• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DENGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SENTRA BALOK

Oleh: Azimah Nizar PPS PAUD FIP UNP Email: azimahnizar@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini adalah studi konseptual tentang pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini dengan pembelajaran matematika di sentra balok. Pembelajaran matematika sebenarnya selalu berada dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk anak usia dini. Kadang ada pendapat yang menyatakan bahwa anak usia dini belum boleh diajarkan matematika, padahal dengan pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Penggunaan bahasa yang logis, mudah dipahami anak, dan proses pembelajarannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, maka pembelajaran matematika menjadi suatu yang sangat menyenangkan. Pemilihan untuk membelajarkannya di sentra balok adalah banyak media tersedia, seperti bentuk, warna, dan sebagainya.

Kata kunci: Kemampuan Kognitif, Matematika, Sentra Balok

ABSTRACK

COGNITIF ABILITY DEVELOPMENT OF EARLYCHILDHOOD IN LEARNING MATH IN BLOCK CENTER

This article is a conceptual study of cognitif ability development of earlychildhood in leraning math in block center. We always find mathematics in our daily life as well as young children. Some opinions argue that young children should no be taught mathematics but as matter of fact, by teaching mathematics can improve their cognitif ability. The use of logical language, easy to understand and process of learning that based on child development, make the learning math is something fun. The reason why in block center because there are many media available here such as color, form and etc.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan kognitif adalah salah satu dari berbagai perkembangan yang harus dikembangkan sejak usia dini. Berbagai hal dilakukan untuk menstimulan perkembangan kognitif anak, salah satunya adalah dengan pembelajaran matematika.

Dunia kogntif anak usia dini ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi mereka terus bekerja dan daya serap mental mereka tentang dunia makin meningkat. Pada tahap ini dapat dibentuk konsep yang stabil dan mulai muncul penalaran mental imajinasi dan warna.

Adalah sangat relevan pembelajaran matematika dilakukan pada tahap ini, karena di samping terjadinya pembentukan konsep, juga terjadi penyerapan informasi yang sangat tinggi pada usia dini. Suatu hal yang sangat penting diingat oleh guru atau pendidik adalah bagaimana cara pembelajarannya. Karena kuncinya ada di cara pembelajaran. Apabila cara pembelajarannya salah, maka konsep yang akan dikembangkan juga akan salah, dan mengakibatkan anak tidak akan menyenangi pembelajaran matematika karena terlihat sangat rumit dan sulit. Apabila dari usia dini anak sudah menganggap pemebalajarn matematika sulit, dikhawatirkan akan sulit untuk selanjutnya.

(3)

Bahasa secara langsung mempengaruhi konsep yang dikembangkan anak. Maka pendidik anak usia dini mesti menggunakan bahasa yang akurat dengan anak-anak. Mereka tidak hanya memahami konsep dengan lebih mudah saat bahasa yang tepat digunakan, tapi anak-anak juga senang menggunakan istilah yang lebih menarik.

Sentra balok merupakan salah satu sarana yang sangat tepat untuk membelajarkan matematika pada anak karena berbagai warna dan bentuk banyak tersedia, dan akan memudahkan pendidik menyatakan sesuatu yang abstrak dalam matematika menjadi bahasan yang kongkrit. Selanjutnya tinddal bagaimana guru membelajarkannya dengan bahasa dan konsep yang tepat akan membentuk pemahaman matematika yang baik pada anak.

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Terkait dengan perkembangan kognitif selama usia dini, tidak ada ahli yang lebih berpengaruh dari pada Piaget, walau sudah ada yang melakukan evaluasi terhadap teori ini (Papalia, 1975).

Pada tahapan preoperasional anak-anak tidak dapat keluar batas informasi yang mereka dapatkan melalui indera dan melalui aktivitas motorik. Mereka sekarang dapat berpikir dengan menggunakan representasi mental tentang objek, orang, bahkan yang secara pisik tidak tampak Papalia, 1975).

(4)

informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak dalam tahapan ini, seperti egocentrisme dan sentralisasi.

Dunia kognitif anak-anak pra sekolah ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang-kadang berwarna hijau, dan langit berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, burung pelikan mencium anjing laut, dan manusia seperti kecebong. Imajinasi anak-anak pra sekolah terus bekerja dan daya serap mental mereka tentang dunia makin meningkat. Pada tahap ini (pra operasional menurut piaget), usia 2-7 tahun dibentuklah konsep yang stabil, munculnya penalaran mental (Santrock, 2002).

