya yang bapak gunakan untuk usahatani kacang tanah? a. < Rp 1.000.000

b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 c. > Rp 2.000.000

Jawab : ... 2. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan modal tersebut?

a. Modal sendiri b. Bank

c. Kredit

Jawab : ... 3. Apakah terdapat bunga dalam dalam modal yang anda dapatkan?

a. Iya b. Tidak

(38)

4. Berapa bunga yang diberikan dari pihak yang memberikan modal? a. < 10%

b. 10 – 15 % c. >15 %

Jawab : ... 5. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah atau instansi

lain? a. Pernah b. Tidak pernah

Jawab : ... 6. Jika pernah, berapa bantuan yang Bapak/Ibu dapatkan?

a. <1.000.000

b. 1.000.000 – 3.500.000 c. > 3.500.000

Jawab : ...

7. Pernahkah Bapak/Ibu mendapatkan bantuan selain dalam bentuk uang? a. Pernah

b. Tidak pernah

Jawab : ... 8. Bagaimana sistem bantuan dari lembaga atau instansi yang memberikan

pinjaman? a. Kredit b. Hibah

Jawab : ... 9. Apakah terdapat kendala permodalan dalam usahatani kacang tanah?

a. Ya b. Tidak

10. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi masalah tersebut?

Jawab : ...

C. EFISIENSI USAHA TANI a. Biaya Variabel

Biaya Sarana Produksi Tanaman

No. Uraian Unit

(kg) Harga/unit Biaya Keterangan

(39)

2. Pupuk

2. Biaya Tenaga Kerja

(40)
(41)

3. Biaya Tetap

No. Uraian Unit Biaya Keterangan

1. Pajak Tanah

2. Sewa Tanah

3. Biaya Penyusutan Alsintan - Cangkul - Sabit - Traktor - ... - ...

Umur ekonomis:

4. Lain-lain Total Biaya

Total biaya (TC) = Biaya Sarana Produksi + biaya tetap + biaya tenaga kerja = Rp ……. + Rp ……… + Rp ………

= Rp …………..

D. PENERIMAAN USAHATANI

1. Berapa produksi kacang tanah setiap kali panen? a. < 500 kg

b. 500 – 800 kg c. > 800 kg

Jawab : ... 2. Berapa harga jual kacang tanah ketika dipasarkan?

a. < Rp 3.000 /Kg

b. Rp 3.000 – Rp 6.000 / kg c. > Rp 6.000 / kg

Alasan : ...

3. Berapa hasil yang Bapak/Ibu dapatkan setelah kacang tanah dipasarkan? a. < Rp 500.000

b. Rp 500.000 – Rp 800.000 c. > Rp 800.000

(42)

4. Bagaimana sistem jual beli Kacang tanah yang Bapak/Ibu lakukan? a. Borongan

b. Tebasan c. Sistem eceran

Jawab : ... 5. Kemana bapak/Ibu memasarkan produksi kacang tanah?

a. Konsumen langsung b. Tengkulak

c. Pedagang besar d. Pengumpul

Jawab : ... 6. Apakah sebelum di pasarkan kacang tanah dilakukan proses pengolahan

terlebih dahulu? a. Iya

b. Tidak

Alasan : ... 7. Apakah ada lembaga yang membantu dalam pemasaran kacang tanah di Desa

Sidoharjo? a. Ada b. Tidak

Alasan : ... 8. Bagaimana tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara penjualan diatas?

a. Tiinggi b. Sedang c. Rendah

Jawab : ... 9. Apakah bapak/Ibu menggunakan harga patokan pasar dalam menentukan

harga penjualan kacang tanah? a. Ya

b. Tidak

Alasan : ... 10. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami kerugian atau tidak balik modal setelah

kacang tanah dipasarkan? a. Pernah

b. Tidak pernah

(43)

E. ANALISIS SENSITIVITAS a. Perubahan parameter

No. Parameter Akibat perubahan parameter

1. Lahan 2. Tenaga kerja 3. Biaya

1. Berapa lama waktu yang digunakan untuk mengembalikan modal usahatani kacang tanah?

a. < 1 tahun b. 1 – 2 tahun c. > 3 tahun

Jawab : ... 2. Pernahkah usahatani kacang tanah di Desa Sidoharjo mengalami penundaan

waktu produksi? a. Pernah b. Tidak pernah

Alasan : ...

3. Jika pernah, apakah penundaan tersebut mengakibatkan penurunan benefit yang bapak/Ibu terima?

a. Iya b. Tidak

Alasan : ... 4. Pada penurunan harga berapa persen usahatani kacang tanah akan mengalami

kerugian? a. < 20 % b. 20 – 30 % c. > 30%

Jawab : ... 5. Berapakah harga kacang tanah setelah terjadi penurunan harga pada usahatani

kacang tanah? a. < Rp 1.500

b. Rp 1.500 – Rp 2.300 c. > Rp 2.300

Jawab : ... 6. Pada kenaikan harga berapa persen usahatani kacang tanah mendapatkan

(44)

a. < 25 % b. 25 – 30 % c. > 30%

Jawab : ... 7. Apakah usahatani kacang tanah dapat dilanjutkan ketika harga mengalami

penurunan? a. Dilanjutkan b. Tidak dilanjutkan

Alasan : ...

8. Apakah usahatani kacang tanah sensitif atau peka terhadap perubahan yang terjadi

a. Iya b. Tidak

Jawab : ... 9. Apakah usahatani kacang tanah layak diuasahakan di Desa Sidoharjo

Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul? a. Layak

b. Tidak layak

Jawab : ... 10. Jika tidak layak, apakah Bapak/Ibu akan beralih ke usahatani lain?

a. Iya b. Tidak

Gambar

Tabel. 1.2 Produksi, luas lahan, dan rata-rata produksi kacang tanah pada setiap kecamatan
Gambar 2. (Skema Kerangka Pemikiran)
Tabel 3.2 Data Populasi dan Sampel Petani Kacang tanah Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul

Referensi

Dokumen terkait

30 Dengan demikian, teori motivasi Maslow dalam konteks kejahatan korupsi apabila kebutuhan manusia yang bersifat hirarkis tersebut tak terpenuhi kebutuhan, maka keinginan

Menurut al-Qardhawi dalam memahami sebuah hadis harus melihat sasaran hakikat teks hadis tersebut karena sarana yang terlihat secara lahiriah dapat berubah-ubah.. Oleh karena

Penelitian ini bertujuan antara lain untuk menemukan mekanisme kerja perkuatan lereng dengan perbandingan daya dukung tanah (respon) lereng pasir tanpa perkuatan

Subjek penelitian ini ialah Pengemis dewasa (berumah tangga) dan Lansia yang dipilih secara purposive berdasarkan lama mengemis, pengalaman dan cara memaknai

Kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap kualitas tanah dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada media subsoil diperoleh pada dosis guano 1,5 kg

Komunikasi berpengaruh terhadap Kinerja pegawai pada bagian Tata Usaha. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Setelah empat kebutuhan dasar telah terpenuhi, kebutuhan yang berada pada tingkat paling tinggi dalam hierarki kebutuhan bertingkat adalah kebutuhan akan

Prinsip pengujian dua mean adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok data. Oleh karena itu dalam pengujian ini diperlukan informasi apakah varian kedua