LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN
ACARA II PEMBUATAN MEDIA
Semester : Ganjil 2013/ 2014
Oleh :
Lukman Abdurrachman
A1L012069
Rombongan B2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO
I. PENDAHULUAN perbandingan yang benar pada media kultur, merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan kerja kultur jaringan.
Media kultur yang memenuhi syarat adalah media yang mengandung nutrien makro dan mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu, serta sumber tenaga (umumnya digunakan sukrosa). Sering juga mengandung satu atau dua macam vitamin dan zat perangsang pertumbuhan. Kadang-kadang diperlukan penambahan zat lain seperti yeast, ekstrak malt atau cairan tanaman sebagai sumber zat perangsang pertumbuhan lain yang belum diketahui. Serta ditambahkan satu atau lebih hormon tanaman untuk merangsang terjadinya pertumbuhan dan atau pengaturan jenis pertumbuhan. Akhirnya, perlu ditambahkan agar atau materi penyangga lain sehingga dapat terjadi kontak antara jaringan tanaman dengan media dan juga dengan udara.
Media yang digunakan pada kultur in vitro tumbuhan bermacam-macam tergantung pada jenis tanaman yang digunakan serta tujuan dari penelitian. Medium yang sering digunakan adalah medium MS (Murashige & Skoog) karena digunakan untuk hampir semua macam tanaman. Selain itu, mengandung garam mineral dengan konsentrasi tinggi dan senyawa N dalam bentuk amonium dan nitrat.
B. Tujuan Praktikum
Mengetahui dan mempraktikan cara membuat larutan stok serta cara membuat media MS.
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 November 2013 dan bertempat di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan terdiri dari tabung erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pengaduk, magnetic stirrer, kompor gas, pH meter, timbangan, botol kultur, autoclave, karet, kertas payung, dan alumunium foil. Bahan yang digunakan adalah Media MS, komposisinya tersusun dari unsur hara makro, unsur hara mikro, besi, vitamin, zat perangsang tumbuh (ZPT), bahan pemadat (agar), sukrosa KOH atau NaOH dan HCl.
C. Prosedur Kerja 1. Pembuatan larutan stok
a. Larutan stok A, merupakan larutan hara makro, dibuat 10 kali dilarutkan dalam 1000 ml aquades
b. Larutan stok B, merupakan larutan hara mikro, dibuat 1000 kali dilarutkan dalam 100 ml aquades
c. Larutan stok C, merupakan campuran FeSO4.7H2O dan Na-EDTA
dibuat 100 kali dan dilarutkan ke dalam 200 ml aquades
d. Larutan stok D, merupakan larutan vitamin kecuali mio-inositol, dibuat 100 kali dalam 200 ml aqaudes
e. Larutan stok E, merupakan larutan mio-inositol dibuat 100 kali dalam 100 ml aqaudes
f. Larutan stok F merupakan larutan ZPT dibuat 100 kali dalam 500 ml aquades.
2. Pembuatan media kultur
a. Aquades sebanyak 500 ml dimasukkan ke gelas piala 1000 ml. b. Ditambahkan larutan stok A 100 ml; stok B 0,5 ml; stok C 0,5 ml;
c. Ditambahkan air sampai 1000 ml. d. Ditambahkan mio-inositol.
e. Magnetic stirrer dimasukkan kedalam gelas beker, kemudian hotplate dinyalakan, dan ditunggu hingga homogen.
f. Ditambahkan sukrosa 30 gr, hingga homogen.
g. Diukur pH-nya dengan pH meter, dengan kebutuhan pH sekitar 5,7 – 5,8.
h. Larutan pemadat/ agarose sebanyak 14 gr dibuat pada panci.
i. Campuran larutan yang ada di gelas piala dimasukkan ke larutan pemadat yang sedang dibuat, dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk.
j. Medium dituangkan ke botol kultur sebanyak 15 ml/ botol.
k. Botol ditutup dengan alumunium foil.