Selanjutnya menurut Papalia (1975) bahwa tahap pra-operasional dalam teori Piaget, periode kedua utama dalam perkembangan kognitif (sekitar umur 2 sampai 7 tahun), dimana anak-anak mampu berpikir dalam simbol tetapi dibatasi oleh ketidakmampuan mereka untuk menggunakan logika (Papalia, 1975)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat kita lihat bahwa, anak usia dini yang masuk dalam tahap perkembangan praoperasional usia 2-7 tahun mulai terbentuk konsep yang stabil, munculnya penalaran mental, mampu berpikir dalam simbol yang direfeksikan dengan penggunaan kata-kata, angka dan gambar tetapi dibatasi oleh ketidakmampuan mereka untuk menggunakan logika, egosentrisme, dan sentralisasi. Mengajarkan geometri untuk anak usia dini akan kita sesuaikan dengan tahap perkembangan ini.

Piaget mengelompokkan kemampuan anak dalam mengklasifikasi. Piaget membagi klasifikasi kepada tiga tahapan (Inhelder & Piaget, 1964 dalam Papalia, 1975).

(5)

segi empat biru ke segi empat merah karena keduanya segi empat dan menambahkan segi tiga merah ke group tersebut karena dia merah, seperti segi empat merah).

 Tahap 2 (5 sampai 7 atau 8 tahun): anak-anak mengelompokkan berdasarkan kesamaan tetapi dapat menukar kriteria dalam satu tugas, mensortir beberapa grup bedasarkan warna dan yang lain berdasarkan bentuk atau ukuran. Mereka sering membuat sub-klasifikasi- misalnya , pertama meletakkan semua benda yang merah dalam satu group dan kemudian mengelompokkan mereka menjadi segi empat merah, segi tiga dan seterusnya.

 Tahap 3 (7 sampai 8 tahun): Pada tahap konkrit operasional, anak-anak dapat mengklasifikasikan dengan benar. Mereka mulai dengan rencana secara keseluruhan untuk mengelompokkan benda menurut dua kriteria (seperti warna dan bentuk), memperlihatkan bahwa mereka mengerti tentang hubungan antara kelompok dan sub-kelompok.

Beberapa penelitian terbaru, menemukan bahwa banyak anak 4 tahun dapat mengklasifikasikan dengan dua kriteria (Denney, 1972 dalam Papalia 1975). Dan riset hari ini menyatakan bahwa beberapa aspek dari perilaku klasifikasi telah muncul lebih awal yaitu pada tahun ke dua dari hidup anak-anak (Gopnik & Meltzof, 1987 dalam Papalia, 1975).

(6)

bola merah Play-Doh, dan (3) empat boneka Raggedi Andy dan empat mobil merah. Anak-anak diberi tahu untuk "bermain dengan barang-barang ini" atau "memperbaikinya semuanya". Masalah ini, diajukan pada interval 3 minggu dan berlanjut sampai setiap anak melewati serangkaian tes kognitif, mengungkapkan urutan yang tidak beraturan dalam memperoleh kemampuan klasifikasi.

 Level 1 - pengelompokkan satu kategori ( rata-rata umur 16.04 bulan): Anak menggerakkan empat objek dari jenis yang sama dan mengelompokkan mereka bersama-sama.

 Level 2 - sentuhan berseri (rata-rata umur 16,39 bulan): Anak pertama menyentuh empat item dari satu grup and kemudian empat dari grup lain.

 Level 3 - pengelompokkan dua kategori ( raat-rata umur 17,24 bulan): Anak menggerakkan ke delapan objek dan memilih mereka menjadi dua grup yang berbeda atau meletakkan yang satu benda diatas yang lain yang berhubungan (seperti meletakkan masing-masing boneka diatas mobil merah). .

(7)

perbuatan (Gopnik & Meltzof, 1987, h. 1530 dalam Papalia, 1975).

Berdasar pada pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini. Berbagai stimulan dapat dilakukan dengan pembelajaran matematika, termasuk kegiatan pembelajaran di sentra balok.

MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

Matematika bisa menjadi topik yang mengasyikan, menarik, relevan untuk diselidiki. Dengan pendek atan konstruktivisme, anak-anak dapat mempelajari berbagai macam topik melalui manipulasi dan penemuan dan membuat koneksi matematis menjadi isu nyata di dunia sekitar mereka (Charlesworth, 2005)

Pada tahun 2000, National Council Teachers of Mathematics (NCTM) menerbitkan satu set standar nasional untuk anak usia dini dimana mereka mengindentifikasi lima alur konten dan aplikasinya di lingkungan anak usia dini (Henniger, 2013)

1. Jumlah dan operasi. Selama masa kanak-kanak, anak harus belajar konsep dasar tentang angka. Anak-anak SD juga siap untuk mengembangkan pemahaman tentang operasi matematika seperti penambahan, pengurangan, dan perkalian

(8)

3. Geometri. Anak-anak dapat diperkenalkan ke bentuk geometri dasar dan menganalisanya dengan menggunakan keterampilan penalaran matematis.

4. Pengukuran. Karena aplikasi praktisnya dalam kehidupan nyata, ada banyak kesempatan untuk melibatkan anak-anak usia dini dalam kegiatan pengukuran yang berarti. Pilihan berlimpah untuk mengukur tinggi, lebar, berat, dan volume peralatan dan bahan alami dan buatan manusia di sekitar mereka

(9)

Pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan, pengukuran, geometri, dan pengalaman pemecahan masalah. Profesional anak usia dini harus menyediakan aktivitas perkembangan yang sesuai untuk masing-masing kategori ini. Bahasa matematika yang digunakan oleh orang dewasa harus akurat dan diskriptif terhadap konsep yang disajikan (Henniger, 2013)

Klasifikasi

Selama masa kanak-kanak, anak-anak mengembangkan pemahaman kognitif yang mendasar untuk mempelajari isi matematis yang dijelaskan dalam standar NCTM. Salah satu pengertian tersebut adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan. Menempatkan benda atau gagasan yang memiliki karakteristik serupa ke dalam kelompok menunjukkan kompetensi klasifikasi.

(10)

Seriasi

Memesan objek dari yang terkecil sampai yang terbesar disebut dengan seriasi. Urutan ini dapat didasarkan pada tinggi, berat, nuansa warna, atau karakteristik lainnya. Ini merupakan tugas kognitif penting lainnya yang bisa dikuasai anak kecil, penting untuk memahami sistem bilangan.

Anak-anak harus diberi banyak kesempatan untuk berlatih cerita agar benar-benar memahaminya. Meskipun beberapa pemahaman kognitif dari seriasi terlihat pada banyak anak pada usia 3 atau 4 tahun, seringkali konsep ini belum berkembang sepenuhnya sampai usia 8 atau 9. Piaget menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari perkembangan tugas pengembangan ini.

Bahan komersil yang sangat bagus adalah balok silinder Montessori. Setiap balok persegi panjang memiliki beberapa silinder kayu yang dipantulkan ke dalam lubang yang dipesan dari yang terkecil sampai yang terbesar di balok tersebut. Anak-anak melatih keterampilan seriasi mereka dengan menemukan silinder yang tepat untuk setiap lubang.

Pola

Bisa mengenali dan menciptakan pola visual, pendengaran, spasial, dan numerik adalah pemahaman matematis penting lainnya. Ilmu matematika itu logis dan didasarkan pada segala macam pola. Sistem bilangan, misalnya, dengan pengelompokan 10 memiliki pola yang jelas bahwa anak-anak harus mengenali untuk benar-benar memahami kompleksitasnya

(11)

merangkai manik-manik dalam pola, desain konstruksi dengan balok pola, mengulangi pola bertepuk tangan, mendengarkan pola musik, membangun dengan kubus.

Konsep Bilangan

Pemahaman anak tentang konsep angka berkembang dengan cepat ketika tahun awal masa anak-anak. Ketika seorang anak umur 3 tahun biasanya hanya permulaan untuk memahami bahwa angka “1” adalah angka kecil dan angka lain adalah lebih besar, anak umur 5 tahun biasanya menguasai konsep angka dasar hingga angka “9”. Selama tahun dasar, anak mengembangkan kemampuan untuk menghitung maju dan mundur, hitungan deret (menghitung dari dua, lima, sepuluh, dll), dan mengerti tentang angka hingga seratus. (Charlesworth, 2005; Ginsberg, Boyd, & Sun Lee, 2008 dalam Henniger, 2013). Menghitung. Banyak dari anak usia pra-sekolah mengerti angka dari pengalaman mengulang hitungan. Banyak lagu dan permainan memberi anak kesempatan yang menyenangkan untuk pengalaman berhitung. Kehidupan sehari-hari di kelas dan rumah memberi banyak kesempatan lain yang berarti untuk menghitung dan memahami angka. Mendiskusikan kalender pada waktu kelompok, menghitung kerupuk di mangkuk makanan kecil, dan mencari tahu berapa banyak kepik yang tertangkap di taman bermain adalah contoh dari peluang alami untuk menghitung ini.

(12)

Keterampilan Aritmatika. Selama tahun-tahun pertama, anak-anak belajar tentang penambahan, pengurangan, dan perkalian. Namun, pendekatan tradisional untuk menerapkan skil ini tidak semua anak siap secara kognitif. Ketika guru menggunakan pendekatan konstruktif dan memungkinkan anak-anak untuk memanipulasi materi dan menemukan pemahaman aritmatika saat mereka mengerjakan masalah di dunia nyata, anak-anak lebih mampu mengatur langkah mereka sendiri dan melakukan tugasnya.

Pengukuran

Kemampuan untuk mengkuantifikasi bahan di dunia juga harus ditekankan selama tahun-tahun awal. Menemukan tinggi, berat, volume dan dimensi objek adalah contoh pengukuran. Karya Piaget mengatakan kepada kita bahwa sampai anak-anak mencapai tahap operasi konkret (sekitar usia 7 atau 8), mereka mengalami kesulitan untuk mengukur penggunaan unit standar seperti inci, pond dan liter (Flavell, 1963 dalam Henniger, 2013).

Anak-anak sekolah dasar sudah menggunakan unit pengukuran yang standar. Kegiatan pengukuran harus memberi makna dan relevan bagi kehidupan anak-anak. Untuk mencapai tujuan ini, pertimbangkan untuk menimbang kelinci percobaan kelas, mengukur dimensi peralatan bermain, dan temukan berapa liter yang diperlukan untuk mengisi wastafel kelas.

Geometri

(13)

pemahaman geometri dari bermain dengan bahan seperti balok unit, balok pola, dan kertas origami.

SENTRA BALOK

Pusat balok, yang di dalamnya ada unit balok adalah salah satu bahan terbaik di kelas anak usia dini untuk pembelajaran kognitif. Menghitung, pengenalan bentuk, memahami stabilitas dan keseimbangan. Mengembangkan keterampilan pemetaan awal hanyalah beberapa dari banyak kesempatan belajar yang mereka berikan (Chalufour & Worth 2004, Hirsch 1996 dalam Henniger, 2013).

Pada sentra balok, anak-anak bermain sendiri-sendiri maupun secara berkelompok menggunakan balok dengan berbagai bentuk serta ukuran. Secara alami anak-anak dipancing untuk datang ke tempat ini karena sangat aktif, menyenangkan dan kreatif. Para guru sebaiknya mendorong anak-anak untuk terus menjelajahi permainan balok, membangun berbagai jenis bangunan dan ikut serta dalam drama peran (CRI, 1997)

Selanjutnya CRI (1997) mengatakan bahwa permainan balok sangat penting bagi perkembangan anak di berbagai bidang termasuk bahasa, kemampuan sosial, pengetahuan, matematika, kemampuan motorik, dan kemampuan dalam pembelajaran sosial.

(14)

Permainan di sentra balok dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan kemampuan matematika. Kotak-kotak dapat digunakan untuk menelusuri konsep-konsep sebagai berikut : 1) ukuran, bentuk, masa, tinggi, isi, ruang, arah, pola, dan pemetaan, 2) pengamatan, penggolongan, pengurutan, dan peramalan, 3) penggunaan yang berbeda untuk tujuan yang sama, 4) keseimbangan dan kesetimbangan, 5) pengukuran dan penghitungan, 6) persamaan dan perbedaan, 7) persamaan, ekivalen, 8) pemesanan atas ukuran dan bentuk, 9) pemecahan masalah, 10) pemikiran yang imaginatif dan kreatif, 11) stabilitas, gaya tarik bumi, interaksi gaya serta asal muasal bahan, 12) coba-coba (CRI, 1997)

Balok telah menjadi tradisi di taman kanak-kanak sejak 1914. mereka adalah salah satu alat yang paling berarti untuk belajar sendiri. ketika anak bermain balok mereka dapat menciptakan dunia sendiri dan menunjukkan adegan yang penting bagi kehidupan mereka. Keingintahuan, imajinasi, permainan drama, dan geometri berkumpul di sudut balok. Teknik mengajarkan menggunakan balok sangat sederhana. Pertama, memiliki cukup balok dan sudah tersedia. Usia 4-5 tahun membutuhkan variasi bentuk, termasuk lengkungan, landai, slinder, sakelar dan dekorasi kayu untuk elaborasi. Letakkan balok di rak yang rendah, atau letakkan di keranjang tempat sampah. Tidak dibutuhkan label bentuk seperti segitiga atau selinder. seluruh konstruksi balok adalah kunci (Charlesworth, 2005)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SENTRA BALOK

(15)

masalah. Anak bertanya terus-menerus, dan menurut peneliti, pertanyaan ini adalah langkah awal dalam berpikir. Jika tujuannya adalah mengajarkan anak untuk berpikir, maka guru harus mendorong mereka untuk mempertanyakan dan mengidentifikasi masalah yang menjadi masalah mereka sendiri. (Seefeldt. C, Castle. S, Falconer. R.C, 2010)

Guru dapat menumbuhkan pemikiran anak-anak di ruang prasekolah dan kelas dasar dengan memberi anak pengalaman yang bermakna, terpadu, dan menarik (National Research Council and Institute of Medicine, 2000).

Beberapa teori belajar menurut Bruner, Piaget, dan Vygotsky dalam Suryana (2017). Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, anak akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.

(16)

tersebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengitegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi (Jackman 2009 dalam Suryana, 2017).

Vygotsky dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas-tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Suryana, 2017).

(17)

dipelajari dan dinikmati anak-anak. Orang dewasa harus memperbaiki bahasa yang mereka gunakan dengan terlebih dahulu mengenali istilah yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dan kemudian bekerja untuk mengindentifikasi dan menggunakan kata-kata yang tepat secara konsisten untuk menggambarkan konsep matematika yang disajikan. Meskipun ini bukan tugas yang mudah, manfaat bagi anak-anak patut diupayakan (Henniger, 2013)

Rudd dkk. (2008 dalam Henniger, 2013), dalam penelitian mereka tentang bahasa matematika yang digunakan di kelas pra sekolah, ditemukan bahwa orang dewasa secara teratur menggunakan bahasa yang efektif untuk menggambarkan hubungan spasial, namun memberikan deskripsi verbal terbatas mengenai konsep kunci matematika. Ada, misalnya, masalah bahasa yang sangat rendah seputar konsep utama seperti seriasi dan pola. Dengan menggunakan bahasa matematika yang akurat lebih teratur, anda dapat membantu anak-anak mengembangkan pemahaman yang lebih dalam mengenai konsep yang terkait

Copley (2010 dalam Henniger, 2013) mengemukakan kerangka kerja untuk mengajar matematika di lingkungan anak usia dini yang memiliki tiga komponen penting:

1. Kurikulum. Apa yang diajarkan harus membentuk landasan bagi pemahaman matematis jangka panjang. Ini harus diintegrasikan dengan area konten lainnya dan berbasis di dunia nyata anak-anak. Dengan buku, bahan matematika dan model visual, Anda dapat menciptakan lingkungan yang kaya matematika yang memungkinkan anak belajar dari benda dan orang di sekitar mereka.

(18)

matematis saat mereka belajar lebih banyak tentang dunia mereka. Harapkan agar semua anak bisa dan harus belajar matematika.

3. Penilaian. Untuk mengetahui pemahaman matematis mana yang perlu disajikan di masa kanak-kanak, anda tentu menilai pengetahuan konten spesifik setiap anak. Dengan mengamati dan berinteraksi dengan anak kecil, anda dapat mengumpulkan banyak sumber bukti untuk memastikan anda menilai secara akurat pemahaman anak.

Aktivitas naturalistik paling penting dalam pembelajaran bentuk. Anak merasakan gagasan bentuk melalui penglihatan dan menyentuh. Balita membutuhkan hal yang berbeda dari banyak bentuk untuk digunakan saat ia menyortir dan mencocokkan kebutuhannya. Saat dia memegang setiap benda, dia memeriksanya dengan mata, tangan, dan mulutnya (Henniger, 2013).

Anak praoperasional menikmati kotak sampah yang berisi barang-barang seperti kancing, tutup botol, pasak, kotak kecil, dan botol plastik yang bisa dia jelajahi. Guru juga dapat mengeluarkan sekotak balok atribut (balok kayu atau plastik dalam bentuk geometris). Bentuk geometris dan bentuk lainnya juga dapat dipotong dari kertas dan/ atau kardus dan diletakkan di luar untuk digunakan anak.

(19)

geometri konvensional diperkenalkan. Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk secara bebas mengeksplorasi bentuk dua dan tiga dimensi. Anak butuh waktu untuk bebas mengeksplorasi sifat-sifat bentuk balok unit, balok atribut, lego, dan sebagainya serta memberi kesempatan eksplorasi. Anak prasekolah baru saja mulai mengembangkan definisi bentuk yang mungkin tidak diperkuat sampai setelah usia enam tahun (Hannibal, 1999 dalam Henniger, 2013).

KESIMPULAN

Kesimpulan yang penulis dapatkan setelah melakukan studi konseptual tentang pengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini dengan pembelajaran matematika di sentra balok

1. Beranjak dari teori Piaget yang didukung oleh Papalia dan Santrock bahwa tahap pra operasional usia 2-7 tahun, anak-anak sudah memulai pemikiran simbolik yang direfeksikan dengan kata-kata dan gambar, terbentuknya konsep yang stabil dan mucul penalaran mental. Pendapat ini sangat mendukung dan memperkuat gagasan untuk pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini dengan pembelajaran matematika di sentra balok.

2. Beberapa pendapat ahli tentang teori belajar, seperti Bruner dengan teori belajar penemuan, Piaget dengan teori perkembangan dan pembentukan skema, dan Vygotsky dengan zone of proximal development sangat mendukung proses membelajarkan anak di usia dini, termasuk pembelajaran matematika.

(20)

pendapat NCTM (National Council of Teachers of Mathematics), CRI (Children’s Resources International) mengatakan bahwa pembelajaran matematika untuk anak usia dini adalah sangat mengasyikkan, menarik, dan mengembirakan, Pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan, pengukuran, geometri, dan pengalaman pemecahan masalah, dan geometri untuk anak usia dini lebih dari sekedar penamaan bentuk. Ini adalah pemahaman atribut bentuk dan menerapkannya pada pemecahan masalah. 4. Para ahli ini juga menyampaikan bahwa bahasa

matematika yang digunakan oleh orang dewasa harus akurat dan diskriptif terhadap konsep yang disajikan, Selain menggunakan bahasa matematika yang akurat, profesional anak usia dini juga perlu memberi anak-anak lebih banyak paparan kosakata matematika yang bermakna.

5. Menurut Coopley kerangka kerja untuk mengajar matematika di lingkungan anak usia dini memiliki tiga komponen yaitu kurikulum, instruksi, dan penilaian.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Charlesworth, Rosalind. 2005. Experiences in Math for Young Children. Thomson Delmar Learning. New York

Children’s Resources International Inc. Menciptakan Bahan Ajar yang berpusat Pada Anak Menciptakan Kelas Yang Berpusat pada Anak. Washington DC. 1997.

Henniger, Michael L. 2013. Teaching Young Children An Introduction. Western Washington University

Papalia, D. E., Olds, S.W. A Childs World. Infancy Through Adolescence. McGraw-Hill Publishing Company. 1990.

Santrock, J.W. Life-Span Development. Wm. C. Brown Communication, Inc. 1983.

Santrock, J.W. Perkembangan Anak. Erlangga. 1983.

Smith, Susan Sperry. 2009. Early Childhood Mathematics. Cardinal Stritch University

Suryana. D (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pendekatan saintifik di Taman Kanak-kanak. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Vol 11, edisi 1 Hal.67-82.

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebanyak 125 responden dirasa masih belum representatif, sehingga belum

The exchange of braking energy between the trains: Determinist analysis and proposal of a probabilistic one. ARTICLE · JANUARY 2010

Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai organisasi taekwondo, seni

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet Ke- 4, hlm.. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar

Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Lubuk Dagang dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana

Kutipan (57),(58),(59),(60) menjelaskan bahwa tokoh Pak Wignyo di ibaratkan seperti Pohon kelapa yang kurus kering menjulang tinggi dikala kemarau di Parokinya. Ia seorang

No BidangdanSubbidang Keg. Bidang dan Subbidang Keg. Bidang dan Subbidang Keg.. PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIVIDUAL KULIAH KERJA NYATA REGULER UNIVERSITAS AHMAD

Buku paket diterbitkan/adakan oleh pemerintah, isinya sesuai kurikulum yang berlaku (Perpustakaan Nasional RI, 2006:13). Keterpakaian koleksi sangat penting untuk diketahui