3. Sterilisasi media
a. Botol kultur yang sudah berisi medium dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilisasi dengan tekanan 15 – 17,5 psi pada suhu 121oC selama 20 menit
b. Setelah disterilkan, botol-botol diangkat dan disimpan dirak kultur dalam ruang yang steril sampai siap digunakan
c. Medium siap digunakan, namun untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi dalam medium sebaiknya disimpan beberapa hari.
III. PEMBAHASAN
Pembuatan media harus berdasarkan perhitungan konsentrasi yang tepat karena akan mempengaruhi keberhasilan tumbuh eksplan. Media yang digunakan merupakan media MS (Murashige dan Skoog). Hendaryono (1994) berpendapat bahwa media MS digunakan hampir semua macam tanaman, terutama herbaceous. Media ini mempunyai konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+. Sebenarnya media yang digunakan
untuk kultur in-vitro bermacam-macam tergantung dari jenis tanaman yang digunakan dan tujuan dari pembuatan kultur tersebut.
Selain media MS yang digunakan, terdapat pula beberapa jenis media lain, diantaranya Rahardja (1995) : h. Media Nitsch & Nitsch
i. Media Schenk dan Hildebrandt j. Media Vacin dan Went (VW) k. Media White
l. MediaWoody Plant Medium (WPM)
Selain media, kombinasi konsentrasi ZPT pun berpengaruh dan menentukan pertumbuhan dan perkembangan eksplan. ZPT yang biasanya digunakan ialah Auksin dan Sitokinin. Auksin digunakan untuk menginduksi pembentukan sel dan akar, sedangkan sitokinin digunakan untuk pembentukan tunas aksilar. Kombinasi antara auksin dan sitokinin berfungsi untuk menginduksi pertumbuhan kalus.
biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat, pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi media yang dikehendaki.
Pembuatan larutan stok pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan pada pembuatan media dengan konsentrasi yang tepat. Karena media-media yang digunakan pada kultur jaringan diperlukan unsur-unsur dengan konsentrasi yang sangat kecil. Karena tidak dimungkinkan menimbang unsur dengan konsentrasi yang sangat kecil, maka dibuat lah larutan stok dengan menggunakan konsep kalibrasi, sehingga pada pembuatan media, unsur-unsur tersebut dapat digunakan sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan (Sriyanti, 2002).
Pada praktikum saat ini praktikan tidak melakukan pembuatan larutan stok dan hanya melakukan pembuatan media kultur, karena dikhawatirkan akan membutuhkan waktu yang akan lama sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas. Disamping itu, dibutuhkan juga ketelitian dalam mengukur / menimbang bahan-bahan yang akan dijadikan larutan stok ini. Karena apabila terjadi kesalahan maka akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan sekaligus keberhasilan kegiatan kutur jaringan.
campuran larutan yang ada di gelas piala dimasukkan ke dalam panci sampai mendidih sambil diaduk. Dalam keadaan masih cair, masukkan media tersebut ke dalam botol sebanyak 15 ml/ botol dan tutup mulut botol dengan alumunim foil. Kemudian, botol dimasukkan ke autoklaf untuk disterilisasi dengan tekan 15 – 17,5 psi pada suhu 121oC selama 20 menit. Setelah steril, botol-botol diangkat dan
disimpan dirak kultur dalam ruang yang steril sampai siap digunakan.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius, Yogyakarta.
Rahardja, P. C. 1995. Kultur Jaringan : Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rostiana, Otih. 2007. Perbanyakan Tanaman Anis (Pimpinella anisum L.) secara in vitro. Vol 18, No. 2 : 117-126
Sriyanti, Daisy P. dan Ari Wijayani. 2002. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Kanisius, Yogyakarta.
Yusnita. 2003. Perbanyakan Invitro Tanaman Angrek. Universitas Lampung. Bandar Lampung, Lampung